Karunia Allah Tak Terbatas

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt, Dzat yang tiada pernah tidur, senantiasa terjaga mengatur segala apa yang ada dan mencukupi rezeki seluruh makhluk-Nya. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya kelak kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, janganlah membatasi karunia Allah Swt dengan keterbatasan kita. Kita ini memang terbatas, serba terbatas dalam segala hal. Tapi Allah tidak terbatas kekuasaan dan karunia-Nya.

Sebagai contoh, sebagian besar orang yang berangkat ibadah umroh adalah berangkat tidak seratus persen dengan biaya sendiri. Secara syariat, ada beberapa karyawan sebuah toko kue yang diberangkatkan umroh oleh pemilik toko. Ada yang dibiayai oleh anaknya, ada yang dibiayai oleh atasannya, ada yang dibiayai oleh orangtuanya, dan lain sebagainya.

Demikian juga dalam hal lainnya. Kita sering mengira bahwa merasa tidak mungkin mendapatkan karunia ini, tidak mungkin merasakan karunia itu disebabkan merasa tidak memiliki kemampuan baik secara finansial, secara ilmu, secara fisik atau aspek lainnya. Padahal ada seorang ibu yang sudah berusia lanjut, kakinya sudah tak mampu berjalan sehingga memakai kursi roda untuk bergerak.

Namun, atas izin Allah, ibu ini bisa menunaikan ibadah umroh. Padahal secara fisik ibu ini merasa tidak akan mampu, meski secara hitungan finansial mampu. Bahkan, sang ibu bisa berangkat umroh dengan membawa serta tiga orang pendampingnya. Sedangkan ketiga pendamping ini merasa tidak mampu umroh secara finansial, namun dibiayai oleh sang ibu. Maasyaa Allah.

Demikianlah Allah melimpahkan karunianya kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam cara yang seringkali tidak diperkirakan. Allah Swt berfirman, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir [35]: 3)

Allah Swt juga berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim)

Saudaraku, keterbatasan hanyalah milik makhluk. Sedangkan Allah maha luas kuasa-Nya tanpa batas. Penting bagi kita untuk selalu berbaik sangka dan tidak berputus asa akan rohmat dan karunia-Nya.WAllahualam bishowab. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Menag: Penerapan Biometrik Kewenangan Pemerintah Saudi

Bandung (Kemenag) — Menanggapi pro kontra penerapan biometrik dalam penyelenggaraan umrah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa kebijakan itu merupakan kewenangan pemerintah Saudi Arabia.

“Ini adalah domain pemerintah Saudi Arabia, semua aturan yang terkait dengan visa untuk urusan apapun. Ketika ada seorang warga negara asing yang akan masuk ke wilayah kita, maka mereka harus turut pada ketentuan dan regulasi yang dibuat pemerintah setempat; demikian juga di Arab Saudi,” ujar Menag, Kamis (11/10).

“Kita menghormati, menghargai apapun kebijakan pemerintah Saudi Arabia. Kita tidak dalam posisi menentang mereka. Kita ini tamu, mau berkunjung ke sana. Jadi tamu yang baik, ya ikut aturan tuan rumah,” tegas Menag usai saksikan Penandatanganan Naskah Kerjasama Kanwil Kemenag Jabar dan Polda Jabar di Bandung.

Menurut Menag, persoalan biometrik juga terkait hubungan antar negara. Kemenag tengah membangun komunikasi dengan pemerintah Arab Saudi melalui Duta Besar agar kebijakan penerapan biometrik itu tidak menyulitkan masyarakat yang ingin berumrah.

“Kita bisa menyampaikan, mohon tuan rumah, kami mau berkunjung untuk beribadah. Jadi mohon untuk tidak dipersulit. Ini yang sedang kami lakukan,” ujar Menag.

