Yang Kita Rasakan Ketika Akan Meninggal

SESAAT sebelum mati, Anda akan merasakan jantung berhenti berdetak, napas tertahan dan badan bergetar. Anda akan merasakan hawa dingin di telinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.

0 Menit: Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan pasokan oksigen.

1 Menit: Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi. Isi kantung kemih mulai keluar tanpa kendali.

3 Menit: Sel-sel otak mati secara serentak. Saat ini otak Anda benar-benar berhenti berpikir.

4 5 Menit: Biji mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 9 Menit: Penghubung ke otak mulai mati.

1 4 Jam: Rigor Mortis, yakni fase ketika seluruh otot di tubuh menjadi kaku. Otot Anda seketika kaku dan rambut berdiri, seolah-olah rambut tetap tumbuh setelah mati.

4 6 Jam: Rigor Mortis terus beraksi. Darah yang berkumpul di saat ini mulai mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam: Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berlangsung.

8 Jam: Suhu tubuh langsung menurun drastis.

24 72 Jam: Isi perut membusuk akibat aktivitas mikroba dalam tubuh dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.

36 48 Jam: Rigor Mortis berhenti. Tubuh Anda menjadi selentur seorang balerina.

3 5 Hari: Pembusukan mengakibatkan luka skala besar. Darah akan menetes keluar dari berbagai lubang, terutama mulut dan hidung.

8 10 Hari: Warna tubuh berubah dari hijau menjadi kemerahan sejalan dengan membusuknya darah.

Beberapa Minggu Kemudian: Rambut, kuku dan gigi terlepas satu per satu.

Satu Bulan: Kulit Anda mulai mencair.

Satu Tahun: Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidup mungkin berparas cantik, berbadan gagah tegap dan sebagainya pada saat ini hanyalah tinggal tumpukan tulang-belulang yang menjijikkan dan menyedihkan.

Yang tersisa setelah itu adalah jiwa dan segenap amal baik Anda. Amal-amal baik Anda akan memberi kesenangan pada keadaan Anda di alam kubur. Demikian pula orang-orang yang Anda cintai dapat membantu Anda dengan terus beramal baik.

INILAH MOZAIK

Kini Visa Umrah Berlaku di Semua Kota Arab Saudi

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memberlakukan aturan baru untuk jemaah umrah. Mulai tahun ini, pemegang visa umrah diizinkan berkunjung ke semua kota di Saudi. Sebelumnya, visa umrah hanya berlaku di dua kota, yakni Makkah dan Madinah.

Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin menjelaskan, pihaknya sudah menerima notifikasi soal kebijakan tersebut. Menurut dia, aturan baru itu merupakan implementasi dari program Saudi Vision 2030.

“Saudi Vision 2030 itu seperti GBHN kalau di Indonesia,” kata Hery.

Sesuai program tersebut, Saudi memiliki target kunjungan jemaah haji dan umrah mencapai 30 juta orang pada tahun 2030. Saat ini jumlah jemaah haji masih mencapai 2,3 juta orang dan jemaah umrah 7 juta. Dengan demikian, dalam setahun baru ada 9,3 juta orang. Khusus untuk tahun ini, Saudi memiliki target kedatangan jemaah umrah sebanyak 10 juta orang. Untuk mencapai target itu, bukan hanya aturan visa yang diubah. Saudi juga memulai jadwal umrah lebih awal. Biasanya, musim umrah dimulai pada 1 Safar. Mulai tahun ini, umrah bisa dilaksanakan pada 1 Muharram.

“Jadi, saat jemaah haji Indonesia belum seluruhnya pulang, sudah ada jemaah umrah yang datang ke Arab Saudi,” terangnya.

Hery menambahkan, kebijakan baru itu harus disambut biro-biro umrah dengan menyosialisakan kepada jemaahnya. Sosialisasi itu terutama terkait dengan aturan-aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya soal larangan memotret kantor-kantor pemerintahan maupun militer. Imbauan itu perlu disampaikan karena Konjen sering menerima laporan mengenai jemaah umrah dan haji yang ditahan polisi Saudi gara-gara berfoto selfie di tempat terlarang.

“Aturan di sini berbeda dengan di Indonesia. Itu perlu disampaikan kepada jemaah haji dan umrah,” ujarnya.

