Bagaimana penciptaan ruh dalam dimensi tasawuf? Untuk menjawab persoalan tersebut, simaksebuah hadits qudsi yang populer di kalangan sufi disebutkan:
كُنْتُ كَنْزاً مَخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ, فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ لِكَي أُعْرَفَ
“Aku adalah ‘simpanan’ yang tersembunyi, aku suka dikenali, maka aku ciptakan makhluk agar aku dikenal.”
Hadis di atas memberikan petunjuk bahwa Allah menciptakan makhuk ini karena mahabbah (suka/cinta). Oleh karenanya, bentuk alam semesta ini sesuai dengan nama-nama Allah yang ada pada hadrah ilahiyyah. Setiap nama yang ada di sana memiliki atsar (pengaruh) terhadap kejadian alam. (Ibnu Arabi, Futuhat al-Makiyyah, j. 3, h. 167).
Alam adalah makhluk, dimana sebelumnya Allah ada dan tidak ada yang lain selain Dia. Pengetauan yang dimiliki alam adalah pengetahuan-Nya, dan apa yang tampak pada alam itu semua ada pada-Nya. Allah adalah Dzat yang bathin (tersembunyi), kemudian dengan wujudnya alam, Dia menjadi dzahir (tampak). (Ibid, j. 4, h. 43).
Allah menciptakan alam semesta ini, dimulai dengan menciptakan ruh Nabi Muhammad SAW. dari nur jamal (cahaya keindahan)-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi:
خَلَقْتُ مُحَمَّدًا أَوَّلًا مِنْ نُوْرِ وَجْهِي
“Aku menciptakan Muhammad pertama kali, dari nur Dzat-Ku” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Sirrul Asrar, h. 44)
Rasulullah juga bersabda, “Yang pertama kali diciptakan Allah adalah ruhku, yang pertama kali diciptakan Allah adalah nurku, yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena), yang pertama kali diciptakan Allah adalah akal”.
Nur Muhammad Pangkal Alam Semesta
Maksud dari sabda Nabi di atas sebenarnya adalah sama, yaitu hakikat Muhammadiyyah. Hakikat tersebut disebut dengan nur, karena dia bersih dari segala macam kegelapan. Disebut dengan akal karena dia bisa memiliki pemahaman yang menyeluruh. Dan disebut dengan qalam, karena dia berfungsi untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan.
Ruh Muhammadiyyah adalah substansi dari alam semesta, sesuatu yang pertama diwujudkan dan menjadi asal dari segala sesuatu. Rasulullah SAW bersabda:
أَنَا مِنَ اللهِ, وَالمؤمِنُوْنَ مِنِّي
“Aku berasal dari Allah, dan orang-orang mukmin berasal dari diriku”. (Syekh Abdul Qadir al-Jilani… h. 45).
Dari ruh Nabi Muhammad, Allah kemudian menciptakan seluruh ruh makhluk di alam Lahut dalam bentuk yang paling sempurna. Alam Lahut adalah rumah pertama bagi ruh ketika baru diciptakan. Dalam alam tersebut, yang ada adalah mahwu (lebur) dan fana’ (sirna), karena dekatnya makhluk yang fana dengan Allah SWT. Malaikat dan makhluk lain tidak dizinkan sampai pada alam tersebut. (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, h. 40).
Alam Lahut merupakan hajalah al-uns (kamar kesenangan) dan menjadi tempat asal bagi para ruh. (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, h. 45).
Ketika berlalu masa empat ribu tahun, Allah menciptakan Arsy dari nur (cahaya) mata Baginda Nabi Muhammad SAW, dan segala macam sesuatu juga diciptakan darinya.
Ruh kemudian dikembalikan kepada tingkatan yang rendah dari setiap makhluk, yakni jasad, sebagaimana firman Allah, “tsumma radadnaahu asfala saafiliin” (kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya).
