Serba-serbi Haji (17): Jangan Merasa Lebih Unggul

RASULULLAH yang menyatakan pada waktu haji Wada’ bahwa tak ada keutamaan orang Arab atas non Arab. Keutamaan seseorang itu ditentukan oleh kadar ketakwaannya.

Dalil ini dihafal betul oleh Mat Kelor semenjak dia mendengarnya dari khatib khutbah Arafah. Maka dia tak pernah kecil hati terlahir sebagai orang Madura dari kampung terpencil di desa terpencil. “Tuhan kita sama, mari berlomba untuk lebih dekat,” ujarnya dengan semangat.

Tadi pagi Mat Kelor terlibat dalam sebuah diskusi yang agak mengolok-ngoloknya sebagai orang Madura. Saya tak tahu asal-muasalnya. Namun Mat Kelor berkata bahwa orang Madura itu pekerja keras dan yakin bahwa dunia ini memang milik Allah, Tuhan mereka. Karena itu orang Madura itu ada di mana-mana termasuk di Saudi ini. Tak masalah bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan “bawahan” yang penting penghasilannya “atasan.” Orang-orang tertawa mendengar pilihan kata atasan bawahan itu.

“Bagaimana kok bahasanya kok gak jelas Pak Haji,” kata sebagian pendengar. Mat Kelor menjawab: “Begitulah ciri khas orang Madura kalau bicara bahasa Indonesia, yang penting kalian paham. Lagian bahasa itu kan berubah-ubah. Dulu orang tulis “okay” lalu menjadi “oke” lalu menjadi “ok.” Semakin pendek kan?” Orang-orang tertawa.

Banyak yang heran akan pengamatan Mat Kelor tentang perkembangan bahasa. Belajar dari mana dia. Mat Kelor semakin percaya diri menjelaskan bahasa bagi masyarakat Madura bahwa orang Madura istiqamah memberikan E di awal banyak kata.

Itu punya makna tersembunyi, katanya. SIP menjadi ESSIP, TEH menjadi ETTEH, TEST menjadi ETTEST, SAH menjadi ESSAH, dan sebagainya. “Tapi tak sembarangan, ada grammarnya. Nikmati keragaman, jangan saling menghina,” tutup Mat Kelor. Sebagai pendengar, saya nyeletuk: “Essiiiiip.” Semua tertawa.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

 

 

Lantunan Alquran Buat Sang Gangster Menangis

Sved Mann lahir di Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur). Di Jerman Timur, Sved tumbuh dalam lingkungan yang skeptis soal agama.

“Biasanya aku tersenyum sinis saat melihat atau bertemu mereka yang memeluk keyakinan tertentu, termasuk Muslim,” katanya.

Saat berusia 12 tahun, Tembok Berlin runtuh. Ia pun bertemu situasi yang sama sekali berbeda. Wilayah itu lebih banyak dihuni kaum imigran yang inferior. “Kami menjadi sampah masyarakat. Kami (Sved dan kaum imigran) adalah orang-orang kulit hitam Amerika yang tinggal di pemukiman terisolasi,” ujarnya.

Sved perlahan mencontoh perilaku sosial di lingkungan barunya itu. Ia segera memiliki referensi baru tentang bagaimana hidup di dunia barunya dari para imigran yang menjadi kawannya. “Aku banyak melakukan hal buruk, seperti mencuri dan kejahatan lainnya,” kenangnya.

Suatu hari ia bertemu seorang imigran asal Turki, adik seorang imam masjid lokal yang kemudian menjadi kawan dekatnya. Kedekatan itu me mung kinkan sang teman mengenalkan agamanya, Islam, pada Sved si apatis.

Suatu hari, kawan Sved mengatakan kepada kakaknya bahwa ia ingin membawa Sved pada Islam. Sang imam tak menanggapinya dengan serius dan hanya berkata, “Dia (Sved)? Tidak mungkin.” Tetapi, ia tetap pada pendiriannya dan menga takan kepada kakaknya bahwa ia akan segera bertemu kembali dengan Sved yang ber agama Islam.

Imam masjid itu lalu bepergian selama tiga bulan. Dan, saat kembali, ia dikejutkan oleh sapaan Sved terhadapnya. “Ia berkata, ‘Assalamualaikum’. Rasanya sulit mempercayai itu saat itu hingga aku pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang terjadi kepadamu?’” kata sang imam.

