Tiga Mercusuar Ilmu

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mengungkapkan, ilmu adalah substansi terpenting dalam sebuah peradaban. Kejayaan suatu peradaban ditentukan oleh maju-mundurnya tradisi keilmuan. Ketika budaya ilmu tidak lagi berkembang, alamat peradaban tersebut sudah berada di ambang kehancuran.

Perguruan tinggi sebagai penopang tradisi keilmuan tersebut turut andil untuk membawa peradaban Islam ke puncak kejayaannya. Bahkan, menurut Ednan Aslan dalam Islamic Education in Europe, ketika Barat masih berada di zaman Dark Age, kegemilangan ilmu pengetahuan telah menyelimuti dunia Islam.

Model universitas, yang di Barat baru bermula pada abad ke-12, telah tersebar luas di berbagai wilayah Islam. Universitas pertama di dunia didirikan oleh kaum Muslim sekitar abad ke-9, diikuti oleh az-Zaytuna di Tunisia, dan Al-Azhar di Kairo. Berikut ini di antara perguruan tinggi Islam yang masih bertahan hingga kini:

Al-Qarawiyyin

Universitas Qairuwan atau University of KaIraouine ini merupakan universitas tertua di dunia dan masih beroperasi hingga kini. Melahirkan tokoh penting, seperti Moses Maimonides, Leo Africanus, Ibnu Khaldun dan al-Idrisi, pernah mengenyam pendidikan di Universitas al-Qarawiyyin.

Kampus yang bermula dari Masjid yang didirikan oleh didirikan oleh Fatimah binti Muhammad al-Fihr pada 859 M di Fez, Maroko menjadi tonggak penyebaran Islam di Afrika Utara dan sekitarnya. Era kejayaan Universitas al-Qarawiyyin berlangsung pada abad 12-15.

Al-Azhar 

Universitas Al-Azhar merupakan pusat intelektualitas di dunia Islam yang lahir dari Masjid Al-Azhar Syiah Ismailiyah dari Bani Fatimiyyah sekitar 970-972 M. Format pendidikan di Al-Azhar relatif informal pada masa-masa awal. Program studi dasar meliputi hukum Islam, teologi, dan bahasa Arab.

Universitas Al-Azhar merupakan universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia. Al-Azhar berada ke tangan Suni setelah Shalahuddin al-Ayyubi menaklukkan Mesir pada paruh kedua abad ke-12.

Az-Zaytuna

Perguruan tinggi yang berada di Tunisia ini didirikan oleh Imam Ubaidillah ibn Habhab pada 737 M/120 H. Kampus yang berembrio dari masjid ini didirikan atas perintah salah seorang penyebar Islam di kawasan Tunisia yaitu, Imam Hassan ibn Nu’uman.

Universitas ini menjadi perguruan tinggi berpengaruh pada awal abad ke-13 M. Begitu banyak kitab dan manuskrip yang dihasilkan para ilmuwan di Universitas Az-Zaituna. Sayangnya, beragam kitab dan manuskrip bernilai tinggi itu dijarah dan dipindahkan oleh orang-orang Spanyol saat menguasai Kota Tunis pada 1534 M hingga 1574 M.

 

REPUBLIKA

Syam, Saksi Kegemilangan Islam

Suriah hari ini terlampau menyesakkan. Reruntuhan seolah menenggelamkan peradaban Suriah di masa silam. Suriah adalah sebuah negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Turki, Irak, Yordania, Israel, dan Lebanon. Kawasan ini termasuk salah satu yang paling mula-mula dihuni peradaban manusia, dengan bukti arkeologis memperkirakan sekitar 700 ribu tahun yang lalu. Ada banyak kota kuno bersejarah, seperti Palmyra, Aleppo, dan Damaskus.

Suriah telah menjadi bagian terpenting dalam sejarah peradaban Mesopotamia, Romawi, Bizantium, sebelum ditaklukkan Khalid bin Walid tahun 634 M. Kaum Muslim saat itu berada di bawah kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beberapa tahun kemudian, Bani Umayyah menjadikan Damaskus, yang sekarang ibu kota negara Suriah modern, sebagai ibu kota administratif dunia Islam. Sejumlah situs bersejarah dibangun. Salah satunya, Masjid Umayyah atau Masjid Agung Damaskus yang dikonversi dari sebuah gereja.

Setelah Bani Umayyah runtuh, kawasan ini menjadi bagian dari kekhafilahan Bani Abbasiyah. Namun, peran Damaskus tidak lagi signifikan lantaran ibu kota pemerintahan telah dipindah ke Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah di kawasan ini mulai runtuh pada awal abad ke-10.

Pada 970 M, Dinasti Fatimiyyah Mesir yang beraliran Syiah menaklukkan Damaskus. Suriah menyaksikan peralihan dinasti demi dinasti. Ketika Dinasti Seljuk Turki berkuasa, mereka juga menaklukkan Damaskus pada 1078 M. Demikian pula, saat pemerintahan Turki Utsmani di Istanbul.

