Manusia Bangkai Hidup

Gambaran hebat dan rendahnya manusia telah digambarkan dengan lugas oleh Tuhan dalam Alquran. Kecanggihan manusia digambarkan dalam Alquran sebagai jasad yang berkonstruksi tegak lurus (QS at-Tiin [95]: 4). Ia berbeda dengan makhluk apa pun di dunia, apalagi dilengkapi dengan perangkat ruh yang ditiupkan Tuhan kepadanya. Gambaran karakter manusia yang terkesan antagonis ini sengaja didesain Tuhan agar umat manusia menentukan pilihan mana yang produktif dan tidak dalam menjalani misi kehidupannya.

Bagi yang produktif dengan karya salehnya, ia tidak akan pernah terganggu menapaki ke segenap jejak kehidupannya. Apalagi, regukan keterampilan telah sedemikian rupa mengayomi percikan dan dinamika psikologisnya. Dalam kondisi ini manusia menjadi normal dan berimbang dalam menyikapi setiap lekuk dan beragam lecutan kompetisi kehidupan.

Sebaliknya, umat manusia yang niraktiva dan nirproduk selamanya akan terhantui kekidalan jalan hidup yang membuatnya terkungkung dalam ketidakberdayaan mempertahankan identitasnya di tengah kompetisi kehidupan. Ia mulai hilang dalam dirinya sikap percaya diri dan komptensi yang begitu mudahnya menyepelekan kelebihan orang lain.

Manusia sejenis ini sedikit pun tak menoleh untuk memartabati dan menghargai potensi yang terkandung dalam dirinya. Ia melimbungkan diri dengan segala kelemahan dan kepanikan. Lalu menatapi dan membayangi kelebihan orang lain sebagai harimau yang kapan saja bisa menerkamnya. Ia bagai sudah terjungkal dari tangga kehidupannya karena kesuksesan orang lain ditatap sebagai mesin pembunuh sadis, bukan mitra pembangkit kehidupannya.

Dalam kondisi tak berdaya ini manusia kemudian menjelma menjadi pribadi yang terbelah. Potensi diri dinihilkan dan dikontradisikan dengan pribadi orang lain yang sukses sebagai musuh berbahaya yang harus disingkirkan dengan aneka cara. Pribadi terbelah berprofesi sejak sebagai penyuka emosi dan caci hingga menjadi penebar kebencian dan kedengkian. Bahkan menjadi pekerja kekerasan yang berujung pada dua titik zero antara membunuh dirinya dan membunuh sesama anak Adam.

Tuhan menyeru umat manusa agar bekerja gigih (beriman dan beramal saleh) untuk meraih hidup yang produktif, profesional, dan kompetensional. Capaian ini diperlukan agar manusia mampu berdiri tegak dan mandiri mengatasi sebesar apa pun tantangan. Dengan begitu manusia sukses, seiring prestasi dan mental akhlak yang diraihnya ia tidak akan goyah untuk turut memperkeruh situasi lingkungannya berupa caci dan dengki, tetapi sebanyak mungkin ia akan membangun harmoni dengan memberikan sebesar-besarnya manfaat untuk lingkungannya.

Manusia bermanfaat adalah manusia yang berupaya menanamkan keharuman dan memberikan sesuatu yang dibutuhkan di tengah tengah masyarakat. Manusia bermanfaat bukanlah manusia penebar kebencian dan penyuka kedengkian yang membuat pribadinya menjadi bau bagai bangkai busuk.

Alquran dengan tegas menyindir betapa masih banyaknya umat manusia yang tak pernah berhenti mempermalukan dirinya untuk menjadi bangkai hidup. Mereka saling mencerca antarsesamanya. Bahkan tanpa kontrol mereka tega menebar aib dan mengungkapungkap kejelekan orang lain. Padahal, tanpa disadari yang bersangkutan sesungguhnya sedang memakan bangkai temannya sendiri (QS al-Hujurat [49]: 12). Dengan kata lain, mereka sendirilah sesungguhnya yang telah menjadi bangkai hidup yang amat busuk rasa baunya.

Akhir-akhir ini, tipe manusia bangkai busuk menyeruak di halaman kehidupan teknologi digital hampir tak dapat dibendung lagi. Fanomena menyebarkan hoaks yang memenuhi ruang media daring begitu mudahnya tanpa dikenalikan oleh nalar yang arif dan objektif. Ruang digital yang sejatinya menjadi misi jari-jemari guna kemaslahatan umat menjadi tidak manusiawi lagi karena nalar dan emosi manusia terseret dalam ruang artificial yang mencemaskan dan membahayakan kemanuisaan.

Oleh karena itu, di era disrupsi ini sudah saatnya umat manusia melakukan ulang relung (rekontemplasi) potensi dirinya seperti disebut Alquran sebagai manusia yang berkonstruksi tegak lurus.

 

Oleh: Fauzul Iman

REPUBLIKA

Batas Usia Prioritas Calhaj Dinaikkan Jadi 80 Tahun

Kementerian Agama (Kemenag) menaikkan batas usia prioritas calon jamaah haji (calhaj) yang diberangkatkan ke Tanah Suci dari 75 tahun menjadi 80 tahun. Kebijakan ini dilakukan karena masih ada 20 ribu orang dalam daftar tunggu haji yang berusia lebih dari 80 tahun. Jumlah tersebut setara dengan 10 persen dari total kuota haji nasional.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali menjelaskan, secara bertahap batas usia prioritas akan diturunkan bila calhaj berusia 80 tahun ke atas sudah dimasukkan dalam daftar estimasi keberangkatan haji. Misalnya, 2019 batas usia prioritas diturunkan lagi menjadi 75 tahun.

