Serba-serbi Haji (11): Kopiah Mat Kelor

SEBAGAI seorang asli Madura, kepala Mat Kelor tidak pernah lepas dari kopiah atau peci. Kesukaannya adalah peci hitam Nusantara itu. “Biar aku tak pandai saat sekolah, nasionalismeku akan tetap selalu kujaga,” ujarnya setiap ditanya perihal kopiahnya itu. Di waktu yang lain dia berkata: “Walau ku tak hapal banyak teori yang tak kupaham, Pancasila kuhapal luar kepala.” Begitulah karakter Mat Kelor.

Tadi, saat shalat dhuhur di Masjidil Haram, kopiahnya ketendang orang hitam tinggi besar saat sujud. Lalu kopiah itu keinjak banyak orang. Setelah salam dia bangkit dan mengambil kopiah itu sambil berkata: “Boleh kau tendang kopiahku tapi jangan kau tendang kepalaku. Boleh kau injak-injak kopiahku, tapi jangan kau injak-injak isi kepalaku.” Saya yang ada disampingnya diam-diam mulai kagum dengan filsafat hidupnya dan kecerdasannya yang tersembunyi.

Saat mau keluar masjid, ada orang Arab yang senang kopiahnya itu dan memintanya. Mat Kelor memberikannya dengan senang hati. Saya tanya dia nanti mau pakai apa. Jawabnya: “Saya bawa kopiah hitam seperti itu ‘satu jhina’ alias 10 buah. Siapapun boleh minta kopiahku, asal jangan minta kepalaku.” Hahahaa, saya tertawa. Katanya, orang pasti suka kopiah nasional Indonesia, tapi jangan jual nasionalisme dengan harga berapapun. Saya semakin kagum kepada Mat Kelor.

Panas Mekah luar biasa. Saat keluar masjid, sapaan terik matahari tal terelakkan. Tiba-tiba ada burung yang membuang kotorannya saat tepat berada di atas kepala Mat Kelor. Tahi burung hinggap di kepalanya. Setelah diraba, dicium dan, tanpa dirasakan tentunya, Mat Kelor yakin itu tahi burung. Dia tertawa, saya kaget. Mat Kelor berkata: “Untung yang terbang itu burung, coba yang terbang itu unta betapa menderitanya saya.”

Saya semakin kagum pada Mat Kelor. Saya minta nasehatnya, dia enggan, bukan pangkatnya katanya. Saya paksa dia bicara tentang kesabarannya selama ini, lalu dia berkata: “Kalau tidak sabar terus kita ini mau apa? Ibadah haji adalah ibadah hati, melatih hati bersyukur dan bersabar atas apapun. Walaupun kepala dikotori tahi burung.” Saya senang dengan pelajaran hari ini darinya. Saya ajak dia makan makanan terenak di Mekah. Tentu saja bukan ikan burung goreng.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (10): Parfum Arab Penuh Kesan

SALAH satu buah tangan yang diburu jamaah haji adalah minyak wangi khas Arab. Sebenarnya bukan hanya sebagai oleh-oleh, orang tiba dari tanah suci “setengah wajib” memakai wewangian sebelum bertemu sanak keluarga plus baju gamis khas Arab. Entah bagaimana asal muasal tradisi ini. Namun sungguh ia memiliki makna dan kesan tersendiri.

Mat Kelor termasuk pada kelompok PMA (Pemburu Minyak Arab) ini. Kalau biasanya jamaah itu hanya fokus pada minyak wangi hajar aswad yang melegenda itu, Mat Kelor justru membeli berbagai jenis parfum, baik yang sudah terkenal ataupun yang belum. “Rasa dan minat masing-masing orang berbeda,” ujarnya. Ada yang bernama “malaikat subuh,” “du’aul jannah,” “syaikhah,” “mukhallath malaki” dan lain sebagainya. Juragan kelor ini tampak lebih cerdas dibandingkan saat tak punya uang dahulu.

