Berbagai Cara Jemaah Bawa Zamzam Tambahan

Madinah (PHU)—Berbagai cara dilakukan oleh jemaah haji untuk bisa membawa zam-zam lebih dan barang tambahan. Selain mencoba menenteng jerigen besar banyak pula yang meyembunyikan zamzam di balik pakaian atau di dalam tas kabin.

Saat petugas PPIH Daker Airport sedang pelayanan pemulangan di Bandara Prince Mohammad bin Abdul Aziz (PMAA) Madinah banyak ditemukan jemaah mencoba mengambil keuntungan dengan membawa barang berlebih. Tentu perilaku itu dicegah oleh petugas haji dan petugas dari maskapai.

Herdi, salah satu petugas dari Saudi Arabian Airlines rutin melakukan sosialisasi dan sweeping barang bawaan jemaah yang terlarang dan berlebih.

“Setibanya jemaah di ruang tunggu Bandara PMAA Madinah kami selalu lalukan sosialisasi akhir tentang barang bawaan,” ujar Herdi di paviliun bandara Madinah, Sabtu (21/9/2018).

Selain Herdi beberapa petugas lainnya juga melakukan hal yang sama. Bahkan sering dijumpai petugas PPIH dan Petugas maskapai membantu jemaah mengemas ulang barang bawaan di tas kabin.

Agus Mustofa, petugas dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah setiap bertugas selalu membantu jemaah mengemas ulang.

“Kasihan jemaah yang tua-tua kadang belanja terlalu banyak untuk oleh-oleh cucunya. Jadi kami semua harus membantu agar yang penting bisa dibawa pulang,” kata Agus saat bertugas di Bandara Madinah.

Sama seperti Agus, petugas dari Saudi Arabian Airlines bernama Irhas juga rajin membantu jemaah packing ulang.

“Sayangnya memang banyak jemaah membawa barang yang tidak perlu seperti sisa sabun mandi, buah, minuman sachet. Setelah tas kabin penuh mereka masih nenteng-nenteng kantong plastik yang isinya macem-macem itu tadi,” tutur Irhas.

PPIH Arab Saudi di semua wilayah kerja sebenarnya telah melakukan sosialisasi barang bawaan jemaah haji. Barang yang diizinkan dibawa ke dalam kabin dan barang terlarang seperti benda tajam dan cairan lebih dari 100 ml. Jemaah juga akan menerima zamzam 5 liter di asrama haji saat tiba dari Tanah Suci.

Data jemaah yang telah diterbangkan ke debarkasi hingga Sabtu (21/9) pukul 15.00 waktu Saudi tercatat 457 kloter. Dalam kloter tersebut terdapat 183.748 jemaah haji, 2.284 petugas kloter sehingga total 186.032 yang telah kembali dari Tanah Suci. Sedangkan jemaah wafat telah mencapai 374 orang yang 352 diantaranya merupakan jemaah haji reguler. (ab/ab).

KEMENAG RI

Menapaki Jejak Rasul di Badr

Kisah perang Badar tentu melekat dalam benak umat Islam. Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.

Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu.

Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Makkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Kota Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah, dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.

Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud. Dalam perang itu 14 tentara Muhammad menjadi korban dan 70 tewan di pihak lawan. Sedangkan 70 lainnya menjadi tawanan perang.

Rabu (19/9/2018) pagi merupakan kesempatan berziarah ke kota Badr. Kota kecil Badr terletak 152 km arah barat daya Madinah yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dari Madinah. Jalanannya mulus masing-masing terdiri dari tiga jalur dalam dua arah dengan pembatas beton marka yang rapi. Sepanjang perjalanan tidak banyak ditemui pemukiman.

Kanan kiri jalan hanya gunung batu. Setelah 1 jam perjalanan ditemukan kompleks industri Al Musayjid. Tidak jauh berikutnya terdapat pemukiman kota kecil Al Hasaniyah. Ketika bertemu dengan barisan gunung berselimut pasir gurun, pertanda Badr sudah dekat.

Tiba di Badr, kami segera menuju ke maqbarah, pemakaman syuhada’ Badr. Di sini sekitar 70 pasukan yang mati syahid dimakamkan. Kami pun berkesempatan berdoa sejenak setelah Kadaker Airport Arsyad Hidayat mengisahkan pertempuran Badr.

Berbalik arah sekitar 200 meter ditemukan tugu peringatan syuhada Badr. Polisi lokal yang cukup ramah mempersilahkan petugas yang berkunjung untuk berfoto sejenak.