 

“Jadi, kalau pada tahap pelunasan awal masih ada sisa kuota, nanti dibuka tahap kedua dan usia lanjut akan diprioritaskan,” kata Nizar saat meresmikan revitalisasi Asrama Haji Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Rabu (7/3).

Terkait hal itu, lanjut dia, Kemenag kemungkinan akan menerapkan afirmasi atau penegasan dalam bentuk regulasi bahwa usia 80 tahun ke atas akan menjadi prioritas keberangkatan haji. Menurut dia, upaya ini dilakukan untuk menjawab keluhan bahwa daftar tunggu haji di Indonesia semakin panjang. Pada saat bersamaan, tak sedikit calhaj berusia lanjut yang juga menunggu diberangkatkan.

 

“Tahun 2018-2019 usia 80 tahun ke atas akan kami selesaikan sehingga nantinya, kalau semua beres, yang berangkat haji usia-usia muda,” kata Nizar.

Selain itu, Kemenag juga mulai memberlakukan kebijakan baru tentang penggantian calhaj yang wafat. Nizar menjelaskan, calhaj yang wafat dan telah masuk dalam daftar estimasi keberangkatan bisa digantikan oleh ahli warisnya. Proses penggantiannya pun bisa langsung dilakukan tanpa mendaftar ulang.

 

“Karena ini bagian dari porsi warisan. Kalau dikembalikan biaya hajinya kan eman-eman(sayang). Rasanya tidak adil kalau tak bisa digantikan,” ujar dia.

Penerapan kebijakan ini, menurut Nizar, sudah melalui pembahasan dengan Komisi VIII DPR. Jika tak ada halangan, kebijakan penggantian calhaj yang wafat bisa mulai diterapkan pada 2018.

 

Pembahasan soal penggantian calhaj yang wafat sebetulnya sudah dilakukan sejak lama. Kebijakan ini bermula dari kepedulian kepada keluarga calhaj yang wafat. Dikhawatirkan, kesedihan anggota keluarga semakin bertambah bila kuota haji yang sudah dibayar lunas terpaksa dikembalikan.

Saat meresmikan gedung baru hasil revitalisasi di Asrama Haji Kota Padang, Sumbar, Nizar juga mengatakan, pemerintah pusat mencanangkan revitalisasi untuk seluruh asrama haji di Indonesia, termasuk di Padang. Seluruh proyek dibiayai melalui surat berharga syariah negara (SBSN) yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.

 

Hingga 2006, Asrama Haji Tabing di Padang hanya berfungsi sebagai asrama haji transit. Namun, saat ini Asrama Haji Tabing sudah berfungsi sebagai asrama haji pemberangkatan dan pemulangan bagi jamaah haji asal Sumbar, Bengkulu, dan daerah lainnya. Di luar musim haji, asrama haji ini difungsikan untuk keperluan masyarakat umum dan pemerintahan.

Kemenag, menurut Nizar, terus memperbaiki pelayanan untuk jamaah haji. Pelayanan yang ia maksud terdiri dari pelayanan dalam negeri dan pelayanan di luar negeri atau di Tanah Suci. Revitalisasi di kompleks Asrama Haji Tabing, Padang, tersebut menelan biaya hingga Rp 11 miliar.

 

Sementara di Padang Pariaman, tak jauh dari Bandara Internasional Minangkabau, pemerintah juga merampungkan pembangunan asrama haji senilai Rp 48 miliar. Seluruh fasilitas di asrama haji akan disamakan standarnya dengan hotel bintang tiga dan empat.

Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menilai, revitalisasi asrama haji bisa ikut mendongkrak perputaran uang di wilayah yang ia pimpin. Setiap tahunnya, Asrama Haji Tabing melayani sekitar 4.000 jamaah haji dari Sumbar, Bengkulu, dan daerah lainnya. Menurut dia, secara tak langsung kunjungan jamaah haji di Kota Padang ikut menggerakkan ekonomi, minimal dari pemanfaatan fasilitas di asrama haji. “Tak hanya itu, adanya pelayanan yang baik membawa nama Padang menjadi baik.’’ ed: wachidah handasah

 

IHRAM

Ribut-Ribut Ongkos Haji

Kementerian Agama (Kemenag) memastikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) tahun 1439 H/2018 M sudah rasional. Kemenag juga meyakinkan, tidak ada kekurangan ongkos haji, baik dari BPIH yang disetor oleh jamaah maupun dana optimalisasi.

Pada Senin (12/3), Kemenag dan Komisi VIII DPR secara resmi menetapkan BPIH tahun 1439 H/2018 M sebesar Rp 35.235.602 per jamaah haji. Nilainya meningkat sekitar Rp 345 ribu atau sekitar 0,99 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun, sejumlah pihak, termasuk Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), menilai ada persoalan dari sisi dana optimalisasi. Dana optimalisasi sudah ditetapkan Kemenag dan Komisi VII DPR sebesar Rp 6.327.941.577.970. Dengan begitu, masing-masing jamaah dari total kuota 221 ribu orang memperoleh Rp 28.633.219,8.

Menurut informasi yang diperoleh Republika, anggaran dana optimalisasi yang disediakan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji tidak mencukupi.

Berdasarkan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 5/2018, pengeluaran penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf (a) bersumber dari saldo BPIH dan/atau BPIH khusus dari jamaah haji yang menunaikan ibadah haji pada tahun berjalan dan perolehan nilai manfaat tahun berjalan.

