Gelombang Mualaf Dunia

Peristiwa kekerasan yang disangka dilakukan oleh Muslim di New York AS tahun 2001, telah menghasilkan gelombang kejut ke seluruh dunia. Dan tahun 2001, telah menandai awal wabah Islamofobia yakni ketakutan tanpa alasan terhadap Islam dan Muslimin di seluruh dunia. Sejak itu, berbagai kekerasan terhadap umat Islam di berbagai negara silih berganti. Mulai dari Benua Asia sampai Afrika. Ini karena umat Islam telah dikunci dengan satu kosa kata “pelaku kekerasan” tanpa banyak intektual Muslim yang melakukan pembelaan terhadap Islam dan Muslimin selayaknya.

 

Sementara itu, negara-negara Islam atau negara dengan penduduk Muslim, takut saling membantu saudara Muslim yang sedang tertindas karena takut dituduh “pelaku kekerasan”. Keadaan ini terus berlangsung. Sementara itu, para pemimpin negeri-negeri Muslim asyik meraup uang rakyat dan anak-anak mereka yang tidak kalah rakus dengan ayah mereka berlomba membeli Lamborghini dan Ferrari karena Mercedes Benz sudah sangat membosankan buat mereka, apalagi Avanza, huh.

Salah seorang putra pemimpin negeri Muslim baru saja mendepositokan uang miliaran dollar ke suatu bank di Eropa, membeli Ferrari, dan pada kecepatan 200 km/jam bress duarr remnya gagal; ia mati tanpa mencantumkan ahli waris dari depositonya yang 15 milar dollar itu. Kini uang itu menjadi milik bank; perampok dirampok?

 

Kebanyakan umat Islam tertekan dan melarat di seluruh dunia. Puncaknya adalah tahun 2010, ketika penderitaan mereka telah sampai di awan, sehingga katup pengaman harus dibuka kalau tidak ingin meletup berkeping. Dan, inilah yang terjadi di Tunisia, ketika seorang pemuda Mohammed Bouazizi mengalami musibah besar, suatu tragedi yang akan membakar dunia Arab dari Afrika sampai seluruh Timur Tengah.

Pedagang kaki lima ini sedang menjajakan dagangan buah-buahan ketika datang Satpol PP merampas dagangannya. Padahal, dengan dagangan itulah kehidupan keluarganya tergantung. Pemuda ini sangat marah, tetapi tidak mampu melawan polisi dan ia akhirnya memarahi dan melawan dirinya sendiri. Setelah menyiramkan bensin ke badan, iapun menyulut dirinya dengan api. Ia membakar dirinya sendiri. Mati? Tidak, belum.

Berminggu ia bergulat melawan maut. Dari Selasa malam 14 Desember 2010 saat ia memprotes pemerintah Tunisia dengan membakar diri sendiri sampai Selasa 4 Januari 2011 Mohammed Bouazizi selama 17 hari bergulat menahan nyeri dari kulit dan daging hidup yang terbakar, ia berjuang melawan maut, dan; ia kalah. Mati.

Rakyat Tunisia pun bergolak, marah telah menggelegak, kegeraman mereka telah menjadi tenaga dahsyat untuk menghancurkan apa saja yang dapat dihancurkan, mengusir pejabat siapa saja yang dapat diusir termasuk Presiden Zeinal Abidin yang kabur dengan uang tunai jutaan dolar dan ratusan kilogram batangan emas murni. Kepergiannya dari negeri tempat ia dilahirkan, dibesarkan, diangkat sebagai presiden, dan rakyat yang mengusirnya telah menandai era baru. Arab Spring.

Badai Arab Spring telah menjalar dari Tunisia ke timur ke Libya menghancurkan dan membunuh Moammar Gadafi. Ke timur lagi ke Mesir mengirim Hosni Mubarak ke penjara, lompat ke timur ke Arab Saudi; mentok di sini karena Barat berkepentingan dengan minyak Saudi. Belok, ke utara sedikit Arab Spring maju ke Bahrain; Emir Bahrain yang arif segera menyiramkan miliaran dinar kepada para demonstran agar marahnya padam. Berhasil, UUD memang berlaku universal.

Melaju ke timur, Arab Spring tidak mendapati apa-apa di Iraq karena negeri ini tanpa Arab Spring-pun sudah rata dengan tanah, mau ke selatan ke Iran dihadang para Mullah yang kharismatik; merangsek ke timur ke Suriah. Bashar Asad yang sudah menunggu segera memberondong gerakan rakyat dengan peluru, sampai kini. Banjir darah di Timur Tengah dalam Arab Spring sejak 17 Desember 2010 sampai Desember 2012 ini, tidak terdengar di Indonesia, bukan karena tuli karena telah ada Mul-Tatuli, tetapi mereka yang di atas ribut rebutan uang Hambalang, eKTP, Freeport, BLBI, Bank Century, reklamasi, dan entah apalagi. Sementara itu, para pegawai biasa yang terpaksa jujur asyik saja makan tempe mendoan diselingi cekikikan cengengesan main WA sambil nunggu gajian dan uang pesiun.

Masyarakat Barat adalah masyarakat berpendidikan dan rasional. Berita-berita miring tentang Islam dan Muslimin dunia yang bertubi-tubi telah mendatangkan pertanyaaan di dalam hati mereka “Benarkah Islam seperti itu?” Mereka mulai mencari literatur dan bacaan yang kredibel tentang Islam, ada juga yang turun langsung ke lapangan membuat dokumentasi. Dan di antara mereka ada yang mendatangi tempat atau negara yang dikabarkan sebagai sarang penjahat Muslim. Mereka telah melakukan berbagai tindakan nyata untuk memenuhi hasrat kaingintahuan diri mereka yang merupakan bagian dari fitrah manusia.

Sebutlah seorang wartawati Inggris Yvonne Ridley yang mungkin datang ke Afghanistan tahun 2001 sebagai mata-mata, tetapi mengaku untuk meliput keadaan masyarakat. Perlukah seorang wanita muda datang sendirian ke wilayah perang untuk menulis tentang seluk beluk masyarakat yang sedang berlomba kabur menghindari perang? Apapun alasananya, ia ditangkap dan dipenjara; takdir belum menentukan ia mati di ujung senapan.

