Video Amatir Insiden Jatuhnya Crane di Masjidil Haram

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, ARAB SAUDI — Setidaknya 107 orang tewas dan 230 lainnya luka-luka tertimpa crane yang jatuh di Masjidil Haram, Arab Saudi, Jumat (11/9). Crane pembangunan dan perluasan Masjidil Haram itu patah dan runtuh menimpa sejumlah Jamaah Haji akibat badai yang melanda Makkah.

Keruntuhan terjadi pada pukul 17.23 waktu setempat. Berdasarkan data terakhir, hingga pukul 23:00 waktu Arab Saudi, ada dua jamaah asal Indonesia yang wafat pada peristiwa itu. Selebihnya, 32 jamaah mengalami luka ringan dan berat.

Setelah insiden tersebut, seluruh akses ke Masjidil Haram sempat disterilisasi. Namun, aktivitas ibadah di Masjidil Haram tetap berlangsung.

Video Editor: Casilda Amilah/Republika Online

Redaktur : Sadly Rachman
Reporter : Casilda Amilah

Ini Daftar Jamaah Haji Korban Crane Asal Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Sebuah crane besar jatuh di Masjidil Haram bersamaan dengan hujan lebat yang mengguyur Makkah disertai angina kencang pada Jumat (11/09), sore. Musibah ini menelan 107 korban meninggal dan 238 terluka.

Para korban adalah jamaah haji lainnya dari berbagai negara yang sedang beribadah di Masjidil Haram, termasuk jamaah haji asal Indonesia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, dirinya secara resmi diutus oleh Presiden RI Joko Widodo untuk mengunjungi sejumlah program yang masih ada di rumah sakit. “Intinya, pemerintah sangat berduka atas musibah ini dan tentu mengharapkan para korban luka khususnya dan para keluarganya bisa lebih memperbesar sabar. Mudah-mudahan ada hikmah dari musibah ini,” kata Menag.

Menurut Lukman, Pemerintah Arab Saudi telah dengan seksama melakukan tindakan pengobatan dengan membawa para korban ke sejumlah rumah sakit. Korban di RS Annoor sudah ditangani para tenaga medis yang professional.

“Mudah-mudahan mereka segera pulih kembali kesehatannya. Tentu pemerintah akan memberikan santunan bagi korban jiwa maupun korban luka yang mengalami cacat fisik sebagaimana ketentuan asuransi yang ada pada setiap jamaah haji kita,” tambahnya.

Berikut ini daftar nama yang dirilis oleh Daerah Kerja Makkah:

1. ITI RASTI DARMINI, No Paspor: B0716645, Kloter: JKS – 023 (Keterangan: Wafat)
2. MASNAULI SIJUADIL HASIBUAN, No. Paspor: B1061545, Kloter: MES – 009 (Wafat)
3. SUJI SYARBAINI IRONO, No Paspor: B1306321, Kloter: BTH – 014 (dirawat BPHI Makkah)
4. ERNAWATI MUHAMMAD SAAD, No. Paspor A4761751, Kloter: BTH – 001 (dirawat di RSAS)
5. KURSIA NANTING LEMBONG, No. Paspor B0507644, Kloter: BTH – 017 (dirawat di RSAS)
6. NASRIAH BINTI MUHAMMAD ABDURRAHMAN, No Paspor: B1175082, Kloter: BTJ – 001, (dirawat di RSAS)
7. ARDIAN SUKARNO EFFIEN, No. Paspor: B0907275, Kloter: JKG – 007, (dirawat di RSAS)
8. TETI HERAWATI MAD SALEH, No. Paspor: B0941422,  Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
9. APIP SAHRONI ROHMAN, No. Paspor: B0941479, Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
10. EMMIWATY JANAHAR SALEH, No Paspor:  B1354467, Kloter: MES – 008, (dirawat di RSAS)
11. NUR BAIK NASUTION, No. Paspor: B1061239, Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
12. SOPIAH TAIZIR NASUTION, No. Paspor: A6773447,  Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
13. TRI MURTI ALI, No. Paspor:  B0396519, Kloter: PDG – 003, (dirawat di RSAS)
14. ZULFITRI ZAINI HAJI, No. Paspor: A3910753, Kloter: PDG – 003, ( dirawat di RSAS)
15. ZALNIWARTI MUNAF UMMA, No. Paspor: B0393772, Kloter: PDG – 004, (dirawat di RSAS)
16. ALI SABRI SELAMUN, No. Paspor: B0785804, Kloter: PDG – 007, (dirawat di RSAS)
17. UMI DALIJAH AMAT RAIS, No. Paspor B0957604, Kloter: SOC – 024, (dirawat di RSAS)
18. ENDANG KASWINARNI POERWOMARTON, No. Paspor: B1107076, Kloter: SOC – 046, (dirawat di RSAS)
19. DJUMALI JAMARI SETRO WIJOYO, No. Paspor: B1496896, Kloter: SOC – 052, (               dirawat di RSAS)
20. MURODI YAHYA KASANI, No. Paspor:  B0754094, Kloter:  SUB – 001, ( dirawat di RSAS)
21. HASAN MANSUR AHMAD, No. Paspor: B0746467, KLoter: SUB – 010, (dirawat di RSAS)
22. SAINTEN SAID TARUB, No. Paspor: B0992684, Kloter:  SUB – 015, (dirawat di RSAS)
23. NURUDDIN BAASITH SUJIYONO, No. Paspor:  B1035292, Kloter: SUB – 021, (dirawat di RSAS)
24. ISNAINY FADJARIJAH ABDUL DJUMALI, No. Paspor: B1052806, Kloter SUB – 021, (dirawat di RSAS)
25. SAHARMI UMAR PASSIRE, No. Paspor: B0590380, Kloter: UPG – 002, (dirawat di RSAS)
26. NORMA LATANG KULASSE, No. Paspor: B1161965, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
27. ROSNALLANG CACO BABA, No. Paspor: B0901348, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
28. HADIAH SYAMSUDDIN SAK, No. Paspor: B1162080, Kloter: UPG – 015, (dirawat di RSAS)
29. MUHAMMAD HARUN ABDUL HAMID, No . Paspor: B1163100, Kloter: UPG – 016, (dirawat di RSAS)
30. FATMAWATI ABDUL JALIL, No. Paspor: B1162645, KLoter: UPG – 018, (dirawat di RSAS)
31. ABDUL JALIL CONCI LETA, No. Paspor:  B1162600, Kloter:  UPG – 018, (dirawat di RSAS)
32. ROSDIANA MUDU TOHENG, No. Paspor: B1162756, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS); dan
33. ERNI SAMPE DOSEN,, No. Paspor: B1162715, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS).

Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan layanan telepon lewat nomor +966 543603154 yang bisa diakses langsung oleh keluarga jemaah Indonesia yang menjadi korban robohnya alat berat di Masjidil Haram.

“Nomor tersebut bisa diakses langsung sekarang,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat, Sabtu (12/09) dini hari.

Redaktur : Ilham

Dua Jamaah Haji Indonesia Wafat dan 21 Luka dalam Kecelakaan Crane

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Dua jamaah haji Indonesia dikabarkan wafat dalam kecelakaan jatuhnya crane di Masjidil Haram. Sementara korban luka dari Indonesia yang terdata mencapai 21 orang.

Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Alfarizi menjelaskan bahwa kedua jamaah haji Indonesia yang wafat tersebut berasal dari embarkasi Medan dan Jawa Barat. Sementara hingga saat ini korban luka yang terdata ada 21 orang yang tersebar di empat rumah sakit di sana.

Jamaah yang wafat ini rencananya akan dimakamkan di Arab Saudi. Pihak pemerintah akan melakukan koordinasi dengan pihak maktab untuk pemakamannya.

Redaktur : Joko Sadewo

Ini Penyebab Crane Jatuh Versi Saksi Mata

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Seorang karyawan Masjidil Haram Abdel Aziz Naqoor mengaku melihat crane jatuh setelah badai besar datang. “Kalau bukan karena Tawaf, cedera dan kematian akan lebih banyak lagi,” ujar Aziz Naqoor, dilansir dari the Guardian, Sabtu (12/9).

Dia mengatakan seperti itu karena melihat bagaimana situasi jalan sangat tertutup dan semua orang padat sedang mengelilingi Kabah. Sedangkan mengenai banyaknya korban yang berjatuhan akibat peritiwa tersebut, itu bukan lagi menjadi hal yang aneh.

Cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang dinyatakan pihak berwenang Arab Saudi menjadi penyebab awal keruntuhan tersebut. Sedangkan di Masjidil Haram sendiri sudah dua tahun sedang dalam masa perluasan masjid.

Pekerjaan kontruksi dipimpin oKontruksi raksasa milik Saudi Binladin Group, namun masih belum mendapatkan konfirmasi apakah crane yang menimpa jamaah itu milik mereka.

