WA Center Haji Permudah Petugas Tindaklanjuti Aduan Jemaah

Madinah (Kemenag) — Ping! Wa Center Kantor Urusan Haji berbunyi, menandai adanya pesan yang masuk. Setelah dicek, pesan itu berupa laporan kehilangan tas tentangan jemaah saat turun pesawat. Dilaporkan juga bahwa isi tas tersebut adalah uang senilai tidak kurang dari Rp40juta.

“Info laporan ini kemudian disebarkan ke group bandara, berikut penjelasan tentang ciri-ciri tas. Selang 3 jam, tas sudah ditemukan dan isinya masih utuh,” demikian penjelasan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Basori, Selasa (01/08).

Peristiwa lainnya, lanjut Dumyathi, adalah tentang ditemukannya jemaah lansia yang lupa arah jalan pulang. Laporan masuk WA Center dari seseorang bernama Cece. Dia menginformasikan kalau dirinya menemukan seorang nenek di jalan yang tidak tahu jalan kembali ke hotel.

Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti petugas Sistem Informasi dan Komunikasi PPIH (Siskoppih). Kepada pelapor, petugas meminta detil keterangan terkait lokasi keberadaan nenek dan persoalannya. Berbekal informasi tentang lokasi, Siskoppih langsung mencari petugas pendukung PPIH di lapangan sekitar Masjid Nabawi yang terpantau dari layar tracking Siskoppih.

Muncullah nama Junaidi lengkap dengan photo diri. Photo Junaidi yang muncul di layar monitor Siskoppih itu dicapture dan langsung dikirim kepada yang bersangkutan untuk menindaklanjuti permasalahan.

“Junaidi Rosidi Syamsuddin awalnya akan menuju masjid untuk shalat. Setelah menerima perintah, dia pun langsung bergerak menindaklanjutinya,” ujar Dumyathi.

Junaidi bergerak ke lokasi sang Nenek ditemukan sebagaimana info pelapor. Setelah menemukan, Junaidi mengantarnya ke hotel tempat menginap dan mempertemukan dengan rombongannya. “Semua pergerakan Junaidi dalam menindaklanjuti arahan ini terpantau dalam monitor Siskoppih.

Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah telah merilis call center, serta SMS dan WA center untuk penyelenggaraan ibadah haji 1438H/2017M. Untuk nomor call center adalah 9200 1 3210, sedang SMS dan Wa Center adalah 050 35000 17.

Ahmad Dumyati Basori mengatakan, kedua nomor tersebut diharapkan dapat menjadi media komunikasi antara jemaah dengan petugas bila ada kebutuhan layanan. Begitu juga bagi orang lain saat mengetahui keberadaan jemaah yang membutuhkan layanan. “Kita akan standby 24 jam selama musim haji,” terang Dumyathi.

Menurutnya, cara kerja call center, sms dan wa center, serta Siskoppih ini dikendalikan dari Kantor Urusan Haji Jeddah sebagai markaz kendali seluruh daerah kerja, baik Daker Makkah, Madinah, maupun Bandara. Proses penerimaaan aduan, tindak lanjut, konfirmasi, dan distribusi perintah ke petugas di lapangan di semua daker, dilakukan dari pusat komando.

“Namun, di setiap daker dipasang juga layar monitor untuk mengetahui sebaran petugas yang ada di wilayahnya masing-masing,” tandasnya.

Dumyathi menilai, pola kerja Siskoppih & call center yang terintegrasi seperti ini, sangat efektif dan efisien. Sebab, petugas lapangan yang berada di lokasi terdekat bisa langsung diarahkan untuk memberikan bantuan atau menindaklanjuti aduan. Dengan demikian, tidak perlu mengirim orang dari kantor daker.

 

KEMENAG

 

 

—————————————————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!
—————————————————————-

Jamaah Cardiovasculaar Diseases Agar Bawa Obat Sendiri

Tingginya angka jamaah haji wafat karena serangan jantung, cukup membuat khawatir tim kesehatan haji Indonesia di Tanah Suci. Karenanya, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Etik Retno Wiyati mengimbau, jamaah haji untuk membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi sesuai jumlah dan dosis yang cukup selama 40 hari.