Ketika perang menyurut dan ia dipulangkan sebagai bagian dari pertukaran tawanan. Ia merasa tugasnya belum selesai dan hasrat kaingintahuannya belum terpenuhi; maka ia kembali ke Afghanistan. Dan, inilah yang ditemukannya. Pejara Afghanistan yang dikunjunginya ternyata dipenuhi dengan gadis-gadis yang sebagian masih bau kencur atau baru beranjak dewasa. Kesalahan mereka? Lari dari orang tua yang memaksa mereka menikah dengan orang seumur ayah mereka dan menjadi isteri kedua, ketiga atau keempat.

Yvonne Ridley geram “Kurang ajar! Inikah Islam?” dan ia menjadi semakin ingin tahu. Naluri jurnalisitiknya mengantarkannya ke beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh para tokoh masyarkat Afghanistan. Jawaban yang diperoleh ternyata sangat mengejutkan, para gadis itu telah dijual oleh orang tua mereka kepada orang kaya yang telah mempunyai istri atau beberapa istri. Ini tradisi setempat, tidak termasuk ajaran Islam.

Setelah mengerti perbedaan antara Islam dan tradisi, Yvonne minta dituntun mengucapkan syahadatain, lalu bertekad menjadi pembela para gadis yang dimasukkan penjara bukan karena kejahatan, tetapi karena tradisi. Pulang ke Inggris mengenakan hijab atau kerudung Muslimah, ia membuat seantero Inggris bahkan Eropa geger. Seorang mantan tawanan Afghanistan kembali ke Inggris menjadi Muslimah! Dialah yang membuka mata Eropa dan dunia Barat bahwa Islam sangat berbeda dengan tradisi lokal, Islam ternyata bukan kekerasan. Yvonne Ridley telah menjadi muallaf sekaligus pendakwah. Inilah hidayah.

Michael Moore mempunyai hobi membuat film dokumentasi yang kemudian menjadi profesi. Film dokumenternya ‘Fahrenheit 9/11’ memenangkan beberapa penghargaan internasional dan menghasilkan 200 juta dollar dari penonton seluruh dunia. Temuannya yang didokumentasikan telah mengejutkan dunia khususnya tentang kebenaran Islam yang ditutup-tutupi oleh dunia Barat. Sesudah bersyahadat, ia membentangkan poster di depan TRUMP HOTEL “WE ARE ALL MUSLIMS”, kami semua Muslim.

Oliver Stone adalah produser film yang sukses di Hollywood, apa saja difilmkan asal mendatangkan duit. Anaknya Sean Stone yang berumur 27 tahun, ingin menapak jejak sang ayah dan pergi ke Iran untuk membuat film dokumenter di “negara para pendukung kekerasan.” Apa yang dilihatnya telah membuka mata hatinya bahwa Islam adalah indah, dan iapun urung membuat film, ia bersyahadat dan belajar tentang Islam.

Tony Blair adalah Perdana Menteri Inggris terkenal, ia dan isterinya berasal dari keluarga Nasrani. Iparnya Laureen Booth senantiasa memantau TV akan aktivitas politik Tony Blair dan bertanya-tanya, “Benarkah Islam adalah seperti yang dimusuhi oleh Tony Blair?” Setelah menelaah beberapa buku, ia datang ke masjid dan minta disyahadatkan. Inggris geger lagi, Perdana Menteri yang ingin mengalahkan Muslim ternyata tidak berdaya melawan ipar sendiri, bagaimana akan mengalahkan Islam?

Berderet nama selebriti dunia yang memeluk Islam atau yang disangka bukan Muslim ternyata Muslim tulen dan mendapat publikasi yang mendunia, langsung atau tidak, mereka adalah pendakwah. Sebut saja Muhamad Ali, Mike Tyson, bintang bola basket Shaquille O’Neal dan Abdul Hakeem Olajuwon, komedian Dave Chappelle, penyanyi hip hop Ice Cube dan Trevor Tahiem Smith, Jr. alias Busta Rhymes, bintang filem Ellen Burstyn, Omar Sharif, bintang Iron Man Faran Tahir, dan Aasif Hakim Mandviwala, penyanyi rap Lupe Fiasco, foto model Iman Mohamed Abdulmajid. Daftar masih panjang, Dr. Mehmet Oz, pelantun “Morning Has Broken” Cat Stevens alias Yusuf Islam dari Inggris, penyanyi Q-Tip alias Kamaal Ibn John Fareed, penyanyi Mos Def malah menyanyikan hit “Bismillah ar-Rahman ar-Raheem”, dan seorang gadis umur 17 tahun pemenang hadiah Nobel termuda di dunia Malala Yousefzai.

Penyanyi Janet Jackson dan kakaknya Jermaine Jackson; seorang lagi kakaknya yang paling popular Michael Jackson ketika berada di Qatar telah mengucapkan “Insya Allah.” Sekiranya peyanyi bintang pujaan pemuda-pemudi seluruh dunia ini telah jelas masuk Islam, maka sangat mungkin jutaan para pemujanya di seluruh dunia bakal ikut masuk Islam, mungkinkah karena ini ia harus mati atau dimatikan?

Oleh: Abdul Rahman Bahry, Tinggal di Cleveland, Ohio Amerika Serikat, Alamat email abahry@hotmail.com

Satu-satunya warga negara Indonesia yang bekerja sebagai Guru Agama di penjara kota Cleveland

 

REPUBLIKA

Ini Cara Mualaf Sonny Williams Menjaga Keislamannya

Pria kelahiran 3 Agustus 1985 ini dikenal sebagai pemain rugby di Selandia Baru. Orang mengenalnya bernama Sonny Bill Williams. Pertama kali pria ini masyhur sebagai petinju kelas berat dan pemain voli.

Dia merupakan orang kedua yang mewakili Selandia Baru untuk cabang rugby saat bertanding dengan perwakilan negara lain. Dia juga satu dari 20 pemain yang telah memenangkan dua piala dunia rugby. Williams juga telah memenangkan semua pertarungan kelas beratnya secara profesional sebanyak tujuh kali. Dia sebelumnya adalah juara kelas berat Heavy weight Champion and World Boxing Association (WBA).