“Kita berikhtiar semaksimal mungkin. Yakinlah kami juga sangat serius untuk menangani persoalan ini. Kami ingin umrah ini tetap dikelola oleh masyarakat,” ujar Menag didampingi Dirjen PHU Nizar Ali dan Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim.

Kakanwil Kemenag Provinsi Jabar A. Buchori dan Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto melakukan Penandatanganan Naskah Kerjasama mengenai pengawasan dan penegakan hukum terhadap penyelenggaraan ibadah haji khusus dan umrah di lingkungan Jawa Barat.

Turut menyaksikan penandatanganan ini, Wakil Gubernur Jabar UU Ruzhanul Ulum, Rektor UIN Sunan Gunung Jati Bandung Mahmud, para Kepala Kemenag Kab/ Kota, Kepala KUA, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se-Jabar dan anggota Forum Kerjasama dan Silaturahim (FKS) PATUH Jabar.

Sebelumnya, telah dilaksanakan Sosialisasi Regulasi tentang PPIU kepada para pegiat travel umrah yang tergabung dalam FKS PATUH Jabar. Selain itu, dilakukan juga Pengukuhan Pengurus Forum Kerjasama dan Silaturahim (FKS) PATUH Jabar periode 2018-2023.

15 Amalan Mudah dan Ringan, Besar Pahala

DI antara yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pada kita adalah rutin mengamalkan amalan shalih meskipun amalan itu sedikit dan ringan, atau bahkan dipandang remeh oleh sebagian orang. Namun ternyata tanpa kita sangka, ternyata amalan tersebut mengandung pahala yang besar.

Berikut adalah beberapa amalan yang mudah dan ringan untuk dilakukan, namun besar pahalanya, berdasarkan hadits yang shahih:

Pertama, membaca: subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil adzim

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan, dan berat ditimbangan: (yaitu bacaan) subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil adzim [Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung]” (HR. Al Bukhari)

Kedua, wudhu dengan sempurna dan membaca doa, sebagaimana hadits berikut:

Dari Umar bin Khattab, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian selesai wudlu dia membaca: asyhadu allaa ilaha illallah wa anna muhammadan abdullahi wa rasulullah [aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya], maka akan dibukakan untuknya pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR. Muslim)

Ketiga, menghadiri salat Jumat di awal waktu dengan memperhatikan adabnya.

Dari Aus bin Aus Ats Tsaqafi, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membasuh (kepalanya) dan mencuci (seluruh tubuhnya) di hari Jumat (mandi besar), lalu berangkat ke masjid pagi-pagi, dan dia mendapatkan khutbah dari awal, dia berjalan dan tidak naik kendaraan, dia mendekat ke khatib, konsentrasi mendengarkan khutbah dan tidak berbicara, maka setiap langkahnya (dinilai) sebagaimana pahala puasa dan salat malam selama setahun.” (HR. Abu Dawud, At tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan dinilai shahih oleh Al Albani)

Abu Zurah mengatakan: “Saya tidak pernah menjumpai satu hadits yang menceritakan pahala yang besar dengan amal yang sedikit yang lebih sahih dari hadits ini.”

Keempat, salat dhuha dua rakaat

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Setiap ruas tulang kalian wajib disedekahi, setiap tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir bernilai sedekah, amar maruf nahi munkar bernilai sedekah, dan semua kewajiban sedekah itu bisa ditutupi dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim & Abu Dawud)

Kelima, berzikir di masjid setelah subuh.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang salat subuh berjemaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian salat dua rakaat, maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna.” (HR. At Tirmidzi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

Keenam, membaca Alquran.

Dari Abdullah bin Masud, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka dia mendapat satu pahala kebaikan. Dan setiap satu pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali.” (HR. At Tirmidzi, At Thabrani dan dinilai shahih oleh Al Albani)

Ketujuh, membaca dzikir ketika masuk pasar atau tempat keramaian.

