Keajaiban Air Zamzam yang Bikin Ilmuwan Terperangah

Air zamzam muncul ke permukaan bumi sejak zaman Nabi Ibrahim. Tepatnya kala Nabi Ibrahim menempatkan Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir kering kerontang.

Kala itu Nabi Ibrahim yang masih bayi menghentakkan kaki dan munculah air zamzam. Sampai saat ini, keajaiban yang mengundang decak kagum adalah, air zamzam tidak pernah habis meski lokasinya di tengah gurun pasir yang diselimuti cuaca panas dan jarang turun hujan.

Pusat air zamzam terletak di dalam Masjidil Haram, sejajar dengan pintu Kakbah. Dahulu lokasi air zamzam bisa diakses melalui lorong bawah Masjidil Haram. Jamaah dengan bebas mengambil air melalui sumur yang diambil dengan alat timba manual. Namun, air zamzam banyak dijual di pinggir jalan dan tidak terjamin keamannya bila dikonsumsi.

Seiring berjalannya waktu Raja Arab Saudi Abdullah mengarahkan agar air zamzam tetap terjaga dengan didirikannya pusat pengemasan air zamzam pada 2010. Dengan begitu, kualitas air zamzam sebelum dikonsumsi lebih terjamin karena selalu dipantau oleh laboratorium kesehatan dan geologi, serta dewan takmir Masjidil Haram.

Dia menjelaskan, sumur air zamzam terletak di dalam Masjidil Haram. Dahulu banyak jamaah yang datang dan menjual air zamzam dengan kebersihan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Namun kini sudah sumur tersebut ditutup agar mutu kualitasnya terjaga. Sebelum sumur zamzam ditutup, lanjutnya, ada salah satu peneliti yang ditugaskan masuk ke dalam sumur.

Menurut kesaksiannya, hingga saat ini titik mata air zamzam tidak telihat. Air diketahui keluar dari sisi sumur zamzam. Meski air zamzam diserap dalam jumlah yang sangat banyak, hanya dalam hitungan tidak sampai 15 menit, maka sumur zamzam akan terisi. Padahal setiap harinya ratusan ribu kubik air zamzam diserap dari sumur untuk didistribusikan 24 jam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah secara gratis.

“Ini seperti kambing kurban, kenapa di dunia tidak pernah habis?” ujarnya, di tempat pengemasan air zamzam, Distrik Kudai, Kota Makkah, Selasa (26/9/2017).

Sekadar diketahui, ilmuwan Jepang Dr Masaro Imoto pernah melakukan penelitian menggunakan teknik nano. Dia mengatakan, air zamzam memiliki beberapa keistiwamaan yang tidak tertandingi oleh air biasa.

Dr Masaro secara singkat menyimpulkan, air zamzam adalah air yang diberkahi tidak ada duanya Tidak satupun jenis air yang menyerupai butiran kristal air zamzam. Seluruh laboratorium yang ada tidak mampu mengubah berbagai karakteristiknya.

OKEZONE

Jamaah Haji, Jangan Lupa Bayar Dam Paling Lambat 31 Agustus!

Kebanyakan jamaah haji Indonesia menjanlakan haji tamattu. Karenanya, jamaah diwajibkan untuk membayar dam atau denda. Namun para jamaah perlu mencermati waktu pelaksanaan pembayarannya.

Haji Tamattu adalah ibadah haji dengan melaksanakan ibadah umrah dahulu kemudian ibadah haji dan diselingi tahlul. Pembayaran dam karena haji tamattu ini termasuk dam nusuk, karena melaksanakan haji berdasarkan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah bagi seluruh jamaah Indonesia.

Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Kepala Daerah Kerja Makkah Nasrullah Jasam mengingatkan, agar jamaah tidak lupa membayar dam karena bagian dari keabsahan pelaksanaan haji. Batas akhir pembayaran dam, lanjutnya, dilakukan sebelum hari nahr pada 10 Dzuhijjah 1438Hijriah atau 31 Agustus 2017.

“Tentu bisa di sela-sela itu. Tamatu itu kan menikmati tanpa ihram. Sedangkan kalau ifrad tidak terkena dam, tetapi harus jumrah hingga aqobah. Perbedaannya, tamattu melepas ihram dan dilakukan tahalul. Nah, itu bisa dilakukan pembayaran di sela-sela itu,” ujar Nasrullah, Minggu (21/8/2017).