Kebijakan baru tentang visa umrah juga diberitakan banyak media Saudi. Deputy Haj and Umrah Minister Abdul Fattah Mashat mengatakan, mulai tahun ini biro-biro perjalanan umrah bisa mengatur jadwal tur ke semua kota di Saudi.

“Jika butuh waktu tambahan, operator umrah bisa mengajukannya kepada kami, ” jelasnya seperti dilansir Gulfnews dan koran harian Al Yaum kemarin.

Visa umrah berlaku selama 30 hari. Namun, selama ini perjalanan umrah rata-rata hanya 15 hari. Sisa waktu tersebut kini bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi berbagai destinasi wisata selain di Makkah dan Madinah. Misalnya berkunjung ke Kota Thaif, Al-Ula, Jeddah, Riyadh, dan beberapa daerah lain. Hingga kini, sudah lebih dari 25 ribu visa umrah yang diterbitkan pemerintah Arab Saudi.

Sementara itu, General Manager Saudi Arabia and Middle East Garuda Indonesia Deni Karnabi Ibrahim mengatakan, kebijakan tersebut akan menambah angka jemaah umrah dari Indonesia. Garuda Indonesia siap mengakomodasi peningkatan jumlah jemaah umrah. Dia mengatakan, sejak lima tahun belakangan memang terjadi peningkatan drastis jemaah umrah dari Indonesia.

“Bahkan sekarang penerbangan ke Saudi dan Timur Tengah jadi tulang punggung penerbangan internasional Garuda,” kata Deni di Jeddah, Rabu lalu (19/9).

Ia mengatakan, Garuda Indonesia (GI) tahun ini juga menambah penerbangan langsung dari sejumlah daerah di Indonesia menuju Arab Saudi. GI juga telah menampilkan profil-profil daerah wisata selain Makkah dan Madinah di Timur Tengah melalui inflight magazine. Bulan ini, mereka menampilkan profil soal Thaif, sebuah kota di dataran tinggi Saudi yang memilki banyak atraksi wisata dan sejarah.

Saat ini GI melayani 34 penerbangan dari sejumlah bandara di Tanah Air ke Saudi. “Dengan penambahan destinasi baru, pasti ada peningkatan wisatawan dan bisnis di Indonesia,” kata dia.(mch/ha)

KEMENAG RI

Menapaki Jejak Rasul di Badr

Kisah perang Badar tentu melekat dalam benak umat Islam. Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.

Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu.

Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Makkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Kota Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah, dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.

Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud. Dalam perang itu 14 tentara Muhammad menjadi korban dan 70 tewan di pihak lawan. Sedangkan 70 lainnya menjadi tawanan perang.

Rabu (19/9/2018) pagi merupakan kesempatan berziarah ke kota Badr. Kota kecil Badr terletak 152 km arah barat daya Madinah yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dari Madinah. Jalanannya mulus masing-masing terdiri dari tiga jalur dalam dua arah dengan pembatas beton marka yang rapi. Sepanjang perjalanan tidak banyak ditemui pemukiman.

Kanan kiri jalan hanya gunung batu. Setelah 1 jam perjalanan ditemukan kompleks industri Al Musayjid. Tidak jauh berikutnya terdapat pemukiman kota kecil Al Hasaniyah. Ketika bertemu dengan barisan gunung berselimut pasir gurun, pertanda Badr sudah dekat.

Tiba di Badr, kami segera menuju ke maqbarah, pemakaman syuhada’ Badr. Di sini sekitar 70 pasukan yang mati syahid dimakamkan. Kami pun berkesempatan berdoa sejenak setelah Kadaker Airport Arsyad Hidayat mengisahkan pertempuran Badr.

Berbalik arah sekitar 200 meter ditemukan tugu peringatan syuhada Badr. Polisi lokal yang cukup ramah mempersilahkan petugas yang berkunjung untuk berfoto sejenak.

Selain petugas dari PPIH Daker Airport tampak pula beberapa peziarah berkebangsaan Pakistan dan Bangladesh. Badr memang menyimpan sejarah, spirit perjuangan, dan kebangkitan kekuatan dalam membela agama Allah. Tala’al Badru ‘alaina…. (ab/ab).