BPKH menargetkan nilai manfaat tahun berjalan sepanjang 2018 mencapai Rp 6,1 triliun. Namun, sebanyak Rp 1 triliun dibagikan secara merata kepada 3,5 juta orang calon jamaah yang masuk ke dalam daftar tunggu. Dengan demikian, hanya Rp 5 triliun dana optimalisasi yang tersedia sehingga ada gap Rp 1,3 triliun dengan dana optimalisasi yang ditetapkan pemerintah dan DPR.

“Tidak, bukan begitu. Dananya ada. Kalau tidak ada, tidak akan diputuskan kemarin (dalam rapat antara Kemenag dan Komisi VII DPR pada 12 Maret 2018—Red),” kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar, kemarin.

Menurut dia, BPIH yang diputuskan bersama Komisi VIII DPR juga sudah rasional. Pengesahan itu telah melalui proses pembicaraan dan diskusi yang panjang. “Dana optimalisasi haji sudah bisa digunakan. Semuanya Rp 6,3 triliun,” ujar Nizar.

Ditemui seusai acara Rapat Koordinasi Nasional Pendidikan Islam di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, kemarin, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin turut merespons permasalahan ini. Menurut dia, dana penyelenggaraan ibadah haji ada yang berasal dari nilai manfaat maupun hasil efisiensi dari pelaksanaan haji tahun-tahun lalu.

“Sehingga ongkos haji yang hakikat normalnya Rp 66 juta, dibayar oleh jamaah hanya Rp 35 juta. Selebihnya dibayarkan dari dana optimalisasi,” ujar Lukman.

Ketua Panitia Kerja BPIH dari Komisi VIII DPR Noor Achmad mengonfirmasi mengenai sisa dana optimalisasi dari penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun sebelumnya. Nominalnya mencapai Rp 3,02 triliun. “Tentu saja yang menyimpan adalah Kemenag,” kata Noor.

Menurut dia, sisa dana itu disediakan Kemenag untuk memenuhi kebutuhan menutup kekurangan dana optimalisasi. Dia menambahkan, dalam rapat antara pemerintah dan Komisi VIII DPR, dana tersebut disepakati digunakan sebagian dan tahun-tahun yang akan datang.

Lebih lanjut, politikus Partai Golongan Karya itu memastikan, sisa dana itu untuk tahun ini tidak dilimpahkan ke BPKH. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji mengamanatkan agar BPKH wajib menyediakan cadangan dana haji untuk dua kali penyelenggaraan.

Sudah final

Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam memastikan BPIH tahun 1439 H/2018 M sudah final. “Setelah ini, prosesnya Pak Menteri Agama lalu akan menyampaikan hasil pembicaraan panitia kerja pemerintah dan DPR itu ke Presiden Joko Widodo,” katanya.

Menurut Nur Syam, Presiden selalu memperhatikan hasil rapat antara pemerintah dan DPR terkait ongkos haji. “Sebab, kalau misalnya ada perubahan maka itu harus kembali ke DPR dulu,” dia menjelaskan.

Nur Syam menjelaskan, kenaikan BPIH tahun 1439 H/2018 yang hanya Rp 345 ribu tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan tambahan layanan yang diterima jamaah. Ditambah lagi ada faktor berupa fluktuatifnya harga avtur dan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) di Arab Saudi. “Artinya memang harus ada kenaikan,” kata Nur Syam.

(novita intan/febrianto adi saputro, Pengolah: muhammad iqbal).

 

REPUBLIKA

Hadiya: Orang Tua Butuh Waktu untuk Menerima Saya Muslim

Hadiya, seorang mualaf yang tinggal di Kerala, negara bagian di Selatan India, harus menghadapi berbagai penentangan dari keyakinan dan pernikahannya dengan seorang pria Muslim bernama Shafin Jahan. Perempuan yang lahir dari pasangan Hindu ini menjadi berita utama di India, setelah ia memutuskan untuk memeluk Islam dan menikahi seorang Muslim. Perempuan berusia 24 tahun ini dianggap menentang harapan dari orang tuanya.

Pada Mei 2017 lalu, Pengadilan Tinggi Kerala membatalkan pernikahan yang dikeluhkan ayahnya sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’. Pengadilan tinggi saat itu menyatakan, bahwa pernikahan Hadiya dengan Shafin batal dan tidak berlaku. Mereka juga menggambarkan kasus itu sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’ dan meminta pihak kepolisian negara setempat untuk melakukan penyelidikan ke dalam kasus semacam itu.

Saat itu, Hadiya tengah menjalani magang wajib sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Medis dan Laboratorium Penelitian Sivaraj Homeophaty di distrik Salem Tamil Nadu. Ia tengah menyelesaikan gelar sarjana muda (Bachelor) pada bidang Bedah dan Obat-obatan Homeopathy (BHMS).

Selain membatalkan pernikahannya, pengadilan tinggi juga membuat Hadiya menjadi tahanan rumah di bawah pengawasan orang tuanya. Masalah muncul, saat sang suami Jahan menantang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala yang membatalkan pernikahannya dengan Hadiya.

Pada Agustus tahun lalu, Mahkamah Agung India meminta Badan Investigasi Nasional untuk menyelidiki kasus berpindah keyakinannya Hadiya dan pernikahannya. Kemudian pada 27 November lalu, Mahkamah Agung membebaskan Hadiya dari status tahanan orang tuanya dan mengirimnya ke perguruan tinggi untuk melanjutkan studinya. Akhirnya, pada 8 Maret lalu Mahkamah Agung membatalkan perintah Pengadilan Tertinggi Kerala. Tidak hanya itu, pengadilan tertinggi tersebut juga mengizinkan pasangan ini untuk kembali bersatu. Hadiya merasa terharu setelah masa-masa sulit yang ia habiskan selama menjadi tahanan rumah orang tuanya.