Lantunan Alquran saat Subuh

Sved menemukan keyakinannya setelah berdiskusi panjang dengan kawan dekatnya itu suatu malam. Setelah membicarakan banyak hal ten tang Islam, kata Sved, ia segera memiliki keinginan untuk pergi ke masjid bersama sang teman.

Ia menambahkan, keterpanggilannya untuk memilih Islam turut di pengaruhi oleh pengalamannya pada suatu Subuh, di mana ia mendengar seorang anak membaca Alquran. “Tiba-tiba aku menangis, tak tahu mengapa. Aku tak mengerti bahasa Arab, tidak memahami apa yang dibacanya. Tapi, seolah hatiku secara jelas memahami nya,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia menambahkan, peristiwa itu terasa begitu jaib baginya. “Itu pengalaman yang luar biasa. Aku adalah seorang gangster dan tiba-tiba bisa menangis.”

Ketika sebuah proyek independen pembuatan film dokumenter tentang agama dan budaya di Jerman menemuinya dan bertanya tentang perpindahan agamanya, Sved menjawab, “Aku tidak akan mengatakan bahwa aku berpindah agama. Mereka hanya menjelaskan banyak hal tentang Islam padaku dan aku mencoba memahaminya.” Ia melanjutkan, “Tidak ada perpindahan agama dalam Islam. Allah juga berkata dalam Alquran, ‘Tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqa rah:256)’,” jawabnya ringan.

Ia menuturkan, sebelum mengamal kan ajaran Islam, dia telah melaku kan pencarian, tetapi tak meluangkan cukup waktu untuk itu. “Tapi, aku selalu percaya Tuhan. Dan, aku senang akhirnya menemukan Islam.” Sved tampak tak ingin memusing kan alasan di balik pilihannya pada Islam. “Aku lebih suka mendes kripsikan keislaman ku de ngan ‘seseorang telah menge nal kanku pada Islam dan aku menuju agama itu’,” katanya.

“Karena, pada akhir nya semuanya adalah Islam,” tandas Sved berusaha menekankan jawabannya pada makna kata ‘Islam’, yakni berserah diri.

Tak Pernah Tinggalkan Shalat

Sved mengikrarkan syahadat 11 tahun lalu dan mengganti nama depannya menjadi Sayed. Sejak itu, ia banyak membaca untuk memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Dari sang imam yang pernah meragukannya, Sayed belajar membaca Alquran. Ia juga mempelajari bahasa Arab untuk dapat memahami Kitabullah tersebut.

Bagi Sayed, Islam adalah menyerahkan keinginan diri di bawah kehendak Tuhan. “Mengapa aku mau melakukannya? Karena, dengan itu nanti aku akan bertemu dengan Penciptaku dan surga-Nya agar aku berhak atas itu. Itulah Islam menurutku saat ini,” ujarnya saat ditanya tentang esensi Islam.

Karena itu, sejak bersyahadat, Sayed tak mau meninggalkan shalat lima waktu dengan alasan apa pun. Shalat baginya adalah keluar dan mengistirahatkan diri sejenak dari dunia dan seluruh isinya.

“Kita membersihkan diri dan menghadap Sang Pencipta.”

Ia menambahkan, shalat tak menjadi masalah bagi segala aktivitasnya. “Tak ada alasan untuk meninggalkannya. Setiap orang pasti bisa menemukan tempat untuk berwudhu, membasuh diri, dan mendirikan shalat,” tambahnya.

Kini, selain merasakan ketenangan dan keteraturan hidup, Sayed mengaku, ia menemukan hal berharga lainnya dalam Islam. “Ketika kamu menjadi seorang Muslim, kamu mungkin kehilangan teman, tetapi kamu mendapatkan saudara,” ujarnya.

Setelah berislam, Sayed merasa menemukan keluarga baru dan saat itu juga menjadi anggotanya. “Itu sesuatu yang tidak bisa kuperoleh dari gereja-gereja di Jerman.”

Gunting Kuku dan Gantungan Baju, Penghambat Laju

Madinah (PHU)—Pemulangan jemaah haji Indonesia gelombang kedua dimulai pada Ahad (9/9/2018) dini hari. Sebagian jemaah dari kloter pertama yang berangkat pada gelombang dua tersebut masih membawa barang yang tidak sesuai ketentuan.