KEMENAG RI

Anda Menghadapi Masalah? Amalkan Lima Ayat Ini

SETIAP orang pasti akan menghadapi masalah dalam hidupnya. Ketika masalah satu sudah selesai maka akan datang masalah berikutnya. Namun, janganlah merasa bosan dengan itu semua. Hal-hal seperti itu pasti akan dialami oleh semua orang. Justru hal-hal seperti itu yang nantinya akan menguatkan kita di kemudian hari. Sekarang Anda tidak perlu khawatir ketika menghadapi masalah dalam hidup ini. Berikut ada 5 ayat dari Alquran yang Insya Allah akan memotivasi kita ketika menghadapi masalah, yaitu:

1. Anda bisa berubah, jika Anda mau mengubah diri Anda

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Rad:11).

Apa pun kondisi Anda saat ini, jika Anda mau berubah, maka Anda harus mengubah diri sendiri. Maka Allah akan mengubah Anda. Inilah yang sering dilupakan, banyak yang berharap orang lain atau yang di luar berubah, tetapi melupakan diri sendiri yang diubah. Ayat ini memotivasi kita untuk mengubah diri kita, maka yang lain akan berubah atas bantuan Allah. Jangan hanya menuntut yang di luar diri berubah. Anda jauh lebih mudah mengubah diri sendiri, daripada mengubah orang lain. Ayat ini adalah motivasi untuk berubah.

2. Kebaikan di balik yang tidak kita sukai

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 216).

Sering kali, saat seseorang mendapati sesuatu yang tidak dia sukai, maka dia marah, kecewa, sedih, ngomel, dan akhirnya putus asa. Padahal, bisa jadi apa yang tidak dia sukai itu malah baik baginya. Jangan kecewa saat Anda tidak diterima di sebuah perusahaan untuk menjadi karyawannya. Bisa jadi itu yang terbaik bagi Anda. Bisa jadi Anda akan mendapatkan pekerjaan lebih baik. Bisa jadi, justru akan mendapatkan hal buruk jika diterima di perusahaan itu. Kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi. Untuk itu, syukuri apa pun yang terjadi saat ini termasuk penolakan dan kekecewaan lainnya.

3. Anda pasti sanggup

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS. Al-Baqarah: 286).

Jika Anda mengatakan, “saya tidak akan sanggup”, sebenarnya Anda sudah mendahului Allah. Anda sok tahu, bahwa Anda tidak akan mampu. Kata siapa? Itu hanya pemikiran negatif Anda. Bisa karena malas, manja, atau cengeng. Padahal jelas, dalam ayat di atas bahwa kita tidak akan dibebani beban apa pun kecuali sesuai dengan kesanggupan kita. Jika Anda berpikir tidak sanggup, itu hanya anggapan Anda saja. Anda pasti sanggup jika Anda menyanggupinya. Jangan kalah oleh pikiran negatif Anda yang dengan mudah mengatakan tidak sanggup.

4. Kemudahan bersama kesulitan

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah: 5-6).

Kebanyakan orang, saat menghadapi kesulitan, dia berhenti alias menyerah. Ada juga yang mengeluh, berharap orang lain mau membantunya mengatasi kesulitan dia. Padahal, bersama kesulitan itu adalah kemudahan. Jika Anda menghindari kesulitan, Anda tidak akan mendapatkan kemudahan. Jika Anda berharap orang lain yang mengatasi kesulitan, maka kemudahan akan menjadi milik orang lain. Anda tidak akan mendapatkan kemudahan dari kematangan, keterampilan, dan pengalaman yang didapatkan.

5. Takwa dan tawakal

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya,” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Dua akhlak ini luar biasa. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Sedang menghadapi masalah atau tantangan besar? Butuh jalan keluar? Maka bertakwalah, Allah akan memberikan jalan keluar juga rezeki yang tidak ia sangka. Jika kekuatan tawakal, Anda akan dicukupkan, termasuk dicukupkan segalanya untuk menghadapi rintangan, halangan, tantangan, dan juga masalah.
[motivasi-islami]

INILAH MOZAIK

Lakukanlah Dosa Sesukamu Sesuai Lima Syarat Ini

SUNGGUH apa pun yang telah, sedang dan bakal terjadi adalah bagian dari kehendak Allah. Tak ada daya maupun upaya makhluk untuk melawan atau mengelak dari kehendak dan kodrat-Nya. Tak ada atom atau partikel sekecil apapun yang bisa lolos dari kedaulatan mutlak pemerintahan Allah.

