Mengintip Fasilitas dan Layanan Jamaah Haji 2018 yang Jauh dari Kesan Buruk

MADINAH – Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah haji Indonesia dengan memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada di Tanah Suci patut diacungi jembol. Baik pemondokan, transportasi, katering, bimbingan haji, keamanan, dan juga kesehatan.

Jauh dari kesan buruk, itulah gambaran Tim Media Center Haji (MCH) ketika mendapat kesempatan melihat langsung fasilitas hotel yang ada di beberapa kamar boleh dikatakan membanggakan. Tentu ini bukan isapan jempol semata, bahkan ada yang selevel bintang lima.

Boleh dibilang fasiliatas yang tersedia di musim haji tahun 2018 jauh lebih baik dari sebelumnya. Itu terlihat ketika Tim MCH memasuki Hotel Elaf Nakheel salah satu hotel di Sektor 5 Madinah, jaraknya hanya sekira 300 meter dari Masjid Nabawi. Tentu, ini sangat memudahkan jamaah yang ingin beribadah berkali-kali.

Kamar tersebut sudah dilengkapi pendingin ruangan (AC), kulkas, televisi LED, dan kasur empuk. Begitupun fasilitas kamar mandi yang jauh dari kesan buruk. Terlihat ada heater (pemanas air), hair dryer, dan kasur empuk. Jamaah juga bisa mencuci pakaian langsung menggunakan mesin cuci, termasuk disediakan tempat menjemur.

Dari 107 hotel di Madinah yang disiapkan panitia, rata-rata berjarak dekat, paling jauh 500 meter dari Masjid Nabawi. Salah seorang Jamaah asal Bekasi mengaku puas dengan pelayanan hotel. Tempatnya rapi, bagus, dan juga lengkap. Satu yang terpenting dekat dengan Masjid Nabawi.

“Alhamdulillah bagus, memuaskan, apalagi dekat dengan Masjid Nabawi,” ujar Babeh Duloh –biasa ia disapa.

Bukan hanya di Madinah, hotel yang disiapkan panitia di Makkah pun demikian. Di sektor 2 di Jawahrat Al Abead Hotel yang berjarak sekira 3,2 km dari Masjidil Haram ini memiliki 12 lantai dan berdinding full marmer.

“Lift yang digunakan modern karena menggunakan tombol sentuh, bahkan ada bunyi peringatan ketika overload penumpang,” ujar Endang Jumali, Kadaker Makkah.

Bahkan ada masjid disediakan di hotel ini, untuk jamaah yang akan menunaikan ibadah salat berjamaah. Tidak sedikit jamaah yang memanfaatkan untuk tahlilan atau kegiatan keagamaan lainnya.

Melayani dengan Hati

Transportasi untuk jamaah tahun ini bukan lagi hambatan, karena panitia sudah menyiapkan 394 bus salawat (salat lima waktu) yang akan menghantar jamaah ke 11 rute perjalanan, dan siap beroperasi selama 24 jam. Sebanyak 11 rute tersebut disiapkan untuk seluruh Makkah menjadi jalur utamanya, yang nantinya masing-masing bus akan datang menjemput di halte yang telah disediakan setiap lima menit sekali.

Sehingga jamaah tidak perlu khawatir pulang kemalaman, karena bus sholawat selalu stanby. “Bahkan jika hanya satu orang saja yang menunggu di halte, akan diantar sampai hotel atau sebaliknya ke Masjidil Haram,” ujar Kepala Bidang Transportasi Haji (PPHI) Arab Saudi, Subkhan Colid.

Sementara untuk yang di Madinah, petugas pun standby 24 jam dengan kendaraan operasional mengantar jamaah, khususnya yang tersesat atau lupa jalan menuju hotel tempatnya menginap. Sehingga, jamaah akan lebih nyaman dan leluasa beribadah karena kesiapan panitia dalam upaya melayani jamaah selama di Tanah Suci.

Begitupun dengan katering. Tahun ini adalah terobosan dengan menghadirkan makanan selera nusantara. Seperti pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar jamaah Indonesia ketika berada di Tanah Suci selama 42 hari, tetap bisa merasakan nikmatnya masakan sesuai lidahnya dari daerah masing-masing tempat asal para jamaah.

