Anda Pilih Mana? Kekayaan, Kekuasaan Atau Cinta

DIKISAHKAN ada tiga orang sahabat bernama Ahmad, Umar, dan Aziz. Mereka telah bersama-sama sejak kecil. Di usianya yang telah dewasa kini, mereka bertukarpikiran bagaimana mereka bisa keluar dari garis kemiskinan di kampung tempat tinggalnya.

Setelah berdiskusi, mereka bertiga bersepakat untuk pergi dari kampung halaman mereka untuk mencari sebuah keberuntungan di luar sana. Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah kendi. Setelah diputuskan untuk membawa serta kendi tersebut, secara mengejutkan munculah seorang kakek dari dalam kendi tersebut.

“Aku adalah seorang kakek yang akan mengabulkan tiga pilihan manusia yang menyelamatkanku dari kendi itu. Aku punya tiga pilihan. Masing-masing dari kalian akan mendapatkan satu di antaranya.”

“Apakah tiga pilihan tersebut?” Ahmad dan Umar tidak sabar mendengar pilihan-pilihan tersebut.

“Kekayaan, kesuksesan, dan cinta.”

“Aku memilih kekayaan,” ujar Ahmad cepat.

“Aku memilih kekuasaan,” sela Umar.

“Aku lebih menyukai cinta,” ucap Aziz tenang.

Sang kakek tersenyum, lalu berkata, “Baiklah. Sekarang lanjutkan perjalanan kalian. Kalian akan mendapatkan apa yang kalian pilih saat ini.”

Ahmad dan Umar segera berlari ke kota hingga melupakan kendi tersebut. Di belakangnya, Aziz meraih kendi tersebut dan berjalan menyusul kedua sahabatnya.

Apa yang dikatakan oleh sang kakek pun benar. Sepulangnya dari merantau, ketiganya mengalami perubahan nasib.

Ahmad yang awalnya bekerja di toko kelontong memperoleh warisan toko tersebut dari sang pemiliknya. Ia pun berhasil mengembangkan usaha tersebut dan menjadi saudagar yang kaya raya. Hanya saja, kekayaan mengubah perangai Ahmad yang membuatnya tidak disukai siapapun.

Sesuai dengan pilihannya, Umar pun menjadi penguasa yang sukses menguasai kota tempat tinggalnya. Ia mudah dan bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya. Sayangnya, kekuasaan telah mengubah perangai santun Umar menjadi zalim. Masyarakat tidak menyukainya sampai-sampai hidupnya berakhir di tangan rakyatnya tersebut.

Sementara Aziz yang telah memilih cinta, hidup dengan penuh kedamaian dan suka cita. Ia menjadi sosok yang disukai hampir semua orang. Aziz pun menjadi orang yang bermanfaat karena suka menolong. Ternyata sejak awal ia sudah menyadari bahwa kekayaan dan kekuasaan tidak akan ada artinya tanpa cinta. Aziz memang tidak sekaya Ahmad, tapi setiap orang menyayanginya. Runtuhnya kekuasaan Umar pun membuat Aziz dipilih masyarakat untuk menggantikannya sebagai pemimpin.

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah Swt.”

Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tolong kami beri tahu siapa mereka?” Rasulullah menjawab, mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah Swt tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat di antara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa di kala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita di kala orang lain berduka cita.” (HR Abu Daud) [An Nisaa Gettar]

 

INILAH MOZAIK

Ini Pintu Masuk dan Waktu yang Diperuntukkan bagi Jamaah Perempuan Berkunjung ke Raudhah

MADINAH – Pimpinan tertinggi Masjid Nabawi telah menetapkan aturan dan waktu waktu bagi perempuan yang akan beribadah di raudhah dan ziarah ke makam Nabi Muhammad.

Raudhah yang merupakan tempat istimewa bagi umat Muslim di dunia ketika berada di Masjid Nabawi. Dulunya area ini berada di antara rumah Nabi Muhammad dan mimbar khutbah di Masjid Nabawi yang asli.