Imbauan itu khususnya bagi pasien Cardiovasculaar Diseases atau jantung yang telah melakukan pemeriksaan tahap satu atau sesuai keterangan kesehatan yang tercantum pada buku kesehatan haji. Membawa obat-obatan sendiri, lanjut Etik, akan memudahkan jamaah untuk mengkonsumsinya. Sebab, obat-obatan di Arab belum tentu sama atau cocok bagi si pasien.

Menurut Etik, ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menuntut kondisi sehat dan bugar. Karenanya, para jamaah yang memiliki riwayat Cardiovasculaar Diseases agar aktif melakukan kontak medis dengan tenaga medis kesehatan minimal dua kali sehari.

Guna mendikteksi dini, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) akan melihat manifest kesehatan jamaah untuk melakukan imbauan kondisi kesehatan. TKHI juga akan berkoordinasi dengan pembimbing ibadah terkait prosesi ibadah pasien Cardiovasculaar Diseases.

Etik  mengingatkan, agar jamaah tidak memaksakan diri mengejar ibadah sunah dengan pergi ke Masjidil Harram setiap hari. Menurutnya, jamaah harus fokus kepada ibadah yang wajib. “Ini yang harus kita berikan pengertian kepada jamaah,” ujarnya di Makkah, kemarin.

Etik menambahkan, bahwa cuca panas sangat berpengaruh dengan kondisi kesehatan jamaah. Cuaca panas akan memicu kondisi seseorang mudah dehidrasi sehingga memicu riwayat kesehatan yang sudah ada dari Tanah Air.

“Tim KKHI siaga. Bila ada redektesi gangguan tersebut, maka akan dilakuksan tindakan dan merujuk ke KKHI atau ke Rumah Sakita Arab Saudi (RSAS),” ujarnya.

 

IHRAM

Antara Haji Mabrur dan Haji Mardud

HAJI mabrur, gelar yang dikejar oleh setiap orang yang berhaji.

Gelar ini merupakan puncak prestasi seorang jemaah haji. Begitu tinggi nilainya, hingga Nabi Muhammad SAW menegaskan dalam salah satu hadisnya: “Haji mabrur, tiada balasan yang pantas baginya, kecuali surga.” (HR Tabrani dari Ibnu Abbas)

Haji mabrur adalah ibadah haji yang diterima oleh Allah SWT. Kebalikannya adalah haji mardud (haji yang ditolak).

Tidak mudah mengetahui apakah ibadah haji seseorang itu diterima atau ditolak Allah SWT. Ini urusan yang sifatnya sangat pribadi antara seorang makhluk dengan Tuhannya. Sama dengan apakah salat dan puasa seseorang diterima di sisi Allah SWT.

Namun satu hal yang pasti, gelar mabrur itu dapat diupayakan untuk diraih. Itulah sebabnya, baik orang yang pergi haji maupun keluarga, saudara dan orang-orang sekampungnya kerap berdoa, “Ya Allah, jadikanlah haji kami haji yang Engkau terima (mabrur), dan dosa kami adalah dosa yang diampuni, jadikanlah sa’i kami yang merupakan tanda syukur, serta perniagaan yang tidak merugi.”

Meski sulit diukur, sebetulnya mabrur atau tidaknya ibadah haji seseorang dapat dilihat dari beberapa tanda. Al Hasan Al Bishriy sewaktu memberi tafsir tentang haji mabrur mengatakan, “Setelah pulang dari haji mulailah hatinya rindu kepada akhirat dan dunia tidak mengikat hatinya lagi.” (HAMKA, Tanya Jawab Soal Islam).

Secara fisik, mabrurnya ibadah haji seseorang dapat dilihat dari beberapa perubahan dalam kehidupan keseharian. Contohnya: dia bertambah rajin salat fardhu maupun sunah. Gemar membaca Alquran dan buku-buku agama, senang bersedekah, berzakat dan menolong orang-orang yang berada dalam kesulitan. Ia pun lebih ramah, bersahabat dan hormat menghadapi orang lain, lebih sabar dalam menghadapi kesukaran dan problematika kehidupan. Ia juga lebih beradab dan sopan dalam berpakaian, berkata-kata dan bertingkah laku, serta lebih senang berbuat sesuatu yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat banyak.