Mengakhiri 400 tahun kekuasaan Ottoman, pada 1918 Suriah dikuasai oleh Amir Faishal berkat dukungan Inggris. Kekuasaan Amir Faishal ini tak berumur panjang. Pasca-Perang Dunia I, wilayah Timur Tengah telah menjadi kue yang dibagi-bagi oleh Inggris dan Prancis. Suriah kemudian berada di bawah kontrol Prancis. Republik Arab Suriah yang sekarang baru diproklamasikan pada 1936. Mayoritas rakyatnya menganut Islam Mazhab Suni, sedangkan minoritas menganut Kristen.

Menyaksikan pergulatan kekuasaan sejak zaman prasejarah, Suriah kini terjerat di pusaran konflik. Dilansir dari AFP, kuartal pertama tahun ini, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Inggris mencatat lebih dari 220 ribu orang tewas sejak pecahnya konflik 2011. Sementara, jumlah pengungsi telah melampaui angka empat juta jiwa.

Turki menjadi negara pertama yang paling banyak menampung pengungsi Suriah, menyusul sejumlah negara Uni Eropa. Kendati semakin pudar, banyak pengungsi masih menggantungkan harapan akan redanya konflik di tanah air mereka. Berharap Idul Adha tahun depan akan terlewati bersama keluarga di tanah tercinta. Begitu pun, Alevat. “Kami ingin kembali ke negara kami, kembali ke hari-hari itu.”

 

REPUBLIKA

Batu Hitam akan Berbicara pada Hari Kiamat

Seiiring berjalannya waktu, jutaan orang Muslim berkumpul untuk melakukan haji pada musim haji 1438 H. Para jamaah haji pun membentuk antrean untuk menyentuh batu hitam dan bahkan berebut untuk menciumnya.

Tapi apakah batu hitam itu? Dan apa artinya dalam Islam?

Batu hitam itu diturunkan dari surga. Seperti disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Batu Hitam turun dari surga.” (At-Tirmidzi)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW menggambarkan batu hitam tersebut dengan mengatakan, “Ketika batu hitam turun dari surga, itu lebih putih dari susu, tapi dosa anak-anak Adam membuatnya menjadi hitam.” (At- Tirmidzi)

Dilansir Saudi Gazzete, hadis ini menjelaskan bahwa dosa orang-orang yang menyentuh batu itu, menyebabkannya menjadi hitam.

Al-Haafiz ibn Hajar berkata, “Beberapa bidah mencoba mengkritik hadis ini dengan mengatakan, ‘Mengapa dosa orang-orang kafir mengubahnya menjadi hitam dan pemujaan terhadap orang-orang terhadap Allah tidak menjadikannya putih?’

Kemudian Bibi Zainab Dowlut berpendapat dengan mengutip apa yang dikatakan Ibn Qutaybah. “Jika Allah berkehendak, itu akan terjadi. Tapi, Allah telah menyebabkannya menjadi hal yang hitam. Berlawanan dengan apa yang terjadi dengan warna putih.”

Bibi Zainab Dowlut tidak dapat membayangkan jika dosa memiliki efek buruk pada batu karang dan bagaimana kaitannya dengan hati manusia yang terbuat dari daging. Hal tersebut mengingatkan akan hadis lain, di mana Rasulullah SAW menyebutkan efek dosa di hati.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ketika orang beriman melakukan dosa, sebuah titik hitam muncul di dalam hatinya. Jika dia bertobat, menyerahkan dosa itu, dan mencari pengampunan, hatinya akan dipoles. Tapi, jika (dosa) meningkat, (titik hitam) meningkat. Itulah Ran (penutup atau noda) yang Allah sebutkan di dalam Kitab-Nya: “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka,” (QS. Al-Muthaffifiin ayat 14)

Tahukah Anda bahwa batu hitam akan berbicara pada hari kiamat dan bersaksi?

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW bersabda tentang batu: Demi Allah, Allah akan membawanya pada hari kiamat, dan itu akan memiliki dua mata untuk melihat dan lidahnya yang akan berbicara, dan itu akan bersaksi untuk orang-orang yang menyentuhnya dengan tulus.” (At-Tirmidzi)

Haruskah Muslim yang melakukan haji atau umrah menyentuh batu hitam itu? Apakah Nabi Muhammad SAW menyentuh batu hitam selama ziarahnya?

Diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdullah bahwa ketika Rasulullah SAW datang ke Makkah, dia sampai ke batu hitam dan menyentuhnya, lalu dia berjalan ke sebelah kanannya, dan berlari tiga kali dan berjalan empat kali di sekitar Ka’bah). (HR Muslim)

Maka, menyentuh batu hitam itu harus dilakukan sebelum tawaf, keliling mengelilingi Kabah. Bahkan menganjurkan untuk menciumnya, karena Nabi SAW terlihat melakukannya.

