Jemaah Haji Diimbau Selalu Pakai Alas Kaki

Madinah (Kemenag) — Jemaah haji Indonesia gelombang pertama mulai berdatangan ke kota Madinah, selama 8 sampai 9 hari ke depan para jemaah akan melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi Madinah.

Jemaah haji Indonesia selama di Madinah akan menginap di hotel yang jaraknya tidak terlampau jauh dari Masjid Nabawi (Markaziyah). Meski demikian, suhu udara Madinah di siang hari yang berkisar antara 35 – 45 derajat merupakan tantangan tersendiri bagi jemaah haji yang hendak melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi.

“Jangan membuka alas kaki sebelum pintu masjid karena khawatir kakinya melepuh. Amankan alas kaki, jangan sampai hilang,” ujar Komandan Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi 2019 dr Erwinsyah Erick.

Ia mengatakan karena suhu panas membuat lantai Masjid Nabawi menjadi panas. Karena itu jemaah harus memakai alas kaki dan diminta untuk melepasnya saat berada di depan pintu masjid.

Umumnya jemaah haji usia lanjut kerap bermasalah dengan kaki yang melepuh. Jemaah Indonesia berusia lanjut masuk ke masjid membuka sandalnya tidak tepat di depan pintu, tapi saat posisinya masih jauh dari pintu masjid.

“Yang seringkali terjadi adalah mereka lupa menaruh sandal di pintu sebelah mana,” ujar Erick. Sehingga terpaksa berjalan di lantai Masjid Nabawi yang tengah diterpa cuaca panas.

“Kaki jadi melepuh karena menginjak lantai yang panas. Untuk pulih butuh 5-10 hari. Kan kasihan jadi tidak bisa beribadah dengan maksimal,” kata dia di Madinah.

Ia mengatakan bahwa di Masjid Nabawi yang juga merupakan sektor khusus (seksus), TGC akan sinergi dengan tim perlindungan jemaah (linjam) dan unsur lain siap memberikan layanan bagi jemaah di Masjid Nabawi.

“Tim posisinya menyebar. Kami saling komunikasi jika ada kejadian,” ucapnya. Ia menyarankan kepada jemaah haji yang lupa menaruh alas kaki, atau kehilangan alas kaki bisa menghubungi sektor khusus di pintu 21, di sana disediakan sandal.

Ia juga mengimbau jemaah haji Indonesia agar tetap memperhatikan kesehatan diri. Selalu menyiapkan alat pelindung diri saat keluar hotel.

“Bawa payung, topi, masker atau apapun yang dapat melindungi diri dari paparan sinar matahari. Usahakan menyemprot wajah dengan air sesering mungkin. Jangan lupa banyak minum air putih yang tersedia di tiap tempat untuk mencegah dehidrasi,” ucap Erick.

Sumber : KEMENAG RI
Penulis : Didah
Editor : Didah

Kemenkes Jelaskan Cara Antisipasi Suhu Panas Ekstrem

Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta jamaah haji untuk mengantisipasi suhu ekstrem di Arab Saudi. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan jamaah haji sebagai bentuk antisipasi terhadap suhu panas ekstrem.

Kepala Pusat Kesehatan Haji, Eka Jusup Singka menuturkan, jamaah haji harus menghindari kontak langsung dengan sinar matahari. Caranya yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri seperti payung saat melakukan perjalanan di luar.

“Suhu panas harus diantisipasi jamaah. Jangan kena kontak langsung dengan sinar matahari. Pakai payung, dan ini harus terus dibawa. Orang Saudi sendiri kalau musim panas itu memproteksi dirinya,” papar dia, Ahad (23/6).

Kemudian, lanjut Eka, jamaah juga harus terus membawa alat semprotan air. Alat yang berisi air ini untuk disemprotkan ke wajah dan airnya dapat diminum. “Air minum juga harus terus dibawa. Boleh air zamzam, yang penting bisa diminum,” jelasnya.

Eka menambahkan, cara mengantisipasi berikutnya, harus menggunakan sandal. Tetapi, ia mengingatkan untuk tidak menggunakan sandal jepit, apalagi bagi penderita kencing manis. “Karena akan mengiritasi dan merusak kulit kita. Pakai yang bukan sandal jepit,” papar dia.

Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) juga diminta untuk aktif memberi penyuluhan, bukan hanya di Arab Saudi tetapi juga saat masih di Indonesia. Puskes Haji pun telah memproduksi video blog (vlog) agar bisa ditonton jamaah soal apa yang harus dilakukan dalam pengendalian faktor risiko.