Salah seorang jemaah perempuan dari Ciamis yang masuk dalam Kloter 41 Debarkasi Jakarta-Bekasi (JKS-41) misalnya, harus dihentikan petugas maskapai Saudia Airlines karena membawa sejumlah gantungan baju atau biasa disebut hanger dalam tas punggungnya. Hanger tersebut terpaksa ditinggal karena melebihi ketentuan tas yang boleh dibawa jemaah. Dia membawa tas tambahan untuk membawa hanger-hanger itu.

Jemaah lainnya juga terpaksa membongkar berdus-dus mainan yang ia bawa sebagai oleh-oleh. “Tolong Pak, ini untuk anak-anak saya,” kata dia.

Petugas Saudia Airlines kemudian mengizinkannya membawa mainan itu dengan syarat ditenteng dan dikeluarkan dari bungkusnya. Pada dinihari tersebut, petugas juga menyita sejumlah gunting kuku dan gunting milik jamaah.

Kejadian serupa terjadi di mesin pindai (x-ray) Gate D Bandara King Abdul Aziz (Jeddah) waktu silam. Ibu muda asal SOC-33 harus membongkar tas kabin miliknya karena membawa sejumlah hanger kawat. Saat petugas PPIH yang berada di lokasi kejadian akan membantu, dia menolak karena malu banyak pakai dalam di atas hanger yang disimpan di bagian paling bawah tas kabin. Gunting kuku juga masih menjadi benda ‘favorit’ yang menyebabkan tas jemaah harus dibongkar, meskipun sosialisasi larangannya telah terlalu sering disampaikan ke jemaah.

Kadaker Airport PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat mengatakan, seperti pada pemulangan gelombang satu dari Jeddah, umumnya jemaah masih mencoba-coba memasukkan barang-barang yang tak dibolehkan maskapai. “Seperti gunting, gunting kuku, dan barang berlebih,” kata dia di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Ahad (9/9) dini hari.

Ia juga kembali mengingatkan, jemaah tidak membawa air zamzam baik dalam koper bagasi maupun kabin. Mereka nantinya akan dibagikan zamzam setibanya di debarkasi di Tanah Air. “Kalau kita ketemu yang mencoba membawa zamzam baiknya diminum saja,” kata dia.

Barang-barang jemaah yang terpaksa ditinggal, menurutnya tak akan dikirimkan ke Tanah Air. Jika ada barang berharga, sejauh ini berhasil dikembalikan ke jamaaah sebelum terbang ke Tanah Air.

Pembongkaran tas jemaah kadang memakan waktu lama, Selain kendala bahasa jemaah rata-rata takut saat tasnya harus dibongkar. Andaikan jemaah haji taat dengan regulasi penerbangan, pasti mereka akan lebih enjoy dalam proses pemulangan. Pembongkaran tas dengan barang bawaan yang begitu berarti mestinya tidak terjadi karena pasti menghambat laju pemulangan jemaah haji. (mch/ab).

 

KEMENAG RI

Lebih dari 100 Jemaah Haji “Tanazul”

Madinah (PHU)—Lebih dari seratus jemaah diproses lebih cepat atau lebih lambat kepulangannya melalui mekanisme tanazul pada gelombang pertama pemulangan jemaah haji. Para jemaah yang ditanazulkan tersebut menderita berbagai penyakit.

Menurut Kordinator Tim Mobile Kesehatan Daker Airport, dr Rachmawanti Agustina, total 103 jamaah ditanazulkan melalui Bandara Kibg Abdul Aziz (KAA), Jeddah. Mereka diberangkatkan sepanjang masa pemulangan gelombang satu sejak 27 Agustus hingga 9 September ini.

Menurutnya, tiga jemaah sempat ditunda pemulangan lebih cepatnya. Kendati demikian, masuk lagi tiga permohonan tanazul baru yang akan berangkat sebelum pemulangan kloter terakhir pada Ahad (9/9) dini hari waktu Arab Saudi.

Tanazul adalah proses percepatan atau penundaan pemulangan jemaah individual. Alasan utamanya biasanya karena jemaah masih dalam perawatan medis. Para jemaah dipulangkan dengan kloter berbeda pada debarkasi yang sama tempat di mana mereka berangkat.