Caranya adalah, semula Allah menurunkan segenap arwah dari alam Lahut menuju alam Jabarut. Alam Jabarut ini berada di antara alam Lahut dan alam Malakut. Arwah tersebut kemudian diberi kiswah (pakaian) berupa nur Jabarut. Kiswah tersebut bernama ruh Sultani.
Para arwah dengan pakaian nur mereka kemudian diturunkan lagi ke alam Malakut, dan mereka diberi pakaian dari nur Malakut. Kiswah nur pada alam ini disebut dengan ruh ar-Rawaniy.
Setelah itu para arwah diturunkan lagi ke alam al-Mulki, dan mereka diberi pakaian dari nur al-Mulki. Kiswah nur pada alam ini disebut dengan ruh al-Jismani.
Allah kemudian menciptakan jasad, sebagaimana firman Allah “minhaa khalaqnaakum…” (dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu…) dan Dia memerintahkn arwah untuk masuk ke dalam jasad mereka masing-masing. Sebagaimana firman Allah, “…wa nafakhtu fiihi min ruuhi…” (…dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku…). (Syekh Abdul Qadir al-Jilani… h. 45-46).
Ruh Muhammadiyyah sebagai makhluk yang pertama kali diciptakan dan menjadi substansi dari alam semesta juga diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah al-Anshari:
Jabir bertanya kepada Rasulullah” Wahai Rasulullah! Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Ceritakanlah kepadaku, tentang sesuatu yang pertama kali diciptakan Allah sebelum yang lain?”
Rasulullah bersabda, “Wahai Jabir! Sesungguhnya yang diciptakan Allah sebelum yang lain adalah nur Nabimu; Muhammad SAW dari nur (cahaya)-Nya. Nur tersebut kemudian terus berputar dengan kodratnya Allah, ke mana saja Dia menghendaki. Pada saat itu belum ada lauh (papan bertulis), qalam (pena), surga, neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, rembulan, manusia, juga jin.
Ketika Allah berkehendak menciptakan makhluk, nur tersebut dibagi menjadi empat. Bagian pertama untuk menciptakan qalam, bagian kedua utuk menciptakan lauh, bagian ketiga untuk menciptakan arsy, dan bagian yang keempat dibagi lagi menjadi empat.
Bagian petama untuk menciptakan malaikat penyangga arsy, bagian kedua untuk menciptakan kursy, bagai ketiga untuk menciptakan para malaikat, dan bagian keempat dibagi lagi menjadi empat.
Bagian pertama untuk menciptakan semua lapisan langit, bagian kedua untuk menciptakan semua lapisan bumi, bagian ketiga untuk menciptakan surga dan neraka, dan bagian keempat dibagi lagi menjadi empat.
Bagian pertama untuk menciptakan nur mata orang-orang yang beriman, bagian kedua untuk menciptakan nur hati kaum mukminin yang berupa makrifat kepada Allah, bagian ketiga untuk menciptakan nur uns (cahaya kesenangan) kaum mukminin, yaitu tauhid laailaha illallah muhammadur rasuulullah”…” (Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Haditsiyyah, j. 1., h. 125 / Al-Qasthalani, al-Mawahib al-Laduniyyah, j. 1., h. 71-72 / al-Ijluuni, Kasyful Khafa, j. 1, . 265).
Kesimpulannya, Allah pertama kali menciptakan nur Muhammadiyyah sebelum segala sesuatu dan kemudian menjadi asal dari penciptaan arwah dan penciptaan alam semesta.
Proses penciptaan ruh menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani melalui empat tahap. Pertama kali ruh diciptakan di alam Lahut, kemudian diturunkan ke alam Jabarut, kemudian ke alam Malakut, lalu ke alam al-Mulki, dan kemudian Allah menciptakan jasad dan memerintahkan para arwah untuk masuk ke jasad mereka masing-masing.
Demikian penjelasan tentang penciptaan ruh menurut sufi. Semoga bermanfaat. Waallahu A’lam.
BINCANG SYARIAH