Pendampingnya, Umar ibn Al-Khattab mendatangi batu hitam dan menciumnya, lalu dia berkata, “Saya tahu bahwa Anda hanyalah sebuah batu yang tidak dapat memberi keuntungan atau menimbulkan bahaya. Jika bukan karena saya telah melihat Nabi SAW mencium, saya tidak akan mencium Anda. “(Bukhari dan Muslim)

Namun, orang harus tahu bahwa itu hanyalah sebuah batu, dan tidak memiliki kemampuan atau kekuatan. Tidak dapat menyebabkan kerugian atau membawa manfaat. Sering kali orang menjadi ekstrem dalam menciumnya, menggosok wajahnya beserta pakaian mereka.

Jika memungkinkan orang-orang akan membawanya pulang. Perlu diingat bahwa manfaat dan kerugian hanya dari Allah. Meski begitu, menyentuh batu itu adalah sarana pembebasan.

Diriwayatkan bahwa Ibn Umar berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Menyentuh mereka berdua (Batu Hitam dan al-Rukn al-Yamani) adalah penebusan dosa.” (At-Tirmidzi).

Jika seseorang tidak dapat mencapainya karena kerumunan orang atau alasan lain, maka dia harus menyentuhnya dengan benda lain dan mencium benda itu. Dan jika dia tidak dapat melakukan itu, maka dia harus menunjuk ke arahnya dan mengatakan Allahu-Akbar, karena semua ini diberitahukan oleh Nabi.

Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang pergi untuk mencium atau menyentuh batu haruslah menjaga etiket Islam. Tidak membahayakan orang lain dengan mendorong, atau menginjak seperti yang sering terjadi. Kebiasaan ini harus diubah, sebab Islam mengajarkan sopan
dan santun.

Demikian pula, bahasa kotor dan berteriak pada orang juga harus dihindari. Pertahankan kesabaran agar tulus dan dapatkan pahala dari penebusan dosa.

 

IHRAM

Penderitaan Rohingya Ujian Iman Bagi Umat Islam

Pengurus Wilaya Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (PW Bakomubin) Provinsi  Aceh menyerukan masyarakat Aceh untuk mendoakan umat Islam etnis RohingyaMyanmar. Baik doa-doa  secara pribadi maupun doa-doa dan Qunut Nazilah secara berjamah di Masjid-masjid, meunasah-meunasah, sekolah-sekolah, dayah-dayah dan lembaga pendidikan lainnya, organisasi dan komunitas.

Hal itu disampaikan Sekjen PW Bakomubin Provinsi Aceh kepada sejumlah media di Banda Aceh, Kamis (9/7). “Ketertindasan Rohingyaakibat kekejaman militer Myanmar merupakan ujian keimanan bagi umat Islam, termasuk bagi kita masyarakat Aceh. Apakah kita peduli dengan penderitaan mereka? Apakah kita turut merasakan rasa sakit yang mereka alami?” kata Zulkhairi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/7).

Kalau iya, kata Zulkhairi, berarti umat Islam telah dipersatukan oleh bangunan besar ukhuwah Islamiyah. “Kalau belum, mari kita introspeksi diri barangkali ada yang kurang dalam keberislaman kita.  Perumpamaan orang-orang mukmin yang digambarkan oleh Rasulullah adalah adalah saling mencintai, mengasihi dan solidaritas seperti tubuh yang satu yang akan merasa sakit saat bagian tubuh lain merasa sakit,” ujar Zulkhairi.

Apalagi, tambah Zulkhairi, sebagai wilayah yang pernah didera konflik yang berkepanjangan, warga Aceh  paham betul bagaimana perihnya hidup di wilayah konflik. Namun, apa yang dialami Rohingya di Myanmar hari ini lebih mengerikan lagi karena mereka ditindas secara sistematis oleh kekuatan negara yang tidak memihak umat Islam.

“Sebagai bentuk pertanggungjawaban keimanan dan keislaman kita, khususnya dalam merespon penderitaan saudara-saudara kita Muslim Rohingya, kami menyeru masyarakat Aceh untuk melakukan aksi damai dan doa untuk Rohingya. Hal itu penting supaya pemerintah Indonesia memahami aspirasi masyarakat Aceh bahwa kita mendukung Rohingya dan mengutuk kekejaman militer Myanmar kepada umat Islam Rohingya. Juga membantu dalam bentuk harta benda dengan menyalurkannya untuk Rohingya via lembaga-lembaga kemanusiaan. Kita berharap Allah Swt memasukkan kita dalam golongan hamba-hamba-Nya yang Mukmin, yang saling peduli antarsesama,” paparnya.

Bakomubin juga juga berharap Pemerintah  Daerah Aceh mendesak Presiden Joko Widodo agar mengutuk Pemerintah Myanmar dan bekerja lebih keras lagi membantu Muslim Rohingya. “Lebih dari itu, harapan kita semoga negara-negara Islam bersatu membela Rohingya. Kalau kita tidak peduli atas penderitaan Muslim yang menderita, maka tidak tertutup kemungkinan suatu saat Allah akan memberi kita ujian yang serupa yang lebih berat lagi,“ ujar Zulkhairi.