“Kebanyakan yang ditanazulkan memang sudah berisiko tinggi dari Tanah Air dan berusia tua,” kata Rachmawanti di Madinah, Sabtu (8/9) malam. Menurutnya, jemaah yang ditanazulkan ada yang mengidap demensia, menderita penyakit paru kronis hingga stroke.

Jemaah yang ditanazulkan biasanya mengambil kursi kosong dari kloter tertentu akibat anggota kelompok tersebut ada yang wafat atau masih dirawat di Saudi. Sepanjang pemulangan gelombang satu, kebanyakan jemaah tanazul bisa duduk dan hanya mengambil masing-masing kursi kosong kloter pemulangan. “Hanya dua jamaah yang harus dibaringkan,” kata Rachmawanti.

Sebelum pemulangan, kata dia, jemaah yang ditanazulkan diserahkan ke Tenaga Kesehatan Haji Daerah yang mendampingi masing-masiing kloter. Para jemaah tersebut kemudian dijemput keluarga di debarkasi untuk menjalani perawatan kesehatan lanjutan di Tanah Air.

Sejauh ini, dua jemaah masih dirawat di RS King Abdullah, Jeddah. Mereka akan terus diawasi perawatannya oleh petugas PPIH Arab Saudi untuk nantinya diputuskan penanganan selanjutnya. Ratusan jemaah lain masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah maupun RS Arab Saudi. Jika memungkinkan, mereka akan dievakuasi ke Madinah seiring dengan pemulangan jemaah berikutnya. (mch/ab).

 

KEMENAG RI

Pemulangan Jemaah Haji Gelombang Dua Dimulai

Jemaah haji Indonesia mulai menjalani fase pemulangan gelombang II dari Bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah pada Ahad (9/9/2019) dini hari. Kloter 41 Debarkasi Jakarta-Bekasi jadi yang pertama terbang ke Tanah Air.

Sebanyak 410 jemaah berangkat dalam rombongan tersebut. Menurut Kepala Seksi Pelayanan Kedatangan dan Pemulangan Daker Airport Muhammad Syarif, rombongan tersebut diberangkatkan dari dua hotel di Madinah secara bersamaan pada Sabtu (8/9) pukul 20.30 waktu setempat. Mereka akan bertolak ke Tanah Air pada Ahad (9/9) pukul 4.30 dini hari dengan penerbangan Saudia Airlines.

Setelah kloter tersebut, akan dipulangkan Kloter 38 Debarkasi Surabaya (450 jemaah) dengan pesawat yang berangkat setengah jam kemudian. Lalu menyusul Kloter 30 Debarkasi Jakarta-Pondok Gede (376 jemaah) pada pukul 5.30.

Sebanyak 17 kloter dipulangkan pada hari pertama pemulangan gelombang pertama tersebut. Sedikitnya 7.000 jemaah akan dipulangkan dari Bandara Madinah pada hari ini.

Pada waktu bersamaan, di Bandara King Abdulaziz Jeddah juga berangkat kloter terakhir pemulangan gelombang pertama pada Ahad (9/9) dini hari. Sampai dengan pukul 01.30 WAS sebanyak 5 kloter.

“Ada 1.916 orang terdiri dari jemaah haji 1.891 orang dan petugas kloter 25 orang,” ujar Syarif.

Secara keseluruhan pemulangan jemaah haji gelombang satu dari Jeddah telah melayani 218 kloter. Total ada 88.944 penumpang dengan rincian jemaah haji 87.853 orang dan petugas kloter 1.091 orang. (mch/ab).

KEMENAG RI

Rasulullah SAW Pernah Tersesat?

Rasulullah SAW adalah suri tauladan. Ia adalah manusia yang mulia. Namun begitu disebut dalam Al-Qur‘an bahwa Rasulullah saw. pernah sesat. Apa yang dimaksud sesat itu? Dan apa saja macam-macam sesatnya? Apakah Rasulullah pernah tersesat?

Sebelum Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul, beliau sudah mempunyai penilaian bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya menyimpang dari kebenaran. Beliau belum pernah sekali juga menyembah berhala. Hati dan akal pikirannya terus mencari jalan keluar menuju petunjuk yang benar. Dalam tahapan tersebut Allah SWT berfirman:

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (QS. Ad-Dhuha 3-7)

Arti bingung di sini bukan sesat. Bingung yang dimaksud adalah dalam mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal.