Dari Abdillah bin Amr bin Ash, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang masuk pasar kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiit wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khair, wa huwa ala kulli syaiin qadiir [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan. Dan milikNyalah seluruh pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahahidup dan tidak mati, di TanganNyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu] maka Allah catat untuknya sejuta kebaikan, Allah hapuskan sejuta kesalahan, dan Allah angkat untuknya satu juta derajat.” (HR. At Tirmidzi, Al Hakim, Ad Darimi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

Kedelapan, salat berjemaah di masjid.

Dari Abu Umamah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang keluar dalam keadaan suci, menuju masjid untuk melaksanakan salat jemaah, maka pahalanya seperti pahala seperti orang yang sedang haji dalam keadaan ihram.” (HR. Abu Dawud dan dinilai hasan oleh Al Albani)

Kesembilan, berzikir ketika terbangun dari tidur (nglilir)

Dari Ubadah bin Shamit, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang terbangun (nglilir) ketika tidur malam kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syaiin qadiir. Alhamdulillah, wa subhanallah, wa laa ilaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan, milkNyalah segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji milik Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Allah Mahabesar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah] kemudian dia beristighfar atau berdoa maka akan dikabulkan. Jika dia berwudhu kemudian shalat dua rakaat maka shalatnya diterima.” (HR. Bukhari & Abu Dawud)

Ke-10, salat sunah dua rakaat sebelum subuh.

Dari Aisyah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)

Ke-11, membaca selawat

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca selawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan selawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain: “Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan selawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan sepuluh kesalahan, dan diangkat sepuluh derajat.” (HR. An Nasai, shahih)

Ke-12, menjawab azan dan membaca doa setelah azan.

Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mendengarkan azan kemudian dia membaca doa: Allahumma rabba hadzihid dawatittammah washshalatil qaimah, ati muhammadanil wasilata wal fadhilah wabats-hu maqamam mahmudanilladzi waadtahu, [Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan salat wajib yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadhilah. Bangkitkanlah beliau ke tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya, maka dia berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat].” (HR. Bukhari)

Ke-13, membaca zikir setiap pagi dan sore. Di antara zikir yang disyariatkan adalah membaca : “subahanallah wa bihamdihi”

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa di waktu pagi dan sore membaca: subahanallah wa bihamdihi seratus kali maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala yang lebih baik dari pahala yang dia bawa, kecuali orang yang membaca seperti yang dia baca atau lebih banyak.” (HR. Muslim)

Ke-14, mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak orang lain untuk melakukan kesesatan dan maksiat maka dia mendapat dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

Ke-15, rajin beristighfar

Dari Ibn Abbas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang rajin beristighfar maka Allah akan berikan jalan keluar setiap ada kesulitan, Allah berikan penyelesaian setiap mengalami masalah, dan Allah berikan rezeki yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud, hasan lighairihi). Selamat mengamalkan. [At-Tauhid/Ammi Nur Baits]

 

 

Perjuangan Theresa Corbin Memeluk Islam

Dia merasakan bagaimana orang-orang non-Islam berperilaku kasar terhadapnya.

Theresia Corbin, wanita berusia 24 tahun ini memeluk Islam pada November 2011 lalu. Tepatnya, dua bulan setelah peristiwa 9 November 2001 (911). Menurut dia, Islam adalah agama yang damai.

Meski banyak orang menilai Islam sebagai agama teror, radikal, dan berbagai stigma buruk lainnya, wanita paruh baya ini tetap menilai Islam sebagai agama yang menyejukkan dan menenangkan hati.

Sejak memeluk Islam, dia memutuskan untuk berjilbab. Meski banyak wanita terbiasa menunjukkan lekuk tubuh, Corbin memilih hal berbeda. Dia mengenakan jilbab dan menutup tubuhnya demi menjaga kehormatan dan menjalankan keyakinan.

Setelah peristiwa 9 November, banyak media yang memberitakan Muslim sebagai orang yang kasar dan tidak toleran. Ada peningkatan 1.700 persen kejahatan kebencian terhadap Muslim Amerika antara 2000 hingga 2001.