Selain petugas dari PPIH Daker Airport tampak pula beberapa peziarah berkebangsaan Pakistan dan Bangladesh. Badr memang menyimpan sejarah, spirit perjuangan, dan kebangkitan kekuatan dalam membela agama Allah. Tala’al Badru ‘alaina…. (ab/ab).

KEMENAG RI

Menyusul Suami, Haji Zulbaidah Meninggal Usai Salat di Masjid Nabawi

Seorang haji yang tergabung dalam kloter BTJ 09, debarkasi Aceh Selatan, meninggal dunia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Perempuan bernama Zulbaidah Mak Abad itu tutup usia saat salat sunah di area Raudhah.

“Setelah salat isya, jemaah Indonesia memang mendapat gelombang pertama di Raudhah. Beliau meninggal di area Raudhah,” ujar Kepala Sektor (Kasektor) Khusus Nabawi, Jasaruddin, Senin, 17 September 2018.

Raudhah atau Taman Surga sendiri menjadi lokasi yang istimewa bagi umat Islam. Tempat itu terletak di sebelah barat makam Rasulullah.

Dulunya, ruang itu terletak di antara mimbar dengan rumah Nabi. Tempat ini disebut-sebut sebagai lokasi terkabulnya setiap doa.

Menurut Jasaruddin, Zulbaidah meninggal dunia Sabtu malam, 15 September 2018. Berdasarkan penuturan teman yang mengiringi ke Raudhah, Zulbaidah sempat lemas usai takbiratul ihram saat salat sunah di Raudhah.

“Zulbaidah kemudian terbaring. Melihat kondisi Zulbaidah, petugas dan sejumlah jemaah haji memberi pertolongan. Tapi, nyawa Zulbaidah tidak dapat diselamatkan,” papar Jasaruddin.

Suaminya Sudah Lebih Dulu Wafat

LIPUTAN6

Sekilas Sejarah Perjalanan Bus Shalawat

Makkah (PHU)—Bus Slhalawat merupakan kendaraan pengangkut jemaah haji Indonesia yang terdapat di Makkah yang mempunyai rute hotel-Masjidil Haram pulang pergi (taradudi). Saat ini bus tersebut melayani 12 rute yang menjangkau setiap hotel jemaah. Tahun ini sebanyak 394 bus siap melayani jamaah haji Indonesia selama 24 jam.

Kedua belas rute di seluruh Makkah menjadi jalur utamanya, nantinya masing-masing bus akan datang menjemput di halte yang telah disediakan tiap lima menit.

Namun bagaimanakah kisah perjalanan bus yang identik dengan warna merah dan hijau ini melayani jemaah haji?

Bus Shalawat memulai perjalanannya kali pertama pada tahun 2008, pada tahun tersebut hotel jemaah haji Indonesia jaraknya lebih dari 10 km dari Masjidil Haram, berada di wilayah Aziziyah, Hijrah, Mukhathat Bank, Bakhutmah, Kholidiyah, Syauqiyah, Rushaifah, Awali serta Ka’kiyah dan itu merupakan sudah paling bagus untuk ditempati jemaah haji Indonesia.

Di tahun yang sama, Menteri Agama saat itu Maftuh Basyuni melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi untuk melihat persiapan musim haji, Menag Maftuh tidak kuasa menangis karena tidak menyangka pemondokan jemaah sampai sejauh ini. Pemilihan pemondokan ini akibat dari perluasan besar-besaran Masjidil Haram oleh pemerintah Arab Saudi yang mengakibatkan harga-harga pemondokan di seputaran Masjidil Haram melambung tinggi harganya.

Melihat kondisi seperti itu, akhirnya Menag Maftuh Basyuni memerintahkan untuk menyediakan bus untuk mengantarkan jemaah ke Masjidil Haram pulang dan pergi. Singkat cerita akhirnya pemerintah menyewa 600 bus dengan konsekuensi yang terbilang apa adanya, tidak punya sistem, dan tidak punya petugas.

“Sampai akhirnya Pak Maftuh memerintahkan untuk menyediakan bus, gak punya sistem, gak punya petugas dan gak punya gambaran apapun lah, pokoknya asal nyewa aja, perintah itu sebelum jemaah datang, begitu jemaah datang sewa bis lah 600 bus,” kata Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid saat bercerita mengenang perjalanan Bus Shalawat.

