Kereta Api Haramain Rute Jeddah-Makkah Siap Diluncurkan

Saudi Railways Organization (SRO) pada hari Selasa (24/7) melakukan uji coba lengkap lengkap dari Jeddah ke Madinah.

Menjelang kecepatan 330 kilometer per jam, kereta baru bisa mengurangi waktu tempuh antara kedua kota hingga 90 menit. Lokomotif listrik 12.000 tenaga kuda baru akan menghemat 120 menit perjalanan antara Jeddah dan Madinah.

Pangeran Abdullah Bin Bandar Bin Abdulaziz, wakil emir wilayah Makkah, Menteri Perhubungan Sulaiman Al-Hamdan, tim pejabat Spanyol bersama dengan pejabat Organisasi Perkeretaapian Saudi, para ahli dari Saudi Rail Road dan perwakilan media lokal dan internasional hadir dalam uji coba itu.

Saudi Railways Organization saat ini melakukan tes untuk memeriksa kompatibilitas semua komponen sistem kecepatan tinggi.

Uji coba pelatih dimulai di stasiun Al-Sulaimaniah di Jeddah pada pukul 01:00 siang. Dan kereta yang membawa sekitar 470 penumpang melaju ke King Abdullah Economic City (KAEC) di Rabigh. Setelah singgah sekitar 1 jam 15 menit kereta berangkat menuju Madinah jam 3:00 sore, akhirnya sampai di Kota Nabi pukul 4:15 malam.

Kereta api melaju dengan kecepatan antara 300-330 kiometer perj jam, selama 90 menit berjalan di antara kedua kota tersebut.

Jalur kereta api berkecepatan tinggi Haramain adalah jaringan 450km yang menghubungkan dua kota suci Kerajaan Makkah dan Madinah melalui stasiun-stasiun di bandara baru di Jeddah dan di King Abdullah Economic City dekat Rabigh. Dan khusus soal batas tertinggi keepatan kereta api ini dinyataan dirancang untuk mencapai kecepatan hingga 360 per jam.

“Kami siap sepenuhnya untuk pembukaan resmi. Semuanya dalam urutan kerja. Kereta api tersebut akan mulai beroperasi segera setelah pejabat Saudi memberi kita lampu hijau, “kata Mariano De La Vega, manajer proyek Talgo.

Nayef Fawaier, Manajer penghubung rolling stock dari proyek kereta api berkecepatan tinggi Haramain dari DB Jerman (Mobility Networks Logistics), mencatat bahwa Arab Saudi mengharapkan untuk menerima sekitar 35 kereta berkecepatan tinggi. Sejauh ini 11 kereta telah tiba dan mereka siap beroperasi. ”

Abdullah Al-Ahmadi, sopir kereta api Saudi, mengungkapkan kebahagiaannya sebagai sopir kereta api Saudi yang pertama. “Saya dilatih di Spanyol untuk jenis kereta ini,” katanya.

Al-Ahmadi dan sembilan orang Saudi lainnya menyelesaikan program pelatihan di Spanyol untuk mengemudikan kereta berteknologi tinggi tersebut.

 

REPUBLIKA

Ini Cara Munculkan Rasa Syukur

Tatkala bangun di pagi hari, Islam mengajarkan agar kita mengucapkan doa yang dimulai dari kata “Alhamdulillah”. Kalimat pendek sederhana yang memiliki sejuta makna. Dari risalah doa tersebut, Islam hendak membimbing umatnya agar lafaz yang pertama kali kita ucapkan setiap pagi adalah kalimat “Alhamdulillah”.

Betapa tidak, hidup kita bergelimang anugerah dan nikmat. Nikmat sebagai makhluk yang paling sempurna penciptaannya (QS at-Tin: 4). Nikmat privilese bahwa ciptaan Allah yang lain dihadirkan dalam rangka memberi kemaslahatan untuk manusia.

Puncak dari seluruh anugerah tersebut adalah ketika seseorang mendapatkan hidayah Allah. Bisa dibayangkan, jika Rasulullah saja tidak memiliki otoritas memberikan hidayah kepada orang yang dicintainya, ini menunjukkan anugerah ini tidak ada duanya.

Menurut Doraiswamy dan McClintock (2015), rasa syukur memberikan pengaruh signifikan pada proses penyembuhan penyakit jantung sebagaimana menyehatkan kualitas spiritual seseorang. Ada manfaat yang berdimensi fisik dan psikis dari aktivitas syukur yang dilakukan setiap orang.

Ungkapan senada dikemukakan Paul J Mils. Menurut dia, saat mensyukuri anugerah yang diterima, seseorang itu akan lebih terkoneksi dengan dirinya dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Berbeda dengan orang yang stres, ia akan merasa teralienasi dari dirinya dan orang-orang sekitarnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk memunculkan rasa syukur dalam diri kita? Pertama, menghitung nikmat Allah. Ketika kesadaran akan rasa syukur pudar, justru yang perlu dilakukan adalah menghitung-hitung nikmat yang sudah Allah anugerahkan kepada kita.