 

MOZAIK

 

baca juga: Awas Menyandang Gelar Haji Termasuk Riya

Sujinah Penjual Tiwul dan Doanya yang Sederhana di Tanah Suci

Madinah – Sujinah (60), penjual jajanan tradisional asal Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, bersyukur bisa berhaji yang diimpikan sejak lama. Matanya berbinar saat menceritakan bagaimana bisa berhaji dan doanya yang sederhana.

Di desa, Sujinah biasa dipanggil Sujinah Tiwul. Tiwul dilekatkan karena Sujinah berjualan tiwul. Namun menurut Sujinah, ia tak hanya berjualan tiwul tapi juga jajanan tradisional lain seperti gethuk, cenil, dan tape singkong.

“Dijual ke beberapa pasar,” kata Sujinah dalam bahasa Jawa halus.

Sujinah bicara sambil duduk di kursi lobi di Hotel Mawaddah An Nour tempatnya menginap selama di Madinah, Selasa (1/8/2017) sekitar pukul 14.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

Sujinah didampingi 2 temannya menunggu lift kosong. Antrean siang itu cukup padat. Selain jemaah Indonesia, ada jemaah Thailand, Malaysia, dan negara lain di hotel yang berjarak kurang lebih 250 meter dari Masjid Nabawi itu.

Bagaimana Sujinah berangkat haji? Dia mengaku menyisihkan uang hasil jualan jajanan untuk biaya haji. Ia mendaftar pada tahun 2010. Dan akhirnya tahun ini, dia ‘dipanggil’ ke Tanah Suci.

Sujinah tergabung dalam kelompok terbang SUB 05 Embarkasi Surabaya. Pesawatnya berangkat pada Sabtu (29/7) malam, dan mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah pada Minggu (30/7) dini hari.

“Sejak tiba (di Madinah), saya tiap hari ke Masjid Nawabi untuk arbain. Saya juga sudah ke Raudhah,” ucap Sujinah.

Arbain adalah salat 5 waktu tanpa putus sebanyak 40 kali di Masjid Nabawi. Sedangkan Raudhah adalah area di sekitar mimbar dan makam Nabi Muhammad SAW di dalam kompleks Masjid Nabawi. Bagi kaum muslim, doa di 2 tempat tersebut memiliki nilai lebih.

Apa yang menjadi doa Sujinah di Raudhah dan Masjid Nabawi? “Keinginan saya sederhana. Semoga saya dan keluarga sehat, juga hidup cukup (berkecukupan). Doa nggak pakai bahasa Arab, yang penting tersampaikan,” ungkapnya sambil tersenyum.

Sujinah adalah satu dari puluhan ribu jemaah Indonesia yang berjuang demi bisa berhaji. Dia menabung hasil kerja kerasnya sedikit demi sedikit. Pada saat bersamaan, dia menunda keinginan-keinginan duniawi. Ketelatenan dan kesabaran itu berbuah manis.

Hingga hari ini, lebih 28 ribu jemaah Indonesia telah tiba di Madinah. Mereka, tentu saja termasuk Sujinah, akan berada di kota di utara Kota Mekkah ini selama 8-9 hari. Selanjutnya jemaah akan beringsut ke Mekkah untuk mengikuti prosesi haji. Mimpi Sujinah Tiwul sejak lama kini segera terealisasi. (try/elz)

 

DETIKcom

Menabung 20 Tahun, Tukang Tahu Ini Akhirnya Naik Haji

Keinginan kuat menjalankan ibadah haji terlihat dari sosok Dedi Somantri (63 tahun), warga Kampung Selaawi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lelaki yang sehari-harinya berjualan tahu keliling ini sudah 20 tahun menabung agar bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Perjuangan untuk menggapai cita-citanya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tahun ini Dedi direncanakan berangkat ke Baitullah dengan tergabung dalam kelompok Terbang (Kloter) 87 Jakarta dan akan berangkat pada 22 Agustus 2017. “Saya mulai berjualan tahu keliling sejak 1990 lalu,” ujar Dedi kepada Republika.co.id, Kamis (27/7).

