Jangan Dzalim ke Orang Kecil

SERINGKALI kita merasa kuat dan hebat manakala kita bisa mengancam, membungkam dan menindas orang yang tak punya kuasa melawan kita. Kita merasa di atas angin dan memandang orang itu sebagai di bawah sandal kita. Baguskah tabiat seperti ini?

Teringatlah saya pada nasehat Imam Husain bin Ali kepada puteranya yang bernama Ali bin Al-Husain: “Anakku, berhati-hatilah engkau, jangan sampai engkau mendzalimi orang yang tak mampu melawanmu dan tak memiliki penolong melawanmu selain Allah SWT.”

Mereka yang tak punya siapa-siapa selain Allah selalu saja dipandang sebelah mata oleh banyak manusia. Tahukah Anda bahwa orang itulah sesungguhnya orang yang paling kuat dan hebat. Balasan atas kedzaliman kepadanya tak bisa diduga dan disangka karena bisa saja datang dari arah yang tak diduga dan diketahui. Orang seperti itu biasanya memiliki para pembantu dan penolong dari kerajaan langit yang kuasanya jauh lebih dahsyat dari pada semua kerajaan bumi.

Satu tetes air mata sedih orang kecil yang mengalir karena kedzaliman orang besar sungguh menjadi satu sebab yang mampu menghancurkan kebesaran orang besar itu. Kapan? Tunggu waktu saja, tidak mungkin tidak. Minta maaflah saat khilaf berbuat dzalim dan gantilah dengan kita berbuat baik kepada orang yang kita sempat berbuat dzalim kepadanya. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Tips Mengatasi Anak Kita yang Suka Berbohong

Hal yang harus kita perhatikan sungguh-sungguh adalah kebohongan yang dilakukan anak-anak. Dan ini akan memakan waktu sangat lama sebelum kita bisa mengatasi kebohongan itu. Anak-anak suka berbohong dan mereka mengelak dengan mengatakan bahwa mereka tidak bohong. Mereka berkata “Aku tidak mengatakannya! Aku bersumpah!” Anda berkata “Tapi mama ada disana mendengarmu mengatakannya.” Dia mengelak, “Tidak.” Anda berkata “Aku merekamnya. Ini videonya.” Dia tetap mengelak “Aku tidak mengatakannya. Sumpah tidak.” Mereka menonton videonya dan tetap tidak mau mengaku.

Anda tahu kenapa itu terjadi? Itu terjadi karena ketika pertama kali mereka berbohong, dan saat itu mereka mengakui kebohongannya, namun anda langsung membentak mereka. Jadi ketika pertama kalinya anda meminta mereka berkata jujur dan anak anda mengakuinya, anda pun langsung memarahinya. Akhirnya mereka berpikir bahwa ketika mereka ketahuan berbohong, mereka akan dimarahi. Itulah mengapa mereka tidak mau mengakui kesalahan mereka lagi.

Jadi yang pertama anda harus menghentikan itu. Anda tidak boleh memberi hukuman tambahan atas sesuatu yang telah terjadi, yang telah membuat anda marah. Jadi sang ibu marah karena anaknya berbohong, atau karena anaknya melakukan sesuatu yang buruk. Kemudian dia marah karena anaknya berbohong tentang hal itu. Kemudian ibunya marah karena ketika dia berkata “Katakan sejujurnya, aku memberimu satu kesempatan lagi padamu, apakah kau melakukannya?” Anaknya menjawab “Tidak.”

“Oke, aku akan bertanya sekali lagi sebelum aku memberitahu ayahmu. Sekali lagi.”

“Aku tidak melakukannya, tidak melakukannya, tidak melakukannya.” Kemudian anaknya masuk kamar dan menangis.

“Aku tidak melakukannya, tidak melakukannya.” Dia terus berkata begitu. Dan anda pun bertanya-tanya: “Bagaimana caranya mengatasi ini?” Dan anda berkata “Aku tahu kau melakukannya. Kau bahkan membuatku lebih marah lagi.” Dan ketika anda menjadi lebih marah, anak anda menjadi lebih defensif tidak mau mengaku. Pada akhirnya anda pun menjambak-jambak rambut anda. Ketika suami anda pulang, anda berkeluh-kesah “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan anak ini. Dia berbohong tapi tidak mau mengaku.” Dan suami anda bertanya “Apakah kamu berbohong pada ibu?” Si anak menjawab “Tidak.” Dia tetap tidak mau mengaku.

Bagaimana kita mengatasi hal ini? Yang pertama harus dilakukan adalah anda harus mempercayai anak anda, meskipun anda tahu dia berbohong. Katakanlah “Aku percaya padamu. Dan kamu tidak akan berbohong padaku. Kamu berjanji kemarin bahwa kamu tidak akan berbohong.” Dan teman-temannya yang lain langsung “Tapi dia bohong tante?!” Katakan pada mereka “Aku mempercayainya. Tidak apa-apa, dan kalian juga tidak berada dalam masalah…”

Dan biarkan anak anda berbohong seperti itu 3 atau 4 kali. Tebak apa yang akan terjadi. Anak-anak secara alami tidak jahat. Kebaikan adalah sifat alami mereka. Jadi ketika mereka melakukan suatu hal yang buruk, dan anda tidak menghukumnya, maka mereka punya kesempatan untuk bertanya pada hati nurani mereka.