Boleh dikatakan, makanan yang didapatkan jamaah haji di Tanah Suci pada tahun ini tergolong istimewa. Selain jumlah paket katering yang diterima lebih banyak dibanding tahun lalu, citarasanya juga khas Nusantara, dengan koki-koki masak yang dihadirkan langsung dari tanah air yang memiliki sertifikat langsung dikeluarkan Kementerian Agama. Jadi tidak asal comot juru masak, melainkan melalui proses seleksi ketat.

Sedangkan untuk kesehatan juga tidak kalah pentingnya, di mana tim kesehatan haji Indonesia dari Kementerian Kesehatan memiliki tambahan fasilitas seperti penyediaan sandal, payung, alat semprot wajah, dan juga masker. Itu dibagikan secara gratis ke jamaah.

Adapun yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni dibentukanya tim P3 JH (Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji) yang disiapkan untuk mengisi titik kosong yang selama ini kurang terlayani secara maksimal karena keterbatasan para petugas pelayanan umum dan atau pelayanan kesehatan, khususnya pada masa puncak haji, Atafah-Mina-Muzdalifah (Armina). Tim ini akan dioptimalkan pada hari pertama lontar jumrah.

Kehadiran Tim Pelindung Jamaah atau Linjam yang berasal dari unsur TNI-Polri bakal menambah kekuatan dan menjawab tantangan. Dengan begitu kehadiran negara melalui para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang siap melayani jamaah akan lebih terasa sekali dirasakan. Kehadiran para petugas ini akan merasa nyaman beribadah ketika ada petugas PPIH di tengah-tengah para Tamu Allah.(han)

OKEZONE

Pemalsuan Tuhan

Pada era modern yang serba digital dan rasional ini ternyata banyak fenomena aneh terjadi di masyarakat. Salah satunya adalah orang lebih percaya kepada dukun, paranormal, atau orang pintar daripada percaya kepada Allah SWT. Bisnis jimat dalam berbagai bentuknya: jimat pelaris bisnis, penangkal bala, kekebalan tubuh, perlindungan rumah dan kendaraan, pemikat, bahkan dukun politik tampak banyak diminati sebagian masyarakat.

Sedangkan mempercayai, meyakini, dan bergantung pada dukun, paranormal, atau orang pintar termasuk perbuatan syirik yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya dan diancam tidak akan akan diampuni dosanya selama tidak bertobat (QS an-Nisa’ [4]: 48). Syirik berarti menuhankan Tuhan selain Allah. Padahal, Allah itu satu-satunya Tuhan yang kepada-Nya semua makhluk bergantung. Allah itu Mahahadir, Mahakaya, dan Maha Penolong hamba-Nya dalam segala urusan dan dalam menyelesaikan persoalan.

‘Uqbah bin ‘Amirra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Telah datang kepada Rasulullah SAW 10 orang (untuk melakukan baiat), maka Nabi SAW membaiat sembilan orang dan tidak membaiat satu orang. Mereka lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaiat sembilan dan meninggalkan satu orang ini?’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya dia mengenakan jimat.’ Maka orang itu memasukkan tangannya dan memotong jimat tersebut, barulah Nabi Saw membaiatnya.Setelah itu, beliau bersabda, ‘Siapa yang mengenakan jimat, maka dia telah menyekutukan Allah’. (HR Ahmad).

Mempercayai jimat dan menggantungkan nasib kepadanya, termasuk perilaku bodoh dan tidak rasional. Percaya kepada Tuhan palsu berarti menggadaikan diri kepada makhluk. Tuhan palsu berupa jimat itu sesungguhnya tidak bisa memberi manfaat ataupun mudarat sehingga tidak layak dipercayai. Sangat menarik narasi teologis yang disampaikan Nabi Ibrahim AS kepada kaumnya yang juga mempercayai Tuhan palsu. Ibrahim berkata: ‘Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?'(QS al-Anbiya'[21]: 66).

Allah juga menegaskan, Tuhan palsu atau pemalsuan Tuhan itu tidak memiliki kekuatan apa pun. Apa yang mereka sangka dapat mendatangkan keuntungan hanyalah tipu daya setan yang “mengelabui dan menghalusinasipemakai jimat. Karena itu, cukup Allah sebagai Tuhan sebagai penolong dan pelindung. (QS az- Zumar [39]: 38).