Kedua, mengingat jasa-jasa orang lain. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad disebutkan, barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Ketiga, menyebutkan anugerah Allah. Dalam surah adh-Dhuha ayat 11 disebutkan bahwa hendaknya orang-orang yang menerima anugerah Allah, selalu menyebutkan nikmat-nikmat yang sudah diterima.

Betapa nikmatnya hidup dengan mensyukuri butir nasi dan tegukan air yang masuk ke dalam tubuh. Alangkah memesonanya hidup dengan menyelami setiap kedipan mata yang secara otomatis bergerak saat ada yang akan menyentuhnya. Duhai kasih dan sayangnya Allah kepada kita, atas setiap detak jantung yang tetap bergerak meskipun si empunya diri sedang tertidur lelap. Semoga syukur menjadi gaya hidup ha rian kita, saat membuka mata pertama kali pada waktu fajar.

 

Oleh: Abdul Ghoni

REPUBLIKA

Ini Akhlak Tercela yang Perlu Dibersihkan

Salah satu akhlak tercela yang perlu dibersihkan dari hati kita adalah hasud (dengki, iri hati). Dalam hadis dikatakan, Rasulullah bersabda, “Hasud akan memakan segala amal kebaikan yang telah dilakukan, seperti halnya api yang memakan habis kayu bakar.” (HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik).

Hasud adalah sikap tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha menghilangkannya atau mencelakakan orang lain tersebut. Hasud biasanya timbul karena kelebihan yang dimiliki orang lain yang tidak ia miliki.

Perasaan seperti ini amat dilarang Rasulullah karena ia dapat merusak hubungan di antara manusia. Abu Laits as-Samaraqandi dalam kitabnya, Tanbihul Ghafilin, mengatakan, tidak ada yang lebih jahat selain hasud. Orang yang hasud akan mengalami bencana sebelum ia mencelakai orang. Misalnya, kerisauan dan kegelisahan akibat kebencian tak terputus-putus. Selain itu, ia juga jauh dari rahmat Allah. Amal baik yang telah dilakukan juga akan hancur.

Dengan demikian, orang yang hasud sejatinya adalah orang yang merugi karena selalu dihantui perasaan tertekan melihat orang lain mendapatkan kelebihan. Pandangannya hanya tertuju kepada orang lain. Sehingga, ia tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya.

Padahal, Allah memberikan kelebihan yang berbeda kepada setiap manusia. Barangkali orang lain bisa mendapatkan rezeki yang banyak, tapi sejatinya ia tidak bahagia. Sedangkan dirinya, meski diberikan rezeki yang sedikit, bisa saja malah bahagia. Ini berarti bahwa kelebihan satu manusia dengan manusia yang lain amat berbeda. Rezeki semua manusia sudah diatur oleh Allah bahkan sejak ia lahir ke dunia.

Kita tidak dapat membandingkan apa yang orang lain punya dengan apa yang kita punya karena tidak ada ukuran yang pasti. Yang jelas, Allah memberikan kepada setiap manusia kelebihannya masing-masing sebagai rahmat dan kasih sayang-Nya.

Karena itu, sikap hasud tidak akan membawa kebaikan, tapi justru akan membawa keburukan, terutama kepada yang bersangkutan. Hidupnya akan selalu diselimuti dengan keluh kesah dan putus asa. Akhirnya ia melakukan tindakan-tindakan negatif untuk melampiaskan hasudnya itu. Tidak heran, ketika kita membaca berita-berita di media massa, akan kita temukan kasuskasus pembunuhan, misalnya, yang itu dilatarbelakangi sifat hasud ini. Mengingat betapa besarnya madarat yang diakibatkan oleh sifat ini, Rasulullah menyamakan hal ini dengan api yang memakan habis kayu bakar, artinya betapa bahayanya sikap ini jika dilakukan.

Dapat dibayangkan betapa rugi dan buruknya orang-orang seperti ini. Nabi melarang hasud dan menganjurkan kita untuk hidup bersaudara, tanpa hasud, tanpa kebencian, di hati kita, “Janganlah kalian saling hasud (mendengki), saling memutuskan hubungan, saling membenci, dan saling membelakangi. Tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam.

Oleh: Nur Farida

REPUBLIKA

Tetaplah Beristiqomah dalam Berdoa

SALAH satu obat yang paling mujarab adalah aktivitas berdoa secara kontinu. Doa yang dilakukan secara kontinu, baik dalam kondisi senang maupun susah, lapang maupun sempit, bahagia maupun sedih, kaya maupun miskin, akan memperoleh kecintaan Allah dan banyaknya kemakbulan yang diperoleh para pelakunya.