Jika anda menghukum mereka karenanya, maka mereka tidak menanyakan hati nurani karena mereka telah mendapatkan hukuman atas hal itu. Ketika mereka mendapat hukuman, mereka tidak menyesal, karena mereka melakukan suatu keburukan dan mereka telah membayar harganya. Pilih-pilihlah, anda tidak perlu menghukum mereka setiap kali berbuat salah. Katakanlah “Aku percaya padamu. Kamu tidak melakukannya. Aku tahu temanmu pasti salah paham. Jadi tidak apa-apa, kamu tidak dalam masalah.”

Anda tahu apa yang akan terjadi seiring berjalannya waktu? Pada akhirnya anak anda akan menghampiri anda dan berkata “Mama, aku ingin memberitahumu sesuatu. Aku sebenarnya yang melakukannya.” Ketika anak anda sudah mengakuinya, maka tenangkanlah dan nasihati dirinya. Katakan padanya “Tak apa-apa kok… Aku masih mempercayaimu.”

Dan apa yang anda lakukan ini akan menjauhkan sifat defensif seorang anak. Tapi butuh waktu lama untuk berhasil melakukan ini. Anda tidak akan berhasil melakukan ini pertama kalinya. Memang kadang terasa sulit untuk memaafkan kebohongan anak-anak kita ya? Terlebih lagi jika mereka menyakiti anak orang lain. Dan anda harus memanggil anak yang disakiti anak anda, dan bicaralah padanya “Aku juga mempercayaimu. Aku tidak marah padamu. Dan aku tahu dia melakukan sesuatu yang salah, tapi kau tidak boleh merasa senang jika dia mendapat hukuman.”

Itu juga harus diperhatikan. Ada anak yang senang melihat anak lainnya kena hukuman. Dan mereka menjadi terbiasa dengan itu. Pada suatu hari, keluarga saya baru saja kembali dari Skotlandia. Dan anak saya yang paling kecil menghampiri saya dan berkata “Kau tahu ayah, temanku menarik telingaku waktu itu.” Saya berkata “Kapan?” Dia berkata “Tidak tahu, pokoknya pernah.” Saya bertanya “Kamu mau aku melakukan apa?” “Hukum dia”, katanya. Saya tanyakan, “Apakah itu membuatmu senang.” “Iya”, jawabnya.

Terkadang anak-anak melakukan itu, mereka senang melihat anak lainnya dihukum. Dan anda juga tidak mau hal itu terjadi. Namun dengan balita, dengan anak umur 2-3 tahun tidak mengapa, karena anda ingin membuat mereka tertawa. Misalnya anda memanggil anak yang lebih tua dan berpura-pura menamparnya beberapa kali, dan anda memintanya untuk berkata “Aw!” Jadi dia berakta “Aw! Aw! Sakit.” Lalu anda dengan bercanda bertanya pada anak anda yang balita, “Apakah sekarang kau senang?” “Ya, aku senang, hehehe!” Itu tidak mengapa. Tapi dengan anak-anak yang lebih tua, jika mereka senang ketika anak lain dihukum, maka itu adalah masalah. Itu adalah kelakuan yang patut dihukum.

Tanyakan padanya “Kenapa kau senang? Apa untungnya bagimu?” Jadi kebohongan adalah proses jangka panjang untuk menyembuhkannya. Anda tidak bisa menghapuskan kebohongan dari diri seorang anak dengan cepat. Terlebih lagi karena mereka tidak lagi menganggapnya sebagai kebohongan. Mereka hanya melihatnya sebagai cara menyelamatkan diri. Dan ketika anak-anak sering berbohong, anda tahu apa yang terjadi? Mereka lama-lama bisa mempercayai kebohongan itu sendiri. Mereka menjadi seorang pemain sandiwara yang suka berbohong.

Mudah-mudahan tips di atas bermanfaat bagi para pembaca.

Oleh: Ustad Nouman Ali Khan

LAMPU ISLAM

Jasmine: Perilaku Luhur Muslim Pikat Aku Masuk Islam

Jasmine takjub dengan perilaku luhur Muslim sebagai cerminan ajaran agama.

Jasmine, panggilan mojang Bandung yang kini tengah menyelesaikan sekolah desainnya di Jepang. Usianya genap 23 tahun pada 20 November lalu, tak dinyana kini telah menjadi Muslimah, cantik dengan jilbabnya.

Sejak lahir hingga SMA, Jasmine menetap di Bandung. Baru setelah lulus SMA di pergi ke Jepang untuk melanjutkan pendidikan. “Di Jepang saya belajar bahasa selama satu setengah tahun terus lanjut belajar desain busana,” jelas dia sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Kamis (5/2). 

Jasmine mengakui bahwa dia tidak memiliki keyakinan agama apapun. Karena memiliki lingkungan keluarga Katolik, hanya sebuah rutinitas saja untuk pergi ke gereja. Meski demikian, dia tetap menjalani ritual keagamaan hingga SMA.   

Jasmine memang bukanlah orang yang dekat dengan agama. Namun berbeda setelah dia mengenal Islam, meski sebenarnya Jasmine mengetahui agama Islam sejak kecil. Ini karena asisten rumah tangga hampir seluruhnya Muslim. 

Dia pun sering melihat mereka shalat, demikian juga ketika di sekolah. Ketika mempelajari agama, Islam pun masuk ke dalam pembahasan agamanya meski hanya sekelumit saja.

Teman-teman semasa SMA pun banyak yang beragama Islam, sehingga dia tidak terlalu awam dengan agama ini. Apalagi sejak hidup di Jepang, semakin banyak Muslim yang dekat dengannya, tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi juga dari Pakistan dan Suriah.  

Pergaulan dengan Muslim, membuatnya semakin ingin mengenal lebih dalam tentang Islam. Apalagi dengan akhlak muslim yang mereka tunjukkan, membuat Jasmine semakin tertarik dengan Islam. 