Sesuai dengan saran Muasassah Perhajian Asia Tenggara, pembayaran dam bisa dilakukan melalui pembelian kupon senilai 450 real atau Rp1,575 juta (kurs Rp3.500 per real) yang tersebar di sejumlah titik Majsidil Haram. Selain itu, juga bisa dilakukan transfer pada bank tertentu.

Cara lainnya, jamaah bisa melakukan pembelian kambing sebagai dam di pasar legal, seperti Pasar Induk Kakiyah. Harga bervariasi dari 210 real hingga 370 real atau Rp735 ribu atau Rp1,295 juta. Di sana jamaah juga bisa menyaksikan penyembelihan kambing, karena terdapat tempat khusus pemotongan hewan yang lokasinya tidak jauh dari penjualan kambing.

OKEZONE

Slamet Budiono Rela Gendong Jamaah Haji untuk Ibadah di Masjidil Haram Sampai Antar ke Hotel

Menjadi petugas haji bagi Slamet Budiono merupakan pekerjaan yang mulia. Tahun ini merupakan yang kelima kalinya Slamet dipercaya menjadi petugas haji setelah Kementerian Agama mendapuknya kembali menjadi Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram.

“Menjadi petugas haji kali ini adalah tahun kelima saya menjadi petugas haji,” kata Slamet usai ditemui di Hotel Al Wihdah Tower, wilayah Jarwal Makkah, sebagaimana Okezone kutip dari situs resmi resmi Kementerian Agama, Selasa (31/7/2018).

Slamet bangga dengan kepercayaan yang diberikan pemerintah kepadanya. Suka dan duka pasti dirasakan petugas haji yang bertugas di Tanah Suci. Namun, Slamet selalu merasa bahagia dan senang melayani jamaah haji.

“Apalagi memegang komando di Sektor Khusus Masjidil Haram yang langsung berhubungan dengan jamaah haji,” ucap Slamet.

Menjadi petugas haji sudah barang tentu mempunyai kenangan tersendiri bagi Slamet. Dirinya masih teringat sosok nenek yang digendongnya selama beribadah di Masjidil Haram sampai kembali ke hotel tempat menginap.

“Saya menggendong nenek itu di Masjidil Haram dan sampai balik lagi ke hotel. Saya gendong nenek itu seperti saya gendong ibu saya. Saya tuntun Beliau membaca talbiyah lalu saya menangis,” ucap Slamet sambil meneteskan air mata.

Slamet mengungkapkan, usia nenek tersebut sekira 85 tahun, dan nenek yang didampingi suaminya hanya bisa mendoakannya agar selalu sehat.

“Sang nenek langsung memegang kepala saya. Sehat-sehat ya, nak,” begitu doa sang nenek kepada Slamet.

Slamet mengaku selama melakukan tugasnya sebagai petugas haji tak pernah merasa lelah. Dirinya juga merasa selalu prima kalau melayani jamaah haji.

“Saya juga bingung merasa prima sekali kalau bekerja di sini,” ucap Slamet.

Slamet adalah bagian dari 800 petugas haji yang bertugas di musim haji tahun ini. Dia berharap petugas haji lainnya bisa menjalankan tugasnya dengan baik melayani jamaah. (Han)

OKEZONE

Jemaah Haji, Barang Berharga Simpan Saja di Safety Box Hotel

Mekah – Untuk menghindari kerawanan selama di luar hotel, jemaah haji diminta untuk membawa uang seperlunya saja. Jemaah haji bisa memanfaatkan safety box yang ada di tiap-tiap kamar hotel.

“Setiap kamar ada safety box. Ada. Satu kamar satu. Jadi dipakai bersama,” ujar Direktur Layanan Luar Negeri Kemenag, Sri Ilham Lubis, dalam perbincangan di wilayah Syisyah, Mekah, Selasa (31/7/2018).

Safety box dalam kamar hotel tersebut merupakan bagian dari fasilitas yang disediakan hotel ke jemaah haji. Jemaah haji bisa berkoordinasi atau janjian dengan jemaah lainnya yang tinggal sekamar mengenai penggunaan safety box tersebut, termasuk nomor pin yang digunakan.