“Perjuangan hukum saya berlangsung selama kira-kira selama dua tahun enam bulan, yang saya habiskan bersama orang tua saya sangat mengerikan. Saya benar-benar berada di bawah tahanan rumah. Saya kehilangan masa dua tahun yang berharga dalam hidup saya,” kata Hadiya, dilansir di Outlook India, Selasa (13/3).

Hadiya mengatakan, bahwa keputusan Mahkamah Agung tersebut adalah tindakan yang memberi kebebasan kepadanya untuk berdiri dengan keyakinan yang ia percayai benar. Ia mengatakan, tidak ada orang lain di negaranya yang mengalami rasa sakit dan penderitaan seperti yang dialaminya.

 

Diapit oleh sang suami, Hadiya lantas berterima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya saat ia berupaya menentang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala. “Seharusnya tidak ada lagi kontroversi mengenai saya,” lanjutnya.

Hadiya meyakini, bahwa orang tuanya tidak berpikir untuk menyakitinya. Namun, ia menilai, jika orang tuanya berada di bawah pengaruh kekuatan anti-nasional. Kendati, ia tidak menguraikan kekuatan anti-nasional yang dimaksud. Namun, dia mengatakan, bahwa mereka menggunakan orang tuanya untuk keuntungan politik.

“Orang tua saya sangat menyayangi saya. Saya juga sangat menyayangi mereka. Tidak bisakah semua orang memilih kebebasan mereka? Beberapa kekuatan anti-nasional menyesatkan orang tua saya. Orang tua saya dan saya memiliki hubungan darah. Lebih dari orang lain, saya tahu orang tua saya,” ujarnya.

Kendati demikian, Hadiya mengaku ia tidak bertemu dahulu dengan orang tuanya. Karena menurutnya, orang tuanya juga memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua yang telah terjadi.

“Saya tidak akan menemui mereka saat ini. Mereka membutuhkan waktu untuk menerima bahwa saya seorang Muslim,” tambahnya.

 

REPUBLIKA

Pengaruh Makanan Haram pada Terkabulnya Doa

SEBAGIAN muslim tidak mempedulikan apa yang masuk dalam perutnya. Asal enak dan ekonomis, akhirnya disantap. Tidak tahu manakah yang halal, manakah yang haram. Padahal makanan, minuman dan hasil nafkah dari yang haram sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan seorang muslim, bahkan untuk kehidupan akhiratnya setelah kematian. Baik pada terkabulnya doa, amalan sholehnya dan kesehatan dirinya bisa dipengaruhi dari makanan yang ia konsumsi setiap harinya. Oleh karena itu, seorang muslim begitu urgent untuk mempelajari halal dan haramnya makanan. Dan yang kita bahas kali ini adalah seputar pengaruh makanan yang haram bagi diri kita. Moga bermanfaat.

Pertama: Makanan haram mempengaruhi doa

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan Allah juga berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR. Muslim no. 1015)

Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan pada Saad, “Perbaikilah makananmu, maka doamu akan mustajab.” (HR. Thobroni dalam Ash Shoghir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dhoif jiddan sebagaimana dalam As Silsilah Adh Dhoifah 1812)

Ada yang bertanya kepada Saad bin Abi Waqqosh, “Apa yang membuat doamu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lainnya?” “Saya tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan saya mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Saad.

Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata, “Siapa yang bahagia doanya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.”
Dari Sahl bin Abdillah, ia berkata, “Barangsiapa memakan makanan halal selama 40 hari, maka doanya akan mudah dikabulkan.”
Yusuf bin Asbath berkata, “Telah sampai pada kami bahwa doa seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”

 

INILAH MOZAIK

Empat Doa yang tidak Ditolak Allah SWT

MENDOAKAN adalah salah satunya cara yang kita lakukan sebagai bentuk rasa kasih sayang sesama saudara muslim. Menyebutkan nama saudara kita tersebut dan mendoakannya dalam setiap kita mengangkat telapak tangan dan dengan khusyuk mengirimkan doa-doa baik untuk diri sendiri juga saudara atau orang lain.

Dan mendoakan orang lain atau pun saudara dalam setiap doa kita merupakan salah satu doa yang mustajab.

“Empat doa yang tidak akan ditolak, yaitu: doa orang yang haji hingga kembali, doa orang yang berperang (berjihad) hingga berhenti, doa orang yang sakit hingga sembuh, dan doa seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Dan doa yang paling cepat diterima di antara doa-doa tersebut adalah doa seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya.” (HR.Ad-Dailami)

Sungguh tiada nikmat indah dalam diri dan kehidupan kita, melainkan segala nikmat yang datangnya dari Allah swt. Karena dengan mendoakan saudara kita tanpa sepengetahuannya, selain kita mendapatkan pahala, juga Allah menjanjikan anugrah dan rahmat yang sama untuk kita seperti yang didapat oleh orang yang kita doakan.

“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang mejadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata “aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang dia dapatkan.” (HR.Muslim : 2733)

Subhanalah, sungguh Islam adalah agama yang sangat mulia sangat menghendaki umatnya untuk saling mengasihi dan menyayangi terhadap sesama saudara muslim lainnya, melalui doa-doa tulus dan ikhlas. Kita dapat mempererat silahturahmi dengannya, juga mendapatkan balasan kebaikan yang sama dengan orang yang kita doakan. Subhanallah. [Chairunnisa Dhiee]

 

INILAH MOZAIK

Ayat Kursi Arab, Latin, Terjemahan, Keutamaan dan Keajaibannya

Ayat kursi merupakan ayat yang istimewa. Tentu semua ayat dalam Al Quran istimewa, tapi ayat kursi adalah pemimpin ayat Al Quran, yang keutamaan dan keajaibannya sungguh luar biasa.

