Month: April 2019
Kemenag: 5 Instansi Pengawasan Gantikan Fungsi KPHI
Kementerian Agama tidak mempermasalahkan jika Komisi Pengawas Haji Indonesia berniat untuk mengajukan uji materiil terkait UU PIHU tersebut Kementerian Agama tidak mempermasalahkan jika Komisi Pengawas Haji Indonesia berniat untuk mengajukan uji materiil terkait UU PIHU tersebut kepada Mahkamah Konstitusi (MK).
Perbanyak Amalan Ini di Hari Jumat Berkah
Memperbanyak shalawat, khususnya di hari jumat berkah, termasuk bagian dari ekpresi kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Percuma mengaku mengikuti sunnah Nabi, dengan mencontoh pakaian dan bentuk fisiknya misalnya, tetapi jarang menghadiahkan shalawat kepada kanjeng Nabi. Semasa hidupnya, Nabi pernah mengatakan, “Orang pelit itu adalah orang yang disebut namaku, tapi dia tidak mau bershalawat kepadaku.” (HR: Ahmad)
البخيل من ذكرت عنده، ثم لم يصل علي
“Orang bakhil adalah orang yang bila disebut namaku, dia tidak bershalawat kepadaku.”
Meskipun Nabi sudah tiada, kita tetap masih bisa menyampaikan salam kepada beliau. Nabi pun akan mendengar setiap salam yang disampaikan umatnya. Bagaimana caranya? Tiada jalan lain kecuali dengan memperbanyak shalawat. Setiap shalawat yang dilantunkan umatnya didengar oleh Nabi SAW. Abdullah Ibnu Mas’ud pernah mendengar Nabi SAW bersabda:
إن لله في الأرض ملائكة سياحين يبلغوني من أمتي السلام
“Allah SWT memiliki malaikat yang berkunjung ke bumi, mereka senantiasa menyampaikan salam dari umatku.” (HR: Ahmad)
Melalui hadis ini dapat dipahami bahwa setiap shalawat yang kita lantunkan didengar oleh Nabi SAW melalui perantara malaikat. Membaca shalawat dianjurkan kapanpun dan di manapun. Namun memperbanyaknya sangat dianjurkan pada hari jum’at, baik siang maupun malamnya.
Imam al-Syafi’i dalam al-Umm mengatakan, “Saya suka memperbanyak shalawat kepada Nabi di setiap waktu, tapi pada hari jum’at dan malamnya, saya membacanya lebih banyak karena ada kesunnahan.”
وأحب كثرة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في كل حال وأنا في يوم الجمعة وليلتها أشد استحباب
“Saya suka membaca shalawat sebanyak-banyaknya kapanpun, tapi saya lebih banyak membacanya di hari jum’at dan malamnya, karena disunnahkan”
Pendapat Imam al-Syafi’i ini diperkuat oleh hadis riwayat Aws Ibn Aws, seperti yang dikutip Abu Bakar al-Maruzi dalam al-Jum’ah wa Fadhluha, bahwa Nabi bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة: فيه خلق آدم ، وفيه قبض، وفيه الصعقة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي. قلنا: يا رسول الله، كيف تعرض عليك صلاتنا وقد أرمت؟ يقولون: قد بليت؟ قال: إن الله عز وجل حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء
“Jum’at merupakan hari yang paling mulia, sebab pada hari itu Nabi Adam diciptakan dan dicabut nyawanya, dan sangsakala kiamat juga ditiup pada hari jum’at. Oleh karenanya, perbanyaklah bershalawat kepadaku. Sejatinya shalawat kalian itu sampai kepadaku.
Kami berkata, ‘Bagaimana bisa sampai kepadamu padahal engkau telah tiada? ‘Bukankah jasadmu telah hancur? Tambah sahabat lainnya. “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bumi untuk menghancurkan tubuh para Nabi” Jawab Nabi.
Berdasarkan hadis dapat dipahami bahwa jasad para Nabi, termasuk Nabi Muhammad, tidak hancur ditelan bumi. Mereka dapat mendengar shalawat yang kita lantunkan setiap saat. Karenanya perbanyaklah bershalawat, terutama pada hari jum’at. Dalam dalilul Falihin disebutkan, Ibnu Hajar al-Haytami berpendapat bahwa Nabi SAW mendengar dengan kedua telinganya setiap shalawat yang dilantunkan umatnya.