Begitu juga dengan saat di pelaksanaan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina. Jemaah tak perlu membawa uang dan barang berharga agar bisa fokus melaksanakan ibadah.

“Atau untuk di Mekah kalau tidak mau menyimpan di safety box, bisa ke maktab. Jadi kami anjurkan kalau ada uang barang Arafah, nggak usah dibawa ke Arafah dan Armina, barang berharga titipkan ke Maktab pakai tanda terima. Ini paling aman,” kata Sri.

Jemaah haji memang selalu diimbau untuk bisa menjaga diri. Di Madinah, call center Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menerima aduan ada dua jemaah haji Indonesia yang menjadi korban penjambretan. Namun dua perempuan yang di dalam aduan itu disebut sebagai korban, belum memberikan laporan resmi.

DETIK

Sepekan Kedepan, Tanah Suci Diperkirakan Dilanda Hujan Disertai Petir, Jamaah Diimbau Waspada

MADINAH – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Arab Saudi memprediksi pada 27 Juli hingga sepekan ke depan, tanah suci akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Staf Informasi, Sosial, dan Budaya Fauzi Husni, mengatakan menurut prediksi hujan disertai petir akan melanda kawasan tanah suci baik di Makkah dan Madinah.

Karena itu, ia meminta kepada jamaah Indonesia agar berhati-hati dan mewaspadai perubahan cuaca selama beribadah.

“Mohon waspada, biasanya ramalan BMKG Arab Saudi akurat,” ujar Fauzi Husni dalam pesan singkat kepada wartawan di Madinah

Sementara, Koordinator Tim Promotif/Preventif Tim Kesehatan KKHI Madinah Dian Shinta mengatakan, terkait potensi badai dan hujan deras beberapa hari mendatang, diimbau agar jamaah tetap menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yg meliputi payung, sandal, kantong/plastik sandal, kacamata, masker, dan botol spray berfungsi ganda dengan lengkap saat keluar dari pondokan.

“Perubahan cuaca, suhu, maupun kelembaban ekstrim seringkali berdampak pada kekebalan tubuh Kita. Oleh karena itu jemaah diimbau agar makan tepat waktu dan mengatur waktu istirahat,” ujarnya.(muf)

OKEZONE

Jamaah Haji Harus Makan Sebelum Keluar Kamar

Kepala Seksi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) meminta jamaah haji gelombang dua di Madinah makan dan minum dahulu sebelum beraktivitas di luar kamar.

“Jamaah dari Makkah sudah kelelahan usai ritual haji. Harus makan dan minum sebelum keluar kamar sebagai antisipasi kelelahan agar penyakitnya tidak tercetus,” katanya saat menyambut kedatangan jamaah SUB 44 yang datang, Selasa (12/9).

Suhu udara di Madinah berkisar antara 40 hingga 42 derajat Celsius sehingga terpapar udara yang cukup panas. Dia mengimbau jamaah ketika keluar kamar sudah membawa bekal air minum, membawa semprotan air, payung dan memakai masker.

Pada penerimaan jamaah haji gelombang dua ini, menurutnya, petugas dari Tim Promotif Preventif (TPP) lebih konkrit melakukan propaganda pada jamaah haji. Contohnya, petugas TPP menyediakan masker, sandal dan membawa semprotan air sebagi antisipasi jika jamaah lupa membawanya.

Dia menambahkan telah ada pemetaan jamaah yang risti (berisiko tinggi). Petugas kesehatan harus mengetahui di kamar berapa saja jamaah yang risti sehingga jika terjadi kondisi darurat, petugas bisa cepat menangani.

“KKHI siap melayani. Kita berharap jamaah sehat semua,” ujar Edi.

Jamaah haji gelombang dua mulai berdatangan dari Makkah ke Madinah sejak Selasa (12/9). Kedatangan jamaah akan berlangsung hingga 21 September.