 

REPUBLIKA

Imunisasi dan Vaksin, Halal atau Haram? Ini Fatwa MUI

Kontroversi seputar imunisasi dan vaksin memang masih mendebarkan umat Islam. Kejadian penemuan bahan dasar vaksin dari olahan binatang babi pada vaksin meningitis untuk jamaah haji masih membekas. Pada 2010 silam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan melakukan kajian terhadap vaksin meningitis. Hasil mengejutkan diperoleh bahwa vaksin tersebut mengandung najis besar, yakni babi.

Penemuan tersebut langsung mendapat tanggapan dari MUI Pusat. Dalam sekejap vaksin meningitis menjadi isu nasional. Hal tersebut tentu membuat geram umat Islam. Pasalnya, vaksin meningitis merupakan tindakan yang wajib dilakukan khususnya bagi calon jamaah haji.

Setahun kemudian MUI Pusat mulai gencar melakukan kajian terhadap vaksin-vaksin yang beredar di Indonesia. Alternatif vaksin meningitis akhirnya ditemukan setelah melakukan penjelajahan ke Italia hingga Cina.

Namun perdebatan mengenai vaksin selalu menjadi topik tanpa ujung di kalangan umat muslim. Sebagian menganggap vaksin tidak diperlukan karena tidak diperintahkan di dalam Alquran dan Hadist. Dalam sebagian kalangan Muslim vaksin boleh saja dilakukan demi kebaikan menyelamatkan nyawa manusia.

“Imunisasi dan pemberian vaksin boleh dilakukan apabila memenuhi syariat Islam, MUI mendukung program imunisasi demi kebaikan umat,” ujar Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat Aminudin Yakub dalam acara Seminar dan Diskusi Panel Imunisasi Dalam Pandangan Islam di Jakarta, Sabtu (9/9).

Sekian tahun mengkaji, MUI Pusat akhirnya membuat fatwa terkait imunisasi dan vaksin dari sudut pandang Islam. Dalam Fatwa MUI No.4 Tahun 2016 menimbang ketentuan umum imunisasi sebagai proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin, sementara vaksin merupakan produk yang berisi antigen berupa mikroorganisme.

Pertimbangan hukum juga mengaitkan al dlarurat, yakni kondisi keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan akan mengancam jiwa manusia. Kemudian menimbang al hajat yang merupakan kondisi terdesak sehingga menyebabkan penyakit berat atau cacat pada seseorang.

Dalam fatwa tersebut MUI Pusat mengeluarkan ketentuan, imunisasi pada dasarnya dibolehkan atau mubah sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya suatu penyakit. Kemudian vaksin imunisasi wajib menggunakan bahan halal dan suci.

Imunisasi berbahan haram boleh dilakukan apabila dalam kondisi darurat atau terdesak, kemudian belum ditemukan vaksin lain yang berbahan halal. Namun pemberian vaksin berbahan haram harus dengan catatan bahwa jika seseorang tidak mendapat vaksin akan menyebabkan kematian, kecacatan, atau penyakit berat.

 

REPUBLIKA

Demiz Ingatkan Pemuda Bahaya Radikalisme

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam (Himi Persis) di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (9/9).

Dalam sambutannya, Wagub menekankan bahaya radikalisme yang saat ini berkembang. Wagub meminta generasi muda tidak terjerumus pada paham radikalisme.

“Saya ingin menekankan pentingnya kewaspadaan para pemuda dan pemudi terhadap ancaman paham radikalisme yang saat ini telah menjadi ancaman yang kian luas dan mengglobal, tidak terkecuali di Indonesia,” kata pria yang akrab disapa Demiz ini.

Oleh sebab itu, Demiz mengatakan dibutuhkan pendekatan yang holistik  dalam hal pemberantasan terorisme dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, terutama mahasiswa. Generasi muda harus diberikan pemahaman agar jangan sampai menyimpang pada tindakan kekerasan.

Ada dua pendekatan utama, yang dikatakannya dapat dilakukan yaitu penindakan dan pencegahan. Penindakan, erat kaitannya dengan penegakan hukum, yang umumnya berada di sisi hilir atau setelah aksi teror terjadi.

Sedangkan pencegahan merupakan pendekatan persuasif di sisi hulu yang bertujuan untuk mencegah munculnya bibit-bibit terorisme sebelum aksi teror terjadi. “Dan ini seyogianya dijalankan oleh seluruh elemen bangsa, termasuk di dalamnya para mahasiswa,” ujarnya.

Mahasiswa dan pemerintah dinilainya perlu terus bersinergi untuk memperkuat strategi pembinaan atau deradikalisasi dengan pendekatan multi dan interdisipliner, yang ditujukan untuk mentransformasi ideologi radikal menjadi tidak radikal.

Selain melalui program deradikalisasi, penanggulangan terorisme harus lebih berorientasi pada akar persoalan, yaitu bagaimana membentengi pola pikir masyarakat terutama kaum muda  dari pemahaman yang menyimpang, baik yang mengatas-namakan agama, ideologi, ekonomi, dan sebagainya.