Kerana belum ada sistem, kata Subhan, ini berdampak pada jemaahnya sendiri, tidak ada sistem yang mengharuskan jemaah naik dan turun disuatu tempat pemberhentian yang telah ditetapkan. Terkadang belum sampai tujuan, jemaah sudah diturunkan di tanah kosong, yang lebih parahnya lagi saat mereka mau pulang ke pemondokan setelah beribadah di Masjidil Haram, tempat mereka diturunkan tadi sudah ditutup polisi.

“Karena gak ada sistemnya, pengendaliannya seperti apa?naikkan jemaah dimana, nurunkan jemaah dimana, dijalan-jalan pada naik, di Haram pun diturunkannya bukan diterminal tapi ditanah kosong aja disitu, begitu jemaah mau pulang itu lapangannya udah ditutup sama polisi,” kenang Subhan.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, akhirnya pada tahun 2009 pemerintah Indonesia mulai menjajaki kerjasama dengan Muasassah (Organisasi yang bertugas dan bertanggung jawab melayani akomodasi, transportasi bimbingan ibadah haji dan pelayanan umum dalam musim haji dan umrah) untuk layanan angkutan jemaah haji. Dari kerjasama dengan Muasassah ini jemaah Indonesia mendapatkan penyewaan bus dari Syarikah Abu Sarhad. Abu Sarhad merupakan salah satu Syarikah (perusahaan bus) yang mempunyai banyak armada bus, dan saat itu Indonesia mendapatkan jumlah yang banyak. Karena saat itu memang tidak tersedianya anggaran untuk menyewa bus setara Saptco, Rawahil, Dalah dan sebagainya.

“Abu Sarhad ini busnya tua-tua dan gak berkualitas tapi armadanya banyak kita dapatnya juga banyak, walaupun sebenarnya waktu itu sudah ada Saptco, Rawahil dll, tapi anggarannya belum ada untuk menyewa bus tsb,” tuturnya.

Untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu, Kementerian Agama Tahun 2010 mulai melibatkan Kementerian Perhubungan RI. Sebagai instansi yang bertanggungjawab pada sektor transportasi publik, Kemenhub dapat membagi ilmunya untuk membuat suatu sistem pengendalian transportasi dalam dan luar kota yang akan diterapkan di Arab Saudi. Dari kerjasama itu dirintislah suatu sistem untuk membuat rute sederhana sampai dengan tahun 2012.

“Dari Kerjasama dengan Kemenhub, maka didapatlah ilmu tentang sistem pengendalian angkutan dalam dan luar kota, mulai dari situ diruntis untuk membuat rute yang masih sederhana smapai 2012,” kata Subhan yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Transportasi Darat Kemenag ini.

Setelah mempunyai suatu sistem pengendalian, Tahun 2013 mulai dibentuk tim transportasi secara mandiri yang diketuai oleh Arsyad Hidayat (Kadaker Bandara saat ini) dan selanjutnya pada tahun 2014 diketuai oleh Subhan Cholid. Menurutnya saat ini secara sistem mulai dari pengendalian dan pengawasannya sudah sangat mapan. Saat ini yang menjadi tantangan baginya adalah memenuhi kenyamanan jemaah dalam arti yang diinginkan jemaah itu agak sulit karena dalam satu waktu seluruh jemaah ingin kesatu tujuan secara bersama-sama.

“Kalau kita bikin rasio diperkecil dari 450 jemaah ke 250 jemaah itu malah gak bisa jalan karena semakin banyak bus dijalan kan semakin macet yang kedua juga gak bisa nampung,” katanya.

Untuk Pembagian terminal itu juga ada aturannya, jemaah yang tinggal diwilayah tertentu disesuaikan dengan terminalnya dan semuanya sudah diatur dalam pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi. Begitu juga dengan rasio pembagian busnya. Sedangkan untuk menentukan syarikah busnya yang dilakukan sebelum pelaksanaan musim haji, pemerintah Indonesia yang dalam hal ini Kementerian Agama menerjunkan tim transportasi ke Arab Saudi untuk membuka tender penyediaan transportasi jemaah haji antara lain angkutan dalam dan luar kota, angkutan sahalawat serta angkutan masyair (Arafah-Muzdalifah-Mina).

“Jadi ada aturannya itu ada pedomannnya, kita sewa juga gak sembarangan sudah diatur juga rasio pembagian busnya, untuk menentukan syarikah busnya kita membuka tender, silahkan mendaftar nanti kita pilih, kita bikin persyaratannya,” jelas Subhan.