Corbin merasakan bagaimana orang- orang non-Islam berperilaku kasar, intoleran terhadapnya. Seorang pekerja pos pun pernah bertanya, apakah di dalam paket miliknya terdapat bom? Di lain waktu, seorang pria di dalam truk juga melemparkan telur ke arahnya. Dia bertanya- tanya, apakah ia menjadi sasaran karena pakaian Islamnya?

Menjadi Muslim setelah 911 merupakan tantangan. Ini adalah cobaan tersulit yang dialaminya. Wanita asal Baton Rouge, Lousiana, ini pada mulanya menganut Katolik, kemudian dia menjadi agnostik.Setelah itu, dia mempelajari Islam selama empat tahun. Dia meminta pendapat sejumlah orang dan juga membaca buku-buku tentang Islam.

Perjalanannya mengenal Islam dimulai ketika dia berusia 15 tahun. Dia memulai pencarian tentang Islam dengan mempertanyakan keyakinannya. Tetapi, jawaban yang diterimanya tak pernah memuaskan meski jawaban itu bersumber dari guru dan pendeta

Mengambil Risiko

Selama bertahun-tahun, Corbin mempertanyakan agama, manusia, dan alam semesta. “Setelah saya mempelajari kebenaran, retorika, sejarah dan dogma, saya menemukan satu hal aneh yang disebut dengan Islam,” jelas dia sebagaimana diberitakan cnn.com.

Baginya, Islam bukanlah budaya atau mewakili kawasan tertentu. Corbin menyadari bahwa Islam adalah agama dunia yang mengajarkan toleransi, keadilan, kehormatan, kesabaran, kesopanan, dan keseimbangan.

Senang rasanya menemukan Islam sebagai sumber keyakinan karena mengajarkan penganutnya untuk menghormati semua nabi. “Mereka mengajarkan umat manusia untuk menyembah Allah dan membimbing umatnya menuju kemuliaan hidup,” ungkap dia.

Corbin tertarik dengan Islam setelah mendengar hadis Nabi bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim, baik laki-laki atau perempuan. Dia juga terkejut karena ilmu sains ditemukan oleh ilmuwan Muslim al-Khawarizmi, al-Jabar, Ibnu Firnas yang mengembangkan mekanisme penerbangan dan al-Zahrawi yang merupakan bapak bedah modern.

Sejarah peradaban dan kejayaan Islam semakin meyakinkan dirinya bahwa Islam adalah agama yang mengarahkan penganutnya menuju kebenaran. Dasarnya bukan semata-mata dogma, melainkan juga akal yang merupakan sumber kecerdasan manusia.

Setelah peristiwa 9 November, Corbin berpikir untuk menunda memeluk Islam. Ada kekhawatiran karena masyarakat Barat ketika itu berpandangan sangat buruk tentang Islam. Risalah Ilahi itu selalu disematkan dengan berbagai stigma buruk hanya karena pelaku pengeboman gedung WTC yang disebut-sebut Muslim.

Peristiwa itu bagi dirinya menimbulkan trauma kengerian. Tapi, dia berusaha untuk tetap membela Muslim dan agama mereka. Karena ulah sekelompok orang, citra Islam dan Muslim menjadi buruk. Selama berjuang untuk membela Islam, dia berusaha untuk mengatasi rasa takutnya. Saat itu, juga dia semakin yakin untuk bergabung bersama Muslim dengan meyakini agama ini dan memeluknya.

Mulanya, keluarga belum menerima langkah besar yang dijalani Corbin. Tetapi, mereka tidak terkejut karena mengetahui wanita itu telah lama mempelajari risalah Muhammad SAW. Meski demikian, mereka khawatir akan keselamatan Corbin setelah memeluk Islam. Alhamdulillah, teman- temannya memberikan dukungan, menerima diri Corbin apa adanya. Bahkan, banyak dari mereka yang ingin tahu lebih banyak tentang Islam.