Putra John dan Lee (nee Woolsey) ini memiliki saudara laki-laki, John Arthur dan saudara kembar yang lebih muda Niall dan Denise. Williams dibesarkan di sebuah keluarga pekerja di pinggiran Auckland, Mount Albert. Motivasi bermain rugby didorong oleh keinginannya memberikan ibunya rumah.

Dia pernah bersekolah di Owairaka, Welsey Intermediate dan sekolah tata bahasa Mount Albert. Sejak kecil dia dikenal sebagai anak kulit putih kecil yang pemalu. Dia memang terkenal dengan bakat olahraganya terutama di bidang atletik.

Meski diramalkan masa depannya di dunia atletik akan cemerlang, dia justru meninggalkan cabang olahraga tersebut pada usia 12 tahun. Dia mengenal permainan rugby dari sang ibu, meski ayahnya adalah pemain rugby yang andal.

Sejak memeluk Islam, dia lebih terbuka dengan kehidupan pribadinya. William lebih sering berbagi kisah spiritualnya di media sosial. Dia juga memiliki nama mualaf di belakang nama aslinya, Hamzah.

Sebelum memeluk Islam, Sonny Bill William dikenal sebagai anak nakal. Tetapi setelah memeluk Islam dan menjadi seorang ayah dia kini berubah lebih baik. Williams pernah terlibat dalam insiden terkait alkohol termasuk saat mengemudi karena di bawah pengaruh alkohol. Dia juga pernah melanggar lalu lintas karena buang air kecil sembarangan. “Saya dulu anak yang bandel,” jelas ayah anak perempuan berusia empat tahun itu.

Masa lalu adalah pembelajaran untuknya menjadi dewasa. Williams memeluk Islam pada 2008. Selain itu dia adalah Muslim pertama yang bermain untuk All Blacks. Meski dia berasal dari Selandia Baru, dia memiliki warga negara lain, yaitu Samoa.

Pemain Rugby yang berusia 32 tahun ini adalah satu-satunya Muslim di timnya. Dia harus menyesuaikan komitmennya sebagai Muslim dengan jadwal latihan intensif bermain rugby. Dia terkadang harus melaksanakan shalat subuh dan Isya di luar rumah.

Setelah timnya mengetahui dia Muslim, koki yag memasak makanan mereka pun khusus menyediakan makanan halal un tuknya. Sonny berharap dapat menyesuai kan diri seperti orang lain pada umumnya. Tetapi keimanannya membuat dia meng atur cara hidup untuk hanya memakan yang halal.

Jalan pertaubatannya menjadi Muslim membantu perubahan hidupnya. Kese harian yang membuatnya stres berkurang setelah bersyahadat. Islam juga telah membantu menemukan makna hidup dibandingkan sebelumnya.

Dahulu, Sonny sangat akrab dengan minum dan berpesta. “Saya masih merasa orang yang sama seperti se belumnya, tetapi saat ini saya merasa puas dan bahagia hingga tak dapat dijelaskan dengan kata-kata,” jelasnya.

Umrah

Saat ini Sonny sedang libur bermain rugby. Untuk menghabiskan liburannya dia melaksanakan ibadah umrah. Menjelang musim rugby akhir Februari, dia menghabiskan waktu sepekan di Arab Saudi untuk berziarah. Selain ke Makkah, Williams juga mengunjungi Madinah dan makam Rasulullah.

Perasaannya saat mengunjungi masjid nabawi di Madinah sangat menakjubkan. Dia merasakan ketenangan dan kekhusyuan bermunajat kepada Allah. Dia juga mengunjungi pemakaman Baqi dan berdoa di sana. Saat berkunjung ke Saudi dia ditemani oleh Syekh Kamal Jazakalah.

Pekan lalu dia baru saja menyelesaikan kamp pelatihan pramusim setelah sebulan penuh mengikuti pelatihan bersama Wallaby di Quade Cooper. William diperkirakan akan kembali ke Selandia Baru akhir bulan ini. Dia kemudian akan me lanjutkan persiapan menjelang musim keduanya untuk bertnding rugby bersama Auckland Blues.

Williams adalah pemain rugby paling dicintai. Saat dia keluar dari Bul ldogs (liga rugby) dan memilih Toulon dia dikritik. Apalagi saat dia ke jepang dan mengejar karir tinju pro fesional.

Saat bertanding, Williams terlihat tidak tenang, tetapi dia mampu mengatur ritme gerakannya. Seorang teman terdekat Williams, petinju Australia Anthony Mundine mengapresiasi perubahan hidup temannya itu.

“Semua orang cepat menilai saat ada yang menjadi sorotan. Dia melewati masa-masa ketika masih muda dan membuat kesalahan buruk tapi siapa yang tidak membuat kesalah an?” jelas Mundine dalam sportjoe.ie.

Kemudian dia mengubah hidupnya dan menemukan Islam. Saat ini dia merasa tenang dalam menjalani hidupnya. Islam membuatnya semakin bijak. Agama yang diyakininya sekarang telah mengubah hidupnya menjadi benar-benar seorang pria.

Mundine yang juga Muslim tidak terkejut dengan perubahan temannya. William yang dikenalnya sejak sebelum menjadi Muslim adalah sosok yang murah hati. Tak banyak orang yang melihat sisi baiknya selama ini.

“Media Australia bisa melukis apa gambar yang mereka ingin lukis. Tetapi saya sudah mengenal Sonny sejak lama dan dia selalu bersikap hormat dan rendah hati,”jelasnya.

Selama tur bersama All Black, William meminta makanan halal. Saat Ramadhan, dia berpuasa meskipun tim mereka memain kan tiga pertandingan di 2011. Williams secara teratur melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid di Christchurch. Federasi Asosiasi Wakil Presiden Pertama Selandia Baru Javed Khan mengatakan bahwa loyalitas Williams diakui komunitas Muslim setempat.

“Dia mempraktikkan agama dan dia adalah panutan yang hebat bagi anak-anak mu da. Kami berdoa semoga dia selalu memenangkan setiap pertandingan,”jelas Khan.