Ayat kursi yang tidak lain adalah Surat Al Baqarah ayat 255 ini keutamaannya luar biasa, dimulai dari kandungan maknanya. Ia berisi penjelasan kalimat tauhid yang darinya terumus pendirian dan pegangan seorang muslim sehingga berani menghadapi segala tantangan hidup.

Mengapa disebut ayat kursi? Karena di dalam ayat ini ada kalimat (kata) kursiyyuhu. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, makna asal Al Kursi adalah Al ‘Ilmu (ilmu). Oleh karena itu para ulama disebut juga dengan sebutan al karaasi sebab mereka adalah orang-orang yang dijadikan pegangan atau sandaran. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al Kursi dalam ayat ini adalah keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi tidak ada apa namanya al kursi (kursi atau tempat duduk), tidak ada al qu’ud (duduk) dan tidak ada al qaa’id (yang duduk). Hal ini seperti firman Allah Az Zumar ayat 67.

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Al Kursi di sini adalah kerajaan dan kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hasan Al Bashri berpendapat yang dimaksud Al Kursi di dalam ayat ini adalah arsy. Sedangkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “yang benar adalah bahwa Al Kursi bukanlah arsy karena arsy lebih besar dari al kursi sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits dan atsar.

Bacaan Ayat Kursi

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.

Terjemahan Ayat Kursi

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Keutamaan Ayat Kursi

Keutamaan ayat kursi cukup banyak dan sungguh luar biasa. Mulai dari kedudukan ayat kursi sebagai pemimpin ayat Al Qur’an, untuk perlindunga, hingga rezeki dan balasan surga.

Berikut ini beberapa keutamaan ayat kursi yang bersumber dari sejumlah hadits:

1. Pemimpin ayat Al Quran

لِكُلِّ شَىْءٍ سَنَامٌ وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَفِيهَا آيَةٌ هِىَ سَيِّدَةُ آىِ الْقُرْآنِ هِىَ آيَةُ الْكُرْسِىِّ

Segala sesuatu itu mempunyai puncaknya dan puncak Alquran ialah surat al-Baqarah, di dalamnya terdapat sebuah ayat pemimpin semua ayat al-quran yaitu Ayat Kursi (HR. Tirmidzi)

2. Doa mustajabah

Siapa yang membaca ayat kursi lalu berdoa, doanya akan dikabulkan Allah karena di dalam ayat kursi ada asma Allah yang paling agung, yakni al hayyu al qayyuum.

اسْمُ اللَّهِ الأَعْظَمُ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ فِى سُوَرٍ ثَلاَثٍ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطَهَ

Asma Allah yang paling Agung yang apabila dibaca dalam doa pasti dikabulkan ada dalam tiga tempat yaitu surat al-baqarah surat al-imron dan surat Thaha (HR. Ibnu Majah)

Tiga ayat yang dimaksud dalam hadits ini adalah Surat Al Baqarah ayat 255 (ayat kursi), Surat Ali Imran ayat 1-2, dan Surat Thaha ayat 111.

3. Kunci masuk surga

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْتُ

Barang siapa membaca ayat kursi sehabis setiap sholat fardhu maka tiada penghalang baginya untuk memasuki surga kecuali hanya mati (HR. Thabrani)

4. Ayat yang paling agung

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Ubay Bin ka’ab, “Ayat kitab Allah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.”

Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat kursi.”

Lalu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, Hai Abu Mundzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan yang maha kuasa di dekat pilar arsy.” (HR. Ahmad)

5. Perlindungan dari jin dan sihir

Dari Abdullah bin Ubay bin ka’ab, ayahnya (Kaab) pernah menceritakan kepadanya bahwa ia memiliki sebuah wadah besar yang berisi kurma. Ayahnya biasa menjaga tong berisi kurma itu tetapi ia menjumpai isinya berkurang.

Pada suatu malam saat ia menjaganya, tiba-tiba ia melihat seekor hewan yang bentuknya mirip dengan anak laki-laki berusia baligh. Lalu Kaab mengucap salam kepadanya. Makhluk itu pun menjawab salam Kaab.

“Siapa kamu, jin atau manusia?” tanya Kaab.
“Aku jin” jawabnya,
“Kemarikanlah tanganmu ke tanganku.”
Makhluk itu mengeluarkan tangannya ke Ka’ab, ternyata tangannya seperti kaki anjing begitu pula bulunya.

“Apakah memang demikian bentuk jin itu?” tanya Kaab lagi.
“Kamu sekarang telah mengetahui jin. Di kalangan mereka, tidak ada yang lebih kuat daripada aku.”
“Apa yang mendorong berbuat demikian?”
“Telah sampai kepadaku bahwa kamu adalah seorang manusia yang suka bersedekah, maka kami ingin memperoleh sebagian dari makananmu.”
“Hal apakah yang dapat melindungi kami dari gangguan kalian?”
“Ayat ini, yakni ayat kursi,” jawab jin tersebut.

Keesokan harinya, Kaab berangkat menemui Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam lalu menceritakan hal itu kepada beliau. Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benarlah apa yang dikatakan oleh si jahat itu.” (HR Hakim, dikutip Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat kursi)

6. Seperempat Al Quran

Rasulullah pernah bertanya kepada salah seorang lelaki dari kalangan sahabatnya, “Hai Fulan, apakah kamu sudah menikah?” Laki-laki itu menjawab, “Belum, karena aku tidak mempunyai biaya untuk menikah.” Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bertanya, “Bukankah kamu telah hafal qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas)?” Lelaki itu menjawab, “Memang benar.” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seperempat Al Quran.”