Berjilbab

Kini, Corbin mengenakan jilbab dan dia bangga telah menggunakannya. Jilbab bagi Corbin bukan untuk mengekangnya atau sebagai alat penindasan. Sebelum memeluk Islam, dia sering mendengar bahwa Muslimah di wilayah Timur Tengah mengenakan pakaian tertutup karena pak saan dan rasa memiliki suami mereka.

Namun, ketika dia bertanya dan mendapat jawaban yang sesungguhnya, Corbin justru mengetahui kebenarannya. Jawaban itu membuatnya kagum. Jilbab yang mereka kenakan adalah semata-mata karena Allah SWT. Fungsinya untuk diakui sebagai wanita yang harus dihormati dan tidak dilecehkan, sehingga dapat melindungi diri sendiri dari tatapan laki-laki.

Setiap Muslim diajarkan untuk berpakaian sederhana sebagai simbol bahwa tubuh wanita tidak dimaksudkan untuk konsumsi massa atau kritik. Corbin masih tetap ragu dengan penjelasan rekan Muslimahnya karena wanita di Islam dianggap kelas dua.

Tapi, lambat laun, dia memahami, kehidupan Barat selama ini memperlakukan wanita seperti properti, sedangkan Islam mengajarkan bahwa pria dan wanita setara di mata Tuhan.

Islam mengatur bahwa wajib hukumnya untuk menikahi wanita yang ingin hidup bersama. Bahkan, perempuan mendapatkan kesempatan untuk mewarisi properti, menjalankan bisnis, dan berpartisipasi dalam pemerintahan. Aturan ini telah berlaku untuk wanita sejak 1250 tahun lalu, jauh sebelum Barat mengangkat isu feminisme.

Menikah

Setelah memeluk Islam, Corbin mencoba mengenal pria yang kelak men jadi pendamping hidupnya. Baginya ini adalah cara yang santun, karena pasangan pria- wanita tak terjebak dalam perzinaan.

Sebagai Muslim baru, dia menemukan cara yang terbaik untuk mencari cinta dan teman hidup selamanya.Dia memutuskan memiliki hubungan yang serius dengan bertaaruf. Dia mulai mencari dan mengikuti wawancara, bertanya tentang pasangan hidup dan keluarganya.

“Saya memutuskan ingin menikah dengan mualaf lainnya, seseorang yang telah berada dekat dengannya dan ingin pergi ke mana saya ingin pergi. Terima kasih kepada orang tua, teman-teman, saya menemukan suami saya sekarang, orang yang masuk Islam di Mobile Alabama, dua jam dari rumah saya di New Orleans. Hingga 12 tahun kemudian, kita hidup bahagia,” jelas dia.

Tidak setiap Muslim menemukan pasangan dengan cara ini. Tetapi, dia bersyukur, ternyata bisa menuju mahligai pernikahan tanpa harus berpacaran. Sejak menjadi Muslim, dia tidak pernah harus melepaskan kepribadian, identitas, atau budaya Amerika.

Pada Agustus 2012, Corbin pindah ke New Orleans. Dia merasa aman untuk sementara waktu. Namun, sekarang, dengan liputan berita terus menerus dari kelompok yang tidak Islami yang dikenal sebagai ISIS, dia kembali mengalami perlakuan diskriminatif.

“Ini membuat saya marah karena ada beberapa yang menyebut diri mereka Muslim dan menyalahgunakan Islam demi keuntungan politik. Ini membebani saya karena mengetahui bahwa jutaan warga hanya melihat gambar-gambar yang tidak jelas dan menganggap itu sebagai cerminan Islam,” jelas dia.

Banyak orang membenci hanya karena Islam yang dianutnya. Sepanjang perjalanan mengenal Islam, dia semakin mengetahui bahwa umat Islam datang dalam berbagai bentuk, ukuran, sikap, etnis, budaya, dan kebangsaan. “Yang utama, saya memiliki keyakinan bahwa rekan-rekan Amerika saya dapat mengatasi ketakutan dan kebencian,” ujar dia.

