Aku tak Mampu Lagi Menahan Beban Kesedihanku

SEORANG lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui Imam Ali bin Abi tholib, ia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”

Imam menjawab, “Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah !”

Lelaki itu berkata, “Ya, tanyakanlah !”

“Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini?” kata Imam.

“Tentu tidak” jawabnya.

“Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini?” tanya Imam.

“Tidak juga” jawabnya.

Lalu Imam berkata, “Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi?”

“Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas urusan dunia..

Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan. Tersenyumlah! karena rezekimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur.

Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur.”

Kemudian Sayidina Ali bin Abi tholib meneruskan ungkapannya, “Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan. Keduanya adalah nikmat jika ia sadari.”

Di balik kemudahan ada rasa syukur. Sementara Allah berfirman, “Allah akan Memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS.Ali Imran: 144)

Dan di balik kesulitan ada kesabaran. Allah berfirman, “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS.Az-Zumar: 10)

Bagi seorang mukmin, kesulitan dan kemudahan adalah ladang untuk menabung pahala dan hadiah dari Allah swt. Lalu kenapa masih bersedih? Jangan selalu mengeluh Ohh kesedihanku begitu besar. Tapi katakan pada kesedihan itu Sungguh aku punya Allah yang Maha Besar. [ ]

 

MOZAIK

Minum Air Zamzam dengan Siapkan Niat

عَنْ جَابِر قالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم:  مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ -ابن ماجه

Dari Jabir Radhiyallahu anhu, bahwasannya  Rasulullah Shallallahu Ailihi Wasallam bersabda, yang artinya, ”Air zamzam, diminum sesuai dengan tujuannya.” (Riwayat Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Hafidz Ad Dimyathi dan lainnya)

Al Munawi menjelasakan bahwasannya air zamzam merupakan air minum dan sarana pertolongan dari Allah untuk putra kekasih-Nya, yakni Ibrahim Alaihissalam, maka ia tetap menjadi sarana pertolongan bagi orang-orang setelahnya. Barang siapa meminumnya dengan ikhlas maka ia memperoleh pertolongan. (Faidh Al Qadir, 5/404)

Dan hadits itu berlaku umum, maka barang siapa meminumnya dengan niat agar hilang dahaga, maka hilanglah dahaga, barang siapa minum dengan tujuan terhindar dari lapar, maka hilanglah lapar, barang siapa minum agar sembuh dari penyakit, maka sembuhlah ia. (Nawadir Al Ushul, hal. 341)

 

HIDAYATULLAH

Rasulullah: Yang tak Ikuti Jalanku, Bukan Umatku

SEPULANG dari sebuah konferensi mengenai Islam, seorang sahabat saya mengajukan pertanyaan, “Apakah dalam konferensi semacam itu juga disebarkan paham ekstremisme?”

Pertanyaan sahabat yang non-muslim itu saya jawab tentu saja dengan mengatakan ekstremisme tidak ada dalam agenda konferensi. Aku juga mengambil kesempatan itu untuk menjelaskan kepadanya, bahwa alih-alih menganjurkan ekstremisme, Islam sebenarnya mengharapkan umatnya untuk menjadi “umat pertengahan”. Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran:

“Dan demikianlah (sebagai mana Kami telah memimpin kamu ke jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai umat Muhammad) ummatan wasathan, supaya kamu layak menjadi saksi yang memberi keterangan kepada manusia (tentang yang benar dan yang salah), dan Rasulullah(Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu.” (QS. 2: 143)

Kata “wasathan” dalam Bahasa Arab dapat diartikan dengan beberapa makna: adil, seimbang, pertengahan (moderat), dan terbaik (pilihan). Ayat ini dengan jelas menerangkan umat Muslim sebagaimana dikehendaki Allah Swt, yaitu menjadi umat yang moderat dan seimbang, sehingga mereka mampu menjadi “saksi” atau teladan bagi umat yang lain.

Lantas seperti apakah umat “pertengahan” yang dimaksud dalam ayat tersebut? Salah satu cara paling mudah menjelaskan sesuatu adalah membandingkannya dengan gambaran tentang lawan dari sesuatu itu. Untuk itu, dalam menjelaskan pertengahan, mari kita pelajari terlebih dulu ekstremisme.