Berkonsultasi dengan kahin (orang yang mengaku dapat mengetahui hal gaib yang akan datang), ‘arraf (orang yang mengaku dapat mengetahui hal gaib yang telah berlalu), dan sahir (tukang sihir atau orang yang membuat rajah, jimat, jampi-jampi untuk mencelakai orang lain) saja dilarang, apalagi mempercayai isi ramalan atau jimatnya. Nabi SAW bersabda, Siapa mendatangi `Arraf (peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari. (HR Muslim).

Pemalsuan Tuhan atau percaya kepada Tuhan palsu tampaknya disebabkan oleh kurang dan lemahnya iman, kerasnya hati, kuatnya bujuk rayu setan, pengaruh lingkungan pergaulan yang tidak baik, derasnya arus materialisme, kuatnya iming-iming menjadi kaya dengan jalan pintas, gencarnya iklan perdukunan dan perjimatan di media massa, dan tidak efektifnya pendidikan agama yang memadai. Karena itu, pendidikan akidah tauhid yang benar dan lurus penting ditanamkan sejak dini, agar terhindar dari dosa besar (syirik) dan membinasakan diri sendiri.

Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Saw bersabda: Jauhilah tujuh dosa yang dapat membinasakan.Sahabat bertanya: ‘Apa itu ya Rasulullah?’ Jawab Nabi: (1) syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali yang hak (dibenarkan), (4) makan harta riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) melarikan diri dari peperangan (pengecut), dan (7) menghukum mati para mukminat yang baik-baik dengan tuduhan zina. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Oleh: Muhbib Abdul Wahab

REPUBLIKA

Pendengki Nikmat

Dengki dapat menghinggapi orang yang hatinya kotor

Dalam kehidupan sosial, ada hal yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, yaitu penyakit dengki. Dengki atau hasad kata Imam al-Ghazali adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.

Dengki dapat menghinggapi orang yang hatinya kotor karena orang dengki merasa lebih hebat, merasa punya posisi, dan tidak ingin kalah. Dalam pepatah Arab dikatakan, kullu dzi ni’matin mahsuudun (setiap yang mendapat kenikmatan pasti ada pendengkinya).

Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk berlindung dari kejahatan pendengki nikmat, “Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.'” (QS al- Falaq [113]: 1, 2, dan 5).

Nabi SAW bersabda, “Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. (Salah satunya) adalah jagalah dirimu dari dengki sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR Ibnu Asakir). Dalam hadis yang lain, “Hindari dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (membakar) kayu bakar.” (HR Abu Daud).

Penyakit dengki ini dapat menyerang siapa saja, tidak pandang bulu, dapat menyerang tokoh agama, para pemimpin, orang kaya, orang miskin, orang yang bergelar dan bertitel, rakyat biasa, hingga pejabat negara.

Ibnu Qayyim mengatakan, pilar kekufuran itu ada empat, yaitu takabur, dengki, marah, dan syahwat. Takabur menghalangi pelakunya bersikap patuh. Dengki menyebabkan tidak mau menerima dan memberi nasihat. Marah menjadi penyebab berlaku tidak adil. Kemudian, syahwat menjadi penghalang fokus dalam beribadah.

Saking bahayanya penyakit dengki, selain dapat menghancurkan amal kebaikan, hingga kejahatan pendengki ini diparalelkan dengan kejahatan tukang sihir dan kejahatan yang biasa dilakukan pada malam hari. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan para pendengki.

Ibnu Qayyim memberikan terapi untuk menangkal bahaya dengki dan pendengki. Yaitu, memohon perlindungan kepada Allah; bertakwa kepada-Nya; bersabar menghadapi pendengki; bertawakal kepada Allah dengan menyerahkan segala persoalan, termasuk perbuatan pendengki; mengosongkan hati dan pikiran dari sifat dengki.

Lalu, selalu menerima ketetapan Allah dengan ikhlas; bertobat kepada- Nya dari segala dosa; memperbanyak sedekah dan berbuat baik semaksimal mungkin; memadamkan api dengki dengan berbuat baik kepada sang pendengki; dan memurnikan tauhid dengan selalu meyakini bahwa yang dapat mendatangkan manfaat dan bahaya hanyalah Allah SWT.