Akhlak Muslim yang baik dia lihat secara nyata melalui teman pria yang dekat dengannya. Dia merupakan orang Arab asal dari Suriah.  “Dia orang paling sabar yang pernah saya temui sejauh ini. Saya cinta sama karakter dia dan kasih sayang dia ke keluarganya. Dan saya tahu dia orangnya begitu karena hubungan dia dengan Allah dekat. Dia rajin shalat berjamaah ke masjid dan menjalankan puasa,” kisahnya. 

Akhlak temen Muslimnya yang sesuai dengan ajaran Islam tersebut, justru membuatnya iri. Karena dia selalu bisa bersikap baik dan sabar dalam menghadapi setiap masalah.

Jasmine juga takjub dengan bakti temannya kepada sang ibu. Dia tak pernah lupa untuk menghubungi ibunya setiap hari. Tak lama setelah dekat dengan pria itu, Jasmine pun menyempatkan untuk pulang ke Indonesia, liburan selama dua pekan. Dia pun menceritakan kedekatannya dengan pria Muslim kepada keluarga. 

Keluarga dan temannya sempat mengkhawatirkan Jasmine, karena agama yang dianut pria tersebut. Apalagi jika serius akan menikah tentu harus ikut agama suaminya menjadi Muslim. 

Tanpa pikir panjang Jasmine menyanggupi untuk berpindah agama jika itu memang harus. Tetapi kemudian dia memikirkan ulang jawaban spontannya itu. 

“Tapi mau tidak sepeduli apapun dengan agama, saya tidak bisa mengganti agama karena orang lain. Jika harus saya berpindah keyakinan itu memang demi saya sendiri, karena saya percaya agama ini yang terbaik untuk saya,”jelas dia. 

Sebelum mengakhiri masa liburan di Indonesia, Jasmine menyempatkan diri untuk membeli buku yang bersifat argumentatif tentang Islam, judulnya A World Without Islam (Dunia tanpa Islam) yang ditulis Graham E Fuller, mantan personel CIA yang dulu bertugas di Timur Tengah. “Karena jujur, pandangan saya sebelumnya (sebelum pergi ke Jepang) terhadap Islam itu negatif, kebanyakan saya lihat di berita oknum yang kebetulan beragama Islam itu kerjanya membuat ricuh terus dan ribet,”ujar dia. 

Pandangan dengan Islam berubah sejak di Jepang, karena teman-teman Muslim berbeda dari apa yang dipikirkannya. 

“Mereka baik, karena pandangan dasar saya negatif, saya berusaha lihat secara netral dan cari tahu juga lebih dalam (tentang Islam),” jelas dia. 

Namun isi buku tersebut ternyata menjelaskan bahwa agama bukanlah alasan sesungguhnya terjadi konflik dan terorisme. Sejak saat itu, pandangannya tentang Islam lebih terbuka meski dia belum menamatkan bukunya. 

Setelah membaca buku tersebut, Jasmine membeli Alquran terjemahan, ini berawal dari saran temannya. Mereka menyarankan untuk membaca Alquran sebelum bersyahadat. Jasmine mulai membaca Alquran sesampainya di Jepang. Jasmine merupakan pribadi yang menyukai kebebasan. Dia bukanlah orang yang suka dikekang dengan banyak aturan.

Namun ketika di Jepang yang notabene negara yang lebih bebas justru dia merasa membutuhkan panduan hidup. Jasmine membutuhkan aturan untuk mengingatkan dirinya sendiri. Dia kemudian menemukannya dalam QS Al Baqarah, merasa takjub karena panjangnya surah tersebut tetapi banyak peraturan dalam Islam yang tercantum di dalamnya.

Satu hari dia berada dalam kepenatan dalam hidup, karena kesibukan dan harus hidup mandiri. Sebelumnya Jasmine ditemani adiknya, namun sang adik pulang ke Indonesia.

Perasaannya menjadi sensitif, dan hanya Alquran yang menjadi obat penenangnya. Jasmine rutin membaca Alquran dan dia merasakan hal berbeda ketika membaca firman Allah tersebut.  

“Saat saya membaca Alquran, saya merasa tenang. Mungkin cara penulisan Alquran seperti puisi atau karena bahasa yang dipakai enak (saya beli versi bahasa Inggris) jadi saya merasa tenang aja,”tutur dia.

Dan dari situ mulai ada keinginan dari diri sendiri untuk lebih dekat dengan Allah. Dia juga semakin percaya setelah membaca Alquran bahwa Nabi Muhammad itu benar-benar nyata, karena sebelumnya tidak memikirkan sampai sejauh itu. 

Tak sampai selesai membaca QS al-Baqarah, Jasmine merasa sangat yakin, bahwa dia ingin memeluk Islam. Kira-kira hanya dalam waktu tiga pekan, keyakinan itu datang.  

Tepat pada 23 Agustus 2019, dia bersyahadat, di kamar pribadinya yang hanya beralaskan tatami (tikar bambu khas Jepang) dan futon (kasur lipat yang biasa digunkana orang Jepang). Namun saat itu belum secara resmi disaksikan orang lain, hanya secara pribadi saja.

“Awalnya hanya tertarik kemudian saya jadi jatuh cinta dengan Islam, karena semakin saya pelajari, saya semakin lihat betapa indahnya Islam terutama ajarannya. Tidak seperti orang umum banyak pikirkan, peraturan-peraturan di Islam tidak sesulit itu. Saya merasa kalau saya benar-benar ingin dekat dengan Allah, mungkin Islam jalannya, karena Islam bukan sekadar agama, tetapi juga gaya hidup,” jelas dia.