“Bukankah kamu telah hafal qulya ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun)?” Laki-laki itu menjawab, “Benar.” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seperempat Al Quran.”

“Bukankah kamu telah hafal idzaa zulzilati (surat al zalzalah)?” Laki-laki itu menjawab, “Benar.” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seperempat Al Quran.”

“Bukankah kamu telah hafal idzaa jaa’a nashrullah (surat an nashr)?” Laki-laki itu menjawab, “Benar.” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seperempat Al Quran.”

“Bukankah kamu telah ayat kursi (Allahu laa ilaha illa huwa)?” Laki-laki itu menjawab, “Benar.” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “seperempat Al Quran.” (HR. Ahmad, dikutip Ibnu Katsir saat menjelaskan tafsir ayat kursi)

7. Kunci rezeki dan jodoh

Hal ini tersirat dari hadits di atas. Ketika seorang sahabat mengatakan belum menikah karena alasan tidak memiliki biaya, Rasulullah menyuruhnya membaca surat Al Ikhlas, surat Al Kafirun, surat Al Zalzalah, surat An Nashr dan ayat kursi.

Siapa yang banyak membaca ayat kursi, insya Allah dimudahkan mendapatkan rezeki dan mendapatkan jodoh.

 

Keajaiban Ayat Kursi

Keutamaan-keutamaan ayat kursi di atas sebenarnya sudah cukup untuk mengetahui betapa ajaibnya ayat kursi. Dengan izin Allah, ayat kursi menjadi doa perlindungan, kunci rezeki, kunci jodoh, hingga kunci surga.

Selain itu, dua hadits lagi. Satu hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi. Satu hadits lain yang cukup panjang, diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Kedua hadits ini menunjukkan keajaiban ayat kursi. Mari kita simak terjemah hadits-hadits tersebut:

Abu Ayyub selalu kedatangan jin yang mengganggu dalam tidurnya. Ia kemudian melaporkan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Nabi bersabda kepadanya, “apabila kamu melihatnya maka ucapkanlah:

بسم الله اجيبي رسول الله

Bismillah, tunduklah kepada Rasulullah

Ketika jin itu datang, Abu Ayyub mengucapkan kalimat tersebut dan akhirnya ia dapat menangkapnya. Tetapi jin itu berkata “Sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi.”

Maka Abu Ayyub melepaskannya. Abu Ayyub datang menghadap Nabi dan beliau bertanya “Apa yang telah dilakukan oleh tawananmu?” Abu Ayyub menjawab, “Aku dapat menangkapnya dan ia berkata bahwa dirinya tidak akan kembali lagi, akhirnya kulepaskan.” Nabi menjawab, “Sesungguhnya dia akan lagi.”

Abu Ayyub melanjutkan kisahnya: aku menangkapnya kembali sebanyak dua atau tiga kali. Setiap kutangkap, ia mengatakan, “aku sudah kapok dan tidak akan kembali menggoda lagi.” Aku datang lagi kepada Nabi dan beliau bertanya, “Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu?” Aku menjawab, “Aku menangkapnya dan ia berkata bahwa dia tidak akan kembali lagi.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya dia akan kembali lagi.”

Kemudian aku menangkapnya kembali dan ia berkata, “Lepaskanlah aku dan aku akan mengajarkan kepadamu satu kalimat yang jika kamu ucapkan niscaya tidak ada sesuatu yang berani mengganggumu yaitu ayat kursi.”

Abu Ayyub datang kepada Nabi dan menceritakan hal itu kepada beliau. Lalu Nabi bersabda, “Engkau benar, tetapi dia banyak berdusta.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dikutip Ibnu Katsir saat menjelaskan tafsir ayat kursi)

 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugasi diriku untuk menjaga zakat Ramadhan. Datanglah kepadaku seseorang yang langsung mengambil sebagian dari makanan. Maka aku menangkapnya dan kukatakan kepadanya, “Sungguh aku akan melaporkan kamu kepada Rasulullah.” Ia menjawab, “Lepaskanlah aku, sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak anak serta aku dalam keadaan sangat memerlukan makanan.”

Aku melepaskannya dan pada pagi harinya, Nabi bersabda kepadaku, “Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengatakan tentang kemiskinan yang sangat dan banyak anak hingga aku kasihan kepadanya maka kulepaskan dia.” Nabi bersabda, “Ingatlah sesungguhnya dia akan telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi.”

Aku mengetahui bahwa dia pasti akan kembali karena sabda rasul yang mengatakan bahwa dia akan kembali. Untuk itu aku mengintainya. Ternyata dia datang lagi lalu mengambil sebagian dari makanan itu. Maka aku tangkap dia dan aku berkata kepadanya, “Sungguh aku akan melaporkan kepada Rasulullah.” Ia berkata, “Lepaskan lah aku karena sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak tanggungan anak-anak. Aku kapok tidak akan kembali lagi.”

Aku merasa kasihan kepadanya dan kulepaskan dia. Pada pagi harinya, Rasulullah bertanya kepadaku, “Ya Abu Hirairah, apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah, dia mengadukan keadaannya yang miskin dan banyak anak. Aku merasa kasihan kepadanya sehingga terpaksa kulepaskan dia.” Nabi bersabda, “Ingatlah sesungguhnya dia telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi.”

Kuintai untuk yang ketiga kalinya. Ternyata dia datang lagi lalu mengambil sebagian dari makanan maka. Aku tangkap dia dan kukatakan kepadanya, “Sungguh aku akan menghadapkan dirimu kepada Rasulullah kali ini. Untuk yang ketiga kalinya kamu katakan bahwa dirimu tidak akan kembali lagi tetapi ternyata kamu kembali lagi.” Ia menjawab, “Lepaskanlah aku. Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang akan membuatmu mendapat manfaat dari Allah karenanya.”