REPUBLIKA

Menag Ingin Umrah Tetap Dikelola Masyarakat

Bandung (Kemenag) — Menag Lukman Hakim Saifuddin mengaku menerima tuntutan dari masyarakat agar pemerintah juga menjadi penyelenggara ibadah umrah. Meski demikian,  Menag menegaskan bahwa hingga saat ini, pemerintah tidak dalam posisi sebagai penyelenggara ibadah umrah,

“Kami ingin umrah ini tetap dikelola oleh masyarakat,” ujar Menag usai saksikan pengukuhan pengurus Forum Komunikasi dan Silaturahim (FKS) PATUH Jabar, Kamis (11/10).

Di hadapan para penggiat usaha travel umrah, Menag mengatakan, “Kita berbagi tugas. Biarlah negara betul-betul mengawal yang wajib, (yaitu) Haji.”

Menurut Menag, urusan penyelenggaraan haji dan umrah akan menuntut perhatian yang besar seiring semakin tingginya animo masyarakat. Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslim terbesar.

“Ini adalah fenomena di seluruh dunia. Animo umat muslim di dunia untuk bisa berhaji dan umrah semakin meningkat. Ini sebuah fenomena yang faktanya kita rasakan,” ujar Menag.

Oleh karenanya,  penyelenggara haji dan umrah dituntut untuk memberikan pelayanan yang ukurannya akan terus meningkat dari waktu ke waktu dengan tanpa batasan, utamanya berkaitan dengan kenyamanan para jemaah.

“Umrah meskipun ibadah sunnah, tapi sangat diminati oleh masyarakat,” tutur Menag.

Menag mengatakan bahwa sejauh ini kebijakan pemerintah memberikan keleluasaan penuh kepada masyarakat untuk menjadi pengelola/ penyelenggara ibadah umrah.

Sedangkan pemerintah melalui Kemenag bertugas mengawasi penyelenggaraan umrah, di antaranya dengan menerbitkan regulasi yakni PMA No. 8 Tahun 2018 mengenai Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. Regulasi ini diperlukan agar dapat memberikan jaminan keamanan bagi calon jemaah umrah saat menjalankan ibadah, tanpa kendala berarti. Juga meluncurkan aplikasi SIPATUH agar dapat mengontrol PPIU dan PIHK terkait penyelenggaraan ibadah haji khusus dan umrah.

Pada saat yang sama, Kakanwil Kemenag Provinsi Jabar A. Buchori, Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto melakukan Penandatanganan Naskah Kerjasama mengenai pengawasan dan penegakan hukum terhadap penyelenggaraan ibadah haji khusus dan umrah di lingkungan Jawa Barat.

Turut menyaksikan penandatanganan ini, Wakil Gubernur Jabar UU Ruzhanul Ulum, Rektor UIN Sunan Gunung Jati Bandung Mahmud, para Kepala Kemenag Kab/ Kota, Kepala KUA, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se-Jabar dan anggota Forum Kerjasama dan Silaturahim (FKS) PATUH Jabar.

Sebelumnya, telah dilaksanakan Sosialisasi Regulasi tentang PPIU kepada para penggiat travel umrah yang tergabung dalam FKS PATUH Jabar, dan Pengukuhan Pengurus Forum Kerjasama dan Silaturahim (FKS) PATUH Jabar periode 2018-2023.

Salah Menyikapi Musibah

SAUDARAKU, telah banyak terjadi ujian atau musibah yang menimpa banyak saudara kita. Tapi jika kita menanggapi kejadian atau musibah itu, tidak tersambung kepada Allah SWT, itu bisa jadi lebih buruk dari musibah. Karena yang paling bahaya dalam menyikapi sebuah musibah adalah jika kita menyikapinya tidak ingat kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman: “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun 64: Ayat 11)

Mari kita bantu saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah, mari kita bantu dengan doa dan bantuan materi. Jangan memanfaatkan keadaan untuk urusan pribadi atau kelompok, niatkanlah untuk membantu dan Lillahi Taala.