Ekstremisme adalah sebuah keyakinan yang sangat jauh dari apa yang diyakini kebanyakan orang sebagai kebenaran atau sesuatu yang masuk akal. Ia bisa saja sesuatu yang terlalu liberal, atau terlalu keras dalam pemahamannya mengenai Islam. Yang pasti, keduanya sama-sama mencemari gambaran Islam dengan caranya masing-masing.

Dalam sebuah kisah, tiga laki-laki menanyakan kepada istri Nabi tentang kebiasaan Nabi Muhammad Saw dalam beribadah. Seorang di antara mereka bersumpah akan melakukan salat sepanjang malam, berpuasa setiap hari, bahkan menyatakan tidak akan menikah demi mementingkan ibadah kepada Allah.

Mendengar hal itu, Rasulullah bersabda: “Demi Allah, akulah yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan aku yang lebih tahu tentang Allah pula, aku berpuasa tetapi tidak setiap hari, aku salat tapi tidak sepanjang malam, dan aku pun menikah; siapa yang tidak mengikuti jalanku, bukanlah umatku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi juga mengingatkan para sahabat untuk tidak berlebihan (ekstrem), dan selalu menganjurkan untuk melakukan segala sesuatu secara sepantasnya. Saat dihadapkan pada dua pilihan, Nabi selalu memilih yang paling mudah, selama ia tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Tuhan tidak menghendaki kesulitan dan beban bagi umatNya. Beriman kepadaNya, mengingat dan beribadah kepadaNya dan berbuat baik pada sesamaitulah kewajiban dasar harian yang diminta Allah kepada hambaNya (selain kewajiban lain seperti puasa Ramadhan, misalnya, yang dilaksanakan setahun sekali).

Saat ingin menambahkan sesuatu perbuatan ibadah, hendaklah kita mengingat sabda Rasulullah Saw.:”Perbuatan baik seseorang tak akan mampu memasukkannya ke dalam surga (maksud Rasulullah adalah, tak seorang pun masuk surga hanya karena perbuatan baiknya).”

Para sahabat bertanya:”Bahkan jika orang itu paduka, ya Rasulullah?”

Nabi menjawab:”Bahkan diriku. Kecuali jika Allah melimpahkan belah kasihNya padaku.” (HR. Bukhari)

Lalu saat istri beliau, Aisyah, bertanya perbuatan apa yang dicintai Allah, Rasulullah menjawab,”Perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, meskipun kecil.” Lalu tambahnya: “Lakukan sesuatu yang mampu kalian lakukan.” (HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah juga menekankan bahwa melakukan segala sesuatu secara selayaknya/pertengahan menjadi kunci mencapai tujuan. Sabdanya: “Lakukan amal shalih secara semestinya, dengan ikhlas dan sewajarnya. Pilihlah jalan pertengahan, dengan demikian kamu akan meraih tujuan (surga).” (HR. Bukhari)

Dari berbagai sabda Rasulullah tersebut kita temukan bahwa kombinasi keyakinan akan kasih sayang Allah, konsistensi amal, dan sifat pertengahan dalam melaksanakan ibadah, merupakan cara terbaik seorang Muslim mencapai tujuan agamanya. Ini berarti bila seorang Muslim ingin meningkatkan ibadahnya, maka hal itu harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berusaha untuk selalu konsisten. Dan yang penting, dia harus secara realistis mengukur kemampuan dirinya agar jangan sampai ibadah-ibadah tambahan tersebut malah membuatnya merasa berat dan terbebani.

Perjalanan spiritual seorang Muslim memerlukan upaya jasmani maupun ruhani. Karenanya, kita harus memadukan peningkatan tindakan kita dengan peningkatan pengetahuan spiritual kita. Peningkatan kadar ibadah akan terasa lebih ringan ketika dilakukan seiring peningkatan keimanan kepada Allah, ketimbang hanya didasarkan pada rasa pemenuhan kewajiban dan tugas semata.