Berkaitan dengan itu, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad SAW.

Firman Allah,

”Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur‘an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami wahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. ” (QS. Yusuf: 3)

Firman-Nya,

”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur‘an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami mcnjadikan Al-Qur‘an itu cahaya yang Kami beri petunjuk dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syuura:52).

Dari keterangan ayat-ayat di atas dapat, Prof.Dr.M.Mutawalli Asy-Sya’rawi mengatakan, kita ketahui bahwa bingung, lalai dan tidak mengetahui sebelum wahyu Allah datang adalah termasuk macam-macam kesesatan. Setelah turun wahyu Allah SWT kepada Rasulullah, hilanglah semua kesesatan itu. Wallahua’lam.

[@paramuda/BersamaDakwah]

Serba-serbi Haji (16): Mendadak Masuk Rumah Sakit

TADI malam Mat Kalor harus ke rumah sakit mengantarkan tetangga kamarnya yang mengalami migrain berat semenjak tiba di tanah suci. Saat di Indonesia, sepasang suami istri ini tak pernah mengalami migrain alias sakit kepala seberat ini. Sebagai orang desa, biasanya dengan minum obat bintang tujuh sakit kepala sudah beres. Migrain kali ini unik, tidak sembuh-sembuh.

Sepasang suami istri ini berembuk dengan Mat Kelor tentang hal ini. Dugaan mistik pun muncul, jangan-jangan selama di Indonesia sering membuat tetangga sakit kepala. Dugaan lainnya adalah masalah menu makanan, jangan-jangan makanan Arab tak cocok untuk tubuhnya. Mau ke dokter, dana terbatas karena sudah dihabiskan belanja oleh-oleh untuk anak cucu, kerabat dan tetangga. Mat Kelorlah yang kemudian menanggung biaya ke rumah sakit.

Walau tak berbekal bahasa Arab yang cukup selain SYUKRON dan HAMBALI, Mat Kelor nekat ke rumah sakit demi sahabat. Sahabat yang baik adalah yang mau menanggung derita sahabatnya, ujarnya. Setelah cek kesehatan lengkap, ternyata tak ditemukan kelainan apapun. Maka dugaan mistik kembali semakin menguat. Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Mat Kelor usul untuk sowan ke Kiai yang kebetulan masih ada di Mekah. Kata Mat Kelor, kiai ini biasa melihat masalah dengan berbagai pendekatan.

Saat menghadap Sang Kiai, sepasang suami isteri itu sibuk menghubungi semua keluarganya di tanah air mengabarkan penyakitnya dan kekhawatirannya. Kelihatan dari cara menelponnya bahwa mereka itu masih baru punya hape. Suaranya agak nyaring setengah teriak-teriak karena lawan bicaranya jauh ada di Indonesia.

Cara mengetik keyboardnya pun masih kaku. Jam sudah menunjukkan jam 23.00 (sebelas malam). Kiai itu langsung berkata: “Tolong ya malam ini Hapenya titip ke saya. Ada syetannya di hape itu.” Langsung saja mereka taat dan menyerahkan hape itu. Lalu disuruh pulang, wudlu ‘ dan rebahan di kamarnya.

Barusan, Mat Kelor laporan bahwa mereka tidur nyenyak. Bahkan setelah subuh tidur lagi. Mat Kelor bertanya tentang syetan di hape itu. Kiai menjawab: “Juallah hape smartphone itu dan ganti dengan hape jadul yang biasa yang tak berinternet, maka dia akan rukun dan tidur nyenyak.” Mat Kelor tersenyum paham. Mat Kelor berterimakasih kepada kiai itu, “SYUKRON.” Kia menjawab: “HAMBALI.”

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (15): Pahami Bahasa dan Budaya

MENGUNJUNGI negeri asing itu memerlukan pengetahuan tentang bahasa dan budaya negeri itu yang sangat mungkin berbeda banyak dengan bahasa dan budaya di negeri sendiri. Di Saudi Arabia, memegang jenggot orang lain adalah sebuah tanda penghormatan. Di Indonesia, itu bisa bermakna mengajak kelahi. Masalah kecup kepala dan cium tangan juga memiliki makna beda. Belum lagi masalah bahasa.