Williams didukung oleh manajernya Kho der Nasser, petinju Anthony Mundine, dan saudaranya Johnny yang juga Muslim. Me reka sama-sama tinggal di Christchurch. Teman Williams Tarek Smith mengatakan dia selalu melaksanakan shalat lima waktu saat latihan atau pertandingan di ruang ganti.

William bersyahadat di Masjid Regent’s Park, pinggiran barat Sydney pada 2008. Saat bersyahadat dia ditemani mantan rekan setimnya Canterbury Buldogs Hazem El Masri.

Manajer Black Darren Shand mengatakan keyakinan relijius William tidak mempengaruhi dinamika tim. “Dia meminta dengan kami tentang kebutuhan makanannya dan kami membuat beberapa pengecualian. Kami meminta daging halal. Dia tidak terlalu memperma salahkannya,” ujar dia.

 

REPUBLIKA

Kisah Ustadz Meninggal ‘Mendadak’ Bakda Adzan Jumat

PAGI itu, hari Jumat, 11 Rabi’ul Akhir 1439 H bertepatan 29 Desember 2017. Abah masih akan melanjutkan amanah untuk menyelesaikan beberapa urusan keluar kampus.

Abah merupakan panggilan untuk Ustadz Robi’in, salah seorang dai di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Dengan mengendarai sepeda motor bebek berwarna hitam yang sering digunakannya, Abah berangkat dengan penuh semangat tanpa pernah terlihat lelah.

Sekitar pukul 9 Abah pulang, karena ada beberapa berkas tertinggal, sambil singgah ke tepi kolam ikan patin yayasan -yang selama ini Abah rawat- untuk mengecek kondisi air. Kemudian Abah kembali ke kota untuk melanjutkan kegiatan yang sedang diselesaikan.

Sekitar pukul 11.10 WIB, Abah pulang dan berpesan kepada Ummi, demikian Ustadzah Fatimah, istri Abah, biasa dipanggil. Pesan Abah, selesai shalat Jumat ia akan balik lagi ke bank untuk melanjukan urusan dan berkas masih dititip di sana.

Jam di dinding menunjukkan bahwa 10 menit lagi adzan Jumat akan berkumandang.

Abah berucap kepada Ummi: “Saya lapar dan saya juga belum mandi, apa saya mandi ini…”

Jawab Ummi, “Makan dulu, setelah itu mandi, karena ini Jumat, nanti disiapkan air hangat.”

Setelah makan beberapa suap nasi dan sebiji donat, Abah bertanya lagi, “Itu suara ngaji di masjid kok kecil?”

“Nyaring kok suaranya, sampai rasa mau tuli kedengarannya,” Ummi menjawab sambil sedikit berekspresi.

“Owh… Berarti telingaku saja yang agak tuli, dan kepala agak pusing,” jawab Abah sambil sedikit bercanda.

“Mungkin Abah terlalu lelah itu,” Ummi menambahkan.

 

Abah pun segera menuju kamar mandi untuk mandi, sambil berucap, “Kepalaku agak pusing, dan berkunang-kunang pandangan”

“Kalau begitu, tidak usah ditutup pintu kamar mandinya, biar bisa dibantu kalau masih pusing,” Ummi menanggapi lantas bergegas menutup pintu depan dan belakang rumah. Supaya tidak ada yang masuk rumah ketika Abah sedang mandi.

Selesai mandi, Abah berhanduk sambil dibantu Ummi, karena terlihat Abah seperti agak berat melakukannya. Abah berwudhu pun sambil dipegangi Ummi, karena Abah seperti kepayahan untuk merunduk.

Selesai berwudhu, sambil tetap dipegangi Ummi, Abah menuju kamar untuk berpakaian. Namun tiba-tiba Abah bertahlil dengan intonasi yang agak cepat dan tidak terputus;

“Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh ….”

“Abah kenapa ?” tanya Ummi.

“Kepalaku sakit… Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh …” jawab Abah sambil menunjukkan bagian belakang kepalanya yang sakit.

Ummi pun menyarankan Abah baring, Abah turut, sambil terus melanjukan dzikir tahlilnya.

“Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh ….”

Ummi jadi semakin panik atas kondisi Abah yang demikian. Ia pun memanggil putra sulungnya yang sudah ada di masjid depan rumah.

Setibanya di rumah, putra sulung Abah duduk di sisi kanan Abah sambil ikut memijat-mijat dan bertanya, “Abah kenapa? Sakitnya di bagian mana?”

Abah menjawab dengan isyarat tunjukan ke kepala bagian belakangnya sambil terus berdzikir.

“Laailaha illalLoh … di sini … Laailaha illalLoh … Laailaha illalLoh …,” demikian jawab Abah.

Sang sulung bertanya ke Ummi, “Ummi, Abah sudah minum? Coba tawarin minum.”

Kemudian Ummi mengambilkan botol berisi air zam-zam di rak dan menawarkan ke Abah, lalu menyuapkan air itu. Sampai tiga teguk, Abah beri isyarat cukup sambil terus melanjutkan dzikirnya.

Adzan Jumat berkumandang. Ummi masih dalam kondisi panik sambil terus memanggil-manggil Abah.

“Abah… Abah… Dengar adzan, Abah!”

Abah hanya menjawab dengan anggukan dan deheman yang menandakan beliau masih mendengar.

Semakin mendekati akhir adzan, suara dzikir Abah semakin tidak jelas, hanya terdengar seperti orang bergumam berulang-ulang.

Ummi semakin panik dan terus memanggil dan bertanya apakah masih mendengar adzan, Abah masih terus bergumam dan semakin tidak jelas.

Selesai adzan berkumandang, Ummi dan putra sulungnya membisikkan doa selesai adzan ke telinga Abah. Bersamaan itu pula suara Abah menghilang, Ummi pun semakin panik.

Putra sulungnya menyarankan untuk segera membawa Abah ke rumah sakit, sambil segera keluar memanggil salah seorang ustadz Hidayatullah untuk mengantar ke sana.

 

Sesampainya, pihak rumah sakit berusaha untuk memberikan pertolongan. Namun kemudian, mereka memberikan kesimpulan, Abah sudah tidak bernapas meskipun detak jantung dan nadi masih terdeteksi sangat lemah. Kemungkinan Abah sadar sangat kecil.