Wallahu A’lam.
Tiga Tafsir Jihad Menurut Raghib al-Ashfahany
Jihad menurut Raghib al-Ashafany tak sekadar angkat senjata.
Salah satu konsep yang juga kerap disalahpahami non-Muslim dan umat Islam sendiri adalah istilah jihad. Seorang pakar Alquran, ar-Raghib al-Asfahaniy menjelaskan, jihad adalah upaya mengerahkan segala tenaga, harta, dan pikiran untuk mengalahkan musuh.
Seperti dijelaskan dalam buku Damai Bersama Alquran: Meluruskan Kesalahpamahan Seputar Perang dan Jihad dalam Alquran, dengan editor Muchlis M Hanafi, al-Ashfahaniy membagi jihad menjadi tiga macam.
Pertama, menghadapi musuh yang nyata. Kedua, menghadapi setan, dan yang ketiga adalah menghadapi nafsu yang terdapat dalam diri masing-masing. Di antara tiga macam jihad itu yang terberat adalah jihad melawan nafsu.
“Mujahid sejati adalah orang yang berjihad melawan nafsunya karena Allah,” sabda Rasulullah sebagai diriwayatkan oleh Ahmad at-Tirmizy dan Ibnu Hibban.
Karena itu, memahami jihad dengan arti hanya perjuangan fisik atau perlawanan senjata sangat keliru. Sejarah turunnya ayat-ayat Alquran telah membuktikan bahwa Rasulullah telah diperintahkan berjihad sejak beliau di Makkah dan jauh sebelum adanya izin mengangkat senjata untuk membela diri dan agama.
Namun, masih ada saja sebagian orang yang memahami arti jihad dengan pemahaman yang sempit. Jika mendengar kata jihad, maka di benak mereka segera terbayang peperangan, senjata, darah, dan kematian.
Mereka memaknai jihad sebagai kewajiban untuk memerangi orang-orang kafir dan orang-orang munafik sampai mereka masuk Islam. Artinya, mereka mengajak orang masuk Islam dengan cara memaksa dan menggunakan kekerasan.
Pemahaman seperti itu tentu tidak dibenarkan dalam Islam. Karena, jihad tidak hanya berarti berperang secara fisik dan mengangkat senjata, tapi memiliki arti yang sangat luas. Perang hanya salah satu bentuk jihad yang bisa dilakukan hanya dalam kondisi tertentu saja.
Nasihat Menghindari Rasa Iri
Rasulullah SAW meminta kita menghindari rasa iri dan dengki
Perasaan iri dan dengki di antara saudara merupakan hal yang banyak didapati di tengah-tengah masyarakat. Inilah mengapa Rasulullah SAW melalui hadis di atas menegaskan untuk menghindari rasa iri dan dengki.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kewajaran yang bagaimana? Ya, selama tidak menjadi menghalang untuk saling mencintai, kasih mengasihi, mendambakan kebaikan bagi saudaranya dan bahagia dengan prestasi yang diraihnya.
Rasa iri dan dengki yang baik ini perlu dimiliki, yaitu tatkala rasa iri dan dengki yang mendorong untuk membenahi diri sendiri karena orang yang cerdas adalah orang yang melakukan persaingan dengan dirinya sendiri dan bukan persaingan dengan saudaramu atau orang lain.
Rasulullah SAW meminta kita menghindari rasa iri dan dengki
Perasaan iri dan dengki di antara saudara merupakan hal yang banyak didapati di tengah-tengah masyarakat. Inilah mengapa Rasulullah SAW melalui hadis di atas menegaskan untuk menghindari rasa iri dan dengki.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kewajaran yang bagaimana? Ya, selama tidak menjadi menghalang untuk saling mencintai, kasih mengasihi, mendambakan kebaikan bagi saudaranya dan bahagia dengan prestasi yang diraihnya.
Rasa iri dan dengki yang baik ini perlu dimiliki, yaitu tatkala rasa iri dan dengki yang mendorong untuk membenahi diri sendiri karena orang yang cerdas adalah orang yang melakukan persaingan dengan dirinya sendiri dan bukan persaingan dengan saudaramu atau orang lain.