Mat Kelor termasuk orang yang cepat belajar budaya Arab. Melihat banyak orang sedekah roti, minuman dan makanan ringan di hari Jum’at ini, dia tak mau kalah. Dia membagi-bagikan kurma. Namun dia geleng kepala sambil penasaran ketika banyak orang yang disalaminya dengan senyum memanggilnya “syukron.”

Dia bertanya pada muthawwif (guide haji) mengapa banyak orang memanggilnya “SYUKRON.” Muthawwif menjawab bahwa SYUKRON itu bukan nama, itu ungkapan Arab yang bermakna TERIMAKASIH. Mat Kelor sedikit malu tapi dia mengangguk-angguk paham.

Selesai Jum’atan, kurma Mat Kelor masih tersisa. Lalu dibagikanlah kembali kepada orang yang mau. Orang-orang kembali mengucapkan SYUKRON. Dijawablah dengan senyum oleh Mat Kelor yang sudah paham maknanya dengan ungkapan “HAMBALI.” Maksud Mat Kelor adalah bahwa HAMBALI itu bahasa Arab dari bahasa Indonesia “KEMBALI.” SYUKRON dijawab HAMBALI. Hahahaaa.

Banyak orang Arab yang mengernyitkan dahi tidak paham dengan kata HAMBALI itu. Namun ada yang menyangka bahwa Mat Kelor sedang menyebut nama dirinya. Maka ada juga orang yang dapat kurma itu berkata: SYUKRON YA HAMBALI (Terimakasih Pak Hambali). Sejak itulah Mat Kelor oleh teman-temannya dijuluki HAJI HAMBALI. Hahahaaaa, lucu kan? Bagi yang tersenyum atau tertawa lalu komentar saya sampaikan SYUKRON.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Ini Cara Menurunkan Angka Kematian Jemaah Haji

Angka kematian jamaah haji asal Indonesia sejauh ini bisa ditekan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Selain kerja petugas haji Indonesia, Kerajaan Arab Saudi ternyata juga menerapkan strategi khusus terkait hal itu.

“Masya Allah, tabarakallah,  karena kebaikan Allah untuk tahun ini terutama di Masyair (waktu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah), dan Makkah bisa kita turunkan angka kematiannya,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9).

Ehsan mengepalai badan yang menjalankan operasional pelayanan kesehatan di Makkah, Arafah, dan Masyair. Dia melayani sekitar 300 ribu jemaah Asia Tenggara dan Cina. Sebanyak 120 petugas ia komandoi guna menjalankan ambulans serta menangani operasional klinik kesehatan di wilayah tersebut.

Pria keturunan Bugis-Sunda itu menuturkan, sepanjang fase wukuf dan mabit di Muzdalifah dan Mina serta melontar jumrah dan penempatan jamaah di Makkah, angka kematian jemaah Indonesia sejauh ini tercatat sebanyak 234 orang. Jumlah itu tak sampai separuh dari angka kematian tahun lalu yang mencapai 600 orang lebih.

Ehsan menuturkan, sebelum musim haji dimulai, mula-mula mereka memetakan dahulu sejumlah faktor-faktor terkait kesehatan jemaah. Di antaranya, jumlah jemaah Indonesia yang 60 persennya berusia di atas 60 tahun. Selain itu, berangkat juga sebanyak 147 ribu jemaah berisiko tinggi terkena penyakit di Tanah Suci. Kebiasaan-kebiasaan jemaah Indonesia juga mereka petakan.

Setelah itu, insinyur teknik industri dari Universitas King Abdulaziz Jeddah itu bersama koleganya merancang sistem pelayanan di Arafah, Muzdalifah, Mina, dan Makkah.

“Jadi kami melakukan restrukturisasi dan reorganisasi tahun ini belajar dari pengalaman sebelumnya,” kata dia.

Diantara terobosan tahun ini adalah penempatan klinik yang lebih banyak dengan sistem pendingin ruangan yang lebih baik di lokasi-lokasi tersebut. Tak kalah penting, Arab Saudi mengoperasikan 28 ambulans yang dibagi di tiga wilayah berbeda.