Terakhir, kita harus ingat bahwa pada saat kita berupaya mendekat kepada Allah, Dia pun akan memberikan dukungan dan kemudahan kepada kita. Nabi Muhammad Saw. menyatakan sebuah hadis Qudsi: “Aku sebagaimana persangkaan hambaKu. Aku bersamanya saat ia mengingatKu. Aku menyebutnya saat ia menyebut namaKu. Jika hamba-Ku mendekati-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya satu hasta, dan jika dia mendekati-Ku satu hasta Aku akan mendekatinya satu depa. Jika dia datang pada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya sambil berlari.”[]

 

MOZAIK

Fakta-Fakta Menarik tentang Ka’bah (2-Habis)

Ka’bah adalah tempat paling suci dari semua situs Islam di dunia. Bangunan itu terletak di pusat Masjid al-Haram Makkah, Arab Saudi.

Posisinya sebagai kiblat, mengharuskan umat Islam di seluruh penjuru dunia menghadap ke Ka’bah saat menunaikan shalat. Berikut adalah beberapa fakta tentang Ka’bah yang mungkin jarang diketahui orang, seperti dilansir laman World Bulletin:

Hajar Aswad yang ada sekarang sudah dalam keadaan rusak
Hajar Aswad adalah batu yang berada pada salah satu sisi Ka’bah. Umat Islam disunahkan untuk menciumnya, jika mampu melakukannya pada salah satu manasik haji dan umrah. Menurut riwayat, Hajar Aswad dulunya adalah sebongkah batu besar berwarna putih. Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam,” (HR Ahmad).

Namun, saat ini batu itu telah terpecah menjadi sekitar delapan keping dengan berbagai ukuran. Batu-batu itu dikumpulkan dan diikat dengan lingkaran perak. Ada beberapa peristiwa yang menyebabkan kerusakan Hajar Aswad. Di antaranya adalah bencana banjir, pengepungan Ka’bah oleh sekte Syiah pimpinan Abu Thahir al-Janabi (pada musim haji 317 Hijrah), dan bahkan penjarahan!

Keluarga asy-Syaibi selalu menjadi penjaga Ka’bah
Bukankah menakjubkan bahwa hanya ada satu keluarga yang menjadi juru kunci sekaligus penjaga Ka’bah sejak zaman pra-Islam? Ya, itulah keluarga asy-Syaibi atau juga dikenal dengan Bani Syaibah. Mereka telah menjaga dan merawat Ka’bah secara turun-temurun selama 15 abad terakhir! Kunci Ka’bah diwarisi oleh anggota tertua dalam keluarga itu.

Upacara pembersihan Ka’bah diadakan dua kali setahun
Upacara pembersihan Ka’bah diadakan dua kali dalam setahun, yaitu pada Bulan Sya’ban dan Zulqa’dah. Kegiatan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga asy-Syaibi. Untuk membersihkan Ka’bah, mereka menyiapkan campuran pembersih khusus yang terdiri dari dari air zamzam, air mancur Taif, dan minyak gaharu yang sangat mahal harganya. Gubernur Makkah biasanya mengundang beberapa pejabat untuk berpartisipasi dalam upacara pembersihan Baitullah tersebut.

Pintu Ka’bah dulu terbuka untuk umum
Awalnya, Ka’bah terbuka agar semua orang masuk dan berdoa masuk. Karena jumlah peziarah yang ingin masuk ke dalam meningkat, Ka’bah tidak bisa lagi terjangkau oleh semua orang. Sekarang sesekali dibuka untuk tamu istimewa.

Kegiatan tawaf di sekitar Ka’bah tidak pernah berhenti
Salah satu hal yang paling luar biasa tentang Ka’bah adalah, aktivitas tawaf di sekitar Baitullah ini tidak pernah berhenti kecuali ketika shalat berjamaah tengah dilangsungkan. Bahkan, ketika Masjid al-Haram sedang dilanda banjir pun, orang-orang tetap melakukan tawaf di sekeliling Ka’bah sambil berenang.

 

REPUBLIKA

Fakta-Fakta Menarik tentang Ka’bah (1)

Ka’bah adalah tempat paling suci dari semua situs Islam di dunia. Bangunan itu terletak di pusat Masjid al-Haram Makkah, Arab Saudi.