Bila hal ini telah disadari maka Anda tidak merasa tersiksa, resah, dan gelisah. Persaingan dengan diri sendiri berarti mengembangkan setiap potensi atau kemampuan anda untuk dijadikan kesuksesan di bidang tertentu yang disesuaikan dengan prioritas utamanya.
Bukan agar supaya diri kita lebih baik dari saudara Anda atau teman Anda, melainkan agar hidup dan kehidupan Anda menjadi berarti dan bermakna.
Allah Tidak Akan Merubah, Sebelum Ada Perubahan dari Dalam Diri
Salah satu Sunnatullah yang berjalan dibumi ini adalah Allah tidak akan merubah kondisi seseorang, kelompok ataupun masyarakat sebelum ada perubahan dari diri mereka. Tidak akan ada yang berubah selama tidak ada niatan dari dalam.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
Perubahan kawan, pemimpin, presiden ataupun lingkungan tidak akan bisa merubah seseorang jika tidak ada niatan dari dirinya sendiri. Seperti kata-kata Nabi Musa as ketika berdakwah kepada Fir’aun,
فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَى أَن تَزَكَّى
Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (QS.an-Nazi’at:18)
Nabi Musa menawarkan kepada Fir’aun untuk berubah dan mensucikan diri. Karena sebesar apapun usaha Musa tidak akan bisa merubah Fir’aun jika tidak ada keinginan dari dirinya.
Perubahan dari dalam itu bisa kita analogikan dengan sebuah telur. Pecahnya telur karena tekanan dari dalam adalah pertanda awal dari kehidupan. Sementara pecahnya telur karena tekanan dari luar adalah awal dari kematian.
Imam Ja’far As-Shodiq, Guru dari Imam Madzhab Maliki dan Hanafi pernah berkata,
“Tubuh seseorang tidak akan lemah jika ia memiliki niat yang kuat.”
Jika kita mendambakan perubahan. Mulailah dari dalam diri masing-masing. Karena sudah menjadi Sunnatullah bahwa Allah tidak akan merubah apapun selama tidak ada perubahan dari dalam diri kita.
Jika sudah ada keinginan dan usaha untuk berubah, maka Janji Allah untuk memberi bantuan dan kemudahan akan segera datang.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS.al-Ankabut:69)
Mari kita niatkan diri untuk berubah menjadi lebih baik, karena disitulah Allah akan memberikan bermacam bimbingan dan kemudahan.
Pangkal dari Permusuhan adalah Rasa Dengki
Manusia tidak akan mendapat ketenangan hidup bila masih ada rasa iri dan dengki dalam hatinya. Penyakit ini adalah faktor utama yang mengantarkan manusia menuju kesengsaraan.
Permusuhan, pertikaian dan berbagai macam konflik sosial banyak terjadi karena mengikuti bisikan dengki. Kerugian harta, nama baik atau bahkan hilangnya nyawa seringkali menjadi tumbalnya.
Seorang yang menyimpan iri, dengki dan dendam tidak akan pernah merasakan kehidupan yang aman, nyaman dan tentram. Tidak ada hari tanpa ketegangan dan kemarahan.
Al-Qur’an menceritakan salah satu rahasia kebahagiaan para penghuni surga. Disana tidak ada kata sengsara karena Allah telah mencabut semua rasa iri dan dengki dari hati mereka.
Allah swt berfirman,
وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلّٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهۡتَدِيَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُۖ
“Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.” (QS.Al-A’raf:43)
وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلٍّ إِخۡوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٖ مُّتَقَٰبِلِينَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS.Al-Hijr:47)
Ketika seluruh perasaan dengki, hasut dan dendam telah dicabut dari hati seseorang, barulah ia bisa merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang sebenarnya.
Artinya, mustahil seseorang akan mendapat ketenangan dan ketentraman hidup selagi masih ada penyakit iri dan dengki dalam hati.
Karena itu banyak kita melihat seseorang yang berada dalam puncak kenikmatan duniawi, tak ada kekurangan dalam hidupnya namun ia jauh dari kata bahagia. Hidupnya gelisah dan tak menemukan ketenangan. Karena ternyata dalam hati mereka masih menyimpan rasa iri dan dengki pada orang lain.