Selama di Madinah, jamaah melaksanakan shalat arbain atau shalat fardhu selama 40 waktu tanpa terputus di Masjid Nabawi. Selain melakukan arbain, jamaah juga berziarah ke Makam Rasulullah (Raudhah), Masjid Quba, Pemakaman Syuhada Uhud, Pemakaman Baqi dan lokasi lain.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diimbau Mandi dan Pakai Ihram di Embarkasi

Jamaah calon haji gelombang kedua mulai tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi pada Senin (30/7) waktu setempat. Namun sejumlah jamaah calon haji masih ada yang belum mengenakan pakaian ihram saat tiba di bandara sehingga membuat proses keberangkatan ke Makkah sedikit terlambat.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/ Debarkasi Jakarta Pondok Gede, Saiful Mujab mengatakan, semua jamaah calon haji sudah diimbau untuk melakukan mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Direktur Bina Haji Kementerian Agama RI sudah memberi surat edaran untuk jamaah calon haji keberangkatan gelombang kedua.

Ia menerangkan, melalui surat edaran tersebut jamaah calon haji diimbau supaya mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Tujuannya agar jamaah calon haji bisa bergerak lebih cepat dari Jeddah ke Makkah. “Untuk mempersingkat kedatangan di sana yang begitu cepat jadi (jamaah haji) diimbau seperti itu (mengenakan pakaian ihram di tanah air-red), dan itu ada surat edarannya,” kata Saiful kepada Republika.co.id, Selasa (31/7).

Sebelumnya, pada kedatangan kelompok terbang (kloter) 30 dari Embarkasi Jakarta Pondok Gede di Jeddah, nampak sebagian besar jamaah laki-laki sudah mengenakan pakaian ihram. Namun tidak sedikit pula yang belum mengenakan pakaian ihram. Akibatnya jamaah haji yang mestinya bisa diberangkatkan sekitar pukul 06.00 ke pemondokan di Makkah harus terhambat jamaah lain yang masih harus mandi, sholat sunah dan mengenakan pakaian ihram.

Menanggapi hal tersebut, Saiful mengatakan, hal tersebut kembali kepada keyakinan masing-masing jamaah calon haji. Ada jamaah yang ingin tidak merasa rumit dengan pakaian ihram selama di perjalanan. Jamaah juga ada yang beranggapan di dalam pesawat akan terasa dingin jika mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi.

Ia menyampaikan, mungkin masih ada jamaah calon haji yang beranggapan memiliki banyak waktu untuk mengenakan pakaian ihram saat tiba di Jeddah. Padahal PPIH sudah memberikan sosialisasi, menyampaikan surat edaran dan imbauan untuk jamaah calon haji di Embarkasi. PPIH Embarkasi sudah menekankan kepada semuanya agar terus mengingatkan jamaah supaya mengikuti instruksi surat edaran tersebut.

“Tapi prinsipnya kita memberikan penekanan kepada petugas yang menyertai kloter itu, baik ketua kloter, pembimbing, termasuk ketua rombongan, ketua regu, dan KBIH yang ikut, sudah kita sampaikan bahwa di sana prosesnya sudah cepat dan tidak ada transit lagi,” ujarnya.

Saiful juga menerangkan, di dalam pesawat ada petugas yang menyertai jamaah calon haji. Saat waktu solat, jamaah diingatkan. Petugas juga memberikan bimbingan tayamum dan ada sholat berjamaah di atas pesawat. Jamaah calon haji betul-betul diimbau, ketika pesawat mendekat ke Jeddah, biasanya  jamaah yang belum mengenakan pakaian ihram di Embarkasi disuruh pakai ihram di atas pesawat. Tapi prinsipnya jamaah tersebut sudah mandi semua.

IHRAM

68 Persen Jamaah Haji Indonesia Terserang Penyakit Bawaan

Sebanyak 80.973 jamaah dari 201 kloter telah tiba di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut 68,77 persen atau 55.685 orang diantaranya adalah jamaah dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan.

Ini dilihat diantaranya dari jamaah yang umurnya lebih dari 60 tahun dan penyakit yang telah ada sejak di Tanah Air.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan, “Tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikianlah kondisi kesehatan jamaah kita yang mayoritas sudah Usila dan umumnya usia lanjut (Usila) sudah disertai dengan penyakit penyerta,” ujar Dr. Eka Jusuf, di Madinah, Senin (30/7/2018).