Sebelum berdagang tahu keliling, dia sempat berjualan abu gosok dan dedak selama 10 tahun atau tepatnya pada 1980. Sehari-harinya, dia berjalan kaki menjajakan tahu Sumedang mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Rute berjualannya mulai dari Pasar Cisaat, Kabupaten Sukabumi, hingga ke Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, Dedi mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk menunaikan ibadah haji yang dimulai sejak 1990 lalu. Pada tahun itu, dia menabung sejumlah uang untuk bisa mendaftar ibadah haji. Awalnya, dia menabung uang rata-rata sebesar Rp 3.000 per hari. Seiring perjalanan waktu, jumlah uang yang ditabungnya bertambah menjadi Rp 30 ribu per hari.

Menurut Dedi, penghasilannya sehari-hari dari berjualan tahu dan lontong keliling rata-rata mencapai Rp 50 ribu. Dari jumlah itu ditabungkan sebesar Rp 30 ribu dan sisanya Rp 20 ribu untuk makan serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Setelah menabung sejak 1990 hingga 2012 akhirnya terkumpul uang sebesar Rp 25 juta,” kata dia.

Dedi Somantri, penjual tahu keliling menjadi calon haji yang berangkat tahun ini. (Foto: Riga Nurul ImanRepublika)

Dengan modal uang tersebut, dia memberanikan diri untuk mendaftar haji ke Kementerian Agama (Kemenag) pada 10 Mei 2012. Setelah menunggu selama lima tahun, akhirnya Dedi bisa berangkat menunaikan ibadah haji pada 2017.

Selepas mendaftar, dia tetap menabung sebagai bekal untuk menunaikan ibadah haji sebesar Rp 1 juta sebulannya sejak 2012 lalu. Hingga lima tahun berlalu, tabungan tambahannya telah mencapai sebesar Rp 15 juta. “Niatnya, ibadah haji sujud di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,” kata dia.

Dedi sudah melakukan persiapan, mulai dari belajar tata cara ibadah haji dan persiapan fisik. Selepas menunaikan ibadah haji, dia berencana akan beristirahat sejenak di Pesantren Al Hidayah yang dekat dengan rumahnya. Pesantren tersebut adalah tempatnya belajar dan beribadah.

Salah seorang tetangga Dedi, Mamah Salamah (63 tahun) mengatakan, warga setempat sudah mengetahui perihal Dedi yang akan berangkat menunaikan rukun Islam kelima. “Orangnya memang ulet dalam mencari rezeki dan berniat untuk menunaikan ibadah haji,” ujar Mamah.

Menurut dia, Dedi sehari-harinya berjualan tahu keliling dengan berjalan kaki sejak pagi hingga sore hari. Mamah pun berharap Dedi bisa menunaikan ibadah haji dengan lancar dan pulang dengan selamat.

 

IHRAM

Kursi Roda Jamaah Haji Diberi Pita Warna

Semua koper jamaah haji akan diberi tanda pita yang sama dengan stiker yang ditempel di buku paspor. Kursi roda jamaah haji juga akan diberi pita warna serupa, stiker, dan bendera Indonesia.

“Masalah kursi roda ini krusial karena pada tahun lalu banyak jamaah kehilangan kursi roda yang dibawa dari Tanah Air,” kata Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat saat meninjau kesiapan fasilitas di Bandara Amir Mohammed Bin Abdulaziz, Madinah, Kamis pagi (27/7).

Berdasarkan pengalaman tahun lalu, banyak kursi roda milik jamaah ditaruh di bagian lost and found (barang hilang) karena tidak ada identitas. Letak bagian barang hilang ini juga posisinya jauh dari lokasi jamaah di bandara sehingga mereka kesulitan mendapatkan kursi rodanya.

“Coba bayangkan bagaimana jamaah yang sudah tua, yang sangat membutuhkan kursi roda tapi tidak bisa mendapatkan kursi rodanya,” ujarnya.

 

IHRAM

Kereta Api Haramain Rute Jeddah-Makkah Siap Diluncurkan

Saudi Railways Organization (SRO) pada hari Selasa (24/7) melakukan uji coba lengkap lengkap dari Jeddah ke Madinah.