Memang, pada dasarnya manusia itu bersifat suka tergesa-gesa. Segala sesuatu diharapkan ingin segera terwujud. Begitu pula dalam berdoa, bersifat tergesa-gesa ingin cepat-cepat dikabulkan tanpa mau berproses untuk meraihnya sehingga kehilangan intensitas dalam melakukan aktivitas doanya.

Bahkan, ada di antara mereka yang merasa enggan untuk berdoa secara kontinu karena merasa putus asa doa-doa yang mereka panjatkan tidak kunjung dikabulkan oleh Allah. Mestinya mereka memahami dan menyadari bahwa kemakbulan doa itu harus didukung oleh beberapa hal, di antaranya adalah waktu dan tempat berdoa yang mustajab, memenuhi adab atau etikanya, dan syarat-syarat bagi terkabulnya sebuah doa sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, tentulah mereka tidak berputus asa hingga menyalahkan Allah karena kondisi yang tengah mereka hadapi.

Kita lihat bagaimana Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam telah banyak memberikan teladan kepada umatnya. Seluruh aktivitasnya dari bangun tidur hingga tidur lagi selama dua puluh empat jam penuh senantiasa diiringi dengan doa dan dzikir kepada Allah. Doa-doa tersebut senantiasa diulang-ulang oleh beliau sehingga hal itu menjadikan beliau hamba yang ahli berdoa dan doa beliau senantiasa dikabulkan oleh Allah.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa hendak mendapatkan kesenangan ada padanya ketika ia mengalami penderitaan dan kesusahan karena doanya diperkenankan Allah, maka hendaklah ia memperbanyak berdoa ketika berada dalam keadaan masih baik (senang).” (HR. Tirmidzi).

Dalam kitab as-Sunan, Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang tidak mau memohon kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.”

Dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits yang teksnya adalah: “Barangsiapa yang tidak mau berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka Allah akan murka kepadanya.”

Dalam kitab Shahih al-Hakim juga disebutkan sebuah hadits dari Anas r.a. bahwa Nabi Muhammad bersabda:

“Jangan sekali-kali kalian lemah dalam berdoa, karena sesunggubnya tidak ada seorang pun yang celaka karena berdoa.”

Al-Auza’i meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah r.a. bahwa Rasulullah pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang terus-menerus di dalam berdoa.”

Dalam kitab az-Zuhud karya Imam Ahmad disebutkan sebuah hadits yang bersumber dari Qatadah, Muwarraq berkata, “Aku tidak pernah menemukan suatu perumpamaan bagi seorang mukmin melainkan ia bagaikan seseorang yang terapung-apung dalam lautan dengan menumpang pada sebatang kayu sambil berdoa, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku!’ Dengan suatu harapan agar ia diberikan keselamatan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Rasulullah bersabda:

“Bersahajalah kamu dan tetaplah dalam beramal, dan ketahuilah bahwa tak ada seorang pun dari kamu yang akan selamat dengan amalnya.” Sahabat bertanya, “Dan tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Sabdanya, “Tidak pula saya, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan keutamaan-Nya kepadaku.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Dari `Aisyah r.a. bahwasanya Nabi ketika masuk ke rumahnya kebetulan ada seorang wanita, beliau bertanya:

“Siapakah wanita ini?” Jawab `Aisyah, “Inilah fulanah yang terkenal ibadah shalatnya banyak sekali.” Nabi bersabda, “Mah, kerjakan saja menurut kemampuanmu jangan memaksakan diri. Allah tidak akan jemu menerima amalmu sehingga kamu bosan beramal. Ada pun perilaku agama yang lebih dicintai Allah adalah yang dapat kamu kerjakan secara rutin.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash r.a. berkata, Rasulullah pernah bersabda kepadaku:

“Wahai `Abdullah, kamu jangan seperti si fulan, semula dia rajin bangun untuk shalat malam, tetapi kemudian dia meninggalkan bangun malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).*/Rachmat Ramadhana Al-Banjari, dikutip dari bukunya Bila Doamu Tak Kunjung Dikabul, Inilah Cara Mengasahnya…

HIDAYTULLAH

Membersihkan Diri dengan Bersedekah

SESUNGGUHNYA, berbahagialah orang-orang yang membersihkan dirinya dan mengingat nama Tuhannya, serta mendirikan shalat, tetapi kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A`la: 14-17).

Mengenai siapakah yang membersihkan dirinya, ada beberapa riwayat dari penafsiran alim ulama. Sebagian besar ulama mengatakan bahwa maksud “membersihkan dirinya” adalah orang yang menunaikan zakat fitrah, sebagaimana dikutip dari beberapa riwayat.

Banyak juga ulama yang menafsirkannya sebagai orang yang bersedekah biasa. Said bin Jubair rah.a mengatakan bahwa maksud dari lafadz “membersihkan dirinya” adalah orang yang membersihkan hartanya.