Kemudian pada (1/9/2019) Jasmine baru ke masjid Kobe, dan bersyahadat dengan dibimbing oleh imam disana. Disaksikan juga dengan sahabatnya Anggi yang juga mengajarinya shalat.

KHAZANAH REPUBLIKA


Memakai Siwak dan Minyak Wangi untuk Shalat Jum’at

Di antara kesempurnaan ketika menghadiri salat Jum’at adalah seseorang memiliki perhatian dengan siwak. Memakai siwak adalah perkara yang dianjurkan setiap kali hendak shalat. Jika terdapat dalil yang memotivasi memakai siwak di selain salat Jum’at, maka tentu saja lebih ditekankan lagi ketika salat Jum’at. Hal ini karena ditambah dengan dalil-dalil yang memerintahkan untuk mandi Jum’at dan juga mendatangi salat Jum’at dalam kondisi yang paling bagus.

Berkaitan dengan memakai siwak secara umum ketika hendak shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Muslim no. 252) 

Sedangkan untuk salat Jum’at, terdapat dalil khusus tentangnya. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ، وَسِوَاكٌ، وَيَمَسُّ مِنَ الطِّيبِ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ

“Mandi hari Jum’at itu wajib atas setiap orang yang telah baligh, bersiwak, dan memakai minyak wangi sesuai dengan kemampuannya.” (HR. Muslim no. 846)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ، وَإِنْ كَانَ طِيبٌ فَلْيَمَسَّ مِنْهُ، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ

“Siapa saja yang mendatangi shalat Jum’at, maka mandilah. Jika memiliki minyak wangi, hendaklah memakainya. Dan hendaklah memakai siwak.” (HR. Ibnu Majah no. 1098, hadits hasan)

Dari Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الغُسْلُ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ، وَأَنْ يَسْتَنَّ، وَأَنْ يَمَسَّ طِيبًا إِنْ وَجَدَ

“Mandi pada hari Jum’at merupakan kewajiban bagi orang yang sudah baligh, dan agar bersiwak (menggosok gigi), dan memakai minyak wangi bila memilikinya.” (HR. Bukhari no. 880 dan Muslim no. 846)

Al-Qurthubi rahimahullah berkata,

“Adab di hari Jum’at itu ada tiga, memakai minyak wangi; bersiwak; dan memakai baju yang baik. Tidak ada perselisihan dalam masalah ini, karena terdapat dalil-dalil tentangnya.” (Bidaayatul Mujtahid, 1: 206)

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata dalam syarh (penjelasan) beliau untuk Shahih Muslim,

“Perkataan Nabi, 

وَيَمَسُّ مِنَ الطِّيبِ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ

“dan memakai minyak wangi sesuai dengan kemampuannya” mengandung kemungkinan (motivasi untuk) memperbanyak memakai minyak wangi, dan mengandung kemungkinan (motivasi untuk) menekankan memakai minyak wangi jika mendapatkannya. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

وَلَوْ مِنْ طِيبِ الْمَرْأَةِ

“meskipun dengan minyak wangi wanita”. Dimaksudkan bahwa (minyak wangi wanita itu) makruh untuk laki-laki, karena warnanya yang mencolok, kemudian dibolehkan di kasus ini, karena memang tidak ada yang lain dan juga karena kondisi darurat. Maka hal ini menunjukkan penekanan memakai minyak wangi di hari Jum’at.” (Syarh Shahih Muslim, 3: 236)

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53170-memakai-siwak-dan-minyak-wangi-untuk-shalat-jumat.html

Mengenal Takdir Tuhan?

Jadi, kenalilah takdir Allah dan kenalilah hukum alam.

“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir (yang telah Kami tetapkan kepadanya di Lauhil Mahfudz.” (QS al-Qamar:49). Takdir adalah keniscayaan dan kehidupan yang tidak terlepas darinya. Jika seseorang memahami takdir dengan benar, niscaya ia memahami kehidupan tetapi jika keliru memahaminya, niscaya ia tak mampu memahami kehidupan.

Apakah kepintaran dan kebodohan, kebahagiaan dan kesengsaraan, masuk surga dan neraka adalah ketentuan Allah semata? Ternyata, takdir terbagi menjadi dua, ada takdir yang memaksa dan ada takdir yang bijaksana.

Pertama, ada takdir yang memaksa. Takdir yang memaksa adalah ketentuan Allah yang diterima tanpa ada sangkut paut dengan usaha seorang hamba. Ketika dilahirkan, bisakah Anda memilih untuk menjadi seorang laki-laki atau memilih menjadi seorang perempuan?

Yah, jawabannya tidak bisa. Demikian adalah contoh takdir yang memaksa. Takdir tersebut tidak bisa diganggu siapa pun, hanya Allah yang maha tahu atas ketetapannya. Kedua, ada takdir yang bijaksana. Takdir ini merupakan ketetapan Allah kepada seluruh hamba-Nya agar mereka dapat memilih dan berusaha.

Jika kepintaran dan kebodohan adalah ketetapan Allah yang memaksa, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau belajar. Karena mereka tahu, meskipun mereka belajar, kalau Allah menakdirkan bodoh, ya pasti bodoh.

Lalu, di mana letak takdir Allah? Jika ingin pintar maka belajarlah dan jika ingin bodoh maka bermalas-malasanlah, itulah ketetapan Allah dan pilihlah sesuai keinginanmu. Begitupun dengan masalah masuk surga dan neraka. Ini masalah pilihan, jika beriman dan beramal saleh, pastilah surga bagiannya.