Semoga Allah menjauhkan dan melindungi kita dari penyakit dengki dan para pendengki serta menjadikan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Amin.

Oleh: Imam Nur Suharno

 

REPUBLIKA

 

Al A’la, Allah Yang Maha Tinggi

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah dan kembali kepada-Nya. Dialah Allah yang menciptakan dan menguasai segalanya. Hanya kepada Allah kita memohon dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Salah satu asma Allah adalah Al Ala, Allah Yang Maha Tinggi. Di dalam Al Quran Allah Swt berfirman, “Katakanlah: serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrohpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan, tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu? Mereka menjawab: (perkataan) yang benar, dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Sabaa [34] : 22-23)

Kalau kita sudah mengenal Allah Yang Maha Tinggi, maka kita tidak akan meninggi-ninggikan siapapun selain Allah. Kita tidak akan meninggi-ninggikan siapapun, karena tidak ada orang yang tinggi derajatnya kecuali Allah-lah yang meninggikannya.

Jika kita memiliki jabatan tinggi, maka bersikaplah sewajarnya saja, tidak perlu meninggi-ninggikan diri (sombong), karena bukan jabatan itu yang membuat derajat kita tinggi di hadapan Allah Swt, melainkan jikalau jabatan tersebut menjadi jalan kita menjadi ahli takwa kepada Allah Swt. Ketakwaannya inilah yang membuat ia ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt.

Sesuai dengan janji Allah Swt. di dalam Al Quran, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu..” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Allah Yang Maha Tinggi. Hanya Allah yang kuasa meninggikan dan merendahkan makhluk-Nya. Maka, tidak perlu silau melihat ketinggian atau kedudukan orang lain, tak usah merasa mulia dari orang lain ketika mendapat jabatan tinggi. Yakinilah semua itu tidak ada apa-apanya di hadapan Allah apalagi jika tidak menjadi jalan ibadah kepada-Nya. Kedudukan tinggi di dunia yang malah menjadi jalan kesombongan, hakikatnya adalah kehinaan.

Kalau kita mau terpukau dan kagum pada ketinggian manusia hendaklah karena ketinggian amal sholeh, ibadah dan akhlaknya. Bahkan, “iri” terhadap orang sholeh karena kesholehannya ini sangat dianjurkan sehingga kita pun terpacu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.

Maka, milikilah cita-cita untuk memiliki ketinggian sejati, yaitu ketinggian iman kepada Allah, ketinggian kualitas ibadah dan akhlak. Inilah yang akan menjadi jalan diangkatnya derajat kita oleh Allah Swt. Yang Maha Tinggi. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

INILAH MOZAIK

Dapat 9 Dirham Tidak Apa-Apa Lah

SYEKH Nashiruddin Juha suatu hari sedang tidur. Lalu ia bermimpi ada seseorang datang dan memberinya uang 9 dirham. Padahal, orang tersebut harus mengganti sebanyak 10 dirham ke Juha.

Sebagaimana dikutip dari buku ‘Tingkah Laku Juha’ karya Dr Darwisy Juwaidy, Selasa (24/7/2018), Perselisihan hingga perkelahian di antara keduanya pun terjadi akibat kekurangan pengembalian uang 1 dirham tersebut. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba Juha terbangun dari tidurnya dan terkejut.

Ketika tersadar, ia tidak mendapati uang dirham di genggaman tangannya. Juha pun merasa menyesal karena di mimpinya berlaku tamak sehingga tidak mendapat apa pun.

Sesaat kemudian, dia kembali membaringkan tubuhnya dan melektakkan kepalanya di bawah tikar. Juha langsung menjulurkan tangan ke orang yang datang dalam mimpinya sebagai musuh itu.

Juha lalu berkata, “Berikan kepadaku 9 (dirham) saja dan janganlah engkau membuat aku jengkel.”

Dia merasa tidak apa-apa lah mendapat 9 dirham, kurang 1 dirham, daripada taka da hasil sama sekali.

(han)/OKEZONE.com

Hati-hati Cuaca Panas Mulai Menyengat di Tanah Suci

Iklim dan kondisi cuaca di Tanah Suci Makkah dan Madinah, Arab Saudi, kini memasuki musim panas. Menghadapi musim panas yang akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang, jamaah diminta mengantisipasi agar tidak terganggu saat menjalankan ibadah.