Qatadah rah.a. mengatakan bahwa makna “berbahagia” adalah membuat senang Sang Pencipta dengan hartanya. Abul Ahwash rah.a. berkata bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi rahmat kepada orang yang bersedekah, kemudian mendirikan shalat. Lalu ia membaca ayat tersebut.

Diriwayatkan juga darinya bahwa barangsiapa mampu bersedekah sebelum mengerjakan shalat, maka sebaiknya ia melakukan hal tersebut. Ibnu Mas’ud r.a. berkata, “Barangsiapa hendak menunaikan shalat, maka tidak ada salahnya apabila ia bersedekah terlebih dahulu.” Kemudian ia membaca ayat di atas.

Arfajah rah.a. berkata, “Saya telah meminta Abdullah bin Mas’ud r.a. agar membaca surat Al-A`la, maka ia pun mulai membacanya. Dan ketika sampai pada ayat yang artinya: “Tetapi kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia.” (ayat 16), ia berhenti membaca dan menghadap ke arah orang-orang yang hadir, kemudian berkata, “Kita lebih mementingkan dunia daripada akhirat.” Semua orang terdiam, lalu ia berkata, “Kita lebih mementingkan dunia karena kita melihat keindahannya, wanitanya, makanan dan minumannya, sedangkan benda-benda di akhirat tersembunyi dari pandangan kita. Jadi kita telah disibukkan dengan hal-hal yang ada di hadapan kita, dan meninggalkan hal-hal yang telah dijanjikan.”

Qatadah rah.a. berkata, “Semua manusia telah sibuk dalam masalah yang tampak (kebendaan yang berwujud dan tampak di dunia), dan meninggalkan segala sesuatu yang telah dijanjikan oleh Allah untuk kita, kecuali mereka yang diselamatkan oleh Allah. Padahal akhirat jelas lebih baik dan abadi.”

Anas r.a. meriwayatkan sabda Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bahwa La ilaha illallah akan menyelamatkan hamba Allah dari kemurkaan-Nya, selama hamba itu tidak mengutamakan dunia dari agama. Dan apabila mereka mulai mengutamakan dunia dari agama, maka La ilaha illallah pun akan dikembalikan ke atasnya, dan akan dikatakan bahwa ia berkata bohong.

Dalam riwayat yang lain, Nabi bersabda, “Barangsiapa bersaksi dengan kalimat La ilaha illallah wahdahuu laa syariikalahu, maka ia akan masuk surga selama ia tidak mencampurinya dengan yang lain (tidak mengotori kalimat tersebut). Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan hal ini hingga sebanyak tiga kali.

Hadirin terdiam semua (kemungkinan Rasulullah menunggu barangkali ada hadirin yang bertanya, dan seluruh hadirin terdiam karena adab, penghormatan, serta wibawa beliau). Kemudian dari jarak yang agak jauh, seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, saya kurbankan ayah dan ibu saya untuk engkau. Apakah yang dimaksud dengan mencampurkan dengan perkara yang lain?” Rasulullah bersabda, “Cinta dunia dan mengutamakannya, dan untuk hal tersebut, ia mengumpulkan harta untuk disimpan, dan ia bergaul dengan orang-orang yang zalim.”

Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mencintai dunia, maka ia merusak akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhirat, maka ia merusak dunianya. Oleh karena itu, utamakanlah untuk mencintai sesuatu yang kekal (akhirat) atas sesuatu yang fana (dunia).”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Dunia adalah rumah orang yang tidak mempunyai rumah di akhirat, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta di akhirat, dan hanya orang-orang yang tidak berakal yang mengumpulkannya untuk dunia.”

Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa tidak ada satu pun di antara ciptaan-ciptaan Allah yang lebih dibenci-Nya daripada dunia. Setelah Allah menciptakan dunia, maka Dia sama sekali tidak melihat kepadanya dengan pandangan rahmat.

Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa cinta dunia adalah puncak dari segala maksiat. (Durrul-Mantsur).*/Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a, dari bukunyaFadhilah Sedekah.

 

HIDAYATULLAH

Menkes Imbau Jamaah Haji Waspadai Kolera

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, berpesan agar jamaah haji Indonesia berhati-hati dengan penyakit kolera yang sedang mewabah di Yaman. Ini dikarenakan, posisi Yaman berbatasan dengan Arab Saudi sehingga dikhawatirkan akan lebih mudah menjangkit orang sekitar Yaman.

“Di Indonesia, penyakit diare masih ditemukan, tetapi penyakit kolera sudah sangat jarang ditemukan. Penyakit kolera sering disebut sebagai penyakit muntaber (muntah dan berak),” ujar Nila, Ahad (23/7).