 

REPUBLIKA

Banyak Jamaah Nekat Bawa Air Zamzam di Koper

Masih banyak jamaah haji Indonesia yang nekat mencoba membawa air zamzam di kopernya. Berbagai cara mereka lakukan, di antaranya membungkus botol bekas air mineral  dengan lakban.

Ada pula yang memasukkan botol air mineral ukuran kecil ke dalam kaleng biskuit. Kaleng ini kemudian dibungkus dengan lakban. Padahal jamaah haji akan menerima lima liter air zamzam di embarkasi saat kedatangan. “Bahkan ada satu koper yang isinya air zamzamsemua,” kata Kasubag Informasi dan Humas Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Abdul Basir di Bandara Jeddah, Arab Saudi, Kamis (7/9).

Jamaah haji dilarang memasukkan air zamzam dalam wadah apa pun ke dalam koper yang masuk bagasi. Begitu juga dengan tas yang dibawa ke atas pesawat. “Yang ketahuan saat proses pemindaian X-ray di bandara semuanya diturunkan. Tas dibongkar dan air zamzamdikeluarkan. Di Bandara Jeddah dalam proses pemulangan ini banyak tas jamaah yang ketahuan membawa air zamzam,” kata Abdul.

Dia mengingatkan kembali agar jamaah haji yang pulang ke Tanah Air menaati aturan volume bagasi dan barang bawaan dalam penerbangan demi keselamatan penerbangan. Di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah juga banyak tas jinjing jamaah yang dibongkar karena melebihi berat yang ditentukan. Isinya yang kelebihan dikeluarkan dan ditinggal di bandara.

Kepala Daerah Kerja Bandara Arsyad Hidayat mengingatkan koper jamaah harus bersih dari cairan, termasuk air zamzam.  “Kalau ada air zamzam (tas) dibongkar. Petugas maskapai tahu lewat X-ray. Justru ini kami khawatir ketika dibongkar ada barang jamaah yang ikut terbawa,” ujarnya.

Sebelumnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, persoalan yang kerap muncul dari tahun ke tahun adalah beban bawaan jamaah melebihi volume yang telah ditentukan. “Kalau mau beli oleh-oleh untuk sanak famili jangan lupa memperhitungkan bobot maksimal karena akan disortir petugas penerbangan. Jika berlebihan, maka tidak bisa diangkut. Jangan berlebihan dalam berbelanja, jangan membeli barang yang sudah ada di Tanah Air,” ujarnya.

Berat maksimal tas jinjing adalah tujuh kilogram. Sedangkan koper besar maksimal beratnya 32 kilogram. Penimbangan koper dilakukan di hotel pada H-1 keberangkatan. Perusahaan penerbangan hanya akan mengangkut tas tentengan dan koper yang diberikan oleh mereka.

Selama penerbangan, jamaah dilarang membawa cairan melebihi 100 ml dalam tas tentengan, kecuali obat-obatan, membawa benda yang mengandung aerosol, gas, magnet, senjata tajam, mainan yang menggunakan baterai agar baterainya dikeluarkan, memasukkan air zamzam dalam koper (bagasi), dan membawa parfum melebihi 10 buah, masing-masing 100 ml.

 

IHRAM

Zikir, Ibadah yang tak Memiliki Batas

DALAM Islam, semua ibadah memiliki batasan dan aturan. Salat, puasa, haji, zakat, sedekah, jihad dan sebagainya memiliki batasan dan ketentuan. Jika tidak mengikuti batasan-batasannya, segenap ibadah akan jadi sia-sia. Hanya satu ibadah yang tidak memiliki batasan, yakni berzikir.

Allah berfirman, “Maka apabila engkau telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah di waktu berdiri, duduk dan berbaring…” (QS 4: 103). Dalam ayat lain Allah memerintahkan, “Hai orang-orang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang banyak.” (QS 33: 41). Ayat-ayat itu tidak memberi batasan dalam berzikir, bahkan menyuruh kita berzikir sebanyak-banyaknya.

Zikir secara harfiah dan sederhana adalah mengingat Allah. Itu berarti kita harus melupakan ego, dunia, hasrat, impian, eksistensi kita sendiri dan semua yang bisa mengganggu kehadiran Allah dalam kalbu kita. Hanya dengan cara seperti itulah zikir atau tindakan mengingat Allah itu menjadi murni dan sempurna.

Zikir bukan hanya mengingat Allah Maha Suci yang jauh dari kehidupan kita, melainkan juga dengan mengingat semua karunia yang Allah limpahkan. Dan ini berarti zikir berhubungan langsung dengan bagaimana kita memaknai semua aspek dan fase hidup kita sendiri; bagaimana kita merangkai titik-titik masa lalu dalam rangka menemukan betapa besar rahmat, karunia dan perhatian Allah pada kita.