Konsulat Jenderal RI di Jeddah Hery Saripuddin mengatakan musim panas di Tanah Suci biasanya dimulai pada Februari hingga Agustus. Saat musim panas, suhu udara mencapai di atas 40 derajat celcius pada siang hari. Kondisi ini harus diantisipasi jamaah agar tetap fit saat menjalankan ibadah umrah.

“Cuaca sudah mulai panas, apalagi Agustus pas jamaah berada di Makkah,” ujar Hery di Jeddah, Minggu 22 Juli 2017.

Hery mengatakan pihaknya sudah mengingatkan agar jamaah mempersiapkan diri sebelum berangkat dan selama berada di Tanah Suci. Hanya saja jamaah perlu terus diingatkan agar tetap mewaspadai udara panas.

Hal yang perlu diperhatikan jamaah antara lain tidak banyak melakukan kegiatan di luar ruang yang tidak perlu. Terutama pada siang hari saat udara sangat panas. “Untuk kegiatan umrah, tawaf dan sai sebaiknya dilakukan pada malam hari,” kata Hery.

Ia juga menyarankan agar jamaah meletakkan sandal di dekatnya pada saat berada di masjid. Ini untuk menghindarkan sandal hilang dan jamaah bertelanjang kaki saat pulang dari masjid.

“Berjalan dengan kaki telanjang di udara yang panas bisa mengkibatkan kaki melepuh,” ujarnya.

Jamaah juga diingatkan agar menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat. Soal minum itu menurutnya tidak boleh dianggap enteng. “Jika air kencing berwarna kuning saat buang air, itu berarti kurang minum,” kata Hery.

HALALLIFESTYLE

Selain Wajib, Ternyata Ada Juga Tawaf yang Sunah

Salah satu inti rangkaian ibadah haji adalah tawaf. Ini adalah kegiatan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Tapi, tahukah Anda ternyata tawaf tak hanya satu jenis saja, melainkan ada empat, yaitu Tawaf Qudum, Tawaf Sunat, Tawaf Ifadal, dan Tawaf Wada.

Pengamat haji dan penulis buku Muhammad Ramdlan Nurrohman mengatakan masih banyak masyarakat yang belum mengenal jenis-jenis tawaf ini.

“Biasanya yang tahu mereka yang sudah berangkat haji, karena ada dalam rukun haji, jadi pasti masuk dalam materi bimbingan manasik. Tapi kalau umum sih, gak,” kata dia saat dihubungi Halallifestyle.id, Senin 23 Juli 2018.

Ramdlan mengatakan bahwa seharusnya mengenai tawaf ini diajarkan juga sebelum jamaah berangkat ke Tanah Suci, sehingga saat berniat naik haji sudah mengetahui gambarannya.

Tawaf pertama adalah Tawaf Qudum yang dilakukan saat tiba di Mekah. Tawaf pembuka ini hukumnya sunah, jadi jika tidak melakukan tidak akan membatalkan ibadah haji.

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW setiap kali memasuki Masjidil Haram selalu melakukan tawaf sebagai pengganti Tahiyyatul Masjid. Bagi wanita yang melaksanakan Tawaf Qudum, tidak perlu berlari-lari kecil, cukup dengan berjalan biasa saja. Bagi wanita yang sedang haid dilarang melakukan Tawaf Qudum.

Tawaf yang kedua yaitu Tawaf Sunat, atau lebih dikenal dengan sebutan Tawaf Tathawwu. Tawaf ini bisa dilakukan kapan saja, walaupun dalam waktu-waktu yang haram untuk shalat. Tapi, tawaf ini tidak boleh dilaksanakan jika masih ada kewajiban haji lainnya yang belum dilaksanakan.

Ketiga adalah Tawaf Ifadal atau Tawaf Ziarah yang wajib dilaksanakan untuk ibadah haji. Jika tawaf ini tidak dilaksanakan maka hajinya batal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hajj 29:

ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).”

Tawaf Ifadal ini dilaksanakan setelah peserta haji melakukan lontar jumroh Aqabah, membayar dam dan mencukur.