Di Yaman, telah terjadi penyebaran dan penularan penyakit Kolera yang menyerang lebih dari 322 ribu orang. Mengingat Yaman berbatasan dengan Saudi, maka perlu diwaspadai kemungkinan penyebaran dan penularan penyakit kolera pada jamaah haji, khususnya jamaah haji Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI, memaparkan gejala, proses penularan, serta pencegahan penyakit kolera. Gejalanya adalah sering buang air besar encer (diare) dan disertai muntah. Tinja penderita kolera tampak encer seperti air cucian beras. Gejala penyakit Kolera muncul 8 hingga 72 jam setelah penderita terpapar sumber penularan. Periode ini disebut masa inkubasi. Penderita kolera harus segera berobat untuk diberi cairan, karena apabila tidak segera berobat dan diberi cairan dapat meninggal karena kekurangan cairan (dehidrasi). Dalam perjalanan menuju tempat berobat, penderita dapat diberikan cairan oralit untuk pertolongan pertama, guna mencegah kekurangan cairan.

Proses penularannya yaitu kuman penyakit kolera tersebar melalui tinja penderita. Penularan terjadi jika tanpa sengaja tinja penderita kolera mencemari minuman atau makanan, yang kemudian dikonsumsi orang lain. Hal ini dapat terjadi jika penderita kolera buang air besar sembarangan atau berdekatan dengan sumber air atau tempat pengolahan makanan.

Terkait upaya pencegahan, jamaah haji Indonesia diminta minum menggunakan air minum kemasan atau air yang sudah dimasak. Gunakan air bersih atau PAM untuk keperluan sehari-hari, seperti masak, mencuci alat makan, gosok gigi, berwudhu, dan mandi. Kemudian, cuci tangan dengan air yang cukup dan sabun, sebelum makan, sebelum menyentuh makanan atau mengolah makanan, sesudah buang air besar, dan sesudah mengurus penderita diare atau orang sakit.

Jamaah juga disarankan mengonsumsi makanan yang sudah dimasak dengan baik serta menghindari makan makanan yang masih mentah. Cuci atau masaklah sayuran sebelum dimakan, mencuci atau mengupas buah-buahan sebelum dimakan, dan menyimpan makanan di tempat atau wadah yang tertutup. “Dan selalu memasak dan mengolah makanan-minuman di dapur atau ruangan yang terjaga kebersihannya,” kata Menkes.

Ketika di Saudi, jamaah haji diharapkan menggunakan jamban dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya. Tempat yang tercemar kotoran atau muntahan penderita kolera harus dibersihkan dengan air dan karbol atau dengan air dan cairan disinfektans atau pembasmi kuman lainnya. “Segera berobat jika diare, muntah atau menderita penyakit lainnya. Pesan ini harus selalu diingat oleh para jamaah haji,” ujar Menkes.

 

IHRAM

Ini Dua Penyakit yang Perlu Diwaspadai Jamaah Haji 2017

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada dua jenis penyakit yang perlu diwaspadai jamaah haji Indonesia 2017.Kedua penyakit itu adalah diabetes militus (DM) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka membenarkan, ada dua kelompok penyakit yang perlu diwaspadai. Pertama, penyakit-penyakit yang dibawa dari Tanah Air.  Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka penyakit ini semakin parah atau kondisi jamaah haji ini sakitnya lebih parah bahkan mengalami kematian.

“Contohnya penyakit jantung yang bukan sakit di sana, tapi dibawa dari sini (Indonesia). Kemudian kalau di sana terjadi karena mungkin stres,” katanya saat pemaparan kesiapan haji 2017, di Jakarta, Selasa (25/7).

Penyakit bawaan lain yang juga harus diwaspadai adalah hipertensi (tekanan darah tinggi) hingga diabetes mellitus (DM). Jenis kedua, kata dia, yaitu penyakit yang didapatkan ketika sudah baru di Arab Saudi yaitu sakit Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang ditularkan binatang di sana.

“Meskipun (jamaah haji) sehat dan muda tetapi kalau di sana main-main dengan yang terkontaminasi MERS CoV ya ikut sakit juga,” ujarnya.

Ia menambahkan, yang juga harus diwaspadai jamaah haji adalah sengatan panas atau heat stroke. Siapapun yang sehat tapi tidak menjaga dirinya dari sengatan matahari bisa terkena heat stroke. Penyakit lainnya yang harus diwaspadai adalah kolera.

Penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri vibrio Kolera ini menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ciri-cirinya buang air besar cair, berwarna seperti air cucian beras, dan encer lebih dari tiga kali sehari. Kemudian ini berlanjut dengan muntah dan dehidrasi.

Sebagai langkah preventif, ia meminta jamaah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) misalnya rutin cuci tangan. Atau bisa juga membeli buah yang ada kulitnya. Karena buah ini masih harus dikupas. Atau buah yang bisa langsung dimakan namun sebelumnya harus dicuci dulu. “Namun, kami sudah antisipasi,” ujarnya.

Mulai dari mengirim 246 tenaga kesehatan ke Arab Saidi hingga penyediaan sarana mendukung seperti ambulans. Iamenegaskan persediaan obat yang dibawa dari pihaknya sekitar3.680 obat atau sekitar 57 ton. Obat itu untuk semua keluhan penyakit termasuk kolera,hipertensi, jantung, oralit, hingga vitaman.