Posisinya sebagai kiblat, mengharuskan umat Islam di seluruh penjuru dunia menghadap ke Ka’bah saat menunaikan shalat. Berikut adalah beberapa fakta tentang Ka’bah yang mungkin jarang diketahui orang, seperti dilansir laman World Bulletin:

Ka’bah telah direkonstruksi berulang kali
Ka’bah pernah mengalami kerusakan akibat bencana alam seperti banjir dan juga faktor-faktor lainnya, sehingga membuatnya dibangun ulang beberapa kali. Kebanyakan sejarawan mengklaim bahwa Ka’bah telah direkonstruksi sekitar 12 kali. Renovasi terakhir terjadi pada 1996 dengan menggunakan teknologi terbaru untuk memperkuat bangunan tersebut dari bencana. Menurut keyakinan Islam, ada beberapa nabi yang turut berpartisipasi dalam pembangunan Ka’bah. Mereka adalah Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Warna kiswah Ka’bah tidak selalu hitam
Kiswah adalah kain hitam yang menutupi Ka’bah. Tapi tahukah Anda bahwa kain pelindung bangunan suci itu tidak selalu berwarna hitam seperti yang biasa kita saksikan sekarang?

Tradisi menutupi Ka’bah dengan kiswah dimulai pada masa pemerintahan Bani Jurhum (salah satu suku tertua di Arab). Kemudian, Nabi Muhammad SAW melapisi Ka’bah dengan kain putih dari Yaman. Sepeninggal Rasulullah SAW, kiswah yang digunakan pada masa pemerintahan para khalifah Islam cukup variatif warnanya. Di antaranya adalah kiswah merah, hijau, dan putih. Pemerintah Dinasti Abbasiyah akhirnya memutuskan warna hitam untuk mengakhiri perubahan warna kiswah yang terlalu sering itu. Sejak itulah, kiswah hitam terus digunakan untuk menutupi Ka’bah sampai sekarang.

Bentuk Ka’bah telah berubah
Ka’bah awalnya berbentuk huruf latin D kapital, sesuai dengan pondasi yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah berabad-abad berikutnya, desain bangunan suci itu berubah menjadi bentuk kubus saat dibangun ulang oleh suku Quraisy, sebelum datangnya risalah Islam yang dibawakan Rasulullah SAW.

Perubahan bentuk Ka’bah pada masa itu terjadi dikarenakan orang-orang Quraisy tidak mampu membangun kembali keseluruhan struktur bangunannya, karena kekurangan dana. Ruang yang ditinggalkan disebut Hatim sekarang – ditandai dengan dinding kecil.

Ka’bah dulu memiliki lebih dari satu pintu
Pada mulanya, Ka’bah memiliki dua pintu. Yang satu digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan yang lainnya adalah pintu keluar. Tak hanya itu, Ka’bah dulu juga mempunyai jendela pada salah satu dindingnya. Ka’bah yang kita saksikan sekarang hanya memiliki satu pintu dan tanpa jendela, meskipun ada pintu lainnya yang terdapat di dalam bangunan itu yang digunakan sebagai akses menuju atap.

Apa saja yang ada di dalam Ka’bah?
Bagian interior Ka’bah ditopang oleh tiga tiang, dengan sebuah lentera yang menggantung di antara ketiganya. Di atas lantai, di antara tiang-tiang itu itu, ada meja kecil untuk tempat parfum. Sejumlah plakat terlihat menggantung di dinding dalam Ka’bah, mengingatkan kita kepada para penguasa yang pernah memperbaiki bangunan suci umat Islam tersebut. Pada bagian atas dinding dalam Baitullah itu, membentang kain hijau yang disulam dengan ayat-ayat Alquran. Sementara, di bagian kanan pintu masuk Ka’bah, terdapat pintu emas yang disebut Bab at-Taubah, yang membuka akses tangga menuju atap

 

REPUBLIKA

Pentingnya Kesungguhan dalam Kebaikan

عن أنس رضي الله عنه عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربّه عز وجل قَالَ: ((إِذَا تَقَربَ العَبْدُ إلَيَّ شِبْرًا تَقَربْتُ إِلَيْه ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ إلَيَّ ذِرَاعًا تَقَربْتُ مِنهُ بَاعًا، وِإذَا أتَانِي يَمشي أتَيْتُهُ هَرْوَلَةً)). رواه البخاري.