Aku bertanya, “Kalimat-kalimat apakah itu?” Ia menjawab, “Apabila kamu hendak pergi ke peraduan, maka bacalah ayat kursi. Sesungguhnya engkau akan terus menerus mendapat pemeliharaan dari Allah dan tiada setan yang berani mendekatimu hingga pagi hari.” Maka aku lepaskan dia.

Pada pagi harinya, Rasulullah bertanya kepadaku, “Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, dia menduga bahwa dirinya mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang menyebabkan aku mendapat manfaat dari Allah karenanya, maka dia kulepaskan.”

Rasulullah bertanya, “Apa kalimat-kalimat itu?” Aku menjawab, “Dia mengatakan kepadaku apabila engkau hendak pergi ke peraduan, bacalah ayat kursi dari awal hingga akhir. Dia mengatakan kepadaku, “engkau akan terus menerus mendapat pemeliharaan dari Allah dan tidak ada setan yang berani mendekatimu hingga pagi hari.” Sedangkan para sahabat adalah orang-orang yang paling suka kepada kebaikan.”

Maka Nabi bersabda, “Ingatlah sesungguhnya dia percaya kepadamu tetapi dia sendiri banyak berdusta. Hai Abu Hurairah, tahukah kamu siapa yang kamu ajak bicara selama tiga malam itu?” Aku menjawab, “Tidak.” Nabi bersabda, “dia adalah setan.” (HR. Bukhari)

Demikian keutamaan dan keajaiban ayat kursi. Semoga kita semakin mencintainya, suka membacanya, mempelajari tafsirnya dan mengamalkannya. Allahumma aamiin. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’ Ayat Kursi:

  • Tafsir Al Qur’anil Adhim karya Ibnu Katsir
  • Tafsir Fi Zilalil Qur’an karya Sayyid Qutb
  • Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili
  • Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka
  • Tafsir Al Misbah karya Quraisy Syihab

 

BERSAMA DAKWAH

Mengajak NonMuslim yang sedang Sekarat Masuk Islam

YANG benar jika ada orang kafir yang sedang sekarat, maka tidaklah mengapa bagi seorang muslim untuk berada di sampingnya, mengajaknya masuk islam, atau memberinya dorongan untuk masuk islam pada akhir hayatnya.

Karena pada saat seperti ini ia sudah melihat tanda-tanda kematian yang jelas. Dan bisa jadi, yang menahannya untuk masuk islam adalah, rasa dengki, persaingan, takut kehilangan jabatan, atau khawatir kehilangan kepemimpinan. Yang itu semua akan musnah dengan kematian.

Juga karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah menghadiri seorang pemuda Yahudi yang sedang sekarat, pemuda itu pernah menjadi pelayan beliau. Maka beliau mengajaknya masuk islam. Ayah sang pemuda yahudi itu berkata: “Turutilah permintaan Abul Qasim Shallallahu Alaihi wa Salam.”

Akhirnya Nabi keluar dari rumah sang pemuda sambil berkata: “Segala Puji hanya bagi Allah yang telah memberi hidayah kepadanya dengan masuk islam.” (H.R Bukhari)

Adapun orang yang di kenal sangat menentang islam, bersikeras atas kekafirannya, tidak ada cara lain untuk membujuknya, dan dakwah islam tidak berguna baginya, maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk menghadiri saat-saat sekaratnya dan secara umum tidak ada faedah dalam mentalqinnya. Wallahu Alamu bis Shawab.

[Sumber: Al Muqarrib lii Ahkamil Janaiz oleh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al-Uroifi dan di tahqiq oleh Al-Alamah Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin]

 

INILAH MOZAIK

Makamnya Menyemburkan Aroma Wangi

DIKISAHKAN bahwa Dawud al-Ujly ra, ketika mati ia dibawa ke kuburnya. Tiba-tiba ia menyemburkan aroma wangi. Lalu tukang kuburnya mengambilnya sebagai minyak aroma wewangian.

Sedangkan orang-orang sangat takjub melihatnya. Selama tujuh puluh hari, tetap saja bau wangi. Lalu penguasa wilayah itu berusaha mengambilnya dari orang tersebut, tiba-tiba hilang begitu saja entah kemana sirnanya.

Ammar bin IBrahim ra mengatakan, “Aku bermimpi melihat perempuan miskin setelah kematiannya. Wanita ini sangat senang dengan majelis zikir, kusapa ia. “Selamat datang wahai wanita miskin”

“Jauh sekali wahai Ammar. Wanita miskin sudah pergi, dan datanglah si kaya raya,” jawabnya.
“Kemarilah” kataku.
“Apa yang kau minta pada orang yang diberi kewenangan surga dan segala isinya?” katanya.
“Dengan apa?” tanyaku.
“Dengan majelis-majelis zikir.”
“Lalu apa yang dianugerahkan Allah Taala pada Ali bin Zadan?”
Ia malah tertawa, dan berujar, “Allah memberinya pakaian yang sangat kharismatik, dan dikatakan padanya, “Hai qori, bacalah, dan naiklah!”.
Ibnu Abil Hiwary ra, mengatakan, “Aku bermimpi bertemu Al-Washily, seakan ia berdiri di angkasa, padahal seluruh langit penuh dengan cahayanya, lalu aku bertanya, “Apa yang diberikan Allah Taala padamu?”
“Sebaik-sebaik Tuhan adalah Tuhan kami. Dia mengampuni kami dan memuliakan kami, dan kami dijadikan sebagai keluarga-Nya.”
“Kalau begitu beri aku wasiat,” kataku.
“Hendaknya engkau tetap di majelis orang-orang yang berzikir, sebab mereka menurut kami berada di derajat yang luhur.”