Pada zaman modern ini, Makkah menjadi tempat satu-satunya berkumpul ratusan ribu manusia dari seluruh penjuru dunia. Maka ketika tiba-tiba datang musibah, wajar jika menelan banyak korban sekaligus.

Sedangkan mengenai kronologis peristiwanya, saat itu Makkah sedang malam. Sebuah derek kontruksui jatuh menimpa para jamaah haji dan bangunan masjid. Data terakhir menunjukkan sebanyak 107 orang tewas dan 201 luka-luka.

Hingga saat ini, pemerintah Arab Saudi masih terus melakukan evakuasi dan memastikan identitas korban yang meninggal dan mereka yang luka-luka. Diketahui, sembilan dari warga India teramsuk dalam jamaah yang mengalami luka-luka.

Kondisi masjid sendiri dikabarkan seperti terlihat ada kawah besar pada lantai masjid, kemudian puing-puing bangunan dan noda darah berserakan di lantai masjid. Gubernur wilayah Makkah, Pangeran Khaled Faisal, memerintahkan penyelidikan atas peristiwa tersebut.

Redaktur : Erik Purnama Putra
Reporter : Mabruroh

‘Suasana di Masjidil Haram Diliputi Kesedihan’

Otoritas Pertahanan sipil Arab Saudi menyatakan, setidaknya 107 orang tewas dan 238 lainnya terluka akibat jatuhnya crane di Masjidil Haram. Wartawan Al Jazeera’s Hasan Patel melaporkan kengerian akibat kejadian tersebut.

Hasan Patel mengatakan, masjid itu penuh sesak, meskipun peristiwa berdarah tersebut terjadi sebelum jadwal shalat pukul 18.30. “Puluhan ambulans menuju ke lokasi. Pihak berwenang menutup daerah tak lama setelah itu,” katanya.

“Seluruh tempat ini sudah menjadi situs konstruksi raksasa. Apa yang membuat lebih buruk adalah bahwa sekitar pukul 17.30, ada hujan lebat dan alirannya hanya tercurah di jalan. Saya dikelilingi oleh orang-orang yang berduka. Suasana di sini diliputi kesedihan,” katanya.

Sementara itu, setidaknya 34 jamaah calon haji Indonesia menjadi korban musibah alat berat berupa crane jatuh di Masjidil Haram ketika hujan lebat disertai angin kencang melanda kota Makkah, Jumat (11/9).

Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia Dr Fidiansjah di Mekkah, Jumat malam, menjelaskan sampai pukul 23.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 03.00 WIB, dua jamaah perempuan meninggal pada peristiwa tersebut dan 32 jamaah lainnya mengalami luka ringan dan berat.

“Dua orang yang meninggal adalah Ibu Masnauli Hasibuan dari kloter 09 Medan (KNO 09) dan Iti Rasti Darmin dari kloter JKS 23,” ujarnya.

Redaktur : Erik Purnama Putra

sumber: Republika Online

Inilah Makna Shalat Arbain di Masjid Nabawi

Ustaz, selama 9 hari jamaah haji Indonesia melakukan arbain di Madinah. Apa sebenarnya makna arbain itu? Apakah masuk dalam rukun atau wajib haji? Amalan apa yang harus dilakukan selama arbain?

Ridwan
Bandung, Jawa Barat

Waalaikumussalam Wr Wb

Baik gelombang pertama maupun gelombang kedua, jamaah haji Indonesia akan melewati fase 8 atau 9 hari di Madinah. Baik sebelum maupun setelah ibadah haji. Sering dimotivasi agar melaksanakan shalat arbain di Masjid Nabawi. Makna “arba’in” atau “arba’un” adalah melaksanakan shalat empat puluh waktu tanpa terputus berjamaah di Masjid Nabawi.

Kadang jamaah merasa melaksanakan arbain ini menjadi keharusan dan ketika tidak bisa melakukannya maka ia sangat menyesal dan meyakini hajinya tidak afdhal bahkan tidak sah. Sebenarnya arbain itu sama sekali tidak termasuk “wajib haji” apalagi menjadi “rukun haji” karena semua kegiatan haji itu adanya di Makkah bukan di Madinah.

Kalaupun jamaah tidak sampai berziarah ke Madinah maka tidaklah ia melanggar kewajiban haji dan membayar dam. Begitu juga hal itu tidak berpengaruh terhadap sah atau tidaknya haji.