Demi ketertiban ibadah, petugas mengatur supaya jamaah bergantian berdoa di Raudhah. Selain waktu berkunjung, pintu masuk bagi jamaah laki-laki dan perempuan pun berbeda.

Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) Sektor Khusus Masjid Nabawi Brigadir Restu Fitri Adryan mengatakan jemaah perempuan masuk dari Pintu (Gate) 25. Sedangkan waktu kunjung setelah shalat subuh hingga menjelang zhuhur, lalu ba’da zhuhur hingga ashar, kemudian ba’da shalat isya hingga hampir tengah malam.

Jamaah perempuan masuk per kelompok. Jamaah Indonesia dikumpulkan dengan jamaah dari Malaysia, Filipina, dan Thailand. Askar yang memandu biasanya membawa papan bertuliskan “Kumpulan Berbahasa Melayu”.

Brigadir Restu menyarankan sebaiknya jamaah yang hendak ke Raudhah datang pada saat ba’da subuh atau isya karena waktu kunjung lebih panjang.

“Saat ini jamaah sudah mulai ramai mengujungi Raudhah, maka akan lebih baik datang saat ba’da subuh atau isya supaya lebih leluasa menunggu antrean menuju Raudhah,” ujarnya.

Berdasarkan info, pintu dibuka ba’da subuh hingga pukul 09.30 Waktu Arab Saudi (WAS). Untuk siang hari, ba’da zuhur sampai pukul 15.30 WAS. Total jamaah perempuan mengantre lebih kurang selama dua jam. “Sedangkan kalau malam antrean setelah shalat hingga 23.30 WAS,” lanjutnya.

Selain air zam-zam, jemaah perempuan juga sebaiknya membawa bekal makanan ringan, seperti roti, biskuit, atau kurma untuk mengganjal perut selama mengantre.

OKEZONE

Akhir yang Buruk Bagi Orang-Orang yang Tergoda Nafsu

Al-Qurthubi meriwayatkan, “Pada zaman dahulu hiduplah seorang muazin yang mengumandangkan azan selama 40 tahun.

Pada suatu hari dia naik ke menara untuk mengumandangkan adzan. Ketika sampai pada lafal  “Hayya alal Falah” (mari kita menuju kemenangan) padangan matanya tertuju pada seorang perempuan Nasrani. Setelah itu konsentrasinya hilang dan hatinya terombang-ambing . Kemudian dia segera meninggalkan adzan dan bergegas menuju si perempuan itu. Dia berniat untuk melamarnya.

“Mahar yang aku minta cukup berat bagimu.” kata si perempuan mengajukan tawaran. “Mahar apakah itu?” tanya si muazin. “Engkau harus masuk dalam agamaku dan meninggalkan Islam.” jawab si perempuan. Si muazin kemudian kufur kepada Allah dan memeluk agama Nasrani.

Suatu hari dia naik ke atas atap untuk melakukan suatu pekerjaan. Tiba-tiba kakinya terpeleset kemudian jatuh dari atas genteng dan mati. Dengan kecelakaan ini, dia tidak berhasil mendapatkan si perempuan dan juga tidak memperoleh keberuntungan dalam agama Islam. Dia merugi di kehidupan dunia sekaligus akhirat. Semoga Allah menjauhkan kita dari akhir yang buruk dan akibat yang tercela.

***

Dikutip dari buku Bisikan Untuk Pendosa, terbitan Maghfirah Pustaka

Pemulung Asal Probolinggo Berangkat Haji

Miskat, asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung, selangkah lagi mewujudkan impian menunaikan ibadah haji setelah bertahun-tahun menyisihkan uang hasil jerih payahnya senilai Rp10 ribu setiap hari.

Kakek yang kini berusia 70 tahun itu tergabung bersama rombongan calon haji lainnya asal Kabupaten Probolinggo dalam kelompok terbang (Kloter) 28 Embarkasi Surabaya, yang Rabu sore memasuki Asrama Haji Sukolilo Surabaya, untuk kemudian berangkat ke Tanah Suci melalui Bandara Juanda, Kamis sore, 26 Juli.