Menjelang kecepatan 330 kilometer per jam, kereta baru bisa mengurangi waktu tempuh antara kedua kota hingga 90 menit. Lokomotif listrik 12.000 tenaga kuda baru akan menghemat 120 menit perjalanan antara Jeddah dan Madinah.

Pangeran Abdullah Bin Bandar Bin Abdulaziz, wakil emir wilayah Makkah, Menteri Perhubungan Sulaiman Al-Hamdan, tim pejabat Spanyol bersama dengan pejabat Organisasi Perkeretaapian Saudi, para ahli dari Saudi Rail Road dan perwakilan media lokal dan internasional hadir dalam uji coba itu.

Saudi Railways Organization saat ini melakukan tes untuk memeriksa kompatibilitas semua komponen sistem kecepatan tinggi.

Uji coba pelatih dimulai di stasiun Al-Sulaimaniah di Jeddah pada pukul 01:00 siang. Dan kereta yang membawa sekitar 470 penumpang melaju ke King Abdullah Economic City (KAEC) di Rabigh. Setelah singgah sekitar 1 jam 15 menit kereta berangkat menuju Madinah jam 3:00 sore, akhirnya sampai di Kota Nabi pukul 4:15 malam.

Kereta api melaju dengan kecepatan antara 300-330 kiometer perj jam, selama 90 menit berjalan di antara kedua kota tersebut.

Jalur kereta api berkecepatan tinggi Haramain adalah jaringan 450km yang menghubungkan dua kota suci Kerajaan Makkah dan Madinah melalui stasiun-stasiun di bandara baru di Jeddah dan di King Abdullah Economic City dekat Rabigh. Dan khusus soal batas tertinggi keepatan kereta api ini dinyataan dirancang untuk mencapai kecepatan hingga 360 per jam.

“Kami siap sepenuhnya untuk pembukaan resmi. Semuanya dalam urutan kerja. Kereta api tersebut akan mulai beroperasi segera setelah pejabat Saudi memberi kita lampu hijau, “kata Mariano De La Vega, manajer proyek Talgo.

Nayef Fawaier, Manajer penghubung rolling stock dari proyek kereta api berkecepatan tinggi Haramain dari DB Jerman (Mobility Networks Logistics), mencatat bahwa Arab Saudi mengharapkan untuk menerima sekitar 35 kereta berkecepatan tinggi. Sejauh ini 11 kereta telah tiba dan mereka siap beroperasi. ”

Abdullah Al-Ahmadi, sopir kereta api Saudi, mengungkapkan kebahagiaannya sebagai sopir kereta api Saudi yang pertama. “Saya dilatih di Spanyol untuk jenis kereta ini,” katanya.

Al-Ahmadi dan sembilan orang Saudi lainnya menyelesaikan program pelatihan di Spanyol untuk mengemudikan kereta berteknologi tinggi tersebut.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diminta Waspadai Penularan Wabah Kolera

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan adanya wabah penyakit kolera yang saat ini sedang terjadi di Yaman bisa terjadi di Arab Saudi karena letak dua negara ini yang berdekatan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Wiendra Waworuntu mengatakan, saat ini diperkirakan sekitar 300 ribu warga Yaman terkena penyakit ini. Kemudian setiap hari sekitar 5 ribu kasus kolera baru terjadi di Yaman.

“WHO memperingatkan wabah kolera saat musim haji mendatang sampai September 2017 karena letak Yaman yang bersebelahan dengan Arab Saudi,” katanya saat pemaparan kebijakan pencegahan kolera di kalangan jamaah haji Indonesia, Selasa (25/7).

Penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri vibrio Kolera ini menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ciri-cirinya buang air besar cair, berwarna seperti air cucian beras, dan encer lebih dari tiga kali sehari. Kemudian ini berlanjut dengan muntah dan dehidrasi.

Untuk mencegah penyakit ini menular ke jamaah haji di Tanah Air, pihaknya mengaku menyediakan obat dan alat kesehatan yang diklaim cukup. Namun, ia meminta jamaah haji juga melakukan upaya-upaya untuk mencegahnya. Diantaranya mencuci buah dan sayuran dengan air hingga bersih sebelum dikonsumsi. Selain itu, rajin cuci tangan dengan sabun dan air.