Menurut Eka, fakta ini harus dihadapi bersama sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jemaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji Mabrur.

Eka menambahkan, kita harus pro Rakyat. Harus pro Jemaah. “Saya mengajak semua pihak untuk mensukseskan program kesehatan jamaah haji yang merupakan bagian dari upaya perlindungan jemaah secara menyeluruh. Kita sebagai petugas haji harus memiliki satu target. Satu kepentingan, yaitu melindungi jamaah,” tegas Eka.

Kepada jemaah Kepala Pusat Kesehatan Haji mengingatkan jemaah untuk menghemat tenaga menjelang Armina.

“Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan, dan banyak minum,” tegas Eka.

Data Kesehatan Haji

Hingga hari ke 13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jemaah diberikan di 3 tempat, yaitu di Kloter oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), di Bandara oleh Tim Mobile dan di Klinik Kesehatan Haji Indinesia (KKHI).

Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah).

“Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah Hypertension sebanyak 3.727 orang,” kata Eka.

Tim Mobile di Bandara mendata 160 jemaah mengalami masalah kesehatan.

Di KKHI Madinah menerima 14 Rujukan merawat inap 41 jemaah dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, masih dirawat inap 7 jemaah, dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.

Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, Tim Promotif Preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 Kloter.

“Penyuluhan mulai diberikan ketika jamaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan dan di masjid Nabawi setelah sholat subuh,” kata Eka.

Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air, dan sandal.

Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jamaah haji. Sementara masker, sandal dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10 persen dari jumlah jamaah, dibagikan kepada jamaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang, dan tidak memakai alas kaki.

Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jamaah.

“Sampai hari ini sebanyak 15 jamaah wafat. Penyebab wafat terbanyak dipicu oleh penyakit jantung (11 orang). Lokasi wafat terbanyak di pondokan sebanyak 6 orang,” jelas Eka.

Eka mengingatkan jamaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti. “Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,” tegas EKa.

OKEZONE

 

Pesan Terakhir Jamaah Haji Indonesia yang Meninggal saat Sujud di Masjid Nabawi kepada Anaknya

Malam itu Rabu 18 Juli 2019 sekira pukul 21.30 WIB sebuah kabar datang dari Madina, Arab Saudi, yang menggetarkan hati Desy Ika Setyawati (32). Ia tak kuasa menahan tangis mendengar kabar ayahnya meninggal dunia di Tanah Suci.

Kabar itu datang dari salah seorang tetangganya Rini yang merupakan calon jamaah haji dari yayasan tempat ayahnya Sukardi Ratmo Dihardjo (59) berangkat ke Tanah Suci Makkah.

Ia pun akhirnya berkomunikasi dengan ibunya Sugiarti yang saat itu juga berada di Makkah bersama-sama sang suami menunaikan ibadah haji. Percakapan singkat itu diwarnai suasana haru dan tangis. Dari cerita ibunya, dia tahu bahwa ayahnya meninggal saat melaksanakan salat Ashar di Masjid Nabawi, Madina, pada, Rabu 18 Juli 2018.

“Tahu (meninggal waktu salat Asar) dari ibu komunikasi,” kata Desy menceritakan dengan mata berkaca-kaca, saat ditenui di kediamannya, di Kawasan Cakung, Kelurahan Ujung Menteng, RT 011 RW 02, Kamis 19 Juli 2018 malam.

Berangkat untuk melaksanakan rukun Islam ke lima itu memang sudah lama menjadi keinginan Sukardi. Sejak 7 tahun lalu atau 2011 dirinya sudah mendaftar dan baru mendapat kesempatan pada 2018.

Rencana Sukardi untuk berangkat ke Makkah sempat khawatir. Setelah pensiun dari sebuah perusahaan swasta di 2014 dokter menyatakan dirinya mengidap penyakit jantung. Kondisi itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berangkat.

Jelang keberangkatannya Sukardi menanyakan kondisinya kepada dokter di RS Omni untuk meminta izin agar tetap bisa berangkat. Saat itu dokter menolak dan tidak mengizinkan. Sukardi diminta untuk melakulan terapi untuk memungkinkan kondisinya.