“Naik haji sudah menjadi cita-cita saya sejak masih muda,” ujar duda dua anak ini. Suaranya terdengar lirih.

Empat bulan lalu, menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci, Miskat menderita penyakit sesak nafas. Sejak itu dia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur rumahnya, tanpa dapat melakukan aktifitasnya lagi sebagai pemulung.

Dia mengenang, sebelum menderita penyakit sesak nafas, rutinitasnya adalah memulung sampah, mencari barang-barang bekas yang masih bisa dijual kembali, seperti kardus, botol dan lainnya.

Sarana yang dikendarainya untuk memulung sampah adalah sepeda angin tua dengan wadah atau “ronjotan” di belakangnya untuk menyimpan barang-barang bekas yang yang dikaisnya dari tempat sampah, yang dirasa masih laku dijual.

“Saya berkeliling di lima desa dengan mengayuh sepeda untuk mengais sampah setiap hari,” katanya.

Hasil penjualan dari barang-barang bekas yang dikumpulkannya disisihkan Rp10 ribu setiap hari, yang kemudian disimpan di lemari, bersama tumpukan baju, di rumahnya.

Miskat masih ingat, di tahun 2010, uang simpanannya terkumpul Rp3 juta, dengan pecahan atau lembaran uang Rp10 ribuan yang sudah lusuh. Dia mengikatnya dengan gelang karet dan membawanya kepada H Saiful, pemilik salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di Probolinggo.

Saiful lantas mengantar Miskat mendaftar haji dengan lembaran uang Rp10 ribuan lusuh senilai Rp3 juta yang diikat karet gelang itu. Saat itu biaya pendaftaran haji sekitar Rp25 juta. Sisa kekurangannya menggunakan dana talangan dari bank dengan yang dijamin oleh pemilik KBIH.

Menurut Saiful, dana talangan itu jatuh temponya oleh bank hanya diberi waktu selama setahun. Tentu Miskat tidak dapat melunasinya.

Dari pihak KBIH, lanjut dia, ikut membantu membayarkan bunganya ke bank yang sudah lewat jatuh tempo hingga akhirnya Miskat dapat menutup cicilan pokoknya bertahun-tahun kemudian.

Petugas di Asrama Haji Sukolilo Surabaya malam ini merujuk Miskat ke Rumah Sakit Umum Haji Surabaya untuk menjalani perawatan medis pada pernafasannya. Dari sorotan matanya masih terpancar semangat untuk segera melihat Rumah Allah di Makkah, menunaikan ibadah haji, memenuhi rukun Islam kelima.

 

IHRAM

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci! Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android! klik di sini!

Meraih Predikat Mabrur

Meraih predikat mabrur merupakan dambaan bagi setiap calon jamaah haji (calhaj). Hal ini tidak terlepas dari keutamaan haji mabrur sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, Haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (HR Bukhari dan Muslim).

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, Yang dimaksud, `tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan, ia memang pantas untuk masuk surga. (Syarh Shahih Muslim).

Banyak pendapat yang dilontarkan para ulama terkait dengan pengertian haji mabrur, satu pendapat dengan pendapat lainnya saling berkaitan dan berdekatan.

Dari berbagai pendapat itu, disimpulkan oleh al-Qurthubi.  Haji mabrur adalah haji yang dipenuhi seluruh ketentuannya dan dijalankan dengan sesempurna mungkin oleh pelakunya (mukallaf) sebagaimana yang dituntut darinya. (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).

Meraih predikat haji mabrur tidak semudah kita mengucapkannya. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan yang cukup berat melibatkan materi, hati, pikiran, dan fisik prima yang membuat haji yang kita laksanakan menjadi mabrur. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh para calhaj agar bisa meraih predikat mabrur.

Pertama, menjaga niat dan tujuan kita berhaji adalah semata-mata karena Allah SWT.