Siapa saja yang merasa mampu menipu atau lolos dari kehendak Ilahi sesungguhnya telah kehilangan akal sehat dan terjerat oleh waham ego. Iblis yang paling pendusta dan penipu sekali pun sudah mengakui berlakunya kehendak Allah dalam segala sesuatu di hadapan Baginda Nabi Muhammad. Makhluk terkutuk itu berkata, “Wahai Utusan Allah, aku hanya ingin kau tahu bahwa Allah mencip takanmu untuk memberi petunjuk, tapi kau sendiri tidak bisa memberikannya kepada seseorang; lalu Allah menciptakanku untuk menyesatkan, tapi aku sen diri tidak bisa menyesatkan.”

Allah menjalankan pemerintahan alam wujud ini tanpa saingan dan sandingan. Dia melakukan segalanya tanpa pertanggungjawaban. Allah berfirman, “Dia (yaitu Allah) tidak akan ditanya mengenai apa yang dilakukan-Nya, namun merekalah yang akan ditanya (QS 21: 23).

Suatu kali cucu Nabi, Hussein bin Ali melihat seseorang datang menemui ayahnya, Ali bin Abi Thalib dan berteriak, “Aku adalah pendosa, tapi aku sulit menepis rangsangan untuk melakukannya lagi. Berilah aku nasihat.”

Ali menasihatinya dengan perkataan berikut, “Bila kau bisa memperoleh lima prasyarat ini, lakukan dosa sesuka hatimu:

pertama, berhentilah mengambil rezeki yang disediakan oleh Allah;

kedua, keluarlah dari kerajaan Allah;

ketiga, carilah tempat yang Allah tidak lihat;

keempat, satukan daya untuk mencegah malaikat kematiaan mencabut nyawamu; dan

kelima, kumpulkan kekuatan untuk melawan Malik, malaikat yang menjaga pintu neraka, agar dia tidak melemparmu ke dalamnya. Jika kau sempurnakan kelima prasyarat ini, berdosalah sesukamu.” [islamindonesia]

 

INILAH MOZAIK

Menyusul Suami, Haji Zulbaidah Meninggal Usai Salat di Masjid Nabawi

Seorang haji yang tergabung dalam kloter BTJ 09, debarkasi Aceh Selatan, meninggal dunia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Perempuan bernama Zulbaidah Mak Abad itu tutup usia saat salat sunah di area Raudhah.

“Setelah salat isya, jemaah Indonesia memang mendapat gelombang pertama di Raudhah. Beliau meninggal di area Raudhah,” ujar Kepala Sektor (Kasektor) Khusus Nabawi, Jasaruddin, Senin, 17 September 2018.

Raudhah atau Taman Surga sendiri menjadi lokasi yang istimewa bagi umat Islam. Tempat itu terletak di sebelah barat makam Rasulullah.

Dulunya, ruang itu terletak di antara mimbar dengan rumah Nabi. Tempat ini disebut-sebut sebagai lokasi terkabulnya setiap doa.

Menurut Jasaruddin, Zulbaidah meninggal dunia Sabtu malam, 15 September 2018. Berdasarkan penuturan teman yang mengiringi ke Raudhah, Zulbaidah sempat lemas usai takbiratul ihram saat salat sunah di Raudhah.

“Zulbaidah kemudian terbaring. Melihat kondisi Zulbaidah, petugas dan sejumlah jemaah haji memberi pertolongan. Tapi, nyawa Zulbaidah tidak dapat diselamatkan,” papar Jasaruddin.

Suaminya Sudah Lebih Dulu Wafat

LIPUTAN6

Suami Wafat di Makkah, Zulbaidah Wafat Dekat di Raudhah

Madinah (PHU)—Bagi yang pernah pergi haji atau umrah, bukan rahasia bahwa memasuki kawasan Raudhah di Masjid Nabawi bukan perkara mudah. Saat jemaah sedang banyak-banyaknya seperti hari-hari belakangan, antrean untuk menuju kawasan berkarpet hijau tersebut mengular panjang.

Pada waktu-waktu tertentu, lokasi antara kediaman Rasulullah dan mimbar lama Masjid Nabawi tersebut dibuka khusus untuk kaum perempuan. Pada Sabtu (15/9) lalu, sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Zulbaidah Mak Abad (61 tahun) berhasil memasuki wilayah tersebut setelah menerobos sela-sela kerumunan.