Bugar Saat Berhaji

Bugar Saat Berhaji

Agar tetap bugar selama melaksanakan ibadah haji, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum meninggalkan Tanah Air.

  • Latihan jalan sebelum berangkat. Jika mampu, lakukan minimal tujuh kilometer, seminggu satu kali.
  • Kurangi kegiatan yang tak perlu.
  • Istirahat dan tidur yang cukup.
  • Makan makanan bergizi dan teratur.
  • Bagi penderita penyakit tertentu, jangan lupa membawa obat yang biasa dikonsumsi di Tanah Air. Bila membawa obat dalam jumlah berlebih, bisa dititipkan ke dokter yang menemani dalam kelompok terbang.

 

REPUBLIKA

Pembuang Limbah Di Makkah Didenda

Perusahaan atau individu yang ditemukan meninggalkan limbah konstruksi di jalan akan menghadapi hukuman termasuk denda. Seruan itu dikatakan Wali Kota Makkah, Muhammad Al-Quwaihes, ketika  meluncurkan sebuah inisiatif berjudul “Makkah tanpa limbah konstruksi,” Ahad (14/10)

Seperti dilansir Saudigazeet, inisiatif Wali Kota itu datang ketika mengkampanyekan sikap ‘Bagaimana kita bisa menjadi model mengatasi limbah? Apalagi program ini diluncurkan pimpinan kota Makkah sebagai bagian dari ajang Forum Budaya Makkah untuk tahun 2018.

Al-Quwaihes mendesak agar orang-orang untuk melaporkan tentang pelanggaran itu. Dan ini bisa dilakukan melalui aplikasi walikota atau dengan menghubungi nomor 940.

Dia mengatakan bahwa inisiatif tersebut bertujuan untuk melestarikan penampilan perkotaan di lingkungan, jalan-jalan dan jalan-jalan di seluruh Mekah dan kawasan desa-desa di wilayah itu. Ini juga termasuk mengilangkan konstruksi dan puing-puing proyek bangunan yang tersebar di lingkungannya.

Walikota mengarahkan aparat kotamadya dan departemen pemerintah Makkah untuk memastikan ketersediaan kontainer untuk pengumpulan limbah konstruksi. Arahan juga termasuk pengenaan denda terhadap pelanggar peraturan. Al-Quwaihes juga meminta warga Makkah untuk memastikan keberhasilan inisiatif ini untuk menjaga kebersihan kota suci.

Nama-Nama Pintu Masjid Al-Haram

Masjid Al-Haram merupakan salah satu dari tiga masjid suci. Di masjid al-haram terdapat kabah, yang merupakan kitab suci umat Islam.

Masjidil Haram memiliki banyak pintu. Sedikitnya ada empat pintu utama dan 45 pintu biasa. Masing-masing pintu memiliki nama. Karena banyaknya jumlah pintu tersebut, tak heran jika banyak jamaah yang tersesat ketika keluar dari Masjidil Haram.

Adapun nama-nama pintu (bab) Masjidil Haram itu adalah:

  • Bab Shafa
  • Bab Darul Arqam
  • Bab Ali
  • Bab Abbas
  • Bab Nabi
  • Bab Babussalam
  • Bab Bani Syaibah
  • Bab Huju
  • Bab Mudda’a
  • Bab Ma’ala
  • Bab Marwat
  • Bab Quraisy
  • Bab Afqodisiyah
  • Bab Aziz Thuwa
  • Bab Umar Abdul Aziz
  • Bab Murod
  • Bab Hudaibiyah
  • Bab Babussalam Jahid
  • Bab Ghararah
  • Bab Al-Fatah
  • Bab Faruq Umar
  • Bab Nadwah
  • Bab Syamsiyah
  • Bab Al-Qudus
  • Bab Umrah
  • Bab Madinah Munawarah
  • Bab Abu Bakar Shiddiq
  • Bab Hijrah
  • Bab Umi Hani
  • Bab Ibrahim
  • Bab Wada
  • Bab Malik Abdul Aziz
  • Bab Alyad
  • Bab Bilal
  • Bab Ismail

REPUBLIKA

Gunting Kuku dan Gantungan Baju, Penghambat Laju

Madinah (PHU)—Pemulangan jemaah haji Indonesia gelombang kedua dimulai pada Ahad (9/9/2018) dini hari. Sebagian jemaah dari kloter pertama yang berangkat pada gelombang dua tersebut masih membawa barang yang tidak sesuai ketentuan.