Khusus bus shalawat berikut rute yang akan dilayani bus shalawat antara lain :
1. Aziziah Janubiah-Jamarat
2. Aziziah Syimaliah 1-Jamarat
3. Aziziah Syimaliah 2-Jamarat
4. Jamarat-Mahbas Jin-Bab Ali
5. Syisyah-Syib Amir
6. Syisyah-Raudhah-Syib Amir
7. Syisyah 1-Syib Amir
8. Syisyah 2-Syib Amir
9. Raudhah-Syib Amir
10. Biban/Jarwal-Syib Amir
11. Misfalah-Jiad
12. Rea Bakhsy-Jiad

Jemaah yang mendapatkan layanan bus shalawat adalah jemaah haji yang menempati pemondokan pada wilayah dengan jarak diatas 1.500 m dari Masjidil Haram kemudian ada juga wilayah dengan jarak dibawah 1.500 m yang mendapatkan layanan angkutan shalawat antara lain Jarwal (1 Hotel), Misfalah (3 Hotel) serta Rea Bakhsy (11 Hotel).(mch/ha)

KEMENAG RI

Kisah Nenek Zulbaidah Wafat di Raudhah

Buat yang pernah pergi haji, bukan rahasia bahwa memasuki kawasan Raudhah di Masjid Nabawi bukan perkara mudah. Saat jamaah sedang banyak-banyaknya seperti hari-hari belakangan, antrean untuk menuju kawasan berkarpet hijau tersebut mengular panjang.

Pada waktu-waktu tertentu, lokasi antara kediaman Rasulullah dan mimbar lama Masjid Nabawi tersebut dibuka khusus untuk kaum perempuan. Pada Sabtu (15/9) lalu, sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Zulbaidah Mak Abad (61 tahun) berhasil memasuki wilayah tersebut setelah menerobos sela-sela kerumunan.

Dalam Raudhah, jamaah asal Aceh Selatan itu kemudian bersiap melaksanakan shalat sunnah. Namun, saat mengangkat tangan bertakbiratul ihram, ia tiba-tiba lemas. “Padahal menurut teman-teman serombongannya, sebelumnya jamaah tersebut baik-baik saja, ndakada tanda-tanda sakit,” tutur Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Maskat Ali Jasmun, kepada Republika di Madinah, Senin (17/9).

Menurut Maskat, ia mendapat laporan dari salah satu petugas di lapangan bahwa setelah Zulbaidah roboh, sejumlah askar perempuan di Masjid Nabawi dibantu petugas pendukung PPIH Arab Saudi mencoba memberikan pertolongan.

Meski begitu, nyawa Zulbaidah tak tertolong. Data PPIH Arab Saudi, pihak rumah sakit menyatakan ia meninggal pukul 20.15. Ia wafat di antara lokasi rumah Rasulullah dan mimbarnya yang menurut Shahih Bukhari dan Muslim, disebut Rasulullah terdapat sepetak taman surga.

Maskat juga menuturkan, tepat dua pekan sebelum Zulbaidah, suaminya berpulang terlebih dahulu. Muhammad Hadan Amin, nama suami Zulbaidah, meninggal setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit Arab Saudi di Makkah. Menurut catatan PPIH Arab Saudi, Muhammad Hasan wafat terkait penyakit pernapasan yang dideritanya.

Menurut Maskat, saat menemui rombongan kloter keduanya, rekan-rekan Zulbaidah mengatakan yang bersangkutan kerap nampak bersedih. Ia tak tenang melaksanakan umrah di Masjidil Haram karena terus mengingat suaminya yang tengah dirawat. “Dia mengeluh karena nggak bisa menemani sampai akhirnya suami meninggal,” kata Maskat.

Salah seorang petugas sektor khusus Masjid Nabawi, Jasaruddin, mengiyakan kisah Maskat. Kepada tim Media Center Haji (MCH) di Madinah, Jasaruddin menjelaskan bahwa Zulbaidah yang merupakan jamaah dari Kloter 09 BTJ meninggal ketika sedang melaksanakan salat sunnah di area Raudhah, disaat takbiratul ihram.

“Hanya saja menurut pengakuan teman satu kamarnya yang juga ikut membantu memberikan pertolongan, saat diangkat perempuan tersebut sudah tidak tertolong lagi,” ujar Jasaruddin, Senin, (17/9).

Jasaruddin menuturkan, ia bersama Tim Gerak Cepat (TGC) langsung menuju lokasi begitu mendengar ada jamaah yang pingsan. Mereka kemudian membantu mengevakuasi Zulbaidah ke mobil ambulans. “Subhanallah…almarhumah terlihat putih bersih, muka bercahaya dan tersenyum,” tutur Jasaruddin.