“Kami sudah melakukan upaya preventif dan promotif tapi Allah memperlihatkan kekuasaannya (jika terjadi diluar kendali),” katanya.

 

IHRAM

Ini Rencana Perjalanan Calhaj Indonesia

Calon jamaah haji (calhaj) Indonesia gelombang pertama akan berangkat ke Tanah Suci pada 28 Juli 2017. Sehari sebelumnya, mereka akan masuk asrama haji Bekasi. Dari sana, mereka akan dilepas oleh sejumlah pejabat tinggi pemerintah, termasuk Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

Jamaah akan berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Perjalanan ke Saudi memakan waktu sekitar sembilan jam. Jamaah akan mengunakan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.

Pemberangkatan awal yakni pada 28 Juli dan akhir pemberangkatan gelombang satu pada 11 Agustus. Para jamaah akan tiba di Bandara Madinah dan menghabiskan hari di sana. Pada 31 Agustus, jamaah sudah harus berada di Arafah untuk wukuf.

Perjalanan dari Madinah ke Makkah menempuh jarak 498 km. Dari Makkah ke Arafah jaraknya sekitar 25 km. Dari Arafah, jamaah menuju ke Muzdalifah, kemudian ke Mina. Di sana jamaah melakukan lempar jumrah.

Setelah dari Mina, jamaah kembali ke Makkah, mabit di Mina lagi dan kembali ke Mekkah. Jamaah gelombang pertama akan pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah menuju Halim Perdana Kusumah.

Mereka direncanakan pulang pada 6 September 2017. Akhir penerbangan pemulangan jamaah haji gelombang pertama yakni pada 20 September.

Sementara untuk gelombang dua, jamaah akan terbang ke Makkah dulu. Penerbangan pemberangkatan direncanakan pada 12 Agustus dan akhir pada 26 Agustus 2017 dari Halim Perdana Kusumah.

Dari Makkah, jamaah langsung ke Arafah untuk wukuf pada 31 Agustus. Kemudian menuju Mudzdalifah dan Mina. Setelah aktivitas ibadah di sana, jamaah akan ke Madinah.

Jamaah gelombang dua terbang pulang ke tanah air melalui bandara Madinah menuju Halim Perdana Kusumah. Jadwal kepulangan awal gelombang dua yakni pada 21 September dan akhir pemulangan yakni 5 Oktober.

 

IHRAM

Camkan! Inilah 3 Pesan Mulia dari Rasulullah SAW

Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah bersabda kepadaku:

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Birri Washshilah, hadits no. 1987. At-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan shahih. Asy-Syaikh Al-Albani menghasankan dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Pesan-pesan mulia dalam hadis ini meskipun Nabi tujukan kepada sahabat Abu Dzar Jundub bin Junadah, namun sebenarnya juga diarahkan kepada seluruh umatnya. Karena telah maklum dalam kaidah ushul fiqih bahwa pembicaraan Allah dan Rasul-Nya (sebagai penentu syariat) bila diarahkan kepada seorang dari umat ini, maka itu sesungguhnya ditujukan pula kepada seluruh umat ini kecuali ada dalil yang menyatakan kekhususan. Seperti itu pula kaidah yang lainnya, bahwa dianggap adalah keumuman lafadz bukan kekhususan peristiwa.

Saudaraku, bila sahabat Nabi sebagai generasi terbaik umat ini perlu diberi arahan dan disampaikan kepadanya pesan, maka kita yang hidup di masa sekarang tentunya lebih membutuhkan.Tiga wasiat yang mulia ini adalah faktor utama seorang meraih kebahagiaan hidup di dunia yang fana ini dan akhirat yang abadi kelak.

Karena wasiat tersebut mengandung bentuk pelaksanakan hak-hak Allah dan hak hamba-hamba-Nya. Seseorang akan dianggap baik bila bagus hubungannya dengan Allah dan bagus pergaulannya dengan sesama manusia. Oleh karena itu, banyak sekali ayat Alquran yang memerintahkan untuk mendirikan salat dan memberikan zakat. Pada amalan salat terkandung kedekatan yang tulus antara hamba dengan Allah, sedangkan amalan zakat mencerminkan sikap belas kasihan kepada orang yang kesulitan dan membutuhkan. Oleh karena itu, Nabi kita banyak melakukan salat dan memberikan sedekah.

Wasiat pertama dan paling utama dalam hadis ini adalah takwa kepada Allah di manapun berada

– Takwa, seperti dikatakan Thalq bin Habib, adalah: “Kamu melaksanakan ketaatan kepada Allah , di atas cahaya (ilmu) dari-Nya dengan mengharap pahala-Nya. Kamu (juga) meninggalkan bermaksiat kepada Allah, di atas cahaya (ilmu) dari-Nya dan karena takut siksa-Nya.”

Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Takwa kepada Allah adalah meninggalkan apa yang Allah l haramkan dan melaksanakan apa yang Ia wajibkan.” (Jamiul Ulum wal Hikam, 1/400)

Allah berfirman dengan menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa:Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 177)

Dari sini, maka takwa bukanlah kalimat yang sunyi dari makna dan bukan pula pengakuan yang kosong dari bukti. Takwa adalah kata yang sangat luas cakupannya. Takwa adalah melaksanakan apa yang dibawa oleh syariat Islam ini baik yang berupa aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.

Karena takwa adalah bentuk pengabdian kepada Allah , dia tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Bukan orang bertakwa yang sebenarnya bila dia di hadapan orang terlihat taat, namun di saat sendirian dia bermaksiat. Seperti itu pula ketika berada di masjid terlihat ruku dan sujud namun di saat berada di pasar, di tempat kerja, dan tempat-tempat lainnya meninggalkan perintah Allah dan melanggar batasan-batasan-Nya. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa adalah dengan mensyukuri nikmat-Nya dan tidak mengkufuri serta mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya di saat lapang atau sempit, dalam kondisi senang ataupun sedih.

Bagi orang yang bertakwa adalah janji kemuliaan di dunia dan akhirat. Di antara yang akan diperolehnya di dunia adalah:

1. Dibukanya keberkahan, dimudahkan semua urusannya, dan diberikan dia rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Allah berfirman:”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (Al-Araf: 96)

Juga firman-Nya:Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaaq: 2-3)

2. Memperoleh dukungan dan bantuan dari Allah .

3. Dijaga oleh Allah dari tipu daya musuh.

Allah berfirman: “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Ali Imran: 120)

Adapun di akhirat kelak, mereka mendapatkan surga dengan segala kenikmatannya, yang jiwa-jiwa mereka akan senantiasa bahagia dan mata pun sejuk karenanya. Allah berfirman:Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya.” (Al-Qalam: 34)

Namun, ketakwaan yang sesungguhnya tidak akan diperoleh tanpa adanya ilmu. Dengan ilmu akan bisa dibedakan antara perintah dan larangan, kebaikan dan kejelekan. Bila ketakwaan telah menjadi baju bagi seseorang niscaya akan memunculkan sikap takut kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya.

Inilah diantara rahasia mengapa tindak kejahatan di tengah masyarakat kita seolah tak bisa diakhiri, bahkan setiap hari semakin bertambah kejelekannya. Semua itu tidak lain karena rasa takut kepada Allah melemah atau nyaris hilang. Memang, untuk tetap berada di atas ketakwaan tak semudah yang dibayangkan. Beragam bujuk rayu serta gangguan selalu menghadang. Akan tetapi manakala kita mengetahui manisnya buah yang akan dipetik dari ketakwaan, maka jalan untuk merealisasikannya terbuka lebar dan terasa mudah.

Wasiat atau pesan Nabi yang kedua adalah agar melakukan amal kebaikan setelah terpeleset melakukan dosa dan kesalahan. Diantara faedah amal kebaikan adalah menghapus kesalahan. Memang, tak bisa dimungkiri bahwa terkadang seseorang terjerumus dalam kenistaan karena sekian banyak faktor. Diantaranya, lingkungan yang jelek, bisikan jiwa yang tidak baik, dan bujuk rayu setan. Jika iman seseorang itu lemah dan faktor-faktor tersebut menyelimutinya, akan sangat mudah seseorang tergelincir. Tetapi, Allah lebih sayang terhadap hamba-Nya daripada hamba terhadap dirinya sendiri. Diantara bentuk kasih sayang-Nya bahwa dosa bisa dihapus dan dampak negatif dari dosa bisa hilang dengan bertaubat, istighfar, dan amal kebaikan yang dilakukan hamba.

Allah berfirman: “Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud: 114)

Sahabat Ibnu Masud berkisah bahwa dahulu ada seorang lelaki mencium seorang perempuan (yang tidak halal baginya). Kemudian lelaki itu datang kepada Nabi dan menyebutkan perbuatannya. Maka turunlah kepadanya ayat tersebut. Orang itu berkata, “(Wahai Nabi), apakah hal ini khusus bagiku?” Nabi menjawab, “Bagi orang yang mengamalkannya dari umatku.” (Shahih Al-Bukhari no. 4687)

Hadits ini menunjukkan bahwa cahaya ketaatan mampu melenyapkan gelapnya kemaksiatan. Diantara ketaatan terbesar untuk menghapus dosa dan kesalahan adalah tobat dan istighfar kepada Allah. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, sebesar apapun kesalahan yang dilakukannya. Bila suatu saat seseorang digoda oleh setan sehingga terjatuh ke dalam lumpur dosa, maka bersegeralah kembali kepada Allah pasti dia akan mendapati-Nya Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bergegaslah untuk memperbaiki diri dengan melakukan kebaikan karena satu kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah menjadi sepuluh.