Orang yang berzikir bisa melihat betapa besar hikmah di balik tiap kejadian yang telah berlalu dalam hidupnya. Setelah itu, timbul upaya mengambil hikmah dan bersyukur. Sejak sekarang kita bisa mulai berzikir dan mengingat-ingat kembali seluruh karunia Allah kepada kita, agar di akhir setiap zikir itu kita mengungkapkan syukur dan pujian kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang.

 

[islamindonesia]

Syafaat Rasulullah untuk Seluruh Umat

RASULULLAH shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Saya adalah pemimpin semua orang pada hari kiamat. Tahukah kalian sebabnya apa? Allah Subhanahu wa Taala mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang akhir di suatu dataran tinggi. Mereka dapat dilihat oleh orang yang melihat dan dapat mendengar orang yang memanggil. Matahari dekat sekali dari mereka. Semua orang mengalami kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak mampu memikulnya. Lantas orang-orang berkata, Apakah kalian tidak tahu sampai sejauh mana yang kalian alami ini? Apakah kalian tidak memikirkan siapa yang dapat memohonkan syafaat kepada Rabb untuk kalian? Lantas sebagian orang berkata kepada sebagian lain, Ayah kalian semua, Nabi Adam alaihissalam.

Mereka pun mendatangi beliau, lalu mereka berkata, Wahai Nabi Adam! Engkau adalah ayah semua manusia. Allah Subhanahu wa Taala menciptakanmu dengan kekuasaan-Nya dan meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuhmu. Allah Subhanahu wa Taala juga memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud, sehingga mereka pun bersujud kepadamu. Di samping itu, Allah Subhanahu wa Taala memberikan tempat tinggal kepadamu di surga. Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami? Bukankah engkau tahu apa yang kami alami dan sampai sejauh apa menimpa kami? Nabi Adam alaihissalam menjawab, Sungguh hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah

Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, Dia melarangku akan suatu pohon, tetapi saya berbuat maksiat. Diriku, diriku, diriku. Pergilah ke selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh alaihissalam.

Lantas mereka mendatangi Nabi Nuh alaihissalam, lalu mereka berkata, Wahai

Nuh! Engkaulah Rasul pertama di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Taala telah menyebut dirimu hamba yang banyak bersyukur. Bukankah engkau mengetahui apa yang sedang kita alami sekarang? Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami? Nabi Nuh alaihissalam menjawab, Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya.

Sungguh, saya mempunyai suatu dosa mustajab yang telah saya gunakan untuk mendoakan kebinasaan pada kaumku. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Ibrahim alaihissalam.

Kemudian mereka pun mendatangi Nabi Ibrahim alaihissalam, lalu mereka bertanya, Wahai Ibrahim! Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih Allah di antara penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kami. Bukankah engkau telah mengetahui keadaan yang sedang kami alami? Lalu Nabi Ibrahim alaihissalam menjawab, Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah

Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sesungguhnya saya pernah berdusta sebanyak tiga kali. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Musa alaihissalam.

Selanjutnya mereka mendatangi Nabi Musa alaihissalam, lalu mereka berkata,

Wahai Nabi Musa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala telah memberi keutamaan kepadamu dengan kerasulan dan kalam-Nya yang melebihi orang lain. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?

Lantas Nabi Musa alaihissalam menjawab, Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, saya pernah membunuh seorang manusia padahal saya tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Isa alaihissalam.

Setalah itu, mereka pun mendatangi Nabi Isa alaihissalam, lalu mereka berkata,

Wahai Nabi Isa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Taala dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Engkau dapat berbicara dengan orang-orang ketika masih dalam buaian. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita.

Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami? Lantas Nabi Isa alaihissalam menjawab, Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah

Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Nabi Isa tidak menyebutkan dosa yang diperbuatnya. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Lalu mereka mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, selanjutnya mereka berkata, Wahai Muhammad! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Taala dan penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Taala telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang. Mohonkanlah syafaat kepada

Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami? Lantas saya berangkat hingga saya sampai di bawah Arsy. Kemudian saya bersujud kepada Rabbku. Lantas Allah Subhanahu wa Taala ajarkan padaku pujian-pujian kepada-Nya serta keindahan sanjungan terhadap-Nya yang belum pernah Dia ajarkan kepada selain diriku. Lalu dikatakan, Wahai Muhammad!

Angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan, niscaya permohonanmu dikabulkan. Mohonlah syafaat, pastilah akan diterima syafaatmu. Selanjutnya aku mengangkat kepalaku, lalu saya berkata, Ummatku, wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku, ummatku wahai Rabbku! Lantas dikatakan, Wahai Muhammad!

Masukkanlah umatmu yang tidak perlu dihisab dari pintu surga ke sebelah kanan. Mereka juga sama dengan orang-orang lain di selain pintu tersebut.

Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Demi Dzat yang menguasai diriku, sesungguhnya jarak anara dua daun pintu dari beberapa daun pintu surga sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar atau antara Mekah dan Bushra.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

[Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah/KisahMuslim]

MOZAIK

 

—————————————————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!
—————————————————————-

Menaati Rasulullah Menaati Allah

Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda,

“Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian, hingga ia lebih mencintaiku daripada orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR. Al-Bukhari, no 15 dan Muslim, no. 44).