Mari kita menciptakan miniatur surga dalam kehidupan kita dengan membuang semua penyakit iri, dengki dan dendam dari dalam hati kita.
Semoga bermanfaat..
Bugar Saat Ibadah
Pelaksanaan ibadah haji memerlukan kemampuan fisk yang luar biasa. Selain jamaah yang berjubel dari berbagai negara di dunia, suhu udara di Arab Saudi yang panas juga menguras energi. Itulah sebabnya diperlukan persiapan sebelum berangkat berhaji.
Agar tetap bugar selama melaksanakan ibadah haji, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum meninggalkan Tanah Air.
* Latihan jalan sebelum berangkat. Jika mampu, lakukan minimal tujuh kilometer, seminggu satu kali.
* Istirahat dan tidur yang cukup.
* Makan makanan bergizi dan teratur.
* Bagi penderita penyakit tertentu, jangan lupa membawa obat yang biasa dikonsumsi di Tanah Air. Bila membawa obat dalam jumlah berlebih, bisa dititipkan ke dokter yang menemani dalam kelompok terbang.
Rasulullah Larangnya Umatnya Putus Persaudaraan
ABDULLAH bin Abi Awfa bercerita: Kami waktu itu sedang berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa Aalihi wasallam. Tiba-tiba beliau berkata: Janganlah duduk bersamaku hari ini orang yang memutuskan persaudaraan.
Segera seorang pemuda berdiri meninggalkan majelis Rasulullah. Rupanya sudah lama ia bertengkar dengan bibinya. Ia lalu meminta maaf kepada bibinya dan bibinya pun memaafkannya. Setelah itu, barulah ia kembali kepada majelis Nabi. Nabi Saw berkata: Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di situ ada orang yang memutuskan persaudaraan. (Al-Targhib 3:345)
Perhatikanlah keluarga kita, kaum yang paling kecil. Bila di dalamnya ada beberapa orang yang sudah tidak saling menegur, sudah saling menjauhi, apalagi kalau di belakang saling menohok dan memfitnah, maka rahmat Allah akan dijauhkan dari seluruh anggota keluarga itu. Kemudian, perhatikan umat Islam Indonesia, kaum yang lebih luas. Bila di dalamnya masih ada kelompok yang mengkafirkan kelompok yang lain, atau membentuk jamaah tersendiri dan mengasingkan diri dari jamaah yang lain, atau tidak mau bershalat jamaah degnan kelompok yang pendapatnya berbeda, maka seluruh umat akan terputus dari rahmat Allah SWT.
Maukah kalian aku tunjuki amal yang lebih besar pahalanya dari shalat dan puasa? Tanya Rasulullah Sawaw kepada sahabat-sahabatnya. Tentu saja, jawab mereka. Rasulullah menjawab, Engkau damaikan orang-orang yang bertengkar. Menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang berpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka adalah amal shaleh yang besar pahalanya. Barang siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rizkinya, hendaklah ia menyambungkan persaudaraan. (HR. Bukhari dan Muslim).
Abu Dzar adalah sahabat yang sangat dikasihi Nabi. Ialah orang yang pertama mengucapkan salam Islam di zaman jahiliah. Ia pernah menahan rasa hausnya, walaupun kantong air ia gantungkan di pinggangnya dan baru akan meminum air itu, setelah Rasulullah SAW meminumnya. Ia dipuji Nabi sebagai sahabat yang lidahnya paling jujur. Ia hidup sederhana dan bergabung dengan orang-orang yang sederhana. Islam telah mengubah masa lalunya sebagai pemberontak menjadi masa kininya sebagai pejuang.
Banyaklah nasihat Nabi kepada Abu Dzar. Salah satu di antaranya adalah: Kekasihku Nabi yang mulia berwasiat kepadaku beberapa hal yang baik: Ia berwasiat agar aku tidak memandang orang yang di atasku dan hendaknya memandang orang yang di bawahku. Ia mewasiatkan kepadaku untuk menyayangi orang miskin dan akrab dengan mereka.