Selama di Madinah inti ibadah adalah memperbanyak shalat di Masjid Nabawi sesuai dengan sabda Nabi “Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi SAW bersabda: ”satu kali shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid selainnya, kecuali Masjidil Haram” (HR Bukhori Muslim). Hadis muttafaq ‘alaih yang tidak diragukan keshahihannya ini sebenarnya sudah cukup untuk menyemangati kita agar selalu berupaya memaksimalkan ibadah di Masjid Nabawi.

Adapun pelaksanaan arbain didasarkan pada hadis dari Anas bin Malik Ra “Barangsiapa shalat di masjidku empat puluh shalat tanpa ketinggalan sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan dan ia  bebas dari kemunafikan” (HR Ahmad dan Thabrani). Hadits ini tentu sangat mendorong untuk beribadah di Masjid Nabawi, akan tetapi Hadits ini ternyata banyak dikritisi oleh ulama. Sebagiannya menyatakan hadits ini dhoif  (lemah). Titik lemahnya adalah dimasukkannya Nubaith sebagai rawi yang memang tidak dikenal (majhul).

Syekh MuqbilAl Wadi’iy ulama hadis dari Yaman menilai bahwa hadit ini tidak shahih dari Rasulullah SAW. Syekh Nashiruddin Al Bany menilai hadits ini munkar ia menyatakan “sanad hadits ini dho’if. Ada seorang perawi yang bernama Nubaith yang tidak dikenal statusnya”. Syekh  Su’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini lemah karena status Nubaith bin Umar yang tidak diketahui.

Berbeda dengan pendapat Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawa’id yang mengatakan bahwa periwayat hadits di atas itu //tsiqoh// (terpercaya). Akan tetapi Syekh Nashiruddin Al Bany mengomentari “Beliau sudah salah sangka karena Nubaith bukanlah periwayat dari Kitab Shahih, bahkan dia bukan periwayat dari kutubus sittah lainnya”.

Hadis dari Anas Bin Malik Ra yang justru disepakati keshahihannya adalah hadits “arbain” lain, yaitu shalat berjamaah “empat puluh hari” yang membebaskan dari neraka dan bebas dari kemunafikan. Sabda Nabi SAW “Barangsiapa shalat empat puluh hari dengan berjamaah dan mendapati takbiratul ihramnya imam, maka ia akan dicatat terbebas dari dua perkara, yaitu bebas dari api neraka dan bebas dari kemunafikan” (HR Turmudzi).

Adapun amalan yang dikerjakan oleh jamaah selama  8 atau 9 hari di Madinah yaitu memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi, berziarah ke makam Rasulullah, menghayati kehidupan Nabi dan para shahabat dahulu, mengambil ibrah dari tempat tempat bersejarah, serta kegiatan amal-amal saleh lain seperti banyak membaca Alquran, bersedekah, shalawat dan salam kepada Nabi, menyerap ilmu dari taushiyah yang diadakan di Masjid Nabawi atau masjid lainnya.

Bagi jamaah yang akan berhaji dari Madinah, maka arbain adalah momentum untuk lebih memahami syari’ah, meluruskan aqidah, dan membina akhlakul karimah agar saat melaksanakan haji ia benar-benar tercelup “sibghah”  keteladanan Rosulullah SAW.

Sedangkan bagi yang telah melaksanakan haji, Madinah adalah tempat yang sangat mulia dan berguna bagi pemantapan perjalanan ibadah haji yang baru dilaluinya. Madinah adalah tempat untuk mewisuda kemabruran haji. Rasulullah SAW adalah “syahidan” (saksi) dan “mubasyiran” (pemberi kegembiraan) bagi jihad jamaah dalam beribadah kepada Allah SWT.

 

Diasuh oleh: Ustaz HM Rizal Fadillah

 

sumber: Republika Online

Hikmah Personal dan Sosial Haji

Ribuan umat Muslim dunia tengah melaksanakan ibadah haji. Mereka rela meninggalkan sesaat harta dan keluarga demi menyempurnakan rukun Islam.

Aktivis Dakwah Ustaz Ade Kurniawan mengatakan‎, sebagian ulama mengatakan bahwa haji adalah ibadah yang paling utama di antara ibadah dan rukun Islam yang lain. Ini dikarenakan ibadah haji merupakan rangkuman seluruh makna ibadah-ibadah lain.

“Maka orang yang melakukan ibadah haji seolah-olah ia tengah berpuasa, shalat, berzakat, beri’tikaf, bermuamalat, dan berjuang di jalan Allah SWT,” kata Ustaz Ade‎ saat dihubungi ROL, Kamis (3/9).