Dalam Raudhah, jemaah asal Aceh Selatan itu kemudian bersiap melaksanakan shalat sunnah. Namun, saat mengangkat tangan bertakbiratul ihram, ia tiba-tiba lemas. “Padahal menurut teman-teman serombongannya, sebelumnya jemaah tersebut baik-baik saja, ndak ada tanda-tanda sakit,” tutur Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Maskat Ali Jasmun, kepada Republika di Madinah, Senin (17/9).

Menurut Maskat, ia mendapat laporan dari salah satu petugas di lapangan bahwa setelah Zulbaidah roboh, sejumlah askar perempuan di Masjid Nabawi dibantu petugas pendukung PPIH Arab Saudi mencoba memberikan pertolongan.

Meski begitu, nyawa Zulbaidah tak tertolong. Data PPIH Arab Saudi, pihak rumah sakit menyatakan ia meninggal pukul 20.15. Ia wafat di antara lokasi rumah Rasulullah dan mimbarnya yang menurut Shahih Bukhari dan Muslim, disebut Rasulullah terdapat sepetak taman surga.

Maskat juga menuturkan, tepat dua pekan sebelum Zulbaidah, suaminya berpulang terlebih dahulu. Muhammad Hadan Amin, nama suami Zulbaidah, meninggal setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit Arab Saudi di Makkah. Berdasarkan catatan PPIH Arab Saudi, Muhammad Hasan wafat terkait penyakit pernapasan yang dideritanya.

Menurut Maskat, saat menemui rombongan kloter keduanya, rekan-rekan Zulbaidah mengatakan yang bersangkutan kerap nampak bersedih. Ia tak tenang melaksanakan umrah di Masjidil Haram karena terus mengingat suaminya yang tengah dirawat. “Dia mengeluh karena nggak bisa menemani sampai akhirnya suami meninggal,” kata Maskat.

Salah seorang petugas sektor khusus Masjid Nabawi, Jasaruddin, mengiyakan kisah Maskat. Kepada tim Media Center Haji (MCH) di Madinah, Jasaruddin menjelaskan bahwa Zulbaidah yang merupakan jemaah dari Kloter 09 BTJ meninggal ketika sedang melaksanakan salat sunnah di area Raudhah, di saat takbiratul ihram.

“Hanya saja menurut pengakuan teman satu kamarnya yang juga ikut membantu memberikan pertolongan, saat diangkat perempuan tersebut sudah tidak tertolong lagi,” ujar Jasaruddin, Senin, (17/9).

Jasaruddin menuturkan, ia bersama Tim Gerak Cepat (TGC) langsung menuju lokasi begitu mendengar ada jemaah yang pingsan. Mereka kemudian membantu mengevakuasi Zulbaidah ke mobil ambulans. “Subhanallah…almarhumah terlihat putih bersih, muka bercahaya dan tersenyum,” tutur Jasaruddin.

Seturut peraturan Kerajaan Saudi, Zulbaidah langsung dikuburkan di Makam Baqi, kompleks pemakaman di bagian timur Masjid Nabawi yang juga jadi lokasi makam sejumlah keluarga dan sahabat Rasulullah. Sementara suaminya telah dikuburkan terlebih dahulu di Makkah.

Sesuai data Siskohat, Muhammad Hasan Amin dan istrinya tinggal di Cot Muling Kedai Panjang, Kluet Utara, Aceh Selatan. Mereka sehari-hari menghidupi diri mereka dengan berlaut sebagai nelayan.

Dengan hasil pekerjaan sebagai nelayan itu juga mereka melunasi biaya haji pada 23 April 2018. Sesuai jadwal kepulangan kloter 09 embarkasi Aceh, mereka seharusnya pulang ke kampung halaman pada 22 September melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah. (mch/ab).

KEMENAG RI

Jangan Merasa Paling Benar

Dalam interaksi kehidupan sehari-hari, sering kali terjadi baik di dunia nyata maupun maya ditemukan kalimat celotehan “jangan merasa paling benar”, “jangan merasa benar sendiri”, “jangan merasa paling baik”, dan “jangan merasa paling suci”. Kalimat-kalimat seperti itu biasanya muncul saat orang dihadapkan pada kondisi perdebatan, perbedaan pandangan politik, keterusikan akan keyakinan, dan rasa tidak senang saat mendapatkan teguran atau nasihat.