Seturut peraturan Kerajaan Saudi, Zulbaidah langsung dikuburkan di Makam Baqi, kompleks pemakaman di bagian timur Masjid Nabawi yang juga jadi lokasi makam sejumlah keluarga dan sahabat Rasulullah. Sementara suaminya telah dikuburkan terlebih dahulu di Makkah.

Berdasar data Siskohat Dirjen PHU Kemenag, Muhammad Hasan Amin dan istrinya tinggal di Cot Muling Kedai Panjang, Kluet Utara, Aceh Selatan. Mereka sehari-hari menghidupi diri mereka dengan berlaut sebagai nelayan.

Dengab hasil pekerjaan sebagai nelayan itu juga mereka melunasi biaya haji pada 23 April 2018. Seturut jadwal kepulangan Kloter 09 Banda Aceh, mereka seharusnya pulang ke kampung halaman pada 22 September melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah.

 

REPUBLIKA

Jemaah Wafat 347, Lampaui Tahun 2016

Madinah (PHU)—Jemaah haji yang telah diterbangkan menuju Tanah Air sudah 354 kloter dari keseluruhan 511 kloter. Mereka yang tergabung dalam 354 kloter itu sebanyak 142.450 jemaah dan 1.770 petugas yang mendampingi jemaah. Data tersebut sesuai dengan rilis dari Bagian Data dan Siskohat PPIH Arab Saudi pada Ahad (16/9/2018) pukul 10.00 waktu Saudi.

Sekitar 3.000 jemaah haji Indonesia juga masih tersisa di Makkah saat data tersebut dikirimkan. Mereka diberangkatkan ke Madinah, hari ini Ahad (16/9) dengan bus-bus yang berangkat sepanjang hari.

Sedangkan menurut Kasi Perlindungan Jemaah Daker Madinah PPIH Arab Saudi Maskat Ali Jasmun, bus terakhir akan bertolak dari Makkah pukul 16.00 waktu setempat. Bus tersebut diperkirakan tiba di Madinah pukul 22.00.

“Jadi saya minta seluruh tim Daker Madinah yang berada di Terminal Hijrah untuk standby,” ujarnya dalam apel persiapan penerimaan jemaah hari terakhir di Madinah, Ahad (16/9).

Sebanyak 13 kloter akan berangkat dari Makkah pada pemberangkatan hari terakhir. Kloter 95 Debarkasi Jakarta-Bekasi dengan 410 jemaah mengawali pergerakan ke Madinah pukul 05.00 subuh dari Hotel Nazrah, kawasan Syisyah, Mekah.

Satu jam kemudian, Kloter 91 Debarkasi Solo sebanyak 360 jemaah menyusul bergerak dari Hotel Saray Istambul 3/Binayah Al Fouz ke Madinah. Sebelas kloter lainnya berangkat ke Madinah sore hari pukul 15.00 hingga pukul 16.00.

Jemaah yang diangkut tersebut merupakan jemaah yang tiba paling akhir melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Sedikitnya 114 ribu jemaah Indonesia tiba di Jeddah lebih dulu kemudian didorong ke Makkah dan kemudian ke Madinah selepas puncak haji sebelum pemulangan melalui Bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah.

Sebelumnya, sekitar 87 ribu jemaah telah dipulangkan melalui Bandara Jeddah setelah sebelumnya datang melalui Madinah dan digeser ke Makkah menjelang puncak haji.

Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Arsyad Hidayat, mengatakan, akan memprioritaskan pemulangan jemaah yang mengalami sakit di Tanah Suci melalui kursi-kursi kosong pada kloter-kloter yang dipulangkan.

“Kita pertimbangkan keselamatan, kita tidak mau menyepelekan. Itu tanggung jawab pemerintah,” kata Arsyad di Madinah. Ia mengatakan, PPIH Arab Saudi akan mengupayakan jemaah diberangkatkan dan dipulangkan dalam keadaan aman.

Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, ke-13 kloter terakhir diangkut ke Madinah menggunakan 105 bus. Dengan pemberangkatan kloter terakhir itu, operasional bus shalawat yang membawa jemaah Indonesia dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya secara resmi dihentikan pada Ahad (16/9) sejak pukul 12.00 siang.

Seluruh petugas haji di Makkah pada Senin (17/9) juga akan meninggalkan Makkah menuju Tanah Air melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Total petugas yang akan pulang ke Tanah Air sebanyak 426 orang.

Sedangkan jemaah sakit yang masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah juga akan dievakuasi ke KKHI Madinah. Hingga Sabtu (15/9), jumlah jemaah yang dirawat di KKHI Mekah sebanyak 11 orang dan di sejumlah rumah sakit Arab Saudi sebanyak 65 orang.