DAI mudah lulusan Kairo Mesir ini menuturkan, banyak hikmah yang didapat dari melaksanakan ibadah haji. yakni mendapatkan hikmah secara personal dan hikmah sosial.

Misalnya dari hikmah personal, Ustaz Ade menyampaikan ada lima hikmah yang akan didapat oleh orang yang mampu menjalankan ibadah haji. Pertama, orang yang telah melakukan haji akan diampuni dosa-dosanya dan dibersihkan dari kotoran-kotoran maksiat.

“Ini sekaligus merupakan imbalan bagi mereka yang telah mampu menunaikan ibadah haji, seperti sabda Rasulullah SAW “Seorang haji yang mabrur tidak akan mendapatkan balasan dari Allah swt kecuali surga.”

Kedua, ibadah haji mensucikan jiwa dan membersihkan hati. Sehingga orang yang telah berhaji seolah akan merasakan kehidupan baru yang lebih bermatabat di hadapan Allah dan manusia.

Ketiga, ibadah haji akan menumbuhkan kesadaran akan besarnya perjuangan rasulullah saw dan para ulama terdahulu dalam menegakkan dan menyebarkan agama islam. Hikmah keempat ibadah haji akan mendidik mental dan kepribadian seorang hamba dalam bergaul dan mengarungi kesulitan hidup.

Kelima, yang terpenting adalah ibadah haji akan meningkatkan rasa syukur seorang hamba kepada Allah swt.

Sementara dari segi hikmah sosial, orang yang menjalankan ibadah haji akan mendapatkan dua hikm‎ah. Pertama ialah haji merupakan sarana bagi umat dari berbagai penjuru dunia untuk saling mengenal dan menghormati satu sama lain, walaupun mereka berbeda warna kulit, bahasa dan negara.

Hikmah kedua ketika pelaksanaan haji, disitulah terjadi perputaran ekonomi terdahsyat di permukaan jagad raya ini.

“Dan ini jelas memberikan jutaaan manfaat tidak hanya bagi masyarakat Muslim, bahkan non-Muslim pun kecipratan berkah,” ujarnya.‎

Dua hikmah di atas tadi kata Ade, merupakan bagian dari rahmat Allah SWT kepada hambanya melalui syariat islam. Sehingga pelaksanaan ibadah haji menumbuhkan rasa solidaritas dan persatuan yang kuat di kalangan umat islam.

“Ibadah haji merupakan simbol kejayaaan dan kebesaran umat islam sepanjang masa yang tidak dimiliki umat lain dari agama mana pun,” katanya.

 

sumber: Republika Online

‘Jamaah Harus Siap dengan Suhu Panas di Arab Saudi’

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Suhu udara Makkah, Kamis, hingga pukul 10.00 waktu Arab Saudi (WAS) relatif lebih rendah dibandingkan hari biasanya, setelah hujan sore kemarin.

Pantauan cuaca hari ini menyebutkan sepanjang hari matahari akan bersinar cerah, namun suhu udara masih di bawah 40 derajat celsius, yaitu antara 33 – 39 derajat celsius.

Dalam seminggu terakhir suhu udara di Makkah rata-rata sekitar 40 derajat celsius, dengan suhu tertinggi pada Jumat minggu lalu mencapai 45 derajat celsius.

Cuaca hari ini diperkirakan cerah dengan suhu tertinggi 39 derajat celsius pada siang hari.

Namun cuaca adem dan suhu lebih rendah, menurut Kepala Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) 1436/2015H Arsyad Hidayat, hanya bersifat sementara. Suhu ekstrem dan panas di atas 40 derajat celsius bakal melanda Makkah pada musim haji tahun ini.

“Jamaah harus siap dengan suhu panas di Arab Saudi, karena pelaksanaan haji tahun ini masuk musim panas dari awal sampai akhir haji,” ujarnya.

Empat Etika Tamu Allah

Oleh: Mahmud Yunus

 

Sejak 21 Agustus 2015 calon jamaah haji (calhaj) Indonesia mulai diberangkatkan ke Tanah Suci. Mereka dalam Islam dinilai sebagai orang-orang terpilih yang memiliki kesempatan menjadi tamu Allah di rumah-Nya. Mereka adalah orang-orang yang beruntung karena termasuk salah seorang dari 186.800 calhaj Indonesia yang tahun ini berhak menyandang predikat tamu Allah. Maka, bersyukurlah.

