Mitos-Mitos Menakutkan Tentang Gerhana dari Zaman Nabi, China Hingga Jawa

Gerhana merupakan sebuah peristiwa alam yang jarang terjadi. Gerhana juga merupakan salah satu tanda kemahakuasaan Allah SWT. Baik gerhana matahari maupun gerhana rembulan.

Pada tanggal 14 Jumadil Awal 1439 Hijriah atau yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari 2018, seluruh wilayah di Indonesia akan mengalami gerhana bulan total. Gerhana bulan sebagian dimulai pada pukul 18.48 WIB. Sementara gerhana bulan total dimulai pada pukul 19.52 dan berakhir pada pukul 21.11 WIB.

Peristiwa gerhana di beberapa tempat masih dimaknai sebagian masyarakat dengan mitos-mitos tertentu dan hal tersebut sangat dipercayai kuat.

Di Jepang, misalnya, sebagian masyarakatnya  mempercayai gerhana karena sedang terjadi peristiwa racun yang disebarluaskan di muka bumi. Agar air tidak mengalami kontaminasi, masyarakat menutup sumber air (sumur) mereka.

Di China, masyarakatnya mempercayai gerhana terjadi karena seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah, lalu menelannya.

Di Jawa, ada yang beranggapan gerhana bulan terjadi karena Batara Kala atau raksasa jahat sedang memangsa bulan. Kemudian masyarakat akan memukul kentongan secara ramai-ramai ketika terjadi gerhani untuk menakut-nakuti dan mengusir raksasa jahat.

Di masyarakat Arab, ketika itu, khususnya suku Quraisy, peristiwa gerhana dikaitkan dengan kematian atau kelahiran seseorang.

Putra Nabi SAW yang bernama Ibrahim meninggal dunia. Peristiwa meninggalnya bersamaan dengan terjadinya gerhana. Sehingga sebagian orang Arab mengaitkan gerhana dengan kematian tersebut.

Mitos-mitos tersebut tentu saja tidak berdasar dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah (saintik).

Saat menyampaikan khutbah, setelah selesai sholat gerhana, Nabi SAW menegaskan, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari banyak tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan karena hidup atau matinya seseorang. Karena itu, apabila kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah. Bertakbirlah, laksanakanlah sholat gerhana dan bersedekahlah.” (HR. Muttafaq alaih)

Semoga kita tidak terjebak dan terbelenggu dengan pemikiran-pemikiran yang mengancam akal sehat.

Wallahua’lam.

 

BERSAMA DAKWAH

Kapan Mayit Ditanya?

Kematian adalah sebuah kepastian. Kematian tidak memandang muda ataupun tua, sehat ataupun sakit. Kematian tidak memandang apakah ia muslim maupun kafir. Ketika sudah datang timingnya, manusia tidak bisa menghindar, berlari atau nego ke malakul maut.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan” (Al-‘Ankabut/29:57)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Maksud ayat ini adalah setiap orang akan menemui ajalnya. Ini tak bisa dipungkiri, baik bagi yang pergi berperang maupun yang tidak, dan tidak ada sesuatupun yang bisa menyelamatkan manusia dari kematian, karena sesungguhnya ajal sudah ditentukan”

Nyawa seorang yang beriman kepada Allah SWT alias mukmin keluar dengan mudah, sedang nyawa seorang yang mengingkari Allah alias kafir susah keluar sebagai siksaan baginya.

Nyawa seorang mukmin keluar disertai keringat di dahi, sedang nyawa seorang kafir disertai keringat dari dagu sebagaimana tekhnis nyawa keledai keluar. (Thabrani dalam Al-Kabir, isnadnya hasan. Silakan lihat Ash-Shahihah 2151)

Nyawa hamba yang mukmin lebih wangi daripada wewangian manapun, sedang nyawa seorang kafir baunya seperti bangkai yang paling busuk.

Seorang mukmin keluar rohnya seraya memuji Allah. Dari Ibnu Abbas Ra., Rasulullah SAW. bersabda:

“Seorang mukmin keadaannya sangat baik dalam keadaan bagaimana pun dan nyawanya keluar di antara kedua dahinya seraya memuji Allah Azza Wa Jalla.” (Ahmad dan lainnya dalam Ash-Shahihah no.1632).

Jenazah muslim akan dimandikan, dikafani, disholatkan dan kemudian dikebumikan. Lalu, kapan si mayit akan ditanya oleh malaikat di alam kubur?