Sedangkan jumlah jemaah wafat hari ini mencapai 347 orang. Jumlah jemaah wafat tahun 2016 tercatat 342 orang dengan jumlah kuota 168.000 jemaah. Sementara jemaah wafat tahun 2017 sebanyak 657 orang dan kuotanya 211.000 orang. (mch/ab).

KEMENAG RI

Separuh Jamaah Indonesia Telah Dipulangkan

Lebih dari separuh total jamaah haji Indonesia di Tanah Suci telah dipulangkan ke Tanah Air. Hingga Ahad (16/9) tersisa sekurangnya 87 ribu jamaah di Tanah Suci.

Menurut catatan Bagian Data dan Siskohat PPIH Arab Saudi, hingga Ahad (16/9) siang, telah dipulangkan sebanyak 144.220 orang. Jumlah itu terdiri dari 142.450 jamaah dan 1.770 petugas. Mengingat total jamaah haji Indonesia tahun ini yang yang berangkat sekitar 204 ribu, jumlah yang pulang telah melebih separuh total jamaah.

Jumlah jamaah yang pulang pada gelombang pertama melalui Bandara King Abdulaziz sejak 27 Agustus hingga 9 Agustus sebanyak 87.853. Sedangkan yang pulang menyertai gelombang melalui melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz Madinah sejak 9 Agustus hingga Jumat (16/9) sebanyak 54.597 jamaah.

Sisa dari jamaah yang belum dipulangkan tersebut akan menjalani sekitar 8 hingga 9 hari di Madinah terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan dipulangkan melalui Bandara Madinah. Kepulangan kloter terakhir dijadwalkan pada 25 Agustus nanti.

Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Arsyad Hidayat, mengatakan, akan memprioritaskan kepulangan jamaah yang mengalami sakit di Tanah Suci melalui kursi-kursi kosong pada kloter-kloter yang dipulangkan.

“Kita pertimbangkan keselamatan, kita tidak mau menyepelekan. Itu tanggung jawab pemerintah,” kata Arsyad di Madinah. Ia mengatakan, PPIH Arab Saudi akan mengupayakan jamaah diberangkatkan dan dipulangkan dalam keadaan aman.

Pemulangan Haji Khusus Tuntas, 5 di RSAS

Seluruh kafilah jemaah haji khusus yang biasa disebut PIHK telah memulangkan jemaah haji khusus Indonesia. Jumlah jemaah dan petugas yang meninggalkan Arab Saudi sebanyak 16.814 orang atau 99,8% dari jemaah haji khusus yang tiba di Arab Saudi yang berjumlah 16.840 orang. Angka itu termasuk satu orang jemaah PT. Primas (Kosorsium PT. Dewi Serasi) yang wafat di atas pesawat sebelum mendarat di Tanah Air. Empat dari jemaah yang sakit di rawat di Madinah, sedangkan satu orang dirawat di Makkah. Sementara itu 21 orang jemaah haji khusus meninggal dunia selama di Arab Saudi.

“Kita bersyukur bahwa proses pemulangan jemaah haji khusus telah selesai, meskipun kita tetap berharap bahwa kelima jemaah yang sakit dapat segera dipulangkan ke tengah keluarga mereka. Kita bersyukur karena secara umum proses pemulangan relatif lancar”, kata Kepala Daker Airport Arsyad Hidayat di Madinah, Jumat (14/9/2018).

Meski demikian, Arsyad berharap para PIHK tidak berpuas diri dengan sukses penyelenggaraan haji khusus tahun ini. Masih banyak sisi yang perlu ditingkatkan, misalnya mengenai handling barang bawaan.

Lebih lanjut, Arsyad berpesan agar ke depan PIHK dapat memperkuat tim handling agar kasus tercecernya barang bawaan dapat diminimalisir.

“Kami mengapresiasi keberadaan tim handling asosiasi yang sangat membantu para anggotanya, bukan hanya mengurusi masalah handling, tetapi juga mengarahkan pada jemaah di bandara dan penghubung dengan petugas Daker Airport. Masalahnya tidak semua asosiasi mempunyai tim handling, dan bahkan tidak semua PIHK bersedia menggunakan tim handling yang disiapkan oleh asosiasi. Ini disayangakan karena keberadaan mereka cukup membantu” ujarnya.

Senada dengan Arsyad, Kepala Bidang Pengawasan Haji Khusus PPIH Arab Saudi Mulyo Widodo juga mengingatkan bahwa tugas PIHK belum sepenuhnya selesai.