Tak putus asa, Desy menceritakan, sang ayah didampingi keluarga pun mencari rumah sakit lain untuk memastikan agar mendapat izin berangkat Haji. Akhirnya dokter di sebuah RS Islam Jakarta mengizinkan kepergian Sukardi.

“Kan kemarin berobat ke RS Omni di cek jantung, sama dokter Omni sebenernya enggak boleh berangkat (haji), terus bapak bingung nunggunya sudah 7 tahun, terus dipanggilnya tahun ini, dia nyari rumah sakit akhirnya di RS Islam bisa berangkat aja pak kata dokternya,” terangnya.

Kenangan Sang Anak mengenai sosok Sukardi

Meski tengah berduka sang adik, Okki Setiyadi tahu betul naik haji memang sudah menjadi keinginan. Ia sadar ayahnya di ‘ambil’ sang Maha Kuasa dalam kondisi baik.

“Orang haji itu ibarat jihad, jadi segala sesuatu dalam berhaji itu semua ikhlas dunia akhirat untuk niat berhaji, jadi dia enggak mikirin mau balik mau pulang, tapi dia niatnya untuk berhaji jadi Alhamdulillah meninggal dalam keadaan seperti itu,” tuturnya.

Meski begitu Okki yang saat itu tengah mengenakan sarung untuk persiapan tahlilan ayahnya mengisahkan, sebelum berangkat Sukardi tak lupa berpesan untuk selalu saling menjaga silaturahmi keluarga, rumahnya, dan saling mendoakan.

Sejak kecil, Okki dididik dengan tegas, dan diajarkan untuk rajin dalam mengerjakan segala sesuatu. Oki kerap membantu pekerjaan di rumah. Di sisi lain sebagai imam rumah tangga dirinya menunjukkan bahwa kewajiban ibadah tak pernah ditinggalkan.

Bagi sang kakak Desy, satu hal yang paling diingat dari sosok ayahnya adalah sangat perhatian kepada keluarga. Suatu hari ayahnya itu belum mengirim uang bulanan ke neneknya di Klaten, Jawa Tengah. Sukardi kepikiran akan ibunya itu dan meminta untuk segera mengirim uang.

“Kalau belum ngirim uang bulanan itu suruh dikirim. Mama saya nanti makan apa,” kata Desy menirukan sang ayah dengan nada parau.

Sukardi dikabarkan meninggal saat sujud kedua rakaat ketiga salat Asar di Masjid Nabawi, Madina. Kepergian Sukardi tentu membuat duka bagi kerabat, tetangga, dan keluarganya yang ditinggalkan.(fid)

OKEZONE

Mengintip Fasilitas dan Layanan Jamaah Haji 2018 yang Jauh dari Kesan Buruk

MADINAH – Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah haji Indonesia dengan memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada di Tanah Suci patut diacungi jembol. Baik pemondokan, transportasi, katering, bimbingan haji, keamanan, dan juga kesehatan.

Jauh dari kesan buruk, itulah gambaran Tim Media Center Haji (MCH) ketika mendapat kesempatan melihat langsung fasilitas hotel yang ada di beberapa kamar boleh dikatakan membanggakan. Tentu ini bukan isapan jempol semata, bahkan ada yang selevel bintang lima.

Boleh dibilang fasiliatas yang tersedia di musim haji tahun 2018 jauh lebih baik dari sebelumnya. Itu terlihat ketika Tim MCH memasuki Hotel Elaf Nakheel salah satu hotel di Sektor 5 Madinah, jaraknya hanya sekira 300 meter dari Masjid Nabawi. Tentu, ini sangat memudahkan jamaah yang ingin beribadah berkali-kali.

Kamar tersebut sudah dilengkapi pendingin ruangan (AC), kulkas, televisi LED, dan kasur empuk. Begitupun fasilitas kamar mandi yang jauh dari kesan buruk. Terlihat ada heater (pemanas air), hair dryer, dan kasur empuk. Jamaah juga bisa mencuci pakaian langsung menggunakan mesin cuci, termasuk disediakan tempat menjemur.

Dari 107 hotel di Madinah yang disiapkan panitia, rata-rata berjarak dekat, paling jauh 500 meter dari Masjid Nabawi. Salah seorang Jamaah asal Bekasi mengaku puas dengan pelayanan hotel. Tempatnya rapi, bagus, dan juga lengkap. Satu yang terpenting dekat dengan Masjid Nabawi.