Dari Anas r.a. dari Nabi sholallahu alaihi wassalam dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya ‘Azzawajalla, firmanNya – ini juga Hadis Qudsi :

“Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas.” (Riwayat Bukhari)

 

HIDAYATULLAH

Kuota Haji Bisa Naik Jadi 300 Ribu, Mau dan Siapkah Indonesia?

Menyelenggarakan haji bukan hal gampang. Ada ratusan ribu orang yang dipindahkan dari Tanah Air ke Arab Saudi. Pemondokan, katering, alur gerak jemaah mengikuti tahapan beribadah, hingga kepulangan jemaah ke Tanah Air, harus lancar. Jika kuota haji bertambah, mau dan siapkah Indonesia?

Kemungkinan penambahan kuota haji disampaikan Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. Agus yang juga Wakil Tetap RI untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI), mengatakan kuota haji RI bisa bertambah dengan cara mengambil jatah dari anggota OKI yang tak terpakai.

“Ada 2 cara (untuk penambahan kuota haji). Pertama minta langsung ke Kerajaan (Saudi). Skema kedua, kita nego anggota OKI, terutama negara Afrika,” jelas Agus saat melepas jemaah kelompok terbang (kloter) 01 Embarkasi Solo (SOC 01) di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Rabu (6/9/2017).

Sekadar diketahui kuota haji Indonesia tahun ini 211 ribu. Ada tambahan 10 ribu atas lobi Presiden Joko Widodo, sehingga total 221 ribu. Jumlah ini menjadi Indonesia sebagai negara pengirim jemaah haji terbanyak di dunia. Tahun lalu hanya 168 ribu.

Dengan kuota 200 ribuan, daftar tunggu haji di Indonesia cukup lama. Di sejumlah daerah, daftar tunggu lebih dari 10 tahun. Bahkan sampai 20 tahun.

Agus mengatakan menambah kuota sangat mungkin. Dalam hitungannya, kuota bisa ditingkatkan hingga 300 ribu. Yang perlu dipikirkan adalah kesiapan pemerintah. Juga kondisi Mina.

“Harus rasional dengan kondisi Mina,” jelasnya.

Mina termasuk titik krusial penyelenggaraan haji. Di tempat tersebut, jemaah menginap sebelum melempar jumrah. Tahun ini, karena banyaknya jemaah, tenda overload. Jemaah berdesakan. Sampai-sampai Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memprotes penyelenggara haji Saudi, Muassasah dan Maktab.

Soal kesiapan pemerintah, Agus dalam sebuah kesempatan sebelumnya menyebutkan menangani 300 ribu jemaah bukan hal perkara mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari petugas, penerbangan, hingga penanganan di Tanah Suci.

“Kalau mau, pembicaraannya (negosiasi penambahan kuota) high level. Presiden ke Raja (Salman) atau Kerajaan. Kalau saya, hanya membantu. Tapi mau dan siapkah kita?” kata pria kelahiran Semarang ini.

Agus mengaku hubungan Saudi dan RI kian baik. Salah satu buktinya, Raja Salman berkunjung ke Indonesia. Hubungan ini bisa diharapkan saling memberi manfaat, termasuk di antaranya soal penyelenggaraan haji. Tapi kembali lagi, maukah RI menambah kuota? Dan, siapkah? (try/dkp)

Detik.com

 

Apa itu Surat Mufashshal?

Apa itu sebenarnya surat mufashshal? Apa kaitannya dengan banyaknya jumlah basmalah?

Ibnu Muflih dalam Al-Aadab Asy-Syar’iyah mengungkapkan,

“Mengenai pemberian nama surat dengan nama mufashshal (dipisah) ini,  ada empat pendapat yang berbeda dari ulama yaitu karena sebagiannya dipisah dengan sebagian lainnya. Karena banyaknya pemisah antara surat-surat ini ada dalam surat-surat ini karena sedikitnya ayat yang dimansukh dalam surat ini.”