Tawaf yang terakhir adalah Tawaf Wada atau Tawaf Shadar. Tawaf ini dilakukan menjelang kepulangan jamaah haji berpulang ke kampung masing-masing. Tawaf ini cukup dilakukan dengan berjalan dengan membaca doa yang berbeda untuk setiap putaran.

Tawaf ini sifatnya wajib. Bila tidak dikerjakan maka wajib membayar dam dan jika sudah mengerjakan haruslah meninggalkan Masjidil Haram. Jika jamaah sudah keluar dari masjid dan masuk kembali, maka jamaah diharuskan mengulangi Tawaf Wada ini. Untuk wanita yang sedang haid, tidak perlu melakukan Tawaf Wada. (Ranny Supusepa)

HALALLIFESTYLE

Jalan Menuju Masjid Hapus Dosa dan Tinggikan Derajat

SETELAH berwudhu, menyucikan diri dari segala najis dan kotoran secara sempurna sehingga tubuh dan jiwa kita siap untuk melaksanakan salat berjemaah. Semua ulama bersepakat mengenai anjuran salat berjemaah, bahkan sebagaian ulama mewajibkannya.

Kita sebagai umat Islam, diharuskan untuk berkumpul di masjid untuk mendirikan salat berjemaah dalam barisan yang rapi. Selain pahala besar yang dijanjikan Allah, berjalan menuju masjid untuk mendirikan salat juga mengandung faedah luar biasa bagi kesehatan.

Rasulullah saw sering kali menganjurkan umatnya untuk berjalan kaki menuju masjid atau tempat salat. Anjuran tersebut beliau sampaikan dalam beberapa hadis. Dan, Allah juga akan memberikan pahala yang sangat besar bagi orang yang berjalan menuju tempat salat.

Orang yang paling jauh jaraknya menuju masjid niscaya akan mendapat pahala yang paling besar. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian ditunjukkan kepada suatu amal yang dengannya Allah menghapus dosa dan meninggikan derajat?”

Lalu, para sahabat menjawab, “Tentu saja, Rasulullah.”

“Menyempurnakan wudhu dan menjauhi segala sesuatu yang tidak disukai, memerbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu waktu salat dengan mendirikan salat. Itulah keutamaan. Itulah keutamaan.” (HR.Muslim)

Abu Musa ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mendapat pahala salat yang paling besar adalah yang paling jauh jarak perjalanannya ke masjid.” (HR.Muslim)

Hadis ini dan hadis sebelumnya menegaskan keutamaan rumah yang jauh dari masjid sehingga butuh banyak langkah untuk sampai ke sana. Pahala yang didapatkannya pun lebih banyak dibandingkan dengan orang lain. Semakin jauh rumah seseorang dari masjid, makin besar pahala salatnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang bersuci di rumahnya kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk melaksanakan kewajiban dari Allah, niscaya langkahnya itu akan menghapus dosanya dan mengangkat derajatnya.” (HR.Muslim)

Semua hadis di atas menegaskan anjuran kepada kita, umat muslim untuk berjalan kaki menuju masjid sekuat tenaga, tidak diatas kendaraan apapun meskipun rumahnya jauh dari masjid, selama tidak ada uzur atau hambatan yang menghalangi perjalanannya. Ingat, pulang juga dianjurkan dengan berjalan kaki. [Chairunnisa Dhiee]

INILAH MOZAIK

Tahukah Kamu Dimana ‘Arsy Allah?

KETERANGAN bahwa Arsy Allah berada di atas air dinyatakan di surat Hud, Allah berfirman,

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arsy-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Hud: 7)

Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa Arsy-Nya berada di atas air sebelum Allah menciptakan langit dan bumi dan berikut isinya. Qatadah ulama tafsir tabiin mengatakan, “Allah Taala menyampaikan kepada kalian bagaimana Allah memulai ciptaan-Nya, sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (Tafsir at-Thabari, 15/246)

Dinyatakan dalam hadis dari Imran bin Husain Radhiyallahu anhu, “Bahwa ada beberapa penduduk Yaman menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan menanyakan sesuatu, “Kami datang kepada anda untuk menanyakan perihal ini..”

Jawaban Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Allah telah ada dan sesuatu apapun selain-Nya belum ada. Arsy-Nya berada di atas air. Dia mencatat segala sesuatu dalam ad-Dzikr (al-Lauh al-Mahfudz). Dan Dia menciptakan langit dan bumi.” (HR. Bukhari 3191 dan Baihaqi dalam al-Kubro 17702).