“Selain itu makan makanan matang, hindari makanan mentah dan setengah matang,” ujarnya.

Ia juga meminta jamaah meminum dari botol kemasan dan minuman yang telah dimasak dan tutup makanan dan minuman yang telah tersedia. Yang tak kalahnpenting, kata dia, cuci peralatan makan dan pakaian dengan air mengalir. Periksa juga tanggal kadaluwarsa makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Ia juga meminta jamaah menjaga kebersihan tempat menginap atau pondokan.

“Pemeriksaan sanitasi katering dan pondokan haji juga dilakukan,” ujarnya.

Namun jika jamaah haji Indonesia ada yang sudah terkena diare, ia meminta agar jamaah tersebut langsung meminum oralit untuk pertolongan pertama. Ia juga meminta jamaah segera berobat jika sudah diare lebih dari tiga kali.

 

IHRAM

Visa Telah Terbit, Haji Gelombang Pertama Siap Diberangkatkan

Jakarta – Kementerian Agama memastikan visa jemaah haji gelombang pertama sebanyak 102.663 jemaah telah terbit. Mereka akan segera diberangkatkan.

“Visa jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang pertama sudah selesai semua. Total 102.663 jemaah gelombang pertama, visanya sudah diterbitkan Kedutaan Besar Saudi Arabia (KBSA),” ujar Kasubdit Dokumen dan Perlengkapan Haji M Sofwan, dalam keterangannya, Minggu (23/7/2017).

Kloter pertama jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan secara bertahap melalui 13 embarkasi di Indonesia. Pemberangkatan gelombang pertama jemaah haji mulai 28 Juli-11 Agustus 2017, disusul gelombang kedua pada 12-26 Agustus 2017.

Shofwan mengatakan, hingga Jumat (21/7) sore, visa yang diterbitkan KBSA mencapai 108.275. Angka ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat paspor yang sudah berada di Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI untuk diproses visanya di KBSA mencapai 191.838.

“Kami secara bertahap terus mengirim paspor dan pemaketan layanan jemaah yang sudah siap ke KBSA untuk segera diterbitkan visanya. Dari yang sudah berjalan, rata-rata dalam satu hari proses penerbitan visa bisa mencapai 10.000,” ujarnya.

Shofwan optimis pengurusan visa tahun ini berjalan lancar dan seluruhnya akan terbit sesuai jadwal. “Saya berharap pengurusan visa berjalan lancar dan tidak ada persoalan terkait visa yang harus dialami jemaah,” tambahnya.

Total kuota jemaah haji Indonesia tahun ini sebanyak 221.000, terdiri dari 204.000 jemaah haji reguler dan 17.000 jemaah haji khusus. Ia menyebut dari sekitar 108.000 visa saat ini, masih ada sekitar 96.000 visa jemaah yang masih dalam proses.

“Masih cukup waktu dan semoga semuanya lancar dan sesuai,” ucap Shofwan.

“Jelang keberangkatan, kami juga sedang memastikan persiapan, khususnya untuk lima kloter pertama di semua embarkasi sudah fix semua, sehingga tidak ada kursi yang kosong dan seluruh jemaah siap diberangkatkan,”imbuhnya.

Gelombang pertama akan terbang menuju Madinah Arab Saudi untuk menjalani ibadah Arbain (Jamaah haji mengejar keutamaan salat wajib 40 waktu tanpa putus di masjid Nabawi) selama 8-9 hari. Setelah itu, mereka secara bertahap diberangkatkan menuju Makkah untuk menjalani proses ibadah haji.

Gelombang kedua akan terbang menuju Jeddah lalu ke Makkah. Mereka baru akan diberangkatkan ke Madinah setelah menjalani ibadah haji. Menurut Undang – Undang nomor 13 tahun 2008, Penyelengaraan haji adalah tugas nasional. Negara menjamin memberikan 3 layanan bagi jemaah haji resmi seperti pembinaan, pelayanan, dan perlindungan.
(yld/rna)

 

DETIK

Jamaah Diminta Sudah Memakai Ihram Semenjak dari Tanah Air

IHRAM.CO.ID, JEDDAH — Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Arsyad Hidayat mengingatkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika jamaah haji hendak mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Salah satu diantaranya adalah sudah sudah mengenakan kain ihram semenjak dari tanah air.