Ia mewasiatkan kepadaku untuk menyambung persaudaraan walaupun dengan orang yang menjauhiku. Ia mewasiatkan kepadaku untuk tidak takut kepada kecaman orang yang mengecam dalam menegakkan agama Allah. Ia mewasiatkan kepadaku untuk mengatakan yang benar walaupun pahit. Dan akhirnya ia mewasiatkan kepadaku untuk memperbanyak La hawla wa la quwwata illa billah, karena kalimat itu termasuk perbendaharaan surga. (HR. Al-Thabrani dan Ibnu Hiban; lihat juga Al-Targhib 3:337). [islamaktual]
Kisah Seorang Menantu yang Ingin Membunuh Mertuanya
Seorang gadis baru saja menikah dengan lelaki pujaannya. Ia mulai menjalani kehidupan baru dirumah suami bersama ibu mertuanya.
Tak lama berselang, ia mulai tidak mampu menghadapi mertuanya. Tidak ada hari tanpa teriakan, kemarahan dan perdebatan.
Sang suami menjadi bingung dan sedih menghadapi keadaan ini. Ia sulit untuk bersikap antara menghadapi istri atau ibunya sendiri.
Semakin hari kondisi semakin runyam. Sang menantu tidak menemukan solusi dari suaminya, pertikaian antara mertua dan menantu ini semakin memanas.
Akhirnya wanita itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia pergi kepada temannya yang seorang apoteker untuk meminta racun agar mertuanya segera berangkat menuju kematian.
Sang apoteker mendengar curhatan wanita ini dengan seksama. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya dan membawa satu potong ayam yang telah dilumuri racun. Ia pun berpesan,
“Ayam ini telah aku lumuri racun. Tapi hasilnya tidak langsung terlihat. Racun ini akan bekerja perlahan-lahan dan membutuhkan waktu sehingga engkau tidak dicurigai sebagai pembunuh mertuamu.”
Kemudian ia melanjutkan, “Ingat, kau harus berhati-hati dalam hal ini. Selama proses racun itu bekerja kau harus sering memberi mertuamu makanan-makanan yang lezat. Perlakukan ia seperti ibumu agar tidak seorang pun yang mencurigaimu ketika racun itu telah membuatnya mati.”
Wanita itu mendengar dengan seksama pesan dari temannya itu. Ia segera pulang dan menyuguhkan makanan beracun itu kepada mertuanya. Hari terus berlalu dan ia melayani mertua dengan pelayanan yang terbaik sepertia ia melayani ibunya sendiri. Semua itu ia lakukan agar tak seorang pun yang mencurigainya.
Setelah berjalan selama beberapa bulan, suasana rumah itu menjadi hangat dan penuh cinta. Mertua yang galak itu kini sangat menyayangi menantunya. Sang suami pun begitu senang luar biasa.
Ketika semuanya menjadi indah, ia kembali kepada temannya itu. Tapi kali ini ia malah memohon untuk diberi penawar racun agar mertuanya tidak mati. Karena semua kini telah berubah menjadi jauh lebih baik.
Apoteker itu tersenyum dan berkata,
“Adikku, aku sama sekali tak memberi racun di makanan itu. Aku hanya melumurinya dengan air.”
Wanita itu terkejut dengan penjelasan temannya itu.
Sang apoteker melanjutkan, “Racun itu sebenarnya ada di otakmu. Dan Alhamdulillah kini engkau telah membuangnya.”
Kisah ini memberi pelajaran yang sangat berharga bagi kita bahwa seringkali rumitnya yang kita alami disebabkan oleh pola pikir kita yang selalu negatif. Keburukan seseorang tak akan berubah apabila kita membalasnya dengan keburukan pula. Tapi hati yang keras bisa menjadi luluh dengan kebaikan yang terus menerus.
Dalam kisah ini kesalah pahaman bisa bermula dari kedua pihak, dari sikap mertua ataupun sikap istri. Dari pola pikir mertua terhadap menantunya, atau juga bisa dari prasangka menantu kepada mertuanya.
Karenanya Al-Qur’an selalu berpesan untuk membalas sikap buruk dengan sikap yang lebih baik. Allah swt berfirman,
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS.Fushilat:34)
Semoga bermanfaat….