Bentuk syukur yang selayaknya dilakukan bukan sekadar mengundang keluarga besar, handai tolan dan sebagainya dalam rangka kenduri keberangkatan (bagi Anda yang melaksanakannya). Tetapi, jauh lebih penting mempersiapakan diri menjadi tamu Allah yang paham akan etika/adab saat berada di Tanah Suci selama musim haji.

Boleh jadi, jamaah calhaj Indonesia sudah dibekali dengan hal-hal pokok yang selayaknya dilakukan oleh mereka sejak keberangkatan ke Tanah Suci hingga kembali ke Tanah Air. Misalnya, mereka telah diajarkan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dan negara Indonesia selama di Arab Saudi.

Umumnya calhaj Indonesia telah mendapat bimbingan saat mereka mengikuti manasik di kabupaten/kota masing-masing. Misalnya, tentang berdoa ketika naik kendaraan, memasuki Kota Mekkah dan Kota Madinah, memasuki Masjidil Haram, dan saat melihat Ka’bah/Baitullah. Juga, berdoa ketika memasuki Masjid Nabawi dan berziarah ke makam Rasulullah SAW dan seterusnya.

Namun, kenyataannya, berdasar pengalaman musim haji sebelumnya, masih banyak calhaj Indonesia yang seolah-olah tidak menyadari bahwa dirinya tamu Allah. Hal tersebut boleh jadi karena mereka belum mendapatkan penjelasan yang memadai saat mengikuti manasik dan/atau pembimbingan dari KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji).

Pertama, banyak jamaah perempuan yang menempati shaf shalat jamaah laki-laki. Padahal, di Masjidil Haram sekali pun, sebaiknya jamaah perempuan dan jamaah laki-laki itu terpisah tempatnya, terutama pada saat shalat berjamaah.

Kedua, banyak jamaah yang memaksakan diri, dahulu-mendahului saat tawaf dan/atau saat sa’i. Tidak jarang terjadi desak-desakan dan sikut-sikutan. Lebih jauh, banyak jamaah yang memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad. Padahal, hukum menciumnya adalah sunah.

Ketiga, banyak jamaah dengan seenaknya masuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tanpa “mematikan” telepon selularnya. Padahal, di sekitar dua masjid tersebut sudah ada tulisan berjalan (running text) yang mengingatkan jamaah untuk “mematikan” telepon selular.

Keempat, banyak jamaah yang memotret aktivitasnya saat berada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Bahkan, banyak jamaah yang “berani” memotret saat imam sudah memulai shalat berjamaah.

Kelima, banyak jamaah yang ketika sedang berada di Tanah Suci perilakunya tetap tidak berubah, persis seperti kebiasaannya di Tanah Air. Misalnya, ngobrol ngalor-ngidul tanpa kontrol. Berkaca pada pengalaman musim haji sebelumnya, kita harus terus belajar menjadi tamu Allah yang beretika. Semoga.

 

sumber: Republika Online

Tanazul Diajukan di Makkah Dengan Beberapa Syarat

Madinah (Sinhat)–Jemaah haji Indonesia sejatinya tidak boleh melakukan pindah kelompok terbang (kloter) agar menjaga ketertiban pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji. Kendati demikian, terhambatnya proses penyelesaian visa mengakibatkan banyak jamaah haji Tanah Air yang berangkat tidak sesuai kloternya semula.

Kepala Daerah Kerja Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah Jasam mengatakan, sebenarnya jemaah boleh saja pindah kloter (tanazul) asalkan memenuhi tiga kriteria. Pertama, jemaah haji yang sakit yang sehingga harus dipulangkan lebih cepat atau diundur keberangkatannya melalui kloter selanjutnya.

Kedua, kata Nasrullah, jemaah yang kembali ke kloter awal setelah ditunda keberangkatannya karena sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Adapun yang ketiga, jemaah haji yang harus pulang lebih cepat karena kepentingan dinas.

“Kepentingan dinas harus dibuktikan dengan surat tugas yang sah,” kata Nasrullah di Madinah, Arab Saudi, Rabu (26/08).

Dia menegaskan, guna memberikan hal pelayanan kepada jemaah haji dan kesesuaian pertanggungjawaban serta melaksanakan ketentuan dari Muassasah Adilla, jemaah tidak diperbolehkan melakukan proses (tanazul) selama di Madinah.

“Apabila ada jemaah yang sesuai tiga kriteria tadi dan harus melakukan (tanazul), maka seluruhnya dapat mengajukan prosesnya di daerah kerja Makkah,” ujar Nasrullah. (ismail/mch/ar)