Salah seorang jemaah perempuan dari Ciamis yang masuk dalam Kloter 41 Debarkasi Jakarta-Bekasi (JKS-41) misalnya, harus dihentikan petugas maskapai Saudia Airlines karena membawa sejumlah gantungan baju atau biasa disebut hanger dalam tas punggungnya. Hanger tersebut terpaksa ditinggal karena melebihi ketentuan tas yang boleh dibawa jemaah. Dia membawa tas tambahan untuk membawa hanger-hanger itu.

Jemaah lainnya juga terpaksa membongkar berdus-dus mainan yang ia bawa sebagai oleh-oleh. “Tolong Pak, ini untuk anak-anak saya,” kata dia.

Petugas Saudia Airlines kemudian mengizinkannya membawa mainan itu dengan syarat ditenteng dan dikeluarkan dari bungkusnya. Pada dinihari tersebut, petugas juga menyita sejumlah gunting kuku dan gunting milik jamaah.

Kejadian serupa terjadi di mesin pindai (x-ray) Gate D Bandara King Abdul Aziz (Jeddah) waktu silam. Ibu muda asal SOC-33 harus membongkar tas kabin miliknya karena membawa sejumlah hanger kawat. Saat petugas PPIH yang berada di lokasi kejadian akan membantu, dia menolak karena malu banyak pakai dalam di atas hanger yang disimpan di bagian paling bawah tas kabin. Gunting kuku juga masih menjadi benda ‘favorit’ yang menyebabkan tas jemaah harus dibongkar, meskipun sosialisasi larangannya telah terlalu sering disampaikan ke jemaah.

Kadaker Airport PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat mengatakan, seperti pada pemulangan gelombang satu dari Jeddah, umumnya jemaah masih mencoba-coba memasukkan barang-barang yang tak dibolehkan maskapai. “Seperti gunting, gunting kuku, dan barang berlebih,” kata dia di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Ahad (9/9) dini hari.

Ia juga kembali mengingatkan, jemaah tidak membawa air zamzam baik dalam koper bagasi maupun kabin. Mereka nantinya akan dibagikan zamzam setibanya di debarkasi di Tanah Air. “Kalau kita ketemu yang mencoba membawa zamzam baiknya diminum saja,” kata dia.

Barang-barang jemaah yang terpaksa ditinggal, menurutnya tak akan dikirimkan ke Tanah Air. Jika ada barang berharga, sejauh ini berhasil dikembalikan ke jamaaah sebelum terbang ke Tanah Air.

Pembongkaran tas jemaah kadang memakan waktu lama, Selain kendala bahasa jemaah rata-rata takut saat tasnya harus dibongkar. Andaikan jemaah haji taat dengan regulasi penerbangan, pasti mereka akan lebih enjoy dalam proses pemulangan. Pembongkaran tas dengan barang bawaan yang begitu berarti mestinya tidak terjadi karena pasti menghambat laju pemulangan jemaah haji. (mch/ab).

 

KEMENAG RI

Tak sanggup laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini (Bagian 2)

Sesungguhnya harta bagi yang menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan menginfakkannya di jalan kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah, merupakan sarana yang dapat mengantarkannya kepada Allah.

Sementara itu, harta bagi orang yang mengeluarkannya di jalan kemaksiatan kepada Allah dan digunakan untuk meraih tujuan-tujuan yang diharamkan atau hal yang melalaikan diri ketaatan kepada Allah, maka ini merupakan sebab pemutus baginya dari Allah.

Sebagaimana ungkapan Abu Sulaiman Ad-Darani,

Allah Ta’ala telah memuji dalam Al-Qur`an kelompok pertama dan mencela kelompok kedua. Allah Ta’ala berfirman dalam memuji kelompok pertama,

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)

Allah Ta’ala berfirman dalam mencela kelompok kedua,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ – وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiquun: 9-10).

bnu Abbas Radhiyallahu Anhu mengatakan, ”Tidaklah seorang pun yang tidak menunaikan zakat hartanya, kecuali meminta kembali ke dunia saat ajalnya tiba.” Kemudian beliau membaca ayat di atas.

Setelah mengetahui dalil-dalil di atas, maka tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai orang muslim untuk bermalas-malas dalam ibadah.

Sebagian tulisan ini disadur dari kitab Latha`if Al-Ma’arif Fima Lil Mawasim Min Wazha`ifkarya Ibnu Rajab Al-Hanbali. Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Tak Sanggup Laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini

Ibadah haji dan umrah adalah ibadah yang mencakup semua sisi kehidupan seorang muslim, yakni ibadah berupa harta dan diri. Di antara syaratnya adalah seorang yang mampu untuk melaksanakan ibadah tersebut. Tentunya, tidak semua muslim sanggup melakukannnya.