Akhirnya salah seorang ustadz mengajak Ummi dan ketiga putranya berkumpul. Kemudian disepakati bersama-sama untuk menyatakan keikhlasan apa pun yang terjadi dengan Abah, supaya bisa meringankan apa yang sedang dilalui beliau.

Setelah selesai berkumpul, Ummi mengajak anaknya dan beberapa ustadz yang belum sempat shalat untuk pergi shalat ke mushalla rumah sakit. Sedangkan Abah ditunggui oleh putra bungsunya yang memang sudah shalat. Selesai shalat, dikabarkan bahwa Abah sudah wafat.

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan Abah! InsyaAllah Ridha Allah menyertai perjalananmu.*

Dikisahkan untuk hidayatullah.com oleh Taqin Abuu Haniyya, putra sulung Ustadz Robi’in. Almarhum kelahiran Kediri, 28 Maret 1955, terakhir diamanahi sebagai Ketua Dewan Pembina Kampus Madya Hidayatullah Palangka Raya. Selain seorang istri, almarhum meninggalkan tiga orang putra.

Foto: (Almarhum) Ustadz Robi’in, dai Hidayatullah Palangka Raya, Kalimantan Tengah dalam suatu acara semasa hidupnya.

 

HIDAYATULLAH

Krisis Da’i di Kepulauan Mentawai

Syiar Islam di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat barangkali terbilang pesat, terbukti dalam beberapa tahun terakhir, ribuan penduduk di sana disyahadat menjadi muallaf. Sayangnya, seiring berkembangnya Islam di bumi Mentawai, pemurtadan juga tak kalah pesat di sana.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Islamic Center Siberut, Ramli Muhammad Rais. Menurutnya, meski Islam kian pesat di Mentawai, akan tetapi iman mereka gampang tergoyahkan hingga mereka mudah dimurtadkan.

“Hal itu disebabkan oleh kurangnya bimbingan untuk memahamkan Islam lebih dalam,” tutur Ramli kepada hidayatullah.com, belum lama ini.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kurangnya sumber daya dari da’i hingga operasionalnya.

“Da’i di sini harus menerobos hutan belantara, melewati tebing berjam-jam hingga bisa ketemu dengan penduduk pedalaman. Setelah mengislamkan mereka, mereka ditinggal tanpa ada bimbingan lanjutan, karena da’i tersebut harus ke tempat yang lain,” terang pria asal Padang itu.

Pasalnya, menurutnya, karena da’i ditempat ini masih sangat sedikit. Hal itulah yang membuat kurangnya pemahaman para muallaf di mentawai mengenai Islam.

“Bahkan di beberapa titik, masih ada muallaf yang pelihara babi, bahkan ada yang masih mengkonsumsinya,” lanjut Ramli.

Ia berharap agar berbagai lembaga dakwah di Indonesia agar mengirim tenaga da’i-nya di Kepulauan Mentawai.

“Di sini sangat krisis da’i, ayo kepada lembaga dakwah segera mengirim tenaganya di sini. Ayo kita selamatkan para muallaf!” harapnya.*/Sirajuddin Muslim

 

HIDAYATULLAH

Al Samaha, Desa Khusus Wanita di Mesir, Pria Dilarang Masuk

Terletak sekitar 120 kilometer dari kota di Mesir selatan, Al Samaha adalah satu-satunya desa yang didedikasikan untuk para wanita, khususnya para janda, ibu tunggal dan anak-anak.

Pria tidak diijinkan memasuki desa. Jika ada wanita di desa yang sudah menikah, mereka akan disarankan keluar dari Al Samaha, tulis Al Arabiya English Ahad, (28/01/2018).

Ditempati  sekitar 303 ibu tunggal, desa ini terletak di tengah gurun di Edfu, dua jam perjalanan dari Aswan.

Dengan ratusan rumah, sebagian besar penduduknya terpinggirkan oleh masyarakat setelah musibah kematian atau perceraian mereka.

Pada tahun 1998 Kementerian Pertanian Mesir mengembangkan sebuah proyek desa kepada para ibu tunggal dengan menyediakan lahan yang memungkinkan mereka memelihara unggas dan ternak sebagai sumber pendapatan. Termasuk beternak ayam, dan kambing.

Di tempat ini, semua tanaman dapat tumbuh dengan kecuali tebu, dan jika terjadi pelanggaran, wanita tersebut tidak lagi diberi pupuk.

Koordinator proyek tersebut, Hamdi Al-Kashef, mengatakan hanya perempuan dan anak-anak yang boleh tinggal di desa tersebut, dan setiap keluarga menyediakan rumah dan enam hektar lahan pertanian, serta bantuan masyarakat internasional.

“Proyek desa dimulai pada tahun 1998 ketika Kementerian Pertanian memutuskan untuk mengalokasikan dua desa baru kepada perempuan dan janda yang bercerai, ” kata Hamdi Al-Kashef,  kepada Al Arabiya.

Semua keluarga juga dilengkapi dengan perabotan dan keperluan pertanian, serta beberapa pinjaman jangka pendek. Pembangunan rumah bertingkat didanai melalui subsidi pemerintah, dan warganya diperbolehkan melakukan pembayaran secara angsuran.

Hamdi mengatakan saat wanita itu sudah menikah, semua tanah dan rumah akan dikembalikan kepada pemerintah untuk diserahkan ke ibu tunggal lain yang membutuhkan.

Proyek ini bertujuan untuk melestarikan masa depan bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga mereka, dan untuk membantu perempuan yang kini menjadi pencari nafkah tunggal untuk anak-anak mereka.

“Proyek ini bertujuan untuk menjaga masa depan orang-orang yang kehilangan keluarga mereka dan untuk mendukung perempuan yang sekarang menjadi satu-satunya harapan anak-anak mereka,” katanya.

Ketua Asosiasi Wanita Selatan di Aswan, Safinaz Ibrahim mengatakan bahwa desa tersebut mewakili kekuatan wanita Mesir yang mampu menanggung beban tugas berat.