Pada kondisi seperti itu, tidak jarang perilaku merasa paling benar membawa dampak buruk bagi diri yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Setidaknya, orang yang merasa paling benar tergolong ujub dan takabur yang menjadikannya kurang dipercaya dan dihargai oleh orang lain. Sikap dan perilaku itulah yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya konflik di antara sesama umat manusia.

Terkait dengan bahaya dan buruk nya perilaku merasa paling benar, Ra sulullah SAW memberikan peringatan kepada umatnya melalui suatu kisah yang terkandung dalam salah satu hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Ahmad.

Alkisah, ada dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras. Satu di antara me reka sering berbuat dosa, sementara yang satu lagi sangat rajin beribadah. Suatu ketika, rupanyanya si ahli ibadah selalu menyaksikan saudaranya itu selalu melakukan dosa, hingga lisannya tak betah untuk tidak menegurnya.

Teguran pertama pun terlontar: “Berhentilah!” Teguran seolah tak memberikan efek apa pun dan hanya masuk melalui telinga kanan keluar lagi lewat telinga kiri, perbuatan dosa tetap berlanjut dan sekali lagi tak luput dari pantauan saudaranya yang rajin beribadah.

“Berhentilah!” ujarnya untuk kedua kali. Si pendosa lantas berucap: “Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasi ku?” Mungkin karena sangat kesal, lisan saudara yang ahli ibadah itu tibatiba mengeluarkan ucapan kecaman yang berbunyi: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.”

Pada bagian akhir, hadis tersebut memaparkan, tatkala keduanya me ninggal dunia, keduanya pun dikum pulkan di hadapan Allah SWT. Kepada yang rajin beribadah, Allah mengata kan: “Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah me miliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?” Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan. “Pergi dan ma suklah ke surga dengan rahmat-Ku,” kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada si ahli ibadah, Allah mengatakan: “Wahai malaikat giringlah ia menuju neraka.”

Hikmah yang dapat kita petik dari kisah dalam hadis tersebut adalah bah wa orang yang rajin beribadah sering diasosiasikan sudah merasa pa ling benar secara mutlak dengan ja minan masuk surga, sementara orang lain yang sering melakukan dosa akan selalu dalam kondisi hina dan nerakalah balasannya, dalam hadis di atas kondisi itu justru sebaliknya. Selain itu, kisah di atas juga menyiratkan pesan secara tegas agar kita tidak merasa paling benar untuk hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif dan kewenangan Allah SWT.

Tekun beribadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama bagi setiap orang, tetapi justru menjadi malapetaka ketika perilaku tersebut diikuti dengan rasa ujub dan takabur dengan kewenangan menghakimi (memvonis) orang atau kelompok lain sebagai golongan yang mulia atau hina, masuk neraka atau surga dan dilaknat atau diberi rahmat. Secara lahiriah tidak ada tolok ukur apa pun yang mampu mendeteksi kualitas hati dan keimanan seseorang secara pasti sebagai suatu kebenaran.

Islam sebagai agama yang hu manis mengajarkan kepada umatnya agar terhindar dari perilaku merasa paling benar dan diperintahkan untuk selalu melakukan koreksi diri (muhasabah) serta meluruskan niat untuk kebaikan daripada mencari kesalahan pribadi orang lain yang belum tentu lebih buruk di hadapan Allah SWT.

Terakhir, begitu pula dalam menentukan suatu kebenaran atas per bedaan seharusnya selalu bersumber pada wahyu Allah dan rasionalitas akal sehat. Sebagaimana dikatakan dalam Alquran bahwa kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekalikali kamu termasuk orang-orang yang ragu (QS al-Baqarah: 147). Wallahu a’lam bisshawab…

 

REPUBLIKA

Ustaz, Kyai: Sebutan di Persia, Pakistan, dan Indonesia

Sastrawan dan Guru Besar Falsafah kebudayaan Islam Universitas Paramadina, Prof DR Abdul Hadi WM, mengatakan di banyak wilayah kata ustaz dan kyai sudah akrab dipanggil sebagai sebutan untuk orang yang terhormat. Namun, kalau secara detil dikaji panggian ini unik. Sebab, ternyata tak terbatas kepada sosok pengajar atau orang yang paham secara keagamaan Islam saja, seperti  dalam pemahaman yang lazim di Indonesia.