Dicobanya masing-masing parfum itu sambil menunggu kesan dari orang sekitar. Hari Jum’at kemaren adalah hari penuh kejutan bagi Mat Kelor. Dia memakai jenis parfum baru. Orang Arab banyak memujinya dan meminta seoles dua oles di tangannya saat ada di masjid. Teman-teman lelaki pada bertanya pada Mat Kelor tempat dimana membelinya. Mat Kelor terkejut dengan respon baik ini. Dia bangga dan bahagia. Semakin percaya diri.

Sepulang Jum’atan, dia tambahkan parfum itu di bajunya. Lalu berkumpullah dengan semua jamaah di restoran untuk makan siang. Kejutan kedua muncul, ibu-ibu pada menutup hidung sambil berkomentar: “parfum apa ini pak haji, kok tidak enak.” Mat Kelor terkejut dan sedih serta tak tahu harus menjawab apa. Dia terus menghilang sebentar lalu kembali ke ibu-ibu tadi itu sambil berkata: “Saya tak tahu apa nama parfum ini karena tulisannya Arab. Tadi saya tanya ke ustadz, ternyata maknanya adalah ‘MINYAK PENGUSIR SETAN.’ Hanya setan yang tak suka parfum ini.”

Ibu-ibu itu tersindir, bapak-bapak yang telah memuji parfum itu tertawa. Ada yang bilang: “Mat Kelor dilawan.” Pesan moralnya adalah bahwa kita harus berpikir dulu sebelum komentar. Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK

Pulang dari Tanah Suci

Pelaksanaan ibadah haji telah usai. Jamaah haji asal Indonesia mulai kembali ke Tanah Air dengan harapan ibadahnya menyandang sebagai haji yang mabrur. Pulang dari Tanah Suci, jamaah berharap mampu membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, terutama ketakwaannya kepada Allah SWT.

Tahun ini Indonesia mendapatkan jatah kuota dari Peme rintah Arab Saudi sebanyak 221 ribu orang untuk melaksanakan iba dah haji. Jumlah tersebut ter diri atas 204 ribu jamaah haji re gu ler dan 17 ribu kuota haji khu sus. Kuota yang besar mengha rus kan pemerintah bekerja keras menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji. Terutama membuat kenyamanan bagi jamaah.

Ada banyak cerita dari jama ah haji yang kini sudah kembali ke Tanah Air, mulai dari pela yanan hingga kisah-kisah mereka selama di Tanah Suci. Rangga, warga Cibubur, Jakarta Timur, mengaku bersyukur bisa me nu naikan ibadah haji setelah me nunggu enam tahun. Rangga sung guh terharu karena di Tanah Suci bisa bertemu dengan kaum Muslimin di seluruh dunia. “Pe lajaran yang saya dapat selain iba dah fisik, haji ibadah hati ju ga. Sifat sabar harus diutamakan, “kata dia.

Rangga yang berangkat haji bersama ibunya mengaku berko mitmen untuk ikut mendakwah kan ajaran Rasulullah SAW. Hal tersebut juga sempat didiskusi kan dengan beberapa jamaah haji lainnya dari negara lain. “Selepas dari tanah Arab di Haramain kita harus melanjutkan dakwah Ra sulullah meskipun kita menyampaikannya hanya satu ayat tapi kita harus tetap turut andil dalam berdakwah,” tutur Rangga yang saat ini tercatat sebagai pegawai pajak di Batam.

Thayyib (55), jamaah asal Pe jompongan, juga tak jauh berbeda dengan Rangga. Dia berangkat ber sama istrinya setelah menunggu selama tujuh tahun. Banyak hik mah yang didapat oleh Thay yib selama melaksanakan ibadah haji. Di Tanah Suci, lanjutnya, diri nya bisa lebih khusyuk beribadah dan berdoa kepada Allah.