Hal itu memungkinkan penjemputan jemaah sakit di klinik-klinik yang perlu dirujuk lebih cepat. Ia juga menempatkan perwakilan di rumah sakit untuk mempercepat pengurusan perawatan jemaah.

Pengerahan sumber daya manusia juga disesuaikan dengan kepadatan lokasi. Pada saat wukuf, tenaga pelayanan kesehatan dikonsentrasikan di Arafah, kemudian dipindahkan ke Muzdalifah, Mina, dan Makkah berturut-turut sesuai waktu-waktu padat masing-masing lokasi.

“Jadi pusing kepalanya berpindah-pindah,” kata dia berkelakar.

Tak hanya soal pelayanan kesehatan, Ehsan mengatakan, pelayanan katering juga punya peran krusial menyokong kesehatan jemaah. Menurutnya, Saudi setuju menyesuaikan cita rasa makanan dengan lidah jemaah Indonesia agar jemaah banyak makan dan terjaga kesehatannya.

Faktor lain, kata Ehsan, adalah anggapan keliru jemaah mereka harus berumrah tujuh kali sebelum wukuf. Menurut dia, hal ini menguras tenaga jemaah higga akhirnya mereka kelelahan di Arafah dan saat melempar jamarat. Ia mengatakan, pengelola haji dari Cina, Thailand, dan Malaysia sudah melarang sama sekali praktik tersebut.

Sementara Indonesia mulai juga menyerukan imbauan itu. Upaya-upaya tersebut, didukung kerja sama yang baik Arab Saudi dengan petugas Indonesia ia harapkan mampu lebih menjaga keselamatan jemaah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilhami Lubis sebelumnya mengakui peningkatan pelayanan Arab Saudi. Menurutnya, ada peningkatan kerja sama antara pihak Saudi dan Indonesia yang berujung pada peningkatan pelayanan tahun ini. (fz/ab).

Ditulis oleh Abdul Basyir

 

KEMENAG RI

Komite Arab Saudi Tertarik Keunikan Cara Indonesia Mengelola Haji

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mendapat sorotan khusus dari Komite Haji Arab Saudi. Cara Indonesia mengelola ibadah haji dari Tanah Air disebut sistematis dan unik dibandingkan negara-negara lain.

Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges mengatakan, kerja-kerja pelayanan haji pemerintah Indonesia membuat koordinasi kian mudah dan penanganan pelaksanaan ibadah haji bisa lebih terkendali.

“Kalian bekerja sangat baik dalam menangani jamaah haji,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9/2018).

Secara khusus, Ehsan kagum dengan pendataan haji Indonesia yang tergolong rapi. “Kalian punya sistem. Ini hal yang tak dipunyai pengelola haji negara lain,” kata dia.

Ia mencontohkan, saat petugas atau pekerja medis Saudi menangani jamaah dari Indonesia, mereka tinggal mengirim nomor paspor jamaah bersangkutan ke pihak Panitia Penyelenggaraan Ibadan Haji (PPIH) Arab Saudi baik dari Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan nomor paspor itu, pihak Saudi bisa langsung mengetahui data jamaah terkait mulai dari data pribadi hingga riwayat kesehatannya dan mengambil tindakan.

“Saya bertemu dengan banyak misi haji dari negara lain, dan mereka bahkan tak memiliki laporan lengkap soal jamaah,” kata dia. Ia menilai, petugas-petugas haji Indonesia juga sangat mudah diajak bekerjasama dan sangat suportif dalam membantu pelayanan haji.

Tahun depan, Ehsan menjanjikan akan dilakukan peningkatan terkait pelayanan jamaah haji termasuk dari Indonesia. Mereka saat ini sudah mengajukan proposal soal penambahan ambulans dan klinik kesehatan.

Selain itu, pihak Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi juga mendorong diperbolehkannya ambulans beroperasi hingga ke dalam terowongan dan lokasi jamarat di Mina. Hal tersebut sehubungan banyaknya jamaah yang jatuh sakit di terowongan menuju dan kelua jamarat akibat kelelahan berjalan kaki.

Sementara, Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat juga memuji peningkatan pelayanan haji Arab Saudi tahun ini. “Petugas mereka saat ini lebih kooperatif dan ramah. Kami mengapresiasi perubahan ini,” kata Arsyad di Jeddah, kemarin. (erh)

OKEZONE