‘’Bahkan di Persia  pada zaman dahulu (Iran, sekarang) pelukis dan seniman kaligrafi sering dipanggil ustaz. Hal yang sama juga terjadi di Pakistan. Penyanyi dan musikus sufi juga dipanggiil ustaz,’’ kata Abdul Hadi WM, di Jakarta, (21/9).

Bukan hanya itu, lanjut Abdul Hadi, dalam bahasa Inggris kedudukan ustadz sama dengan ‘master’. Mereka di sapa begitu sebagai orang yang melahirkan karya-karya yang bermutu  atau karya ‘masterpice’.

Salah satu contohnya adalah seniman dan penyanyi sangat kondang di Paskitan, yakni Nusrat Fateh Ali Khan. Dia di kalangan orang Pakistan dipanggil ustaz. Apalagi nyanyain Qawali yang dibawakannya, lazim pula atau akrab dikalangam penganut tarikat sufi. Namanya pun akui kalangan musik dunia. Nusrat pernah konser di Wembley, Inggris. Dan pernah berkolaborasi dan mengeluarkan album dengan dedengkot musik Genesis, Peter Gabriel.

“Seniman musik di Pakistan memanggil master Nusrat atau ustaz. Selain itu mereka yang dipanggil ustaz di negara lain juga melahirkan beberapa karya gemilang cabang ilmu agama seperti tasawuf, ilmu kalam, dan falsafah. Di Persia misalnya ada pelukis yang dipanggil ustaz, yakni Ustadz Bihzad,’’ ujarnya.

Khusus di Indonesia, kata Abdul Hadi, beberapa orang yang pengetahuan agamanya sebenarnya belum sekeranjang penuh, karena sering tampil layar TV dan publik, sering dengan mudahnya dipanggil pula ustaz. “Padahal pengetahuan mereka hanya secuil, misalnya dibandingkan pengetahuan ustadz Abdul Somad atau KH Mustiafa Bisri,’’ katanya.

Bagaimana dengan sebutan kiai yang populer dan lazim di Indonesia? Abdul Hadi menjawab itu merupakan panggilan kultural. Dalam budaya Jawa sebutan kyai tersebut adalah untuk menyebut sosok yang dihormati atau dimuliakan. Dan peruntukan panggilan itu biasa disematkan kepada manusia, hewan (ada kerbau kyai Slamet), keris (kyai Sengkelat), tempat (kyai Merapi), gamelan (kyai guntur madu), dan lainnya.

“Jadi kyai panggilan kultural tak sebatas hanya dalam kaitannya dengan agama (fiqh) semata. Di Indonesia juga ada sebutan yang sejenis dengan kyai, yakni Jawa Barat  (budaya Sunda) ada panggilan ajengan. Di Sumatra Barat (budaya Minangkabau) ada panggilan buya),’’ tegasnya.

 

REPUBLIKA

Allahu Akbar, Nur Muhammad Ada Hingga Akhir Zaman

POKOK dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana seseorang bisa sampai kehadirat-Nya.

Karena itu pula Allah SWT menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Nabi Adam as setelah terusir dari surga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah (teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit. Lewat faktor tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupula dengan Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui cahaya-Nya

Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya. Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW tidak bisa diserupai oleh syetan.

Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?

Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:

” Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu (rahasia) yang tersimpan pada dadanya”

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :

“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.

Nur Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya juga tidak bisa diserupai oleh setan. Memandang wajah Mursyid hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur Allah SWT.

Nabi SAW bersabda:

La yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man ra-ani ai walau bisabina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal irsyadi, inistaqamu ala syariiati.

“Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syariatku” (H.R. Al Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).

Makna melihat dalam hadist di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka. Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.

Darimana kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.

Akan tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Syukurlah bagi orang-orang yang telah menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur Muhammad sebagai Rahmatan Lil Alamin, bermohon atas namanya niscaya Allah SWT akan mengabulkan doa dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah mendapat petunjuk.

Barulah kita tahu kenapa memandang wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada Allah SWT.

Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?

Marilah kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya, dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.

Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :

“Muliakanlah Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir R.A.)

Syukur yang tak terhingga bagi orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal abadi, wajah Nur Muhammad. []

Sumber: Sufimuda.net