“Mereka tinggal di padang pasir di lingkungan yang sangat sulit, tanpa kebutuhan dasar. Tapi mereka bisa melewati semua tantangan ini untuk membesarkan anak-anak mereka, “katanya.*

 

HIDAYATULAH

Lubang Biawak Yahudi dan Nasrani

Bani Israel adalah umat yang Allah muliakan. Allah turunkan pada mereka kitab suci tersebut. Dengan kitab suci tersebut , Allah berikan mereka kejayaan selama beberapa waktu. Kerajaan mereka berdiri tegak, kekuasaan mereka cukup luas, dan Allah persembahkan untuk mereka berbagai karunia, lalu?

Lalu mereka mengingkari berbagai karunia Allah tersebut. Mereka berpaling dari perintah Allah, berbuat kerusakan di muka bumi, sesat dan menyesatkan. Maka, Allah cabut janji yang sudah ditetapkan dari mereka untuk kemudian diberikan kepada umat lain.

Umat ini, umat Muhammad SAW, juga telah Allah muliakan. Allah turunkan  pada mereka sebuah kitab suci. Dengan kitab suci tersebut, Allah berikan mereka kejayaan selama beberapa waktu. Mereka senantiasa diingatkan lewat kisah Bani Israel yang terdapat dalam kitab suci untuk tidak berbuat seperti yang diperbuat umat terdahulu yang membuat janjiNya dicabut dari mereka.

Sunnatullah tidak berat sebelah !

Namun sangat disayangkan meski telah diingatkan, umat yang kedua ini pun menyimpang, walaupun tidak sampai ke tingkat seperti yang dilakukan oleh umat pertama. Akhirnya, apa yang diberitakan oleh Rasulullah SAW menjadi nyata, “Kalian akan mengikuti sunnah umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalian juga masuk kedalamnya.” Mereka bertanya,”wahai Rasulullah, apakah maksudnya umat Yahudi dan Nasrani?” jawab beliau,”Lalu siapa lagi.” (HR Muslim)

Mari kita lihat gambaran yang telah kita singgung sebelumnya ketika berbicara mengenai cara penyampaian Al Quran.

“ Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi taurat , yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini dan berkata,”kami akan diberi ampun.” Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu pula, niscaya mereka akan mengambilnya juga. Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut didalamnya. Dan kampong akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka  apakah kamu sekalian tidak mengerti.” (Al Araaf 169)

Apa yang dilakukan oleh umat kedua (umat islam) terhadap kitab suci mereka yang dengan itu Allah berikan mereka kejayaan selama beberapa abad dalam sejarah?

Dalam benak putra putri generasi buih ini, kitab suci telah berubah menjadi warisan. Warisan peninggalan orang tua dan nenek moyang dulunya diamalkan dalam realitas kehidupan, namun kemudian, generasi sesudah mereka memeliharanya sebagai warisan peninggalan tanpa diamalkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan mereka. Mereka tidak menganggapnya sebagai sumber ajaran dan pedoman hidup. Tetapi yang menjadi sumber ajaran mereka adalah peradaban barat, serta yang menjadi pedoman hidup mereka dalam politik, ekonomi, kehidupan social dan pemikiran adalah barat. Bukan saja mengikuti barat dalam hal positif , tapi juga mengikuti barat sekaligus hal hal yang negative juga. Bahkan seperti halnya barat, mereka masuk ke dalam sarang biawak.

Mereka sibuk dengan kehidupan dunia sehingga mengambil kekayaan dunia yang rendah. Lalu mereka berkata,”Kami akan di beri ampun.” Umat Muhammad  selalu dalam kebaikan.”

Apa dasarnya mereka masih mengharapkan ampunan? Karena” warisan peninggalan” yang mereka miliki? Karena mereka Muslim? .  Namun, mana peran yang Allah berikan kepada mereka untuk dilaksanakan??? Mana Al Quran yang diaplikasikan dalam kehidupan mereka? Tanyalah dirimu sebelum engkau terasa nyaman di dalam lubang biawak di dunia ini dan berakhir nestapa di akherat kelak…

 

– Ustadz Muhammad Qutb-

ERA MUSLIM

Jangan Putus Asa Mendakwahi Orang Terdekat

DARI Abu Kasir, Yazid bin Abdurrahman, Abu Hurairah bercerita kepadaku, “Dulu aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam ketika dia masih musyrik. Suatu hari aku mendakwahinya namun dia malah memperdengarkan kepadaku cacian kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tentu merupakan kalimat-kalimat yang tidak kusukai untuk kudengar. Akhirnya aku pergi menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sambil menangis. Ketika telah berada di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam aku berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku berusaha untuk mendakwahi ibuku agar masuk Islam namun dia masih saja menolak ajakanku. Hari ini kembali beliau aku dakwahi namun dia malah mencaci dirimu. Oleh karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu dari Abu Hurairah.”

Kutinggalkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan gembira karena Nabi mau mendoakan ibuku. Setelah aku sampai di depan pintu rumahku ternyata pintu dalam kondisi terkunci. Ketika ibuku mendengar langkah kakiku, beliau mengatakan, “Tetaplah di tempatmu, hai Abu Hurairah”. Aku mendengar suara guyuran air. Ternyata ibuku mandi. Setelah selesai mandi beliau memakai jubahnya dan segera mengambil kerudungnya lantas membukakan pintu. Setelah pintu terbuka beliau mengatakan, “Hai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya.”

Mendengar hal tersebut aku bergegas kembali menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku menemui beliau dalam keadaan menangis karena begitu gembira. Kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, bergembiralah. Sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan telah memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah.” Mendengar hal tersebut beliau memuji Allah dan menyanjungnya lalu berkata, “Bagus.” Lantas kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, doakanlah aku dan ibuku agar menjadi orang yang dicintai oleh semua orang yang beriman dan menjadikan kami orang yang mencintai semua orang yang beriman.” Beliau pun mengabulkan permintaanku. Beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini yaitu Abu Hurairah dan ibunya orang yang dicintai oleh semua hambaMu yang beriman dan jadikanlah mereka berdua orang-orang yang mencintai semua orang yang beriman”. Karena itu tidak ada seorang pun mukmin yang mendengar tentang diriku ataupun melihat diriku kecuali akan mencintaiku. (HR Muslim, no. 6551)

Faedah Hadits: Dakwah penting juga pada keluarga terdekat.