Niat ini harus dijaga dan dipelihara, baik saat akan berhaji, sedang berhaji, maupun setelah pulang berhaji. Sebab, tidak jarang sepulang haji, niat yang tadinya ikhlas semata karena Allah berubah menjadi riya. Niat ikhlas semata karena Allah SWT ini dijelaskan dalam Alquran surah al-Baqarah (2) ayat 196, Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

Kedua, laksanakan ibadah haji selaras dengan manasik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Hal ini penting karena seikhlas apa pun kita berhaji kalau manasiknya menyelisihi manasik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka hajinya tidak sah dan jauh dari kemabruran. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, Ambillah dariku manasik-manasik kalian. (HR Muslim).

Ketiga, sebelum berangkat haji, hendaknya kita mempelajari dan mendalami hikmah yang terdapat dalam setiap prosesi haji. Hal ini dilakukan karena banyak ritus haji penuh dengan simbol yang tidak dapat kita pahami kecuali dengan mengambil hikmah yang terdapat di dalamnya.

Makin banyak kita memahami hikmah dari prosesi haji, akan makin khusyuk dalam menjalankan berbagai amalan haji. Ketiga hal ini mampu menjadikan haji kita mabrur karena dengan niat yang ikhlas dan manasiknya sesuai dengan yang disyariatkan, akan menjadikan hajinya diterima dan dengan hikmah akan menjadikan hajinya mabrur yang terlihat dari perubahan sikap diri positif sepulangnya dari haji.

Saat ini, para calon jamaah haji dari berbagai negeri sudah mulai bergerak dan berangkat ke Tanah Suci guna melaksanakan ibadah haji. Semoga mereka dikaruniai keikhlasan, diberi kemudahan dan kelancaran, serta dibimbing untuk memperoleh haji mabrur.Allahumaj’alhum hajjan mabruron.” Artinya, ya Allah, jadikan haji yang mereka lakukan menjadi haji yang mabrur. Amin. Wallahu’alam.

Oleh: Moch Hisyam

 

REPUBLIKA

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci!
Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android!  Klik di sini!

Seorang Pejuang Islam yang Dipastikan Masuk Neraka

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Kami turut serta bersama Rasulullah dalam Perang Hunain. Lalu, beliau bersabda tentang seorang lelaki yang selama ini dianggap sebagai orang Islam, “Orang ini termasuk penghuni neraka.”

Lalu, ketika perang berkecamuk, kami melihat lelaki yang dimaksud Rasulullah saw tadi bertempur dengan sengit dan ia mengalami luka parah. Lalu, berita itu disampaikan kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, lelaki yang tadi engkau katakan sebagai salah seorang penghuni neraka, ternyata ia bertempur dengan sengit, dan kini ia telah mati.”

Lalu, Nabi saw menjawab, “Nerakalah kembalinya.”

Mendengar jawaban Rasulullah saw tersebut, sebagian kaum Muslimin masih menyangsikannya. Ketika mereka masih diliputi rasa tidak percaya akan pernyataan Rasul, tiba-tiba ada seseorang yang berkata,

“Lelaki itu memang belum mati, tapi ia terluka sangat parah, dan ketika malam tiba ia tidak tahan dengan lukanya, lalu ia memutuskan untuk bunuh diri.”

Lalu, Nabi saw diberi tahu perihal tersebut, maka beliau bersabda, “Allahu akbar, aku bersaksi bahwa sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Lalu, beliau memerintahkan kepada Bilal untuk menyerukan, “Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa yang berserah diri (kepada Allah), dan sesungguhnya Allah akan menguatkan agama ini disebabkan seseorang yang fajir (seorang pendosa).

***

MAGHFIRAH PUSTAKA

 

Yang Dirasakan Saat Mau Mati

SESAAT sebelum mati, Anda akan merasakan jantung berhenti berdetak, napas tertahan dan badan bergetar. Anda akan merasakan hawa dingin di telinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.

0 Menit: Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan pasokan oksigen.

1 Menit: Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi. Isi kantung kemih mulai keluar tanpa kendali.

3 Menit: Sel-sel otak mati secara serentak. Saat ini otak Anda benar-benar berhenti berpikir.

4 5 Menit: Biji mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 9 Menit: Penghubung ke otak mulai mati.