Dalam Syarh Muslim, Imam An-Nawawi menjelaskan, “Dinamakan mufashshal karena surat-suratnya pendek dan pemisahan satu dengan lainnya dekat.”

Dalam Al-Itqan, Imam As-Suyuthi mengatakan, “Dinamakan mufashshal karena banyak pemisah antar surat dengan menggunakan basmalah. Ada juga yang mengatakan karena sedikitnya ayat yang dimansukh dalam surat ini dan karena hal ini ia juga dinamakan muhkam.”

Pendapat yang dikemukakan As-Suyuthi ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Said bin Jubair yang mengatakan,  “Surat yang kalian sebut sebagai mufashshal adalah surat muhkam.”

Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan bahwasanya Ibnu Abbas berkata, “Saat Rasulullah wafat, aku berusia sepuluh tahun dan sedang menghafalkan surat-surat muhkam.”

Dalam Al-Itqan, Imam As-Suyuthi mengatakan, “Faedah surat-surat mufashshal ada yang panjang, ada yang pendek dan ada yang sedang.”

Ibnu Ma’in mengatakan,  “Surat mufashshal yang panjang sampai surat ‘Amma (An-Naba’) yang sedang sampai Ad-Dhuha dan yang pendek hingga akhir Alquran. Pendapat inilah yang paling mendekati benar.”

Wallahua’lam.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Kisah Haru Dua Sejoli yang Wafat di Tanah Suci

Pesan singkat yang masuk ke telepon Siti Nur Hayati, menggetarkan hatinya. Seketika tubuhnya kaku, air matanya mengalir membaca pesan itu.

Pesan singkat itu berisi kabar duka yang ditulis kerabat orang tuanya di Tanah Suci Makkah. “Saya dapat WA, dikabari ibu meninggal,” Kata Nur mengisahkan kepergian orang tuanya pada Republika.co.id, Kamis (7/9) sore .

Ia pun meneruskan kabar duka itu pada saudara-saudaranya. Tak berapa lama, Nur bisa berkomunikasi dengan ayahnya yang juga berada di Makkah. Percakapan singkat itu diwarnai tangis, kepergian Hajah Sumiyati (72 tahun), atau akrab disapa mbah putri, membuat keluarga besar Nur berkabung hari itu.

Dari yang diceritakan ayahnya, Haji Soedarso, saat berkomunikasi ditelepon, mbah putri meninggal setelah melaksanakan ibadah lempar jumrah di Mina pada Sabtu (2/9) siang waktu Arab Saudi. Ia meninggal di tenda sesaat setelah berbincang dengan suaminya.

“Habis lempar jumrah itu Mbah Putri bilang pengen istirahat, lalu di temani Mbah Kakung ke tenda. Mbah Kakung pergi ke belakang sebentar, saat pulang ke tenda lagi dia bangunkan Mbah Putri, tapi Mbah Putri sudah meninggal,” terangnya.

Masih basah tangis duka keluarga besar Nur di kampung Gonilan, Kartasura, Sukoharjo, kabar duka kembali datang. Sehari setelah kepergian ibunya, kali ini, telepon dari sahabat dekat ayahnya di Tanah Suci mengabarkan kondisi Haji Soedarso yang terus menurun. Jamaah haji yang berusia 82 tahun itu harus mendapat perawatan khusus. Ayah Nur diinfus di pemondokan jamaah haji.

Selang beberapa jam, Haji Soedarso dikabarkan meninggal dunia. “Mbah Kakung pulang dari masjid habis Subuh lalu lemas badannya, sampai pemondokan diinfus. Jam sembilan pagi saya dikabari lagi, Mbah Kakung sudah tidak ada,” terang Nur.

Kepergian dua sejoli itu pun membuat duka seluruh rombongan jamaah haji Indonesia, khususnya teman-teman serombongan mbah kakung dan mbah putri dari Kelompok Terbang ke-36 asal Kota Solo. Jamaah kehilangan sosok sepasang suami istri yang selalu mengajarkan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan dan memberikan motivasi satu sama lainnya untuk kuat dalam menjalankan ibadah haji.