Maka, sesungguhnya Allah tidak pernah zalim kepada makhluknya, justru makhluklah yang menzalimi diri sendiri.Takdir Allah bisa disebut dengan sunatullah. Sunatullah (hukum Allah) sering disebut dengan hukum alam.

Orang kafir (ateis) meyakini, hukum alam ini berdiri sendiri, tidak ada seorang pun yang mengatur hukum alam ini. Namun, Islam memahami bahwa hukum alam tidak berdiri sendiri. Artinya, hukum alam beroperasi sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah.

Contoh, hukum alam menyatakan, api itu panas dan memang itu faktanya. Namun, apakah hukum alam ini bisa berubah? Islam menjawab ‘bisa’. Ketika nabi Ibrahim AS dimasukkan ke dalam api yang sangat panas, apakah nabi Ibrahim merasakan panas? Allah memerintahkan api tersebut supaya terasa dingin dan aman. Inilah bukti, Allah yang menghukumi alam. Jadi, kenalilah takdir Allah dan kenalilah hukum alam. Wallahu a’lam bisshawab.

Oleh: Muhammad Nasrulloh

KHAZANAH REPUBLIKA

Kisah Wanita Salihah Yang Mengagumkan

Syaikh Walid Abdussalam Bali hafizhahullah pernah mengisahkan tentang seorang wanita yang menjaga diri dan mengenakan cadar yang tidak mau pergi ke dokter laki-laki selama ada dokter wanita. Syaikh mengatakan, bahkan bahwa wanita ini sedang hamil. Ketika tiba waktunya melahirkan mereka membawanya ke rumah sakit khusus wanita dan persalinan yang semua dokternya wanita. Ia pun masuk, dan para perawat memasukkannya ke dalam ruang khusus untuknya. Lalu, ia menunggu kedatangan dokter wanita.

Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba pintu ruang dibuka oleh seorang dokter laki-laki yang hendak menanganinya. Ketika melihat dokter laki-laki, ia berteriak dan secepatnya ia menutupkan kerudungnya pada wajahnya seraya berkata, “Keluarkan dia, keluarkan dia!” Dokter laki-laki ini marah besar. Dokter ini tidak mengetahui etika Islam dalam hal ini dan tidak mempunyai komitmen yang kuat terhadap syariat Islam. Keadaan ini semakin genting lantaran posisi janin yang di dalam perutnya berbalik (sungsang). Dokter laki-laki ini berkata kepada perawat, “Tinggalkan dia di dalam ruang itu dan tutup pintunya! Biarkan saja dia, hingga mati seperti ini!”

Ternyata, mereka benar-benar membiarkan dan menutupnya di dalam ruangan. Akan tetapi, mereka tidak meninggalkan sendirian, karena mereka menitipkan kepada Rabbnya. Ia takut kepada-Nya bila wajahnya terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya sehingga menyalahi perintah Rabbnya Yang Maha Kuasa. Ia pun memohon kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan tidak henti-hentinya memanjatkan doa.

Saat ia dalam dalam keadaan seperti ini, ada dorongan pada dirinya hingga membuat posisi janin dalam perutnya menjadi normal. Kemudian dia menahan sebentar untuk istirahat. Setelah itu, datanglah kepadanya dorongan berikutnya hingga janin keluar ke alam kita dengan perintah penciptanya sebagai balasan atas sikapnya yang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kesadarannya bahwa Dia senantiasa mengawasinya. Ketika mendengar tangisan bayi yang baru dilahirkan, para perawat wanita yang saat itu berada di luar ruangan langsung bergegas masuk dengan tercengang. Mereka segera membersihkan dan mengurus bayi itu sebagaimana layaknya. Setelah mereka menanyakan apa yang terjadi padanya, wanita itupun memberitahukan apa yang baru saja dialaminya kepada mereka. (Dikutip dari buku 300 Dosa Yang Diremehkan Wanita (terjemah), Syaikh Nada Abu Ahmad, hlm. 137-138).

Masya Allah, kisah luar biasa yang menakjubkan iman dengan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah ketika ia melaksanakan hukum-Nya sehingga berbuah dengan dimudahkannya menghadapi detik-detik kritis melahirkan anaknya. Keteguhan menjaga perintah-Nya menjadikannya sabar dan ridha dengan takdir-Nya. Sungguh kisah yang di zaman sekarang cukup langka karena para wanita meremehkan perkara ini. Apalagi saat ini, insya Allah keberadaan dokter-dokter wanita sudah tersedia sehingga para muslimah lebih selamat dan bisa tenang, serta terjaga auratnya. Dengan demikian, tanpa kebutuhan mendesak yang menyangkut keselamatan nyawa selayaknya lebih memprioritaskan berobat pada sesama dokter wanita.

Kebanyakan pelanggaran-pelanggaran syar’i yang terjadi di kamar bersalin karena lemahnya iman. Contohnya, meminta dokter laki-laki menggantikan dokter wanita. Padahal, ada dokter wanita dan tidak mendesak mendatangkan dokter laki-laki dalam keadaan takut dan khawatir. Jangan lupa bahwa Allah bersamamu!

وَاتَّقُوْا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 194)
(Dikutip dari buku Wirid-Wirid Menjelang Persalinan, terjemah karya Ummu Abdillah Nurah binti Abdurrahman hlm. 84)

Semoga peristiwa di atas menjadi cambuk para muslimah sejati agar selalu komitmen di atas petunjuk Islam. Perbanyak dan kuatkan tawakal, insya Allah akan tiba pertolongan-Nya. Tim medis dan alat-alat kedokteran hanya menjadi sebab setelah kehendak Allah. Allah Ta’ala lah yang memberimu penyakit sekaligus Allah lah yang menyembuhkanmu dari penyakit tersebut. Semua sesuai dengan ketetapan-Nya untuk kemaslahatan hamba.