1 4 Jam: Rigor Mortis, yakni fase ketika seluruh otot di tubuh menjadi kaku. Otot Anda seketika kaku dan rambut berdiri, seolah-olah rambut tetap tumbuh setelah mati.

4 6 Jam: Rigor Mortis terus beraksi. Darah yang berkumpul di saat ini mulai mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam: Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berlangsung.

8 Jam: Suhu tubuh langsung menurun drastis.

24 72 Jam: Isi perut membusuk akibat aktivitas mikroba dalam tubuh dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.

36 48 Jam: Rigor Mortis berhenti. Tubuh Anda menjadi selentur penari balerina.

3 5 Hari: Pembusukan mengakibatkan luka skala besar. Darah akan menetes keluar dari berbagai lubang, terutama mulut dan hidung.

8 10 Hari: Warna tubuh berubah dari hijau menjadi kemerahan sejalan dengan membusuknya darah.

Beberapa Minggu Kemudian: Rambut, kuku dan gigi terlepas satu per satu.

Satu Bulan: Kulit Anda mulai mencair.

Satu Tahun: Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidup mungkin berparas cantik, berbadan gagah tegap dan sebagainya pada saat ini hanyalah tinggal tumpukan tulang-belulang yang menjijikkan dan menyedihkan.

Yang tersisa setelah itu adalah jiwa dan segenap amal baik Anda. Amal-amal baik Anda akan memberi kesenangan pada keadaan Anda di alam kubur. Demikian pula orang-orang yang Anda cintai dapat membantu Anda dengan terus beramal baik. []

Sumber : thecrowdvoice.com/ islamindonesia

Niat, Beramal Mengikuti Perintah Hati

BILA amal yang satu bisa diniati sebagai beberapa kebaikan, tentu pahalanya menjadi berlipat-lipat. Tetapi, ini membutuhkan ‘kecerdasan’. Imam al-Tirmidzi menggarisbawahi hal ini dalam salah satu bab pada kitabnya, Riyad-hat al Nafs.

Niat secara bahasa berarti bangkit. Dalam hal ini, bangkit menuju Allah swt hingga sampai Sidrat al-Muntaha tatkala jalan ke sana terbuka. Jika ternyata hamba tertahan di jalan, sesuatu telah menahannya atau adab membuat jalannya tertutup. Namun, bagaimana pun juga ia bangkit dan beranjak dari tempatnya, entah menemukan jalan atau tidak.

Hati berkata kepada anggota badan yang melaksanakan amal, “Lakukanlah amal dengan gerakanmu dan ikutilah jejakku! Aku berdiri di pintu guna mencari rida-Nya.” Inilah yang disebut niat.

Dalam masalah niat, manusia terbagi atas beberapa tingkatan sesuai dengan kapasitas akal mereka. Karena itu, Rasulullah saw bersabda, “Manusia melakukan amal kebaikan dan mereka mendapat ganjaran sesuai dengan kadar akal mereka.”

Dari Abd al-Malik al-Jazari, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa tidak menunaikan salat di saf pertama karena khawatir mengganggu atau menyulitkan muslim lain, sehingga ia salat di saf kedua atau ketiga, niscaya Allah melipatgandakan pahalanya di atas mereka yang salat di saf pertama.”

Dengan pemahamannya, hamba ini meraih tambahan pahala melebihi mereka yang berada di barisan pertama. Orang lain yang lalai dan tidak memahami ini tidak mendapatkan pahala tersebut. Itulah maksudnya perkataan: “Manusia mendapatkan pahala sesuai dengan kadar akalnya.”

Karena itu, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah keislaman seseorang membuat kalian kagum sebelum kalian mengetahui kadar akalnya.”

Orang yang tak sungguh-sungguh, kalbu mereka terhijab oleh syahwat. Niat mereka adalah bila bangkit dengan kalbunya. Namun, bila mereka tak menemukan jalan ketika bangkit, mereka mereka berhenti di situ.