Thayyib berdoa semoga usai menjalankan ibadah haji bisa lebih dekat kepada Allah. Pasalnya, bagi Thayyib ibadah haji adalah menempa diri agar lebih khusyuk dan melatih kesabaran. “Agar lebih benar ibadahnya, lebih baik ibadahnya kepada Allah. Ditempa di sana (Makkah) bisa lebih baik lagi di sini (Indonesia),” ucapnya. Baik Rangga maupun Thayyib mempunyai beberapa catatan kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji. Rangga menyoroti tentang manajemen kloter yang dinilai masih belum maksimal.

Dia menilai beberapa ketua kloter masih belum berpengalaman. Namun, kekurangan tersebut, kata Rangga, bisa ditutupi oleh kerja sama tim yang cukup solid. Persoalan-persoalan yang ada di lapangan pun bisa diselesaikan. Rangga berharap ke de pan nya, ketua kloter perlu yang su dah berpengalaman. “Saran saya setiap dua hari sekali dila kukan evaluasi antara manajemen kloter dengan ketua-ketua rombongan yang ada. Kalau perlu ketua regu,” ujar Rangga.

Thayyib menilai ada beberapa hal kecil yang perlu dibenahi untuk peningkatan pelayanan di masa akan datang. Contohnya, jad wal pemulangan yang sempat terlambat. Namun, secara umum Thayyib menilai pelayanan dan pengaturan oleh pemerintah sudah cukup baik, mengingat jumlah jamaah yang mencapai jutaan jiwa.

 

REPUBLIKA

Berjuta Pengalaman di Tanah Suci

Badai pasir dan hujan deras juga menjadi kesan tersendiri bagi Hamdiyah Sebanyak 360 jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama tiba di Asrama Haji Solo, Selasa (28/8) pukul 12.00 WIB.

Jamaah haji tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan seorang dari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jamaah haji kloter pertama dari Embarkasi/Debarkasi Solo mendarat di Bandara Adi Soemarmo pada pukul 11. 05 WIB. Mereka langsung dibawa menuju Asrama Haji di Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Setelah turun dari bus, jamaah haji tersebut langsung masuk ke Gedung Muzdalifah.
Mereka menjalani pemerik- saan barang bawaan melalui mesin x-ray serta pemeriksaan paspor. Ini menjadi hari kedua pemulangan jamaah haji dari Tanah Suci.

Sehari sebelumnya, jamaah haji dari empat debarkasi juga telah menginjakkan kaki di Tanah Air. Sebanyak 6.026 jamaah dengan tujuan Debarkasi Palembang, Surabaya, Jakarta- Bekasi, hingga Solo berangkat dengan Pesawat Saudi Airlines.

Beragam pengalaman mereka rasakan selama di Tanah Suci. Kebahagiaan mereka masih terlihat ketika sampai di Indonesia. Hamdiyah (67 tahun) yang sedang duduk di dalam gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, salah satunya.

Dia masih tersenyum mengenang pengalaman di Tanah Haram. Sambil menyantap hidang an makanan ringan, Hamdiyah berce rita jika semua ibadahnya berjalan lancar selama di Tanah Suci.

“Enak, mungkin tergantung perbuatannya ya, yakin saja yang terbaik,” kata Hamdiyah.

Dia bersyukur bisa tiba dengan selamat di Indonesia. Ia sangat bahagia saat pesawatnya mendarat dengan selamat di Bandara Udara Soekarno-Hatta.
“Alhamdulillah, senang,” ujar Hamdiyah yang sehari-harinya hanya sibuk mengasuh cucunya.

Ada banyak kejadian yang membekas di benak Hamdiyah selama pelaksaan ibadah haji. Di antaranya, saat melaksanakan shalat sehabis tawaf.

Dia terkaget-kaget karena tersenggol oleh jamaah haji lain yang berbedan besar.
Ia menduga, jamaah haji tersebut berasal dari Arab. Selain itu, badai pasir dan hujan deras juga menjadi ke san tersendiri bagi Hamdiyah.