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11807-kisah-wanita-salihah-yang-mengagumkan.html

Apakah Dahi Wajib Menempel Langsung Ke Lantai Ketika Sujud?

Pertanyaan, apakah ketika sujud dalam shalat, dahi atau kening harus langsung menempel pada lantai?

Jawaban dari pertanyaan di atas  adalah bahwa dahi atau kening tidak wajib menempel langsung ke lantai. Namun jika bisa menempel ke lantai langsung tanpa penghalang, itu lebih utama. Jika terhalang oleh sesuatu yang muttashil (bersambungan) dengan orang yang shalat, seperti terhalang peci, sorban, ujung kain lengan, atau semisalnya, maka sujudnya sah dan shalatnya sah.

Dalil Pendapat Jumhur Ulama

Ini adalah pendapat jumhur ulama. Berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا نُصَلِّي مع رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ في شِدَّةِ الحَرِّ، فَإِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَحَدُنَا أَنْ يُمَكِّنَ جَبْهَتَهُ مِنَ الأرْضِ، بَسَطَ ثَوْبَهُ، فَسَجَدَ عليه

“Dahulu kami pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam cuaca yang sangat panas. Jika kami tidak mampu menempelkan dahinya ke tanah, maka dibentangkan kain bajunya lalu sujud di atas kain tersebut“ (HR. Bukhari no.1208, Muslim no.620).

Juga hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata:

لقد رأيتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم في يومٍ مَطِيرٍ ، وهُوَ يتَّقِي الطِّينَ إذَا سَجَدَ بِكِسَاءٍ عليهِ يجْعَلُهُ دونَ يَدَيْهِ إلَى الأرضِ إذَا سَجَدَ

“Sungguh aku telah melihat Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam ketika turun hujan beliau berlindung dari tanah ketika sujud menggunakan kain yang dibentangkan di bawah kedua telapak tangannya, di tanah ketika beliau sujud” (HR. Ahmad no. 2385, dishahihkan Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij al Musnad).

Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan:

ولا تجب مباشرة المصلي بشيء من هذه الأعضاء . قال القاضي : إذا سجد على كور العمامة أو كمه أو ذيله ، فالصلاة صحيحة

“Tidak wajib orang yang shalat menempelkan semua anggota sujudnya secara langsung (ke lantai). Al Qadhi berkata: jika orang sujud tertutup lipatan sorbannya atau ujung kain sorbannya maka sah shalatnya” (Al Mughni, 1/305).

Imam an Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan masalah ini beliau mengatakan:

وقال مالك وأبو حنيفة والأوزاعي وإسحاق وأحمد في الرواية الأخرى : يصح ، قال صاحب التهذيب : وبه قال أكثر العلماء

“Pendapat Malik, Abu Hanifah, Al Auza’i, Ahmad dalam salah satu riwayat, mereka mengatakan: sujudnya sah. Penulis kitab at Tahdzib mengatakan: ini adalah pendapat mayoritas ulama” (Al Majmu’, 3/397-400).

Jika Rambut Terjurai Hingga Menutupi Kening

Dari sini, maka jika rambut terjurai hingga menutupi kening, maka tidak mengapa dan tidak perlu ditahan dengan tangan. Karena justru terdapat larangan terhadap hal ini. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ، لاَ أَكِفَّ شَعْرًا وَلاَ ثَوْبًا

“Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh (anggota sujud) dan diperintahkan untuk tidak menahan rambut ataupun pakaian (ketika sujud)” (HR. Bukhari no. 810, Muslim no. 490).

Namun jika ia memakai peci atau semisalnya yang menahan rambutnya sehingga tidak menghalangi, dan keningnya bisa menempel ke lantai, itu lebih utama. Imam an Nawawi mengatakan:

العلماء مجمعون على أن المختار مباشرة الجبهة للأرض

“Para ulama sepakat bahwa yang paling utama adalah kening menyentuh lantai secara langsung” (Al Majmu’, 3/397-400).

Wallahu a’lam.

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53141-apakah-dahi-wajib-menempel-langsung-ke-lantai-ketika-sujud.html

Bahaya Sombong

SAUDARAKU, kebalikan dari tawadhu adalah kesombongan. Allah SWT tidak menyukai kesombongan. Inilah penyakit yang menyebabkan Allah murka kepada Iblis, manakala ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Iblis membangkang perintah Allah dengan berkata, “Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan ia (nabi Adam) dari tanah!” Iblis merasa dirinya jauh lebih mulia dari Nabi Adam, sehingga merasa tak pantas untuk bersujud kepadanya.

Kisah kesombongan Iblis ini Allah abadikan di dalam al-Quran melalui firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab, Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.”

Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”

Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi Neraka Jahannam dengan kamu semuanya.” (QS. al-Araf [7]: 11-18)

Kesombongan adalah salah satu karakter iblis. Ia merasa dirinya lebih utama, lebih hebat, lebih baik, lebih kuat, lebih mulia hanya karena ia diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam diciptakan dari tanah. Bagi orang yang sombong, alasan kecil pun bisa menjadi besar akibat rasa gengsi untuk menerima kebenaran. Orang yang sombong sulit menerima kebenaran karena hatinya telah dibutakan hawa nafsunya yang ingin dipuji, disanjung, dan dimuliakan.