Saat Muadz ra, mendekati maut, ia pingsan, lalu sadar, kemudian berkata, “Temukan aku dengan orang-orang yang telah diberi nikmat Allah Taala dari kalangan Nabi, Shiddiqin dan syuhada,” Lalu ia tersenyum dan berucap Laailaaha Illalloh Muhammadurrosulullah. Alhamdulillah.” Lalu beliau wafat.

Jafar adh-Dhobby ra mengatakan, “Aku menghadiri ziarah kubur Malik bin Dinar ra, lalu aku berkata dalam benakku, “Apa ya, yang dianugerahkan Allah pada Malik?”

Lalu kudengar suara dari atas Malik, “Malik selamat dari kehancuran, selamat dari buruknya penempuhan jalan, dan ia telah berada di rumah kebahagiaan, bertetangga dengan Tuhan Maha Pengampun..”

“Alhamdulillah” kataku.

Ibnu Bikar mengisahkan, “Suatu hari aku sedang salat di Mashishoh (nama sebuah kota). Ketika imam salam, seseorang tiba-tiba berdiri dan berkata, “Wahai manusia, aku adalah seorang ahli surga, dan aku telah mati hari ini. Kalau ada yang butuh, datanglah kemari..”

Ketika kami salat ashar, orang tersebut meninggal.

Harits bin Umar ath-Thai ra sedang sakit di Arminia. Suatu hari ia menghadap kiblat dan salat dua rakaat, lalu ia berkata di akhir sujudnya, “Ya Allah! Aku memohon dengan NamaMu yang dengannya menjadi pengokoh agama, dan dengan NamaMu yang dengannya alam semesta mendapatkan rezeki, dan dengan namaMu Engkau hidupkan tulang-tulang yang remuk. Bila ada kebaikan padaku di sisiMu, segerakan matiku.”

Lalu ia terdiam, dan orang-orang menggerak-gerakkannya, ternyata ia sudah mati.

Seseorang pernah melihat Malik bin Dinar ra, seakan-akan ia ada di istana di cakrawala, yang tidak bias digambarkan keindahannya. “Apa yang dianugerahkan Allah Taala padamu hai Malik?” tanya seseorang.

Ia menjawab, “Tuhanku menempatkan aku di istana ini seperti kau lihat dan Dia memperkenankan diriku untuk memandangNya manakala aku rindu padaNya, tanpa bagaimana atau tanpa padanan. Walhamdulillaahi robbil alamin.”

Ketika guruku Syeikh Manshur ra, hendak wafat, kami menangis di dekatnya. Lalu beliau siuman dari pingsannya, dan berkata:
“Kematian pecinta adalah kehidupan tiada putus-putusnya.
Suatu kaum mati, namun mereka hidup di tengah manusia.”

Lalu beliau berucap, “Asyhadu al-Laailaaha Illalloh, wa-Asyhadu Anna Muhammadar-Rasulullah, Shollallaahu alaihi wa-Alihi wasallam. Lalu takdir menjemputnya dan ruhnya yang suci membubung ke hadirat Ilahi Sang Pencipta.

Semoga Allah memberkahi Al-Qutub Agung Sayyid Ahmad Rifay dan keluarga tercintanya dan seluruh muslimin. Salam semoga kepada para Rasul. Walhamdulillahi Rabbilalamin.

 

INILAH MOZAIK

BPKH Bantah akan Ambil Alih Pengelolaan Tanah Waqaf Aceh

Anggota Badan Pelaksana Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH) bidang investasi, Beny Witjaksono, membantah bahwa pihaknya akan mengambil alih pengelolaan Tanah Waqaf Aceh (Baitul Asyi) di Makkah, Arab Saudi.

“Tak ada niatan dan hak sedikit pun, karena kita tahu, ini harta wakaf sehingga kepemilikannya adalah milik Allah Subhanahu Wata’ala, yang mengelola adalah nazhirnya,” ujarnya kepada hidayatullah.com saat dimintai klarifikasi, Selasa (13/03/2018).

 

Menurut Beny, Tanah Waqaf Aceh (Baitul Asyi) akan dikunjungi untuk dilakukan penjajakan, apakah bisa pihaknya bekerja sama dalam investasi. Katanya untuk meningkatkan nilai dan kemaslahatannya bagi jamaah haji asal Aceh khususnya, dan jamaah haji pada umumnya.

Menurut Benny, penjajakan kerja sama investasi tersebut bertujuan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk jamaah haji Indonesia. Menurutnya, manfaat ditujukan termasuk dan terutama bagi jamaah haji Aceh.

“Penjajakan kerja sama investasi hotel di Tanah Waqaf Aceh sudah berlangsung sejak 2013 dan Gubernur Aceh pernah datang dan membicarakan penjajakan kerja sama tersebut,” akunya.

 

Saat ini, kata dia, pembagian hasilnya 30 persen untuk jamaah haji Aceh, 30 persen investor, dan 30 persen pengelola. Sehingga menurutnya bila dimiliki oleh Indonesia tentu lebih besar kemakmurannya untuk jamaah haji Indonesia.

Terkait penolakan Partai Aceh atas rencana BPKH tersebut, menurutnya sudah dilakukan pembicaraan dan juru bicara Partai Aceh katanya telah memahami maksud BPKH.

“Alhamdulillah, Bapak Syardani M Syarif (Teungku Jamaica), Juru Bicara Partai Aceh (PA) telah memahami klarifikasi BPKH melalui bapak Anggito Abimanyu,” akunya.* Zulkarnain

 

HIDAYATULLAH