Allah Taala berfirman, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syuaraa: 214)
– Dakwah kadang mendapatkan cacian bahkan dari keluarga dekat.
– Perlu sabar dalam menyampaikan dakwah.
– Tetap berdakwah kepada keluarga non-muslim.
– Boleh tawassul dengan meminta doa pada orang shalih yang masih hidup.
– Keutamaan Abu Hurairah dan doa baik Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam padanya, begitu pula doa baik untuk ibunya dari beliau.
– Tak boleh putus asa dalam berdakwah, suatu saat nanti akan terbuka pintu hidayah.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. [Muhammad Abduh Tuasikal]

Hadirkan Mawaddah dan Rahmat dalam Rumah Tangga

Dengan mawaddah dan rahmat salah seorang pasangan, tidak mungkin akan melakukan sesuatu yang menyakiti hati pasangannya, bahkan dia akan berkorban demi menyenangkan pasangannya. Dengan mawaddah seseorang tidak akan berpoligami karena cintanya hanya tertuju kepada seorang. Dengan rahmat seorang suami pula walau butuh dan terdorong untuk berpoligami, namun tidak akan melakukannya jika hal tersebut dinilainya menyakitkan istrinya.

Tetapi di sisi lain, seorang istri akan merelakan suaminya menikah lagi dan berkorban, jika dia merasa bahwa suaminya sangat membutuhkan hal tersebut. Demikian perkawinan dalam ajaran Islam. Pada prinsipnya ajaran Islam lebih mengutamakan monogami, sedang poligami hanyalah izin yang tidak dibenarkan kecuali jika keadilan terjamin.

Dikutip dari buku yang berjudul “Membumikan Alquran” karya M Quraish Shihab bahwa kesendirian dapat mengakibatkan keterasingan dan ini melahirkan kegelisahan. Cara yang paling ampuh mengenyahkan keterasingan dan kegelisahan itu adalah kehadiran pasangan yang sesuai melalui ikatan luhur dan batin. Inilah yang dimaksud oleh kitab suci Alquran ketika menegaskan bahwa Allah menciptakan dari jenis manusia pasangannya agar mereka memperoleh sakinah yakni ketenangan setelah sebelumnya ada gejolak.

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi  kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Untuk meraih sakinah tersebut, Allah menganugerahi manusia potensi mawaddah dan rahmah yang harus mereka perjuangkan wujudnya secara faktual. Sulit menemukan padanan kata mawaddah dalam bahasa Indonesia, karena kata cinta belum menggambarkan secara utuh makna kata tersebut. Mawaddah pada mulanya, menurut tafsir al-Biqa’i berarti kelapangan dan kekosongan.

Ia kemudian menukil pendapat al-Imam Abi al-Hasan al-Haraly yang menyatakan bahwa Al-Wud (mawaddah) adalah kosongnya jiwa dari kehendak buruk. Siapa yang tidak menginginkan selainnya (objek yang dicintainya), maka dia telah menyandang mawaddah.

Jika seseorang menginginkan kebaikan dan mengutamakannya untuk orang lain, maka ia telah mencintainya. Namun jika seseorang itu menghendaki kebaikan untuk orang lain, serta tidak menghendaki selain itu, apapun yang terjadi maka mawaddah telah menghiasi hatinya.

Mawaddah adalah jalan menuju terabaikannya pengutamaan kepentingan dan kenikmatan pribadi untuk siapa yang tertuju kepadanya mawaddah itu. Maka siapa yang memilikinya, ia tidak pernah akan memutuskan hubungan, apa pun yang terjadi.

Kata mawaddah mirip dengan kata rahmat, hanya saja rahmat tertuju kepada yang dirahmati sedang yang dirahmati itu dalam keadaan butuh. Dengan demikian rahmat tertuju kepada yang lemah, sedang mawaddah tidak demikian. Rahmat adalah keprihatinan melihat ketidakberdayaan satu pihak yang mendorong siapa yang merahmati berusaha menanggulangi ketidakberdayaan itu.

Sebab Islam mendambakan kebahagiaan keluarga, kebahagian yang antara lain dilahirkan oleh mawaddah dan rahmat yang tertuang kepada pasangan. Ada ungkapan dalam literatur agama yang menyatakan, “Tidak ada di dalam hati dua cinta, sebagaimana tidak ada dalam wujud ini dua Tuhan.” Wallahualam

Memberi Syarat untuk tidak Dimadu

Halalnya poligami di dalam syariat, bukan tanpa syarat. Sikap adil sang suami terhadap istri menjadi contoh syarat mutlak bagi mereka yang hendak melakukan poligami. Bagaimana dengan hak calon istri yang menolak poligami?

Ternyata, agama juga memberi jalan tengah terhadap perempuan yang tidak mau dimadu. Calon istri dapat mengajukan janji kepada calon suaminya untuk tidak menikah lagi.

Imam Ahmad bin Hanbal Ibnu Taimiyah dan dikuatkan oleh Ibn Qayyim Al Jauziy mengungkapkan, berbagai persyaratan yang mengikat sebuah perkawinan lebih kuat dan lebih utama untuk dipatuhi daripada segala persyaratan akad lainnya. Contohnya, transaksi perdagangan, sewa menyewa, dan sebagainya meski juga wajib untuk dipatuhi.

Dalilnya, yakni sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Di antara berbagai persayaratan yang kamu sekalian paling berkewajiban mematuhinya ialah yang dibuat demi menghalalkan seorang perempuan untuk kalian nikahi.

Dikutip dari buku Panduan Lengkap Muamalah karangan Muhammad Bakhir, Bukhari, dan Muslim juga merawikan dari Al-Miswar bin Makhramah bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW berpidato di atas mimbar.

…. Bahwasanya keluarga Hisayam ibn Al Mughirah (yakni keluarga Abu Jahl)telah meminta dariku agar mengizinkan mereka mengawinkan anak perempuan mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Tidak! Aku tidak mengizinkan mereka! Aku tidak mengizinkan, kecuali (sebelum itu) Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku dan (baru setelah itu) menikahi putri mereka! Putriku (Fatimah) adalah bagian dari darah dagingku; apa saja yang menggelisahkannya, menggelisahkan aku juga. Dan apa saja yang mengganggunya, menggangu aku juga.