Padahal sikap yang demikian sebenarnya adalah tanda dari kehinaan dirinya sendiri. Ia ingin dipandang tinggi padahal ternyata sesungguhnya ia rendah. Ia ingin dipandang mulia padahal sesungguhnya ia hina. Kesempatan memperbaiki menjadi tertutup karena ia dibutakan oleh hawa nafsunya sendiri, sehingga tidak bisa melihat jalan yang lurus. Dan, ia pun tersesat. Naudzubillaahi mindzalik!

Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Saudaraku, sungguh merugi orang yang membiarkan hatinya diselimuti dengan kesombongan. Bagaimana mungkin kita berhak sombong, sedangkan kita adalah makhluk yang lemah, tiada berdaya, yang awalnya tercipta dari saripati tanah, ke mana-mana membawamohon maaf kotoran, dan mati lalu dikembalikan ke dalam tanah. Sungguh tak pernah ada alasan yang membuat kita selaku makhluk untuk sombong.

Apa pun yang kita miliki, lembaran kain yang kita kenakan, makanan yang kita nikmati, tiada lain adalah berasal dari kemurahan Allah SWT kepada kita. Jantung kita berdegup setiap saat sehingga membuat kita tetap hidup sampai saat ini, padahal tidak mampu kita kendalikan degupnya, tiada lain adalah atas kekuasaan Allah.

Tidak ada orang yang mendapatkan kesuksesan jika di hatinya terdapat kesombongan. Seorang pemimpin tidak akan sukses memimpin timnya kalau mendapatkan keberhasilan maka ia senang meninggikan dirinya sendiri di hadapan anak buahnya, seolah keberhasilan itu adalah berkat dirinya tanpa ada bantuan orang lain. Pemimpin yang demikian tak akan dicintai anak buahnya, tak akan mampu membangun teamwork yang solid. Sebaliknya, ia justru sedang membawa dirinya sendiri kepada kehancuran.

Allah tidak menyukai hamba-Nya yang menyombongkan diri. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “..Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. an-Nahl [16]: 23)

Marilah kita ingat-ingat kembali beberapa kisah orang terdahulu yang celaka akibat kesombongan dirinya sendiri. Ingatkah kita pada kisah Qarun? Sepupu dari Nabi Musa ini awalnya adalah orang yang sederhana saja. Sampai suatu saat ia meminta kekayaan kepada Allah, dan permintaan itu dikabulkan sebagai ujian baginya. Namun, Qarun tak mampu menghadapi ujian tersebut. Ia menjadi sombong dan tak mau menerima petunjuk dari Nabi Musa. Qarun mengatakan harta kekayaan yang ia miliki tiada lain adalah buah dari kecerdasan dan keterampilannya sendiri. Ia pun berjalan di muka bumi dengan tinggi hati. Kemudian, Allah menenggelamkannya ke dalam bumi beserta harta kekayaannya.

Dan, ingatkah kita kepada Firaun? Seorang manusia yang Allah SWT karuniai kekuasaan, namun ia takabur dan menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Musa. Bahkan lebih parah lagi, Firaun mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah oleh rakyatnya.

Allah SWT berfirman, “Maka dia (Firaun) mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata: Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. an-Naaziat [79]: 23-24)

Kemudian, Firaun merasakan akibat dari kesombongannya itu. Ia tenggelam di Laut Merah. Jasadnya utuh hingga saat ini, sebagai peringatan bagi kita dan umat manusia hingga akhir zaman tentang bahaya kesombongan.

Ada yang sombong karena kekuasaan. Ada yang sombong karena harta kekayaan. Ada yang sombong karena latar belakang. Ada pula yang sombong karena kecerdasan. Semua kesombongan tersebut tiada lain sebagai bentuk pengingkaran kepada nikmat Allah.

Saudaraku, adakah yang melebihi keutamaan Rasulullah saw? Jika berbicara mengenai jabatan, adakah jabatan yang melebihi kedudukan Rasulullah? Beliau adalah manusia paling mulia, menjadi rujukan bagi siapa saja. Tetapi, tak ada secuil kesombongan di dalam hatinya. Akhlak beliau adalah al-Quran. Beliaulah puncaknya ketawadhuan.

Rasulullah tidak melihat orang lain lebih rendah dari dirinya. Jika ada orang lain memanggilnya, meski hanya menyebut namanya tanpa menyebut “Nabi”, maka beliau akan menoleh tidak hanya dengan kepalanya, melainkan dengan sekujur badannya. Jika bersalaman dengan sahabatnya, maka Rasulullah tak akan melepaskan genggeman tangannya lebih dahulu dari sahabatnya.

Jika mendapatkan undangan, baik dari orang kaya maupun dari seorang fakir miskin, maka beliau memenuhinya. Rasulullah saw menyalami anak kecil, menjahit bajunya sendiri, menambal sandalnya sendiri. Apakah itu mengurangi kemuliaan Rasulullah? Sama sekali tidak. Justru semakin menambah kemuliaannya.

Kesombongan yang tidak ditobati akan semakin mendarah daging dan menjadi karakter. Kalau sudah begini, maka sangat sulit memperbaikinya. Dan, semakin berbahaya bagi siapa saja yang mengidapnya. Jika sombong sudah menjadi karakter, maka seseorang akan sulit belajar, sulit memperbaiki diri, dan yang lebih mengerikan adalah sulit mengakui kesalahan dan menobatinya. Ia merasa benar dan orang lain salah. Jika memandang orang lain, maka ia meremehkannya. Jika dinasihati, ia kesal dan menolaknya.

Padahal Allah SWT berfirman, “Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Mumin [40]: 56)

Saudaraku, betapa bahaya sekali sifat sombong ini. Semoga kita selamat dari kesombongan, dan semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjaga kerbersihan hati dari penyakit ini. Aamiin. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Contoh Kasus Penampakan Jin pada Masa Rasulullah SAW

Jin juga kerap melakukan penampakan pada masa Rasulullah.