Mayit orang yang sholih, ketika diusung dia akan “minta” dipercepat. Sehingga barangkali dari sinilah ada kebiasaan untuk mengusung jenazah dengan cepat. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan:

Dari Abi Said Al-Khudhri ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Bila jenazah diangkat dan orang-orang mengusungnya di atas pundak, maka bila jenazah itu baik, dia berkata, “Percepatlah perjalananku.” Sebaliknya, bila jenazah itu tidak baik, dia akan berkata,”Celaka!, mau dibawa ke mana aku?” Semua makhluk mendengar suaranya kecuali manusia. Bila manusia mendengarnya, pasti pingsan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pertanyaan dimulai setelah acara pemakaman selesai. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW. jika beliau selesai memakamkan mayit, beliau berdiri di atasnya dan berujar:

Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian dan mintalah kepada Allah agar ia diteguhkan, sebab sekarang ia ditanya. (Ahmad, Ibn Hibban dan Thabrani dihasankan dalam As-Shahih at-Targhib wat Tarhib 3553).

Wallahua’lam.

 

BERSAMA DAKWAH

Rezeki Jaminan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Menciptakan langit dan bumi beserta segala apa yang ada di antaranya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Jika Allah menimpakan sesuatu kemadhorotan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107).

Saudaraku, sebagian dari kita mungkin sering merasa khawatir dalam urusan rezeki. Khawatir tidak bisa makan esok hari, khawatir tidak bisa menafkahi anak dan istri, khawatir kehilangan pekerjaan, dan berbagai kekhawatiran lainnya yang berkaitan dengan rezeki.

Padahal urusan rezeki termasuk kepada jaminan Allah Swt. Setiap seorang bayi lahir ke dunia, dia lahir sudah satu paket dengan rezekinya. Bahkan bayi ini sudah mendapatkan rezeki yang cukup meskipun ia belum mempunyai ilmu, pengalaman apalagi ijazah. Semua ada dalam jaminan Allah Swt.

Yang terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjalani hidup ini dengan ikhtiar yang sesuai dengan rambu-rambu yang Allah tetapkan dan Rosululloh Saw. ajarkan. Lakukanlah yang terbaik yang Allah sukai, maksimalkan ikhtiar, kemudian berserah diri kepada Allah. Dan, yakinlah bahwa Allah paling mengetahui apa yang kita butuhkan dan hanya Allah pula yang Maha Kuasa mencukupi kebutuhan kita. Perlu juga kita tafakuri bahwa sesungguhnya rezeki Allah tidaklah hanya berupa harta, namun masih banyak bentuk lainnya yang selama ini terus kita nikmati.

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang pandai mensyukuri rezeki-Nya. Karena inilah yang terpenting dalam urusan rezeki. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Sambungkan kepada Allah

ALHAMDULILLAH! Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Baik, memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang istiqomah menjaga kebersihan hati. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, sesungguhnya segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan ada dalam kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, setiap kali melihat sesuatu baik itu makhluk atau peristiwa, hendaknya kita sambungkan kepada Allah, bahwa tiada sesuatu apapun kecuali Allah yang menciptakannya dan tiada satupun peristiwa terjadi kecuali Allah yang mengizinkannya.

Menemui suatu kejadian yang tidak sesuai harapan, maka segera sambungkan kepada Allah. Yakini bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi kecuali atas izin-Nya. Maka, pasti ada hikmah di balik kenyataan tersebut. Demikian juga saat menemui kejadian yang menyenangkan hati, segera sambungkan kepada Allah supaya kita tetap bersyukur dan selamat dari takabur.

Allah Swt. berfirman, “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah [9] : 51)

Jikalau kita senantiasa menyambungkan setiap peristiwa kepada Allah, maka niscaya akan senantiasa tenang hati kita jauh dari kegelisahan. Sedangkan jika kita sedikit sekali menyambungkannya kepada Allah, maka niscaya hari-hari kita akan dikelilingi oleh rasa galau, cemas, gelisah karena merasa hidup sendirian. Padahal sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang beriman kepada-Nya.

Semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita agar hati kita selalu tersambung kepada-Nya. Sehingga kita bisa tetap tenang dalam menghadapi situasi seperti apapun dalam perjalanan hidup kita di dunia. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Ini Alasan Kenapa Islam Melarang Mayat Diawetkan

MESKIPUN kasus ini terjadi pada orang kafir, namun tidak ada masalahnya jika ini kita kupas. Sebagai pelajaran bagi kita bersama, agar bisa kita waspadai.

Terdapat banyak dalil yang memerintahkan kita untuk memakamkan jenazah. Diantaranya,

1. Firman Allah, menjelaskan tentang sifat manusia,

–Dari benda apa Dia menciptakan manusia. Dia ciptakan manusia dari setetes mani, lalu Dia tetapkan takdirnya. Kemudian Dia mudahkan jalannya. Kemudian Dia matikan manusia dan Dia tetapkan untuk dikuburkan. (QS. Abasa: 18 21)

Al-Qurtubi menukil keterangan Abu Ubaidah, yang mengatakan, “Dia tetapkan untuk dikuburkan ” artinya, dia jadikan untuknya kuburan dan dia perintahkan agar dia dikuburkan. (Tafsir Al-Qurtubi, 19/219).

Allah jelaskan keadaan normal manusia, bahwa setiap manusia yang mati, Allah muliakan dengan adanya syariat menguburkan. Tidak sebagaimana umumnya binatang. Yang terkadang dibiarkan menjadi bangkai di permukaan tanah.

Karena itu, mengambil sikap sebaliknya, dengan tidak memakamkan jenazah, berarti menyalahi kodrat sebagai manusia yang telah Allah muliakan.

2. Perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menyegerakan pengurusan jenazah,

“Segerakanlah pemakaman jenazah. Dia orang baik, berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya, dan jika dia bukan orang saleh, berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian.” (HR. Bukhari 1315 dan Muslim 944)

Dr. Khalid Al-Musyaiqih ketika membahas hukum untuk kasus rumah sakit yang menahan jenazah, karena biaya perawatan yang belum lunas. Beliau menegaskan,

Kami tegaskan, bahwa menahan pemakaman mayit adalah perbuatan yang haram, tidak boleh dilakukan. Karena hukum asal adalah menyegerahkan pengurusan mayat, memandikannya, mengkafaninya. Sehingga perbuatan semacam ini, akan menyia-nyiakan sunah tersebut. (Fiqh Nawazil, 74).

Hal semacam ini juga pernah ditanyakan kepada Imam Ibnu Utsaimin, “Apa hukum memumikan mayat?” Jawaban beliau,

“Tidak boleh dimumikan. Orang yang sudah mati maka dia berpindah ke negeri akhirat. Karena itu tidak mungkin diupayakan untuk mengawetkan jasadnya. Dan apa manfaatnya mengawetkan badannya? Terkadang ada orang yang diawetkan agar badannya utuh, namun Allah berikan kemampuan bagi binatang tanah untuk memakannya di kuburnya.” Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Lupa Nilai Utang,Kreditor Tak Percaya pada Debitur

KETIKA lupa jumlah nominal utang. Sebagai ilustrasi: Rudi berutang ke Wawan, dan pernah dicicil sekian ratus ribu. Suatu ketika. Keduanya lupa, berapa nominal nilai utang dan berapa kekurangan cicilannya. Sementara keduanya tidak memiliki bukti.

Pertama, Bagaimana jika kreditor tidak menerima pengakuan debitor? Rudi menyatakan bahwa utangnya ke Wawan antara 1jt 1,5jt. Sementara Wawan tidak menerima pengakuan ini, dan mengklaim bahwa nilai utangnya lebih dari 2jt. Jika Wawan tidak menerima pengakuan Rudi, maka Wawan harus mendatangkan bukti atau saksi. Karena hukum asalnya, Rudi terbebas dari tanggungan.

Az-Zarkasyi rahimahullah mengatakan, “Ketika terjadi perbedaan antara kreditor dan debitor mengenai nominal utang, maka yang dikuatkan adalah keterangan debitor. Karena hukum asalnya seseorang terbebas dari beban tambahan utang.” (al-Mantsur fi al-Qawaid, 1/150).

Ketika Rudi menyatakan, utangnya tidak lebih dari 1,5jt, jika dia diminta untuk membayar lebih dari itu, harus mendatangkan bukti.

Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Orang yang berutang tidak diwajibkan untuk membayar lebih dari pengakuannya. Karena lebih dari pengakuannya adalah klaim yang butuh bukti.” (as-Syarh al-Mumthi, 8/353).