Semoga dengan kejadian kita bisa menanggapinya dengan baik dan harus jadi bahan perbaiki diri kita agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Orang Kaya tak Mau Berhaji = Mati Jadi Yahudi

ORANG yang mampu berangkat haji dan dia sengaja tidak berangkat haji, atau memiliki keinginan untuk tidak berhaji, maka dia melakukan dosa besar.

Allah berfirman, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran: 97)

Ketika menjelaskan tafsir ayat ini, Ibnu Katsir membawakan keterangan dari Umar bin Khatab radhiyallahu anhu, “Bahwa Umar bin Khatab radhiyallahu anhu mengatakan, “Siapa yang mampu haji dan dia tidak berangkat haji, sama saja, dia mau mati yahudi atau mati nasrani.”

Komentar Ibnu Katsir, riwayat ini sanadnya sahih sampai ke Umar radhiyallahu anhu.

Kemudian diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam sunannya, dari Hasan al-Bashri, bahwa Umar bin Khatab mengatakan, “Saya bertekad untuk mengutus beberapa orang ke berbagai penjuru negeri ini, untuk memeriksa siapa di antara mereka yang memiliki harta, namun dia tidak berhaji, kemudian mereka diwajibkan membayar fidyah. Mereka bukan bagian dari kaum muslimin.. mereka bukan bagian dari kaum muslimin. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/85)

Belum Berhaji Hingga Mati

Orang yang mampu secara finansial sementara tidak berhaji hingga mati, maka dia dihajikan orang lain, dengan biaya yang diambilkan dari warisannya. Meskipun selama hidup, dia tidak pernah berwasiat.

Al-Buhuti mengatakan, “Apabila ada orang yang wajib haji atau umrah meninggal dunia, maka diambil harta warisannya (untuk badal haji), baik dia berwasiat maupun tidak berwasiat. Sang badal melakukan haji dan umrah sesuai keadaan orang yang meninggal. Karena pelaksanaan qadha itu sama dengan pelaksanaan ibadah pada waktunya (al-Ada). (ar-Raudh al-Murbi, 1/249)

Keterangan:

Yang dimaksud sang badal melakukan haji dan umrah sesuai keadaan orang yang meninggal,
bahwa sang badal melaksanakan haji atau umrah sesuai miqat si mayit. Jika mayit miqatnya dari Yalamlam, maka badal juga harus mengambil miqat Yalamlam.

Miqat Boleh Beda

Al-Buhuti mempersyaratkan, miqat orang yang menjadi badal haji harus sama dengan miqat mayit. Namun beberapa ulama lainnya berpendapat bahwa miqat tidak harus sama. Dalam Hasyiyah ar-Raudh dinyatakan, “Ada yang mengatakan, badal haji boleh dari miqatnya sendiri. Ini pendapat Malik dan as-Syafii. Dan hajinya sah sebagai pengganti bagi orang yang dihajikan. (Hasyiyah ar-Raudh al-Murbi, 3/519).

Dalam al-Mughni Ibnu Qudamah menyebutkan pendapat kedua ini, “Dia dibadalkan oleh orang berhaji atas namanya sesuai kondisinya. Baik berangkat dari negerinya (mayit) atau dari tempat manapun yang mudah baginya. Ini adalah pendapat Hasan al-bashri dan Ishaq. (al-Mughni, 3/234).

Dan insyaa Allah pendapat kedua inilah yang lebih mendekati kebenaran. Karena inti yang diinginkan adalah hajinya, bukan usaha keberangkatan hajinya. Demikian keterangan Imam Ibnu Utsaimin. Allahu alam.

INILAH MOZAIK