”Kami mengingatkan kembali bagi jamaah haji yang akan mendarat di Jeddah kami minta sudah menggunakan kain ihram semenjak dari tanah air. Jadi nanti ketika pesawat sudah sampai di atas Yalamlam (merupakan batas miqat di mana jamaah harus sudah berniat untuk berumrah), maka pada saat itu kain ihram sudah mereka pakai. Anjuran memakai kain ihram semenjak dari tanah air memang sangat ditekankan karena di samping di akhir akhir kondisi bandara Jeddah yang pada saat itu pasti sudah sangat padat karena hampir seluruh negara kuotanya kini kembali bahkan mengalami peningkatan. Akan susah sekali dan memerlukan waktu yang sangat lama bila baru mengenakan kain ihram setelah mendarat di Bandara Jeddah, ” kata Arsyad kepada Ihram.co.id, ketika dihubungi di Jeddah, Ahad malam (23/7).

Arsyad mengatakan, seruan untuk sudah mengenakan ihram ini tentu saja dikenakan hanya kepada jamaah dari kloter penerbangan terakhir, yang memang mendarat di Jeddah bukan di Madinah. Bagi jamaah kloter awal yang mendarat di Madinah tidak perlu mengenakan kain ihram sebelum mendarat di bandara tersebut.

”Pada waktu penerbangan kloter terakhir suasana bandara Jeddah sangat padat. Untuk mandi, wudhu, melakukan shalat dan mengenakan ihram jelas perlu waktu. Makanya ketika di atas pesawat jamaah sudah kenakan kain ihramnya masing-masing agar lebih cepat berangkat ke Makkah,” kata Arsyad.

Hari ini, Ahad (23/7), Arsyad melakukan pengecekan kesiapan pelayanan jamaah haji Indonesia di bandara Jeddah. Menurutnya, saat ini persiapan pelayanan jamaah sudah mendekati final. Dia pun yakin ketika nanti tiba masanya untuk melakukan kerja penyambutan dan pelayanan jamaah, maka semua hal sudah dapat disiapkan secara baik

”Kunjungan dimaksudkan untuk mengecek kesiapan seluruh pelayanan  baik pelayanan kedatangan, kesehatan, pemberian katering, sarana pra sarana serta transportasi,” kata Arysad.

Sebagaimana diketahui dan sudah mulai berlaku pada tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan dipergunakannya Bandara Madinah sebagai bandara penerima kedatangan jamaah haji, maka waktu kedatangan rombongan jamaah haji Indonesia dibagi dua. Untuk kloter awal hingga pertengahan waktu pemberangkatan, jamaah haji akan mendarat di Madinah. Setelah itu setelah sepekan tinggal di Madinah mereka diberangkatkan ke Makkah.

Ini berbeda dengan rombongan jamaah haji yang berada di kloter akhir. Mereka akan mendarat di Jeddah dan langsung menuju Makkah. Mereka akan tinggal sekitar satu bulan di Makkah, sebelu kemudian diberangkatkan ke Madinah. Di Madinah nantinya akan tinggal selama satu pekan untuk menjalankan ibadah shalat arba’in, sebelum kembali ke tanah air.

Yang pasti, bagi jamaah yang datang ke Makkah dari Jeddah, karena menjelang puncak haji mereka akan langsung merasakan suasana Makkah yang sudah hiruk pikuk dan macet. Ini berbeda dengan jamaah haji yang datang dari Madinah. Karena mereka datang lebih awal, maka mereka akan mendapati suasana Makkah yang sedikit longgar.

“Jadi harus ada kesiapan mental dari para jamaah haji yang datang ke Makkah pada di kloter terakhir. Mereka harus siap dengan suasana Masjidil Haram yang padat dan kota Makkah yang ingar-bingar bahkan macet,” kata Arsyad.

 

IHRAM