Adapun orang yang baginya pintu gaib dibukakan, hati mereka bangkit menuju maqam yang tinggi hingga mencapai posisi itu. Di sana ia menggapai rida Tuhan. Gerakan anggota badan dalam beramal mengikuti perintah hati. Inilah yang disebut niat. [Chairunnisa Dhiee]

 

INILAH MOZAIK

Pesan Terakhir Jamaah Haji Indonesia yang Meninggal saat Sujud di Masjid Nabawi kepada Anaknya

Malam itu Rabu 18 Juli 2019 sekira pukul 21.30 WIB sebuah kabar datang dari Madina, Arab Saudi, yang menggetarkan hati Desy Ika Setyawati (32). Ia tak kuasa menahan tangis mendengar kabar ayahnya meninggal dunia di Tanah Suci.

Kabar itu datang dari salah seorang tetangganya Rini yang merupakan calon jamaah haji dari yayasan tempat ayahnya Sukardi Ratmo Dihardjo (59) berangkat ke Tanah Suci Makkah.

Ia pun akhirnya berkomunikasi dengan ibunya Sugiarti yang saat itu juga berada di Makkah bersama-sama sang suami menunaikan ibadah haji. Percakapan singkat itu diwarnai suasana haru dan tangis. Dari cerita ibunya, dia tahu bahwa ayahnya meninggal saat melaksanakan salat Ashar di Masjid Nabawi, Madina, pada, Rabu 18 Juli 2018.

“Tahu (meninggal waktu salat Asar) dari ibu komunikasi,” kata Desy menceritakan dengan mata berkaca-kaca, saat ditenui di kediamannya, di Kawasan Cakung, Kelurahan Ujung Menteng, RT 011 RW 02, Kamis 19 Juli 2018 malam.

Berangkat untuk melaksanakan rukun Islam ke lima itu memang sudah lama menjadi keinginan Sukardi. Sejak 7 tahun lalu atau 2011 dirinya sudah mendaftar dan baru mendapat kesempatan pada 2018.

Rencana Sukardi untuk berangkat ke Makkah sempat khawatir. Setelah pensiun dari sebuah perusahaan swasta di 2014 dokter menyatakan dirinya mengidap penyakit jantung. Kondisi itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berangkat.

Jelang keberangkatannya Sukardi menanyakan kondisinya kepada dokter di RS Omni untuk meminta izin agar tetap bisa berangkat. Saat itu dokter menolak dan tidak mengizinkan. Sukardi diminta untuk melakulan terapi untuk memungkinkan kondisinya.

Tak putus asa, Desy menceritakan, sang ayah didampingi keluarga pun mencari rumah sakit lain untuk memastikan agar mendapat izin berangkat Haji. Akhirnya dokter di sebuah RS Islam Jakarta mengizinkan kepergian Sukardi.

“Kan kemarin berobat ke RS Omni di cek jantung, sama dokter Omni sebenernya enggak boleh berangkat (haji), terus bapak bingung nunggunya sudah 7 tahun, terus dipanggilnya tahun ini, dia nyari rumah sakit akhirnya di RS Islam bisa berangkat aja pak kata dokternya,” terangnya.

Kenangan Sang Anak mengenai sosok Sukardi

Meski tengah berduka sang adik, Okki Setiyadi tahu betul naik haji memang sudah menjadi keinginan. Ia sadar ayahnya di ‘ambil’ sang Maha Kuasa dalam kondisi baik.

“Orang haji itu ibarat jihad, jadi segala sesuatu dalam berhaji itu semua ikhlas dunia akhirat untuk niat berhaji, jadi dia enggak mikirin mau balik mau pulang, tapi dia niatnya untuk berhaji jadi Alhamdulillah meninggal dalam keadaan seperti itu,” tuturnya.

Meski begitu Okki yang saat itu tengah mengenakan sarung untuk persiapan tahlilan ayahnya mengisahkan, sebelum berangkat Sukardi tak lupa berpesan untuk selalu saling menjaga silaturahmi keluarga, rumahnya, dan saling mendoakan.