Ayat dan hadis di atas menjelaskan tentang kondisi awal penciptaan alam semesta. Dan bahwa Arsy Allah berada di atas air sebelum penciptaan langit dan bumi. Meskipun Arsy Allah senantiasa berada di atas air.

Dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bisa kalian perhatikan apa yang diberikan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, dan apa yang berada di tangan-Nya sama sekali tidak berkurang, dan Arsy-Nya berada di atas air.” (HR. Bukhari 6869 dan Muslim 1659)

Kesimpulan bahwa Arsy Allah selalu berada di atas air, diambil dari hadis di atas. Di mana Allah selalu memberi dari sejak penciptaan langit dan bumi hingga sekarang. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menegaskan, “Arsy-Nya berada di atas air.”

Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan, “Makna tekstual hadis yang sebelumnya bahwa Arsy dulu berada di atas air, sebelum penciptaan langit dan bumi. Dan disepakati bahwa Arsy Allah selalu berada di atas air. Dan yang dimaksud dengan air bukan air lautan, namun dia adalah air di bawah Arsy sebagaimana yang Allah kehendaki.” (Fathul Bari, 13/410).

Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAHMOZAIK

Jamaah Indonesia Wafat Saat Shalat Ashar di Masjid Nabawi

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

 

SUKARDI Ratmo Diharjo, 59 tahun, baru beberapa hari tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji.

Ternyata, Allah tak hanya memanggilnya untuk berhaji, tapi juga memanggilnya untuk menghadap-Nya. Ya, jamaah calon haji kloter 1-JKG (Embarkasi Jakarta) ini telah berpulang ke Rahmatullah.

Kepergian pria asal Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu begitu spesial. Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com dari Kementerian Agama, Sukardi menghembuskan napas terakhirnya saat sedang bersujud, kala menunaikan shalat ashar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/07/2018) lalu.

Berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah haji pertama yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 1439H/2018 ini.

Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada Rabu pukul 23.00 WAS.

“Berdasar COD, penyebab kematiannya adalah cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya kepada Media Center Haji (MCH) Daker Madinah kutip laman resmi Kemenag.

COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha’ah(mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan, dia berhaji didampingi istri,” ujarnya.

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

Jamaah Kedua

Sementara itu, kepergian Sukardi disusul jamaah calon haji Indonesia lainnya. Adalah Hadia Daeng Saming (73), yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Makassar. Ia wafat sesaat setelah mendarat di Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Jumat (20/07/2018). Ia terbang dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-1203.

Hadia menjadi jamaah asal Indonesia kedua yang meninggal di Tanah Suci. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, Hadia berangkat dari Embarkasi Makassar bersama rombongan dari Kabupaten Gowa dan Barru.

Hadia mula-mula tak sadarkan diri saat menuju antrean keimigrasian menuju Gerbang Zero Bandara AMMA saat dibopong putrinya, Asmia Hadi Hasan, yang berusia sekitar 50 tahun.

Andi Marolla, petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi rombongan Hadia dari Embarkasi Makassar menuturkan, di atas pesawat, sekitar 2-3 jam sebelum pendaratan, Hadia sudah tak sehat. Ia sesak napas dan diketahui memang memiliki riwayat bronkitis.

Hadia menolak diangkut memakai mobil khusus untuk pasien pengguna kursi roda setelah turun dari pesawat. Saat mengantre untuk imigrasi, ia pingsan kala dipapah Asmia Hadi, lalu dibawa ke klinik bandara.

Di klinik bandara, Hadia mengalami asistol alias henti jantung. Petugas paramedis coba melakukan Cardiopulmonary Resusication (CPR) atau usaha untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi serta penanganan akibat terhentinya denyut jantung. Namun tidak berhasil. Hadia dinyatakan wafat sekitar pukul 15.04 WAS di Klinik Bandara AMMA.

Kadaker Bandara Arsyad Hidayat yang berada di lokasi tampak terus menenangkan sang putri, Asmia, yang terpukul atas wafatnya sang ibu. Sembari menenangkan Asmia, Arsyad pun mendorongnya dengan kursi roda. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…*

HIDAYATULLAH