Mendengar sabda Nabi di atas, para sahabat mencurahkan kecintaan yang besar kepada sang Rasul shallallahu alaih wasallam, melebihi cinta mereka kepada keluarganya. Mereka lebih mementingkan kecintaan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, daripada selainnya. Inilah prinsip hidup para sahabat -semoga Allah meridhoi mereka.

Mereka begitu faham pengaruh cinta dalam kehidupan. Cinta akan memicu seorang, untuk selalu patuh dan tunduk kepada orang yang dicintai, yaitu Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Dalam Alquran, Allah taala telah menekankan hal ini. Yang menunjukkan pentingnya kepatuhan dan tunduk terhadap perintah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Bahkan AllahTaala mengaitkan ketaatan kepada-Nya, dengan ketaatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebagaimana dalam firman-Nya,

“Barangsiapa yang menaati rasul, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (An Nisa: 80)

Artinya, barangsiapa yang bermaksiat kepada sang Rasul shallallahu alaihi wasallam, itu artinya dia telah bermaksiat kepada Allah subhanahu wa taala.

Para sahabat begitu sadar, bahwa cinta ibarat tali yang kuat, yang mengeratkan ikatan hati, antara mereka dan Rasulullahshallallahu alaihi wasallam. Dengan kecintaan yang tulus inilah, mereka hendak menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah taala berfirman,

“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah kemenangan yang besar.” (An Nisa: 13)

Memang, hubungan antara cinta, taat, tunduk dan patuh amatlah erat. Kata-kata ini tidak bisa dipisahkan. Semakin tinggi frekuensi cinta, semakin tinggi pula tingkat kepatuhan dan ketundukannya kepada yang ia cintai. Sebaliknya, saat frekuensi cinta berkurang, maka semakin rendah tingkat kepatuhan dan ketundukan terhadap perintah maupun larangan beliau.

Tanda Cinta

Cinta kepada sesutu apapun, mesti ada bukti. Ketika Anda mencintai rumah, pasti Anda akan senantiasa menjaga, merawat dan membersihkannya. Dan Anda akan marah bila ada orang yang mengotorinya. Saat Anda mencintai anak Anda, maka Anda akan mendidik, membimbing dan mengayominya. Demikian pula kecintaan kepada Rasulullahshallallahu alaihi wasallam. Ia juga memiliki tanda-tanda. Sebagai bukti Ketulusan dan kejujuran cintanya kepada beliau; bukan sekedar dakwaan atau bualan belaka.

Di antara bukti kejujuran cinta tersebut tersebut adalah, berpegang teguh dengan sunnahnya (jejak kehidupannya), serta memuliakan para pengikut sunnahnya (penghulunya adalah sahabat-sahabat beliau), memperbanyak shalawat untuknya, rindu berjumpa dengannya, cinta kepada orang-orang yang dicintainya dan benci kepada orang-orang yang dibencinya. (Makanat as-Sunnah an-Nabawiyah, hal 41).

Cinta yang Proposional

Ketahuilah, sesungguhnya cinta para sahabat kepada Rasulullah shallallahu alaih wasallam adalah cinta yang proposional. Maksudnya adalah, pertengahan antara cintanya orang yang melampaui batas dan cintanya orang yang menyepelekan atau teledor dalam hal kecintaan kepada Nabi. Berikut Ini kami paparkan tiga golongan manusia dalam hal kecintaan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam:

Pertama, orang yang melampaui batas dalam hal kecintaan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seperti orang-orang yang terlalu berlebihan dalam mengekspresikan kecintaannya kepada Nabi. Dampaknya adalah ekspresi cinta yang melampaui batas syari. Akhirnya mereka membuat ibadah-ibadah baru yang tak pernah dituntunkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seperti perayaan maulid Nabi, dengan dalih bahwa ini adalah ekspresi kecintaan mereka kepada Nabi shallallahualaihiwasallam. Ini yang pertama.

Kedua, mereka yang lebih mendahulukan kecintaan kepada selain beliau, daripada kecintaan kepada beliau. Akibatnya, akan menimbulkan dampak negatif yang mereka alami dalam kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Contohnya adalah, orang-orang yang mengaku mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam. Namun saat ada perkataan tokoh atau kiyai mereka, yang menyelisihi perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam, mereka lebih mendahulukan perkataan kiyainya tersebut.

Ketiga, merekalah para sahabat radhiyallahuanhum. Setiap muslim yang menginginkan kejujuran dalam cintanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, hendaklah ia mengikuti jejak mereka dalam mewujudkan cinta hakiki tersebut. Para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, mereka tidak melampaui batas dalam kecintaan mereka, tidak pula seperti orang-orang yang teledor dan menyepelekan kecintaan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. (Lihat Makanat as-Sunnah an-Nabawiyah, hal 38).