“Masih terdapat lima jemaah yang terpaksa ditinggal karena sedang sakit. PIHK harus tetap memulangkan mereka apabila kesehatan mereka sudah memungkinkan. Kami akan memonitor perkembangan mereka dan memastikan mereka akan dipulangkan setelah laik terbang secara medis,” tegasnya usai melepas rombongan terakhir (PT. Kaisa Rossie) yang terbang melalui Bandara Jeddah.

Di tempat yang sama, Kepala Seksi Pengawasan PIHK Daker Airport Zakaria Anshori menyebutkan bahwa Proses pemulangan jemaah berlangsung sejatinya selama 17 hari dari tanggal 26 Agustus 2018 (PT. Ananda Nurul Haromain) hingga tanggal 11 september 2018 oleh PT. Madani Prabu Jaya.

“Namun jumlah harinya bertambah menjadi 19 hari karena adanya jemaah yang sakit, yang baru bisa dipulangkan pada tanggal 13 September 2018, yaitu dua orang jemaah PT. Al Haramain Jaya Wisata melalui Bandara Madinah,” terangnya.

Menurut Zakaria, pemulangan jemaah haji khusus tetap menggunakan 8 maskapai penerbangan, yaitu: Garuda Indonesia (GA), Saudia (SV), Emirates (EK), Ettihad (EY), Turkish (TK), Scoot Tiger (TR), Oman Air (WY), dan SriLankan (UL). Saudia Airline mendominasi pengangkutan jemaah haji dengan memulangkan 9.015 jemaah (53,6%), lebih banyak dibanding fase kedatangan (8.955 jemaah atau 53,2%). Mereka diberangkatkan dari Arab Saudi melalui dua bandara, yaitu Bandara King Abdul Aziz Jeddah (12.860 org atau 76,5%) dan sisanya sebanyak 3.954 melalui Bandara Amir Muhammad di Madinah.

“Kami megucapkan terima kasih atas kerjasama Seksi Pengawasan PIHK Daker Madinah dalam melakukan monitoring di Bandara Madinah,” tutupnya. (ab/ab).

 

KEMENAG RI

Ojek Payung di Bandara Madinah

Madinah (PHU)—OJek payung identik dengan musim hujan, tapi saat di menginjakkan kaki di Bandara Madinah berbeda. Saat suhu di Madinah tercatat 43 derajat celcius saat jarum jam menunjukkan pukul 12.05 waktu Saudi seperti biasanya, matahari sedang terik-teriknya. Dipantulkan aspal Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, teriknya jadi berlipat-lipat.

Dalam waktu yang bersamaan, tiba bus-bus rombongan Kloter 48 Debarkasi Surabaya (SUB-48). Sesemi (57 tahun) seorang jemaah asal Lamongan salah satu yang turun dari bus itu hari.

“Ya Allah, panase,” kata dia begitu turun dari bus pada Rabu (12/09) tersebut.

Melihat kedatangan jemaah tersebut, Juriyansyah, salah seorang petugas Daerah Kerja (Daker) Bandara langsung menghampiri. Ia kembangkan payungnya dan kemudian melindungi Sesemi dari terik.

“Waduh makasih, Pak. Makasih banyak,” kata Sesemi menyambut gestur tersebut.

Jemaah lain yang dipayungi petugas adalah Soimatun (56). Soimatun sendiri langsung dipayungi petugas Daker Bandara lainnya Kartika. Kartika memayungi Soimatun karena terlihat berjalan tertatih-tatih saat turun dari bus.

“Saya baru habis dirawat di rumah sakit enam hari,” kata Soimatun.

Beberapa hari belakangan, pemandangan petugas Daker Bandara membawa-bawa payung di Bandara Madinah jadi marak. Hal ini sehubungan terik yang makin menjadi-jadi sementara jarak dari bus menuju paviliun bisa mencapai 30 hingga seratus meter. Dengan paparan terik sebegitu, jemaah lansia dan yang dirundung sakit terancam kesehatannya.

“Kami lihat jemaahlama memilih-milih tas di samping bus dan kepanasan, sebab itu langsung kami payungi,” kata Endang Maman, pelaksana tugas Daker Bandara. Para petugas Daker Bandara memanfaatkan payung jemaahyang dilarang pihak maskapai masuk pesawat.

“Banyak jemaah yang kepanasan, kasihan mereka. Makanya setiap petugas bawa payung buat mayungin. Mereka suka banget, lucu kata jemaah, ada yang bilang ojek payung pula,” kata Feby Lazuardi, petugas Daker Bandara lainnya.