Ketika itu, jutaan jamaah haji termasuk dirinya secara spontan mengucapkan kalimat istighfar. Ia bersyukur ujian tersebut tak membuat ibadahnya terganggu. Hamdiyah telah menunggu sejak tujuh tahun lalu untuk bisa berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima ini.

Awalnya, ia mendaftarkan diri bersama suaminya. Namun, selang beberapa bulan setelah pendaftaran, suaminya wafat, sehingga ia harus berangkat sendiri.

Peluang untuk menunaikan rukun Islam kelima tidak disia-siakan oleh Hamdiyah guna memanjatkan doa untuk seluruh keluarganya. Ia berharap, Allah mengabulkan doanya agar anak-anaknya mampu menunaikan ibadah haji.

Erna (63), jamaah haji lainnya asal Banten, merasakan hal berbeda. Dia mengaku, kendala kesehatan sangat memengaruhi di rinya dan jamaah lainnya selama pelaksanaan ibadah haji.

Tapi, segala cobaan tersebut ia hadapi dengan sabar serta beristighfar kepada Allah.
Selain itu, melakukan pengobatan yang telah disediakan oleh tim medis. Ia mengapresiasi pelayanan pemerintah, khususnya tenaga medis, sehingga membantu kesehatan para jamaah.

“Untuk tahun ini, saya mengapresiasi pemerintah, terutama Kemenkes sangat baik mulai tingkat puskesmas sampai semua aparat kesehatan sangat baik,”kata Erna.

Badai pasir dan hujan deras rupanya juga menjadi pengalaman yang membekas Erna.
Badai tersebut membuat jamaah khawatir, termasuk dirinya. Badai tersebut ia anggap sebagai kehendak Allah. Sehingga, semua diberikan keselamatan.

Selama melaksanakan ibadah haji, Erna mengaku, tak mengalami hambatan yang berarti. Ia mengikuti segala arahan dari petugas haji. Apalagi, semua petugas di kelompoknya solid dan baik.

Ia menegaskan, kunci ke lancaran dalam melaksanakan ibadah haji adalah kesabaran.
Erna yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga harus me nunggu tujuh tahun agar bisa melaksanakan ibadah haji. Ia berharap, ibadahnya dapat diterima oleh Allah dan menjadi haji mabrur.

Triono (60 tahun) juga merasa terharu ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Tanah Suci. Ia langsung mengucapkan kalimat syukur berkali-kali sebagai ungkapan kebahagiaan.

“Ia menilai bahwa doanya telah dikabulkan oleh Allah untuk ke Tanah Suci.
Alhamdulillah sekali, sampai mau nangis, katanya.

Perasaan tersebut yang membekas pada diri Triono. Selama berada di Tanah Suci, Trio no memperbanyak berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Ia berharap, menjadi haji yang mabrur.

Secara umum, menurut Triono, tak ada peristiwa yang membekas selain perasaan bahagia ketika pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Suci. Ia tak mengalami banyak hambatan karena meng ikuti arahan dari para petugas haji.

REPUBLIKA

Fokus Ibadah, PPIH Minta Jemaah Tidak Terprovokasi Isu Politik di Tanah Air

Makkah (PHU)—Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Endang Jumali meminta seluruh jemaah haji Indonesia tidak terpancing dengan isu-isu politik yang berkembang di Tanah Air.

“Tentu mengimbau seluruh jemaah haji tetap tenang dan tidak terpancing. Hal-hal yang muncul sekarang, dimana kita lihat di medsos, ada pembagian air zamzam sebagaimana tertulis,” ucap Endang di Syisyah Makkah. Jumat (31/08).

Endang mengatakan jemaah haji Indonesia tak perlu khawatir karena akan mendapatkan air zamzam sebanyak 5 liter saat sesampainya di Tanah Air.

“Saya mengimbau jemaah yang reguler, jemaah akan mendapatkan air zamzam pada saat tiba di tanah air,” ucap Endang.