Orang yang melaksanakan haji dan umrah mendapatkan pahala yang besar jika dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Bagaimana dengan yang tidak sanggup?

Terkait hal ini, dalam Shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia menuturkan, ”Kaum fakir miskin dari golongan shahabat-shahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka berkata, “Orang-orang yang berharta banyak telah pergi (meninggal dunia) dengan membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Mengapa demikian?”

Orang-orang itu menjawab, “Karena mereka shalat sebagaimana kami juga shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka mempunyai kelebihan harta yang mereka pergunakan untuk berhaji, umrah, jihad, dan bersedekah dengannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Maukah kalian semua aku beri tahukan suatu amalan yang dengannya kalian dapat mengejar pahala orang-orang yang mendahului kalian dan mengungguli orang-orang sesudah kalian, dan tiada seorang pun yang menjadi lebih utama daripada kalian, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang kalian kerjakan?”

Para shahabat menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda lagi,

“Bacalah tasbih (Subhanallah), takbir (Allah Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) setiap selesai shalat masing-masing sebanyak 33 kali.”

Selanjutnya kaum fakir miskin dari golongan shahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka mengadu, “Saudara-saudara kami yang kaya telah mendengar mengenai apa yang kami lakukan lalu mereka pun mengerjakan sebagaimana apa yang kami lakukan.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR. Al-Bukhari).

Diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu, ia berkata,

“Suatu hari kami mengadu, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang yang berharta banyak telah meninggal dunia dengan membawa pahala, mereka berhaji, sedangkan kami tidak, mereka berjihad, sedangkan kami tidak, mereka begini dan begitu hingga seterusnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Tidakkah kalian mau aku beri tahukan tentang sebaik-baiknya amalan, jika kalian lakukan, maka kalian akan menjadi lebih baik daripada mereka?, yaitu kalian bertakbir 34 kali, bertasbih 33 kali, dan bertahmid 33 kali setiap selesai shalat.” (HR. Ahmad dan An-Nasa`i).

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Cerita Insinyur Mesir Jadi Buruh Kasar demi Berhaji

Pak Kasnadi sudah sukar bergerak sejak masih dalam bus menuju Bandara King Abdulaziz Jeddah dari Makkah, Senin (27/8). Usianya yang sudah lewat kepala tujuh dan sakit di lutut sebelah kiri membuat jamaah asal Tegal, Jawa Tengah tersebut sukar berjalan.

Saat tiba di Bandara Jeddah bersama rombongan Kloter 3 Debarkasi Solo, ia langsung dipapah tiga petugas Daker Bandara PPIH Arab Saudi. Jabir (40 tahun) seorang tenaga pendukung yang bertugas di Sektor 1 Daker Bandara salah satunya.

“Dia sudah tak kuat jalan, makanya kami bopong,” kata Jabir.

Saat itu, kata Jabir, bus tiba di pemberhentian bus Gerbang E Bandara Jeddah. Pak Kasnadi mereka bopong bertiga hingga tiba di Gerbang D, sekitar 100 meter jaraknya.

Di Gerbang D tersebut tiba-tiba seorang pekerja kasar Mesir berlari mendekat. Dengan postur yang jauh lebih besar dan tegap dari para petugas Indonesia, langsung ia rebut Pak Kasnadi. Ia angkat dan ia gendong layaknya anak-anak.

Pak Kasnadi ia bawa dengan selamat sampai di Plaza D, tempat jamaah kloternya diistirahatkan sejenak sebelum diperiksa. Budi Marta, petugas Daker Bandara lainnya menuturkan, jamaah itu langsung diperiksa dokter dan diberi makan. Begitu pulih setelah diistirahatkan, ia kemudian didorong petugas Indonesia menggunakan kursi roda menuju pesawat. Sang penolong dari Mesir sudah tak kelihatan.

Republika.co.id berupaya mencari petugas itu keesokan harinya berdasarkan kisah para petugas. Tak sukar, lelaki dengan ciri khas selalu mengenakan topi berwarna krem itu nampak sedang duduk beristirahat bersama kawan-kawannya sembari menanti barang bawaan jamaah yang harus diangkat turun. Dan ia punya kisah yang tak kalah ajaib.