Potret Cinta Sahabat Kepada Nabi

Pembaca yang budiman, mari sejenak melihat kembali perjalanan hidup generasi terbaik umat ini. Yaitu para sahabat radhiyallahu anhum. Untuk memetik pelajaran-pelajaran berharga dari keindahan perilaku mereka, keluhuran adab dan akhlak mereka.

Pernakah terbayang di benak Anda, bagaimana gambaran cinta dan pengagungan sahabat-sahabat kepada beliau?

Meski kata-kata tak kuasa untuk melukiskan hakikat cinta mereka yang begitu jujur dan agung. Namun, tak mengapa sedikit membaca kisah-kisah menakjudkan, dari gambaran cinta mereka tersebut:

Abu Sufyan, salah seorang yang pernah menjadi musuh besar Nabi SAW, menuturkan tentang kenyataan yang ia soal persahabatan rasul Muhammad shallallahu alaihi wasallam dengan para sahabat, “Aku belum melihat seorang pun yang mencintai orang lain, seperti cintanya sahabat-sahabat Muhammad -shallallahualaihiwasallam- kepadanya.” (Abu Nuaim, Marifat ah-Shahabah, jilid 3/1183-1184 ).

Ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu ditanya, “Bagaimana cinta kalian kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam?”. Beliau menjawab,”Demi Allah, beliau lebih kami cintai dari harta, anak, ayah, dan ibu kami. Bahkan lebih (kami cintai) dari air segar di waktu dahaga.” (Al-Qadhi Iyadh, asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, jilid 2/52).

Kisah Urwah bin Masud yang masyhur. Ketika kaum Quraisy mengutusnya dalam rangka melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, di Hudaibiyah. Saat perjumpaannya dengan Nabi dan kaum muslimin, ia mendapati sebuah sikap yang menakjudkan hatinya, dari para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sepulangnya Urwah ke Makkah, ia pun berkata di hadapan kaum Quraisy, “Wahai kaum Quraisy.. Demi Allah, aku telah diutus kepada para raja sebagai delegasi kalian. (Aku diutus) kepada Kishar (raja negeri Roma), Kisra (raja negeri persia), begitu pula Najasyi (raja negeri Habasyah). Namun demi Allah, aku belum pernah melihat seorang raja pun yang diagungkan oleh pengikutnya, seperti pengagungan yang dilakukan para sahabat Muhammad kepadanya.Demi Allah, jika ia (Muhammad) berdahak, pasti dahak itu akan jatuh di tangan salah seorang mereka. Lalu mereka usapkan ke wajah dan kulit mereka. Jika mereka mendapat perintah darinya, maka mereka akan segera melaksanakan perintah tersebut.

Jika ia selesai berwudu, hampir-hampir mereka bersengketa karena saling berebut sisa air wudhunya. Jika ia berbicara, sahabat-sahabatnya merendahkan suara di hadapannya. Tak ada seorang pun yang memandangnya dengan pandangan yang tajam. Hal ini karena mereka begitu menghormatinya.” (Al-Bukhari, no 2731).

Karena dorongan cinta yang tulus, kepada Nabi shallallahu alaih wasallam, sampai-sampai seorang sahabat yang bernama Rabiah bin Kaab Al-Aslami radhiyallahu anhu, rela menjadi pelayan beliau, demi bisa menjadi pendamping beliau di surga. Rabiah bercerita, “Suatu malam aku menginap di rumah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Akupun menyediakan air wudhu untuknya serta memenuhi kebutuhan beliau. Lalu beliau bertanya, “Memohonlah..”. “Aku ingin menemanimu di surga.” pintaku. Beliau menjawab,”Tak adakah yang selain itu?”. “Tidak,” Jawabku. Beliau lantas bersabda, “Perbanyaklah sujud, agar dapat membantuku mewujudkan keinginanmu.” (Muslim, no 489)

Karena ketulusan cinta, para sahabat selalu ingin meniru tingkahlaku beliau.Dikisahkan bahwa, Rasulullah shallallahu alaihi wasallampernah memiliki sebuah cincin yang terbuat dari emas. Melihat beliau memakai cincin emas, maka para sahabatpun ikut mengenakan cincin emas. Kemudian ketika beliau membuang cincin itu (karena adanya larangan memakai cincin emas bagi laki-laki), seraya bersabda, “Aku tak akan memakai cincin emas lagi untuk selamanya.” maka merekapun langsung membuang cincin-cincin tersebut. (Al-Bukhari, no 5866).

Demikianlah, kepatuhan yang luar biasa. Pengagungan terhadap sunah yang tak ada bandingnya. Serta kerinduan yang selalu hadir dalam hati suci mereka kepada kekasih yang paling dicintai. Ini tidak lain adalah buah daripada cinta yang jujur dan tulus kepada Sang Rasul.

Semoga Allah meridai seluruh sahabat dan menyediakan kehidupan kekal abadi di surga-Nya bersama kekasih Muhammad shallallahu alaihi wasallam.Wasallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shahbihi wasallam.

 

[Abu Huraerah Al Faluwy/muslimorid]