Sejak kecil, Okki dididik dengan tegas, dan diajarkan untuk rajin dalam mengerjakan segala sesuatu. Oki kerap membantu pekerjaan di rumah. Di sisi lain sebagai imam rumah tangga dirinya menunjukkan bahwa kewajiban ibadah tak pernah ditinggalkan.

Bagi sang kakak Desy, satu hal yang paling diingat dari sosok ayahnya adalah sangat perhatian kepada keluarga. Suatu hari ayahnya itu belum mengirim uang bulanan ke neneknya di Klaten, Jawa Tengah. Sukardi kepikiran akan ibunya itu dan meminta untuk segera mengirim uang.

“Kalau belum ngirim uang bulanan itu suruh dikirim. Mama saya nanti makan apa,” kata Desy menirukan sang ayah dengan nada parau.

Sukardi dikabarkan meninggal saat sujud kedua rakaat ketiga salat Asar di Masjid Nabawi, Madina. Kepergian Sukardi tentu membuat duka bagi kerabat, tetangga, dan keluarganya yang ditinggalkan.(fid)

OKEZONE

Menu Katering Jemaah di Bandara Jedah Istimewa

Jedah (PHU)—Jemaah haji akan menerima makan satu kali saat berada di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Bagi jemaah gelombang dua akan menerima saat kedatangan, sedang jemaah gelombang satu akan menerima konsumsi di bandara Jedah saat pemulangan. Menunya pun cukup istimewa. Seperti apa proses pengolahan dan dapur kateringnya?

Penyedia konsumsi jemaah di bandara Jedah dilakukan oleh dua katering. Fahad Esam Bobsait dan Al Musbah. Keduanya berada di dalam terminal haji bandara Jedah. Saat dilakukan visitasi oleh Kadaker Airport Arsyad Hidayat dan Kepala Seksi Katering Sukaidi, kedua dapur tersebut dinyatakan telah siap.

Arsyad memeriksa seluruh peralatan masak, bahan baku, tempat penyimpanan, dan tempat packing.

“Peralatannya cukup modern. Ada 6 penggorengan besar khusus melayani katering Indonesia,” kata Arsyad saat berada di dapur katering Al Musbah, Senin (23/7/2018) siang.

Arsyad juga menanyakan juru masak Al Musbah. Teknik pengolahan, pengemasan, dan diatribusi menu juga menjadi pembahasan hangat antara Arsyad dengan pengelola katering.

“Mereka menyediakan 12 juru masak asli Indonesia yang dibagi dalam dua shift,” terang Arsyad.

Mengenai proses penggorengan ayam goreng, juga kata Arsyad, menggunakan minyak yang hanya akan dipakai maksimal lima kali.

“Tadi dijelaskan bahwa minyak rutin diganti. Proses gorengnya sekali goreng mampu 300 porsi,” ujar Arsyad.

Saat berada di dapur Al Musbah memang tampak alat-alat masak cukup canggih dan bersih. Tampak penggorengan modern dilengkapi timer 12 skala berjajar di meja. Salah satu juru masak juga selalu mengukur suhu minyak tetap optimum agar hasilnya bagus.

Setiap satu paket menu berisi nasi 400 gram, sayur, ayam goreng, apel, pudinh, dan air mineral dua botol masing-masing 330 ml. Menu juga dilengkapi dengan saus cabe, sendok, garpu, pisau plastik, tisue kering, dan tisue wangi.

Siang itu rombongan Daker Airport juga berkesempatan mencoba menu Jemaah haji. Menurut Arsyad rasa dan tekstur masakan cocok dengan citarasa Indonesia.

Pengemasannya juga akan langsung dimasukkan ke tempat khusus untuk menjaga kebersihan dan suhu makanan. Setiap hari katering juga harus mebgirimkan sampel ke Daker.

Dapur Al Musbah juga menyediakan mobil golf yang telah dimodifikasi. Di bagian belakang dibuat bak baja layaknya mobil pick up. Mobil ini mampu mengangkut menu untuk jemaah dua kloter sekali jalan. (ab/ab).

KEMENAG RI