“Alhamdulillah bagus, memuaskan, apalagi dekat dengan Masjid Nabawi,” ujar Babeh Duloh –biasa ia disapa.

Bukan hanya di Madinah, hotel yang disiapkan panitia di Makkah pun demikian. Di sektor 2 di Jawahrat Al Abead Hotel yang berjarak sekira 3,2 km dari Masjidil Haram ini memiliki 12 lantai dan berdinding full marmer.

“Lift yang digunakan modern karena menggunakan tombol sentuh, bahkan ada bunyi peringatan ketika overload penumpang,” ujar Endang Jumali, Kadaker Makkah.

Bahkan ada masjid disediakan di hotel ini, untuk jamaah yang akan menunaikan ibadah salat berjamaah. Tidak sedikit jamaah yang memanfaatkan untuk tahlilan atau kegiatan keagamaan lainnya.

Melayani dengan Hati

Transportasi untuk jamaah tahun ini bukan lagi hambatan, karena panitia sudah menyiapkan 394 bus salawat (salat lima waktu) yang akan menghantar jamaah ke 11 rute perjalanan, dan siap beroperasi selama 24 jam. Sebanyak 11 rute tersebut disiapkan untuk seluruh Makkah menjadi jalur utamanya, yang nantinya masing-masing bus akan datang menjemput di halte yang telah disediakan setiap lima menit sekali.

Sehingga jamaah tidak perlu khawatir pulang kemalaman, karena bus sholawat selalu stanby. “Bahkan jika hanya satu orang saja yang menunggu di halte, akan diantar sampai hotel atau sebaliknya ke Masjidil Haram,” ujar Kepala Bidang Transportasi Haji (PPHI) Arab Saudi, Subkhan Colid.

Sementara untuk yang di Madinah, petugas pun standby 24 jam dengan kendaraan operasional mengantar jamaah, khususnya yang tersesat atau lupa jalan menuju hotel tempatnya menginap. Sehingga, jamaah akan lebih nyaman dan leluasa beribadah karena kesiapan panitia dalam upaya melayani jamaah selama di Tanah Suci.

Begitupun dengan katering. Tahun ini adalah terobosan dengan menghadirkan makanan selera nusantara. Seperti pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar jamaah Indonesia ketika berada di Tanah Suci selama 42 hari, tetap bisa merasakan nikmatnya masakan sesuai lidahnya dari daerah masing-masing tempat asal para jamaah.

Boleh dikatakan, makanan yang didapatkan jamaah haji di Tanah Suci pada tahun ini tergolong istimewa. Selain jumlah paket katering yang diterima lebih banyak dibanding tahun lalu, citarasanya juga khas Nusantara, dengan koki-koki masak yang dihadirkan langsung dari tanah air yang memiliki sertifikat langsung dikeluarkan Kementerian Agama. Jadi tidak asal comot juru masak, melainkan melalui proses seleksi ketat.

Sedangkan untuk kesehatan juga tidak kalah pentingnya, di mana tim kesehatan haji Indonesia dari Kementerian Kesehatan memiliki tambahan fasilitas seperti penyediaan sandal, payung, alat semprot wajah, dan juga masker. Itu dibagikan secara gratis ke jamaah.

Adapun yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni dibentukanya tim P3 JH (Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji) yang disiapkan untuk mengisi titik kosong yang selama ini kurang terlayani secara maksimal karena keterbatasan para petugas pelayanan umum dan atau pelayanan kesehatan, khususnya pada masa puncak haji, Atafah-Mina-Muzdalifah (Armina). Tim ini akan dioptimalkan pada hari pertama lontar jumrah.

Kehadiran Tim Pelindung Jamaah atau Linjam yang berasal dari unsur TNI-Polri bakal menambah kekuatan dan menjawab tantangan. Dengan begitu kehadiran negara melalui para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang siap melayani jamaah akan lebih terasa sekali dirasakan. Kehadiran para petugas ini akan merasa nyaman beribadah ketika ada petugas PPIH di tengah-tengah para Tamu Allah.(han)

OKEZONE