Hanya saja, Rudi diminta untuk bersikap terbaik, mengambil posisi yakin bahwa tidak ada hak orang lain pada dirinya. Sehingga, ketika dia ragu nominal utangnya antara 1 jt sampai 1,5 jt, lebih baik ia membayar 1,5 jt, agar dia semakin yakin, tidak ada hak orang lain yang belum dia kembalikan.

 

INILAH MOZAIK

Aku Lupa Berapa Jumlah Utangku

SEBELUMNYA kita akan mempelajari bagaimana cara yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menyelesaikan sengketa. Dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahuanhuma, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukti itu menjadi tanggung jawab penuntut (muddai) dan sumpah menjadi pembela bagi yang dituntut (muddaa alaih).” (HR. Turmudzi 1391, Daruquthni 4358 dan dishahihkan al-Albani).

Pelajaran dari hadis:

Dalam sebuah sengketa, di sana ada 2 pihak,
[1] Pihak yang menuntut. Dialah yang mengajukan klaim. Dalam hadis di atas, Nabi shalallahu alaihi wa sallam menyebutnya dengan muddai.
[2] Pihak yang dituntut. Dia yang diminta untuk memenuhi klaim. Dalam hadits di atas, Nabi shalallahu alaihi wa sallam menyebutnya dengan muddaa alaih.

Kewajiban dan tanggung jawab masing-masing berbeda,
[1] Untuk pihak penuntut (muddai), dia diminta mendatangkan bukti atau saksi.
[2] Untuk pihak yang dituntut (muddaa alaih), ada 2 kemungkinan posisi;

(a) Jika muddai bisa mendatangkan bukti yang bisa diterima, maka dia bertanggung jawab memenuhi tuntutannya.
(b) Sebaliknya, Jika muddai tidak bisa mendatangkan bukti yang dapat diterima, maka muddaa alaih diminta untuk bersumpah dalam rangka membebaskan dirinya dari tuntutan. Jika dia bersumpah maka dia bebas tuntutan.

Kita akan melihat kasus di atas lebih dekat, ketika lupa jumlah nominal utang. Sebagai ilustrasi: Rudi berutang ke Wawan, dan pernah dicicil sekian ratus ribu. Suatu ketika. Keduanya lupa, berapa nominal nilai utang dan berapa kekurangan cicilannya. Sementara keduanya tidak memiliki bukti.

Penyelesaian Kasus: Baik Rudi maupun Wawan, mereka yakin bahwa Rudi pernah berutang ke Wawan. Hanya saja mereka lupa berapa nominal utangnya. Dalam kasus ini, yang dijadikan acuan adalah keterangan debitur (Rudi). Karena uang itu terakhir dibawa Rudi. Terdapat kaidah yang mengatakan, “Hukum asal, untuk semua kejadian, diasumsikan terjadi pada waktu yang lebih dekat.” (al-Wajiz fi Idhah Qawaid al-Fiqh al-Kulliyah, hlm. 187).

Karena itulah, para ulama mengambil pengakuan Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan, “Apabila terjadi perbedaan pendapat antara yang memberi utang dan orang yang berutang, sementara keduanya tidak memiliki bukti, maka dimenangkan keterangan pihak yang menerima utang (debitor) terkait kriteria dan kuantitas (barang yang diutang) disertai sumpah.” (al-Mausuah al-Fiqhiyah, 3/269).

Simak soal utang lainnya!

 

INILAH MOZAIK

Ternyata Mertua dan Menantu tetap Mahram, Meskipun..

STATUS mertua adalah tetap mahram, walau seseorang sudah tidak lagi bersama anak mertuanya, baik karena wafat atau cerai. Sebab orang tersebut sudah menggaulinya, maka mertuanya telah menjadi mahramnya.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 23:

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; IBU-IBU ISTRIMU(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) ISTRI-ISTRI ANAK KANDUNGMU(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kecuali, jika dia bercerai atau istrinya wafat, dalam keadaan belum pernah jima’, maka mertuanya boleh dinikahinya, alias bukan mahram.