Banyak hadis yang diriwayatkan dari Nabi yang menerangkan bahwa amal kebaikan akan menghapus kesalahan. Diantaranya sabda beliau:

“Barangsiapa puasa Ramadan karena dorongan iman dan mengharap pahala maka diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Akan tetapi, dosa yang bisa dihapus dengan amal kebaikan adalah dosa kecil. Adapun dosa besar dihapuskan dengan cara seseorang bertaubat kepada Allah darinya. Ini pendapat jumhur (kebanyakan) ulama seperti dikatakan oleh Al-Imam Ibnu Rajab . (Jamiul Ulum 1/429)

Termasuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya, bila seseorang tidak memiliki dosa kecil, amal shalih yang dia lakukan dapat meringankan dosa besarnya sekadar menghapusnya dia terhadap dosa kecil. Jika dia tidak punya dosa kecil dan dosa besar, maka Allah akan melipatgandakan pahala kepadanya. (Al-Wafi Syarh Arbain hlm. 118)

Saudaraku, perlu diingat bahwa dosa yang kita lakukan akan berdampak negatif terhadap keimanan, kejiwaan, rezeki, dan seluruh keadaan kita. Sungguh tiada suatu bala (musibah) turun menimpa manusia kecuali karena dosa. Petaka tidaklah dicabut kecuali dengan taubat dan amal shalih. Mari kita banyak-banyak mengaca diri dengan memperbaiki kondisi. Semoga Allah l akan mengubah keadaan menjadi baik dan diberkahi.

Wasiat ketiga: Menggunakan akhlak yang mulia dalam pergaulan dengan sesama. Dengan menjalankan pesan ini, keserasian hidup bermasyarakat akan terwujud dan ketenteraman akan menebar. Adalah Rasulullah seorang yang memiliki budi pekerti yang baik. Segala akhlak mulia dan perangai terpuji ada pada diri beliau sehingga kita diperintah untuk mencontohnya.

Allah berfirman:”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” (Al-Ahzab: 21)

Karena akhlak mulia termasuk pokok peradaban dalam kehidupan manusia, Islam telah menjunjung tinggi kedudukannya dan sangat memerhatikannya. Banyaknya ayat Al-Quran dan hadits Nabi adalah bukti terbaik atas pentingnya hal ini. Rasulullah menyebutkan sabdanya:

“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. Asy-Syaikh Al-Albani t menshahihkannya dalam Shahih Al-Adab)

Baiknya akhlak adalah bukti atas baiknya keimanan seseorang. Pemiliknya akan memetik janji surga dan dekat majelisnya dengan Nabi di hari kiamat. Berbudi pekerti yang luhur juga sebab utama seseorang meraih kecintaan dari manusia.

Seharusnya kita banyak menghiasi diri dengan akhlak mulia. Misalnya, dengan silaturahmi, memaafkan kesalahan, rendah hati, dan tidak menyombongkan diri serta bertutur kata yang lembut.

Ibnul Mubarak t mengatakan, “(Salah satu) bentuk akhlak mulia adalah wajah yang selalu berseri, memberikan kebaikan, dan mencegah diri dari menyakiti orang.” (Jamiul Ulum wal Hikam 1/457)

Telah terbukti bahwa apa yang disebutkan oleh Ibnul Mubarak adalah akhlak mulia yang cepat mendatangkan kecintaan dari manusia.Cerahnya wajah saat berjumpa dengan saudaranya, diiringi senyuman dan ucapan salam, akan memunculkan suasana keakraban tersendiri. Akan tersebar diantara mereka ruh kasih sayang.

Memberi kebaikan kepada orang lain, artinya seseorang mencurahkan sebagian yang dimilikinya untuk kebaikan orang lain. Pemberian itu bisa berupa harta, tenaga, saran, dan bahkan dukungan dalam kebaikan. Sebab, biasanya orang akan mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.

Menahan diri dari menyakiti orang, adalah karena setiap individu masyarakat menginginkan berlangsungnya kehidupan mereka dengan nyaman dan damai. Sehingga bila ada yang menimpakan gangguan kepada mereka dalam bentuk apa pun, ketenangan menjadi terusik dan keretakan di tengah masyarakat tak bisa dihindarkan.

Untuk bisa berhias diri dengan akhlak mulia tentu ada beberapa cara, diantaranya:

1. Menelaah sejarah kehidupan Nabi Muhammad berikut apa yang terkandung di dalamnya berupa perangai-perangai beliau yang terpuji.

2. Memilih lingkungan dan teman yang baik.

3. Duduk di majelis ulama untuk menimba ilmu mereka serta bersuri tauladan dengan mereka.

Demikianlah sekelumit penjelasan seputar tiga pesan Rasulullah yang mulia, semoga Allah memberikan karunia-Nya kepada kita untuk menjalankannya. Wallahu alam bish-shawab. [Asysyariah]

 

MOZAIK