Kepala Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Kota Solo, Rosyid Ali Safitri menuturkan sejak awal keberangkatan kloter 36, dua sejoli itu menyita perhatian banyak orang. Rosyid menyaksikan betapa ikhlas dan sabarnya Soedarso mendampingi istrinya yang menggunakan kursi roda saat berangkat ke Tanah Suci.

Kabar yang diterimanya dari Makkah, suami istri yang tergolong jamaah berisiko tinggi (risti) itu sedikit pun tak melewatkan waktu untuk beribadah. Keduanya khusuk menjalani wukuf di Arafah, Mabid di Musdhalifah dan bermalam di Mina. Sudaraso dan Sumyati juga tak menyerah dengan kondisi panas di Tanah Suci yang menantang semangat setiap jamaah haji.

Rosyid mengungkapkan meski petugas pendamping haji membantu segala kebutuhan dan kepeluan jamaah, terlebih bagi Sumyati, namun Sudarso tetap turut mengurus segala keperluan istrinya yang duduk di kursi roda selama pelaksanaan ibadah haji. Mulai dari menyuapi saat makan, memandikan, hingga mengganti pakaian. Keduanya pun menjadi tauladan bagi jamaah lainnya.  “Ini jadi pelajaran bagi kita semua, kesetiaan mbah kakung terhadap istrinya,” kata Rosyid.

 

Secuil Perjuangan Haji Dua Sejoli

Sumyati dikenal warga sebagai sosok nenek yang enerjik. Meski sudah sepuh, ia masih mampu mengikuti senam yang diselenggarakan warga setiap akhir pekan. Ia juga menjadi penggerak warga kampung Gonilan untuk bahu membahu membangun taman kanak-kanak Aisiyah.

Sedangkan Soedarso adalah pensiunan pegawai negeri sipil. Ia juga salah satu tokoh yang disegani warga, Sudarso kerap memberikan wejangan-wejangan menyejukan saat berkumpul bersama warga sekitar.

Sudah lama, keduanya mendambakan bisa pergi melaksanakan rukun iman kelima, pergi haji ke Baitullah. Niat itu pun disampaikan pada putra-putrinya. Dengan secuil tabungannya, Soedarso meminta anak-anaknya agar membantu mewujudkan mimpi terbesarnya.

Pada 2011, keduanya pun mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji dari Kota Solo. Namun pada 2016, panggilan berangkat hanya ditujukan pada Soedarso. Ia pun menolak, dan memilih kesempatan berhaji tahun itu diberikan pada jamaah lainnya. Sebab Soedarso ingin ibadah hajinya dilakukan bersama-sama dengan istri tercintanya.

Do’a pasusi itu terkabul, ia kembali mendapat panggilan berangkat haji bersama istrinya di tahun berikutnya. Keduanya pun mempersiapkan segala sesuatunya. Penuh semangat Sumyati dan Soerdaso menjalani rentetan prosesi persiapan ibadah haji termasuk latihan manasik haji.

Namun sepekan jelang keberangkatan, Sumyati mendadak drop, tubuhnya lemah lunglai. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit. Meski sempat pesimistis, namun suaminya menguatkan. “Waktu di Rumah sakit Mbah Kakung terus yakinin Mbah Putri bisa berangkat haji. Dia bilang, ayo ta enteni, mangkat bareng mulih bareng, ndang mari. (Saya tunggu, berangkat bareng, pulang bareng, cepat sembuh),” tutur Putut Edi Surtosno, putra Soedarso dan Sumyati.

Kondisi Sumyati pun perlahan membaik, meski sejak saat itu ia harus duduk di kursi roda. Namun tak menyurutkan semangatnya untuk melaksanakan ibadah haji. Keduanya pun akhirnya bisa berangkat ke Makkah pada 7 Agustus lalu.