Rasulullah SAW menggambarkan, para jin itu terbagi tiga golongan, yakni golongan yang bisa terbang di udara, golongan ular dan anjing, serta golongan yang bermukim dan hidup berpindah-pindah.

Dari Abu ad-Darda berkata, Nabi SAW bersabda, ‘Allah menciptakan jin tiga macam. Ada yang berupa ular, kalajengking, dan bermukim atau berpindah-pindah, dan ada yang bagaikan angin di udara serta ada juga jenis yang akan dimintai pertanggungjawaban dan disiksa.” (Hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Maqasid asy-Syaithan, juga dalam Hawatif, riwayat al-Hakim, dan lainnya). 

Jin memiliki kemampuan membentuk dirinya dalam berbagai bentuk. Memang, dari Alquran tidak ditemukan penjelasan tentang hal ini, tetapi banyak riwayat yang menginformasikannya. 

Pakar tafsir, Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa ketika pemuka-pemuka suku di Makkah berunding untuk menghadapi Nabi Muhammad SAW, iblis tampil dalam bentuk seorang tua terhormat dari suku Najed dan memberikan mereka saran agar memilih dari setiap suku seorang pemuda.

Kemudian, pemuda-pemuda pilihan itu secara bersamaan membunuh Muhammad. Dengan demikian, suku Nabi Muhammad (Quraisy) tidak dapat menuntut balas karena mereka akan berhadapan dengan banyak suku. 

Ibnu Katsir mengemukakan juga riwayat yang dinisbahkan kepada Ibnu Abbas RA bahwa dalam perang Badar, iblis tampil dalam gabungan tentara setan dalam bentuk seorang yang mereka kenal, bernama Suraqah Ibnu Malik Ibnu Ju’syum, yang ditakuti Suku Quraisy karena ada dendam di antara mereka. Suraqah berkata kepada kaum musyrikin, Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini dan aku adalah pembela kamu.”

Tetapi, ketika perang berkecamuk, Rasulullah mengambil segumpal tanah dan melemparkannya ke muka orang-orang musyrik sehingga mereka kacau balau. Ketika itu, malaikat Jibril menuju ke arah iblis yang menyerupai Suraqah yang sedang memegang tangan salah seorang musyrik. Dan, setelah ia melihat Jibril, makhluk terkutuk itu melepaskan tangan yang dipegang dan meninggalkan medan pertempuran bersama kelompoknya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari disebutkan bahwa Abu Hurairah menangkap jin yang berbentuk manusia ketika ia mencuri kurma sedekah.  

Rasulullah SAW juga menyampaikan kepada para sahabat beliau bahwa Semalam, tiba-tiba muncul di hadapanku jin Ifrit untuk membatalkan shalatku, Allah menganugerahkan aku kemampuan menangkapnya dan aku bermaksud mengikatnya pada salah satu tiang masjid hingga kalian semua di pagi hari dapat melihatnya. Tetapi, aku mengingat ucapan (permohonan) saudaraku (Nabi) Sulaiman, ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku’.” (QS Shad: 35).

Selain berwujud manusia, jin juga dapat tampil dalam wujud binatang. Imam Bukhari menyebutkan dari sekian riwayat menyangkut perubahan bentuk jin, antara lain dalam bentuk ular. Sementara itu, Ibnu Taimiyah menulis dalam kumpulan fatwa-fatwanya bahwa jin dapat mengambil bentuk manusia atau binatang, seperti ular, kalajengking, sapi, kambing, dan kuda.

KHAZANAH REPUBLIKA


Sudah Siapkah Bekal Anda untuk Akhirat?

INILAH tanda-tanda seseorang yang telah tertipu kehidupan dunia, terbujuk rayuannya.

1. Anda tidak bersiap siap saat waktu shalat akan tiba.

2. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al Qur’an lantaran Anda terlalu sibuk.

3. Anda selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Anda semakin bertambah.

4. Anda marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah haram.

5. Anda terus menerus menunda untuk berbuat baik / beramal shaleh “Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya.”

6. Anda selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.

7. Anda sangat tertarik dengan kehidupan para selebritas.

8. Anda sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.

9. Anda ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.

10. Anda selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.

11. Anda selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.

12. Anda merasa tertekan manakala Anda gagal meraih sesuatu.

13. Anda tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil.

14. Anda tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.

15. Anda tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain.

16. Anda sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Anda miliki.

17. Anda merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.

18. Anda menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.

19. Anda memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Anda kepada Allah.

20. Anda menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.

21. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.

22. Anda meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.

23. Anda merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.

24. Anda tidak kuasa mengubah gaya hidup Anda yang suka berfoya-foya, walaupun Anda tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.

25. Anda senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.

26. Anda diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Anda beralasan bahwa beginilah satu satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.

27. Anda ingin menikmati hidup ini sepuasnya.

28. Anda sangat perhatian dengan penampilan fisik Anda.

29. Anda meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.

30. Anda melihat orang lain meraih sesuatu dan Anda selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.

31. Anda ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Anda sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.

32. Anda ingin semua yang Anda harapkan di dunia ini terkabul.

33. Anda mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.

34. Anda tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Anda hidup di dunia.

35. Anda merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Anda miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.

36. Anda berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat Anda meminta kenikmatan dunia…

Hidup di dunia hanya sebentar dan tipuan belaka. Sudah siapkah bekal anda di akhirat kelak? []

INILAH MOZAIK