Endang meminta jemaah tetap fokus akan persiapan kepulangan ke Tanah Air.

“Iya jangan terpancing, fokus persiapan untuk pulang ke Tanah Air,” ucapnya.

Baru-baru ini tersiar kabar pembagian air zamzam label #2019GantiPresiden secara gratis kencang di media sosial dan whatsapp jemaah haji Indonesia. Foto pembagian air zamzam itu terlihat jelas diterima jemaah haji furada (non kuota).(mch/ha)

KEMENAG RI

 

Baca juga: #2019GantiPresiden Seharusnya Tidak Dibawa ke Tanah Suci

Asuransi Jamaah Wafat Mulai Diklaim

Kementerian Agama (Kemenag) mengurus manfaat asuransi untuk jamaah haji yang wafat, baik di Tanah Air mau pun Tanah Suci. Mereka akan mendapatkan sejumlah uang sesuai dengan ketentuan yang dibuat kemenag dengan pihak asuransi.

“Sudah diurus. Ditjen PHU langsung menghubungi ahli waris dan mengurus pencairan dananya,” kata Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori di Syisyah Makkah pada Rabu (29/8).

Jamaah yang meninggal karena gangguan kesehatan mendapatkan manfaat sebesar Rp 18,5 juta. Sedangkan yang tewas karena kecelakaan mendapatkan uang lebih besar, yaitu Rp 37 juta. Namun, sejauh ini Kemenag belum menemukan jamaah yang meninggal dunia akibat kecelakaan.

Premi asuransi per jamaah sebesar Rp 49 ribu. Asalnya dari hasil optimalisasi dana haji yang kini dikelola Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Besaran premi ini merupakan kesepakatan antara Pemerintah dengan Komisi VIII DPR RI.

“Dana asuransi tersebut akan ditransfer ke rekening jamaah untuk dicairkan oleh ahli waris,” tutur Ahda.

Pengajuan klaim oleh Ditjen PHU, lanjut Ahda, dimaksudkan untuk mempercepat proses. Proses ini tidak dibebani kepada ahli waris, karena berdasarkan pengalaman sebelumnya, banyak dari mereka tidak mengurus hal tersebut, sehingga penyerapan dana ini tidak maksimal.

Lagi pula, pengajuan klaim oleh Ditjen PHU menyebabkan proses pencairan dana terawasi. Setelah disetujui pihak asuransi, dana langsung dikirim ke rekening jamaah. Pada tahun sebelumnya, proses pembayaran asuransi sudah selesai tiga puluh hari setelah operasional haji.

Ahda mengimbau ahli waris tidak mempercayai siapa pun yang mengklaim akan mengurus dan membantu pencairan dana asuransi. Sebabnya, persoalan klaim sudah menjadi tanggung jawab Kemenag.

Asuransi sudah berlaku sejak jamaah keluar dari rumah menuju tempat pemberangkatan atau kedatangan di setiap daerah, sampai dengan kembali dari Tanah Suci, sebelum sampai di rumah. “Jika sudah sampai di rumah, lalu wafat, itu tidak termasuk yang mendapat asuransi,” tuturnya.

Asuransi haji merupakan bentuk perlindungan finansial terhadap jamaah haji atas risiko perjalanan. Umumnya asuransi ini sudah termasuk dalam komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Asuransi haji termasuk dalam asuransi jiwa yang memberikan perlindungan.

Asuransi ini didasarkan pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji. MUI menyatakan diperlukan perlindungan keselamatan atas risiko berupa kecelakaan atau kematian, mengingat lamanya masa ibadah haji dan risiko yang mungkin terjadi. Ada pun pengelolaan asuransi haji diharuskan sesuai dengan syariat Islam.

Syarat utama untuk mengikuti asuransi haji adalah memiliki tabungan haji. Untuk membuka tabungan haji, Anda dapat membukanya di bank-bank yang sudah bekerja sama dengan Kementerian Agama.

REPUBLIKA