Selanjutnya, Rasulullah SAW mengisyaratkan tentang salah satu menantunya yang lain. Nabi pun memujinya seraya bersabda. Ia berkata jujur kepadaku dan berjanji kepadaku, lalu memenuhi janjinya. Dan sungguh, aku tidak hendak mengharamkan sesuatu yang halal. Tetapi, demi Allah, tak akan pernah putri Rasulullah dan putri musuh Allah berhimpun di satu tempat.

Ibnu Qayyim Aljauziy mengungkapkan, sabda Rasulullah SAW tersebut mengandung nilai hukum, yakni apabila seseorang telah menjanjikan kepada istrinya bahwa ia tidak akan dimadu, wajib atasnya untuk memenuhi janjinya itu. Dan, sekiranya ia kemudian kawin lagi dengan perempuan lain maka istri pertamanya berhak untuk melakukan pembatalan (fasakh) atas perkawinannya.

Dalam peristiwa adanya keinginan keluarga Abu Jahl untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib Ra, Nabi SAW mengungkapkan kegelisahannya. Tentunya, dapat ditarik kesimpulan bahwa beliau tidak mengawinkan Ali dengan Fatimah kecuali atas janji bahwa dia tidak akan menimbulkan kegelisahan kepada Fatimah dan Rasulullah sebagai ayahandanya.

Kalaupun itu tidak disebutkan resmi dalam batang akad nikah, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persyaratan itu Ali bin Abi Thalib menerima untuk menikahi Fatimah. Begitulah kaidah-kaidah yang juga ditetapkan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah bahwa sesuatu yang dipahami bersama sebagai persyaratan berdasar adat kebiasaan sama berlakunya seperti yang dipersyaratkan dengan lisan.

Atas dasar itu, seandainya telah menjadi kebiasaan setempat bahwa para istri tidak dimadu, kebiasaan itu tetap berlaku walaupun tidak dipersyaratkan secara resmi sebelumnya. Wallahua’lam.

 

REPUBLIKA

Ingat Poligami Bukan Hal yang Wajib!

Poligami, seperti ditulis cendekiawan Mesir kenamaan, Abbas Mahmud al’Aqqad, bukan anjuran apalagi kewajiban. Ayat yang mengizinkan berpoligami, mengandung makna boleh atau mubah dengan syarat-syarat tertentu.

Firman Allah yang berbicara tentang poligami: “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.” (QS. An-Nisa: 4)

Dikutip dari buku yang berjudul “Membumikan Alquran” karya M Quraish Shihab bahwa beberapa hal perlu digaris bawahi menyangkut ayat di atas: Pertama, ayat tersebut ditujukan kepada para pemelihara anak-anak yatim yang hendak mengawini mereka tanpa berlaku adil. Secara redaksional, orang boleh jadi berkata, jika demikian izin berpoligami hanya diberikan kepada para  pemelihara anak-anak yatim, bukan kepada setiap orang.

Kendati konteksnya demikian, tetapi karena kenyataan sejak masa Nabi Muhammad SAW dan sahabat Beliau menunjukkan bahwa yang tidak memelihara anak yatim pun berpoligami dan itu terjadi sepengatahuan Rasul SAW, maka tidaklah tepat menjadikan ayat di atas hanya terbatas kepada para pemelihara anak-anak yatim.

Kedua takut, yang merupakan terjemahan dari kata khiftum dapat juga berarti mengetahui. Ini mengandung makna bahwa siapa yang yakin atau menduga keras atau bahkan menduga, tidak akan mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya, yang yatim maupun yang bukan, maka mereka itu tidak diperkenankan oleh ayat di atas melakukan poligami.

Yang diperkenankan hanyalah yang yakin atau menduga keras dapat berlaku adil. Yang ragu/diragukan apakah dapat berlaku adil atau tidak seyogiana tidak diizinkan berpoligami, sebagaimana ditegaskan ulang oleh penutup ayat jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja.

Ketiga, ayat di atas menggunakan kata tuqsithu pada awal ayat dan ta’dilupada akhir ayat yang keduanya, karena keterbatasan bahasa Indonesia diterjemahkan dengan berlaku adil. Memang ada sementara ulama yang mempersamakan maknanya, tetapi dalam pengetahuan bahasa yang membedakannya adalah tuqsithu berlaku adil antara dua orang atau lebih, keadilan yang menjadikan keduanya senang atau menerima baik.

Sedang ta’dillu adalah berlaku baik terhadap orang lain maupun diri sendiri, tetapi keadilan itu bisa saja tidak menyengangkan salah satu pihak. Jika demikian, maka itu berarti izin berpoligami hanya diberikan kepada mereka yang menduga bahwa langkahnya itu dia harapkan dapat diterima baik semua istri yang dikawininya. Ini dipahami dari kata tuqsithu.

Namun demikian, kalau hal tersebut tidak dapat tercapai, maka paling tidak sang suami harus berlaku adil, walaupun poligami itu bisa jadi tidak menyenangkan salah seorang di antara mereka.

Keempat, sekali lagi ayat di atas bukan perintah, apalagi anjuran berpoligami. Redaksi ayat ini mirip dengan ucapan seseorang yang melarang orang lain makan makanan tertentu, dan untuk menguatkan larangan itu dia berkata, “Jika Anda khawatir akan sakit bila maka makanan ini, maka habiskan saja makanan selainnya yang ada di hadapan Anda.”

Tentu saja perintah menghabiskan makanan lain itu hanya sekadar menekankan perlunya mengindahkan larangan untuk tidak makan makanan tertentu itu. Seandainya berpoligami yang berpontensi untuk dikawini haruslah empat kali lipat jumlah lelaki, karena apa arti anjuran jika apa yang dianjurkan tidak tersedia.

Maka, tidak serta merta poligami adalah ibadah, sebelum melihat kesesuaiannya dengan tuntunan agama. Sebab pernikahan dapat dinilai haram jika tidak sejalan dengan tujuan disyariatkan pernikahan.

 

REPUBLIKA