Dari Tanah Suci, keduanya pun sering mengirim kabar pada anak-anaknya. Sampai pada percakapan sebelum keduanya wafat, Soedarso dan Sumyati meminta putra putrinya itu agar membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan minuman, seraya memberi pesan agar menyambut baik setiap tamu yang datang kerumahnya saat keduanya telah selesai melaksanakan ibadah haji.

Tak lupa, anak-anaknya juga diminta untuk menjaga tali silaturahmi, rukun, dan saling mendoakan. “Setelah Mbah Putri wafat, Mbah Kakung kabarnya banyak diam. Jamaah banyak yang mengingatkan untuk bersabar dan iklas, tapi Mbah Kakung bilang, kula sampun ikhlas namung langkung sae menawi kula nderek mbah putri (Saya ini sudah iklas, tapi akan lebih bagus saya ikut istri saya),” katanya.

Almarhum Sumyati dan Sudarso di shalatkan di Masjidil Haram dan dimakamkan di Sarayya, Makkah. Selamat jalan Mbah.

REPUBLIKA

Kapan Sebaiknya Bersiwak? Tujuh Hadits Tentang Bersiwak

Banyak hadits yang menganjurkan untuk bersiwak, agar sunnah tersebut disukai dan kesenangan Nabi dalam bersiwak hingga detik-detik terakhir beliau.

Berikut hadits-hadits tentang siwak dan kapan sebaiknya bersiwak:

1. Ibnu Umar berkata, “Tidaklah Rasulullah tidur melainkan siwak ada di sampingnya. Bila beliau bangun, maka dia akan memulai aktivitas dengan bersiwak.” (HR. Ahmad; Al-Bukhari; Abu Ya’la; Ath-Thabarani; dan Imam lainnya; dianggap shahih oleh Al-Albani).

2. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tidak memberatkan mereka agar bersiwak untuk tiap sholat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Diriwayatkan dari Hudzaifah, “Bila Rasulullah bangun, beliau akan membersihkan mulut beliau dengan siwak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

4. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari, “Aku pernah mendatangi Nabi saat beliau sedang bersiwak dengan siwak basah; Ujung siwak berada di mulut beliau dan beliau bersuara ‘Uk.. Uk,” seakan beliau akan muntah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

5. Aisyah meriwayatkan, “Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq menghadap Nabi dan Nabi sedang bersandar di dadaku. Saat itu Abdurrahman membawa siwak yang digunakannya dan Nabi mengarahkan pandangan beliau menuju ke arah siwak tersebut. Aku pun mengambilnya dan membersihkannya lalu aku memberikannya kepada beliau. Setelah itu beliau terus menggunakannya dan aku tidak pernah melihat kesunnahan yang beliau lakukan yang lebih baik dari ini.” Dalam teks lain disebutkan, “Aku melihat beliau memperhatikan siwak itu dan aku tahu bahwa beliau menyukainya, maka aku berkata, ‘Apakah aku harus mengambilnya untukmu?’ Nabi mengangguk tanda setuju.” (HR. Al-Bukhari)

6. Abu Hurairah menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak berat atas umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka agar bersiwak untuk setiap kali wudlu.” (HR. Al-Bukhari; Ahmad; An-Nasai; Ibnu Khuzaimah dan Imam lainnya dengan sanad yang shahih); Al-Bukhari mengomentari hadits ini dengan bentuk menetapkan dan menguatkan.

7. Aisyah menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Siwak itu menyucikan mulut dan diridhai Tuhan.” (HR. Al-Bukhari; Ahmad;An-Nasai; Ibnu Khuzaimah; dianggap shahih oleh Al-Albani dan Imam Al-Bukhari mengomentari hadits ini dengan teks menguatkan).

Dalam syarh Muslim, Imam An-Nawawi menjelaskan “Siwak disunnahkan di semua waktu, namun tingkat kesunnahannya ditekankan lagi pada lima kesempatan yaitu ketika hendak sholat, ketika wudlu, ketika membaca Alquran, ketika bangun tidur dan ketika rasa atau bau mulut berubah buruk. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya, karena tidak makan dan tidak minum. Karena makan dan minum, karena makan sesuatu yang baunya tak sedap, diam terlalu lama dan terlalu banyak bicara. ”

Wallahu a’lam.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]