Ketua Sektor 1 Daker Bandara, Misroni, perlindungan para jemaah dari teriknya Madinah memang penting sekali. Ia juga mengharapkan, ketua kloter dan ketua rombongan bisa memberi arahan agar jemaah membawa payung bila bertolak ke Bandara Madinah siang hari menuju pemulangan.

Hal jni untuk menghindari para jemaah terkena dehidrasi. Terlebih, jumlah petugas tak cukup bila harus memayungi jemaah satu per satu.

”Di tengah cuaca panas seperti ini, payung itu penting sekali,” kata Misroni.(mch/ha)

KEMENAG RI

Jangan Sepelekan Batuk Sepulang Berhaji

Saat ini sebagian besar jamaah haji Indonesia secara bertahap kembali ke Tanah Air. Selain berbagai oleh-oleh yang dibawa, sebagian besar dari para jamaah haji ini juga mengalami batuk.

Akademisi dan Praktisi Kesehatan, Dr Ari Fahrial Syam mengatakan pengalamannya menjadi tim haji baik Rombongan Haji Reguler maupun Haji khusus (ONH plus) mendapatkan hampir 80 persen jamaah akan mengalami batuk pada waktu di tanah suci. Bahkan batuk tersebut terbawa juga sampai ke Tanah Air. Bahkan ada lelucon diantara para jamaah, hanya unta yang tidak batuk.

Ia mencoba untuk mengungkap sedikit kenapa para jamaah mengalami batuk dan bahkan batuk tersebut terbawa sampai Tanah Air. Batuk dapat terjadi karena adanya rangsangan pada saluran pernapasan. Batuk juga bisa merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran pernapasana.

Batuk yang terjadi bisa batuk produktif dengan banyak lendir atau dahak. Batuk bisa tanpa dahak atau batuk kering. Batuk yang terjadi juga bisa saja karena memang jamaah tersebut sudah mempunyai permasalahan pada paru sebelumnya misal berupa bronkitis, sinusitis atau  asma bronkiale yang memburuk saat berada di tanah suci.

Rangsangan yang menyebabkan batuk dapat terjadi karena berbagai hal misalnya iritasi pada saluran pernapasan atas. Ini juga bisa terjadi karena adanya infeksi (virus, bakteri atau jamur) atau hanya reaksi alergi misal karena debu, atau karena asap. Atau adanya rangsangan dari asam lambung yang naik keatas yang merangsang ke tenggorokan tersebut.

Ada perbedaan cuaca antara di Tanah Air dan di Indonesia. Kelembaban udara di Tanah suci yang rendah, udara kering dan dingin. Faktor itu mencetuskan terjadinya iritasi pada saluran pernapasan atas. Apalagi jika para jamaah kurang minum.

Selain itu aktivitas jamaah yang sering melakukan zikir dan berdoa yang kadang-kadang dilafazkan juga bisa membuat tenggorokan bertambah kering. Selain batuk maka kondisi ini juga bisa membuat peradangan pada pita suara sehingga jamaah yang mengalami kondisi tersebut suaranya menjadi serak.

Batuk pun tidak kunjung reda meski sudah di rumah. Apalagi biasanya jamaah tidak bisa beristirahat karena sibuk dikunjungi keluarga dan kerabat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk tersebut adalah usahakan istirahat yang cukup, banyak minum air putih terutama air hangat, menghindari makanan yang berminyak, terlalu manis dan dingin. Jika gangguan batuk berlanjut, sebaiknya berobat ke dokter.

Dr Ari menganjurkan, batuk yang sudah lebih dari dua minggu setelah diobati sebaiknya perlu pemeriksaan foto thoraks (foto dada) untuk menilai kondisi paru. “Nanti dokter akan menilai apakah batuk yang dialami saat ini disebabkan oleh infeksi atau hanya alergi atau karena asam lambung berlebih. Pengobatan yang diberikan tentu disesuaikan dengan penyebab dari kondisi batuk tersebut.”

Jika batuk karena infeksi perlu antibiotika, jika karena ada unsur alergi perlu obat anti alergi, jika batuk karena sakit kronis (seperti bronchitis,sinusitis,asma bronkiale) yang kambuh maka penyakit dasarnya harus diobati. Sedang batuk karena asam lambung yang berlebih perlu obat-obat penekan asam lambung.

“Walaupun tampaknya sederhana batuk yang tetap terbawa sampai di tanah air ini harus dievaluasi jika berlanjut,” katanya.