Berikut ini, tertera dalam Tafsir Al Quran Al ‘Azhim-nya Imam Ibnu Katsir Rahimahullah:

Berkata Ibnu Jarir: berkata kepada kami Ibnu Basyar, berkata kepada kami Ibnu Abi ‘Adi, berkata kepada kami Abdul A’la, dari Sa’id, dari Qatadah, dari Khilas bin ‘Amr dari ‘Ali Radhiallahu ‘Anhu, tentang seorang yang menikahi wanita lalu dia menceraikannya tapi belum menggaulinya, apakah dia boleh menikahi ibunya? ‘Ali menjawab: “Ibu mertua (dalam hal ini) kedudukannya sama dengan anak tiri.”

Berkata kepada kami Ibnu Basyar, berkata kepada kami Yahya bin Sa’id, dari Qatadah, dari Sa’id bin Al Musayyib, dari Zaid bin Tsabit, katanya:

“Jika seseorang menceraikan istrinya dan dia belum menggaulinya, maka tidak apa-apa dia menikahi ibunya (ibu dari istrinya).”

(Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/250)

Demikian. Wallahu A’lam. [Farid Nu’man Hasan]

 

INILAH MOZAIK

Ustaz Somad: Tak Ada Perbedaan Arab dan Bukan Arab

Ustaz Abdul Somad mengingatkan Nabi Muhammad SAW tak pernah mengajarkan sahabat dan umatnya mengotak-kotakan orang di masyarakat.

“Siapa yang ajarkan tak mengotak-kotakkan orang? Dia Nabi Muhammad SAW,” kata dia dalam kegiatan safari dakwah di Masjid Raya Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/2).

Di hadapan jamaah, Ustaz Somad mengatakan Bogor seperti kampung halamannya. Ia beranggapan apapun suku, bahasa, agama, dan budaya, semuanya tinggal di bumi Allah SWT. “Kita semua itu bersaudara,” ujar Ustaz Somad.

Menurut dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska), Riau itu tak ada perbedaan antara orang Arab dan bukan Arab. Sebab, semua manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah.

Ia mengingatkan apabila berhaji atau berumrah, jamaah bukan mengadu pada dinding kabah, tetapi pada Allah SWT. Dalam dakwahnya, Ustaz Somad mengajak jamaah selalu memakmurkan masjid. Salah satunya, segera hadir ke masjid saat adzan berkumandang.

Menurut dia, pemimpin atau pemangku kepentingan bisa mengajak bawahannya meramaikan masjid. Itulah pentingnya punya kekuasaan. “Bayangkan kalau bupati jadi imam, pasti bawahannya jadi makmum,” ujar dia.

Kendati demikian, ia mengingatkan kekuasaan tak berlangsung lama. Ia menyinggung banyaknya pejabat daerah yang tersandung kasus korupsi. “Kekuasaan tak kan lama, sebelum lima tahun, jangan sampai ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” ujar dia.

 

REPUBLIKA

JK: Ceramah Ustaz Abdul Somad Meneduhkan

Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (4/2). Jusuf Kalla mengatakan, ceramah-ceramah dari Ustaz Abdul Somad meneduhkan dan memiliki referensi yang kuat. “Ceramah-ceramah dari Ustaz Abdul Somad itu kan teduh, baik, dan referensinya kuat. Itu yang membedakan dengan ustaz lainnya,” ujar Jusuf Kalla usai kajian dhuha.

Adapun Jusuf Kalla menyebutkan, Ustaz Abdul Somad memilili pengetahuan yang dalam tentang agama. Selain itu, menurut Jusuf Kalla, cara Ustaz Abdul Somad menyampaikan ceramah mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. “Cara membawakannya juga gampang dipahami oleh masyarakat tingkat apa saja,” kata Jusuf Kalla.

Sebelumnya, diberitakan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (4/2). Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla selaku Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengapresiasi kehadiran Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa yang memberikan tausiah kepada para jamaah.

Dalam sambutan singkatnya, Jusuf Kalla mengatakan dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad ini memberikan kesempatan kepada para jamaah Masjid Sunda Kelapa untuk mendengarkan tausiah dan nasehat-nasehat secara langsung. Adapun Jusuf Kalla berkelakar bahwa, dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad sekarang ini, para jamaah Masjid Sunda Kelapa tak perlu lagi menonton ceramahnya dari Youtube.

“Alhamdulillah dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad tentu akan memberikan pencerahan, kalau selama ini mungkin lebih banyak anda nonton di Youtube, sekarang bisa langsung, saya juga,” ujar Jusuf Kalla sambil tertawa, yang kemudian disambut tawa oleh para jamaah.

 

REPUBLIKA