Pekerja bongkar muat itu mengatakan bernama Fathallah Alisawiyah. Ia lahir setengah abad lalu di Iskandariyah, Mesir, dan sampai saat ini masih punya pekerjaan tetap di sana. Di kampung halamannya, ia adalah seorang insinyur.

Ia biasanya mengerjakan keperluan teknis untuk masjid-masjid di seantero Mesir. Penghidupannya di Mesir, kata dia, tergolong nyaman dan berada. Dari tiga anak Fathallah, putri tertua sudah menyelesaikan pendidikan S3 Sastra Prancis.

Tahun ini, Fathallah mendaftar jadi pekerja kasar di Jeddah saat ada rekrutmen di Iskandariyah. Ini pertama kalinya ia menjalani pekerjaan tersebut. Selama dua bulan ia ditugaskan mengangkut barang-barang jamaah di Bandara King Abdulaziz.

Dari baju birunya, nampak Fathallah berada di posisi paling bawah hirarki para pekerja bongkar muat di Bandara Jeddah. Hari itu, ia baru saja selesai menggotong koper-koper besar jamaah asal Mali dari atap bus.

“Sangat kecil hasil bekerja di sini dibanding di Mesir,” kata dia sembari tersenyum dalam bahasa Arab di Bandara Jeddah, Selasa (28/8).

Apa hal ia rela bersusah payah jadi tenaga bongkar muat di Jeddah? Ternyata tujuan utamanya adalah berhaji di Tanah Suci. Kepala plontosnya menandakan ia sudah menyelesaikan seluruh rangkaian itu saat penerbangan di terminal haji Jeddah berhenti selama puncak musim haji.

Fathallah sedianya punya cukup harta untuk membiayai dirinya dan sang istri berangkat haji bersama jamaah lain dari Mesir. Tapi ia memang memilih jalan lebih berat yang menurutnya lebih mulia.

“Kalau saya berangkat haji biasa, saya takut tidak bisa bantu-bantu jamaah lain,” kata dia.

Dengan menjadi pekerja kasar di Bandara Jeddah, ia mengharapkan bisa ikut mendulang berkah dari menolong tamu Allah. Hal itu juga yang mendorongnya ngotot merebut Pak Kasnadi dari petugas Indonesia dan memberikan bantuan menggendong sampai ke tempat beristirahat.

Buat Fathallah, ibadah haji bukan sekadar mencari kedekatan personal dengan Allah. “Semua pekerjaan membantu sabilillah, para tamu Allah, adalah juga ibadah haji itu sendiri,” kata dia.

REPUBLIKA

 

Cek Keberangkatan Haji sudah bisa via smartphone Android Anda, Download Aplikasi ini! Info klik di sini! 

Jamaah Diminta tak Panik Saat Pisah Rombongan di Madinah

MAKKAH — Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan jamaah haji Indonesia yang akan ke Madinah diminta tidak panik jika terjadi pecah rombongan dari Makkah.

Dikutip Media Center Haji di Makkah, Kamis (30/8), Sri mengatakan terdapat kemungkinan jamaah yang bergerak dari Makkah akan mengalami perbedaan hotel di Madinah meski satu rombongan. Dia mengatakan pengarahan diberikan kepada jamaah mengenai persoalan pecah rombongan dan cara mengatasinya. Pengarahan itu dilakukan di maktab sebelum jamaah berangkat ke Madinah.

Selanjutnya, kata dia, tim Daerah Kerja Madinah memiliki tim untuk membantu jamaah jika sampai terpisah dari rombongan. Selain itu, terdapat juga tim yang mengurusi koper jamaah yang salah hotel.

Tim tersebut akan melakukan penyisiran koper jamaah di hotel yang tidak sesuai dengan lokasi pemondokannya. Dengan begitu, persoalan koper jamaah tersasar di hotel lain tidak terjadi.

Sri mengingatkan jamaah haji gelombang dua yang akan bergerak dari Makkah ke Madinah untuk membawa barang seperlunya. Jangan sampai terlalu banyak barang yang nantinya justru mereporkan saat mereka berangkat ke Madinah dan ketika penempatan.

Adapun jumlah jamaah yang bergerak ke Madinah dari Makkah sekitar 114 ribu orang. Mereka merupakan jamaah penerbangan gelombang dua. Sementara 87 ribu orang lainnya adalah jamaah penerbangan gelombang pertama yang telah berada di Madinah dan Makkah. Sebagian jamaah gelombang pertama secara berangsur-angsur dipulangkan ke Tanah Air dan beberapa di antaranya sudah tiba di kampung halamannya masing-masing.

REPUBLIKA