Ikhlas Menerima Takdir Buruk

DIHIKAYATKAN bahwa seseorang dari kalangan orang-orang saleh melewati seorang laki-laki yang terkena penyakit lumpuh separuh badan, ulat bertebaran dari dua sisi perutnya, lebih dari itu ia juga buta dan tuli.

Lelaki lumpuh itu mengatakan, “segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanmu dari cobaan yang telah dialami oleh banyak orang.” Lantas lelaki saleh yang lewat itu heran, kemudian bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku! Apa yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dari dirimu padahal saya melihat semua musibah, menimpa dirimu?” Ia menjawab, “Menyingkirlah kamu dariku hai pengangguran! Sungguh, Allah Subhanahu wa Taalatelah menyelamatkanku karena Dia menganugerahkan kepadaku lisan yang selalu mentauhidkan-Nya, hati yang dapat mengenal-Nya, dan waktu yang selalu kugunakan untuk berzikir kepada-Nya.”

Dihikayatkan pula bahwa ada seorang yang saleh yang apabila ditimpa sebuah musibah atau mendapat cobaan, selalu berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Pada suatu malam serigala datang memangsa ayam jagonya, kejadian ini disampaikan kepadanya, maka ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Kemudian pada malam itu pula anjing penjaga ternaknya dipukul orang hingga mati, lalu kejadian ini disampaikan kepadanya. Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”

Tak berapa lama keledainya meringkik, lalu mati. Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik, insya Allah.” Anggota keluarganya merasa sempit dan tidak mampu memahami mengapa ia mengucapkan perkataan itu.

Pada malam itu orang-orang Arab datang menyerang mereka. Mereka membunuh semua orang yang ada di wilayah tersebut. Tidak ada yang selamat selain dia dan keluarganya. Orang-orang Arab yang menyerang tersebut menjadikan suara ayam jago, gonggongan anjing, dan teriakan keledai sebagai indikasi bahwa sebuah tempat itu dihuni manusia, sedangkan semua binatang miliknya telah mati.

Jadi, kematian semua binatang ini merupakan kebaikan dan menjadi penyebab dirinya selamat dari pembunuhan. Maha Suci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Al-Madaini menceritakan, “Di daerah pedalaman saya pernah melihat seorang perempuan yang saya belum pernah melihat seorang pun yang lebih bersih kulitnya dan lebih cantik wajahnya daripada dirinya. Lalu saya berkata, “Demi Allah, kesempurnaan dan kebahagiaan berpihak kepadamu.”

Lantas perempuan tersebut berkata, “Tidak. Demi Allah, sesungguhnya saya banyak dikelilingi oleh duka cita dan kesedihan. Saya akan bercerita kepadamu. Dulu saya mempunyai seorang suami. Dari suami saya tersebut saya mempunyai dua orang anak. Suatu ketika ayah kedua anak saya ini sedang menyembelih kambing pada hari raya Idul Adha. Sedangkan anak-anak sedang bermain.” Lantas anak yang lebih besar berkata kepada adiknya, “Apakah kamu ingin saya beritahu bagaimana cara ayah menyembelih kambing?” Adiknya menjawab, “Ya.” Lalu si kakak menyembelih adiknya.

Ketika si kakak ini melihat darah, maka ia menjadi cemas, lalu ia melarikan diri ke arah gunung. Tiba-tiba ia dimangsa serigala. Kemudian ayahnya keluar untuk mencari anaknya, ternyata ia tersesat di jalan sehingga ia mati kehausan. Akhirnya saya pun hidup sebatang kara.”

Lantas saya bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa sabar?” Ia menjawab, “Apabila peristiwa tersebut terus-menerus menimpa saya, pasti saya masih merasakannya. Namun, hal itu saya anggap hanya sebuah luka, hingga akhirnya ia pun sembuh.”

Pada saat putranya meninggal dunia, Imam asy-Syafii rahimahullah. Berkata, “Ya Allah! Jika Engkau memberi cobaan, maka sungguh Engkau masih menyelamatkanku. Jika Engkau mengambil, sungguh Engkau masih menyisakan yang lain. Jika Engkau mengambil sebuah organ, sungguh Engkau masih menyisakan banyak organ yang lain. Jika Engkau mengambil seorang anak, sungguh Engkau masih menyisakan beberapa anak yang lain.”

Al-Ahnaf bin Qais mengatakan, “Saya mengadukan sakit perut yang saya alami kepada pamanku, namun ia malah membentakku seraya berkata, “Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengeluhkannya kepada seorang pun. Sesungguhnya manusia itu ada dua macam. Teman yang kamu susahkan dan musuh yang kamu senangkan. Janganlah engkau mengeluhkan sesuatu yang menimpa dirimu kepada makhluk sepertimu yang tidak mampu mencegah bila hal serupa menimpa dirinya. Akan tetapi, adukanlah pada Dzat yang memberi cobaan kepadamu. Dialah yang mampu memberikan kelonggaran kepadamu. Hai putra saudaraku! Sungguh, salah satu dari kedua mataku ini tidak dapat melihat semenjak empat puluh tahun lalu. Saya tidak memberitahukan hal ini kepada istri saya dan kepada seorang pun dari keluarga saya.”

Ada seorang yang saleh mendapat cobaan terkait putra-putranya. Ketika ia dianugerahi dua orang anak dan baru saja mulai beranjak besar sehingga membuatnya bahagia, tiba-tiba anaknya dijemput kematian. Ia ditinggalkan anaknya dengan penuh kesedihan dan patah hati.

Akan tetapi, lantaran kuatnya iman, ia hanya dapat mengikhlaskan karena Allah Subhanahu wa Taala dan bersabar seraya berkata, “Milik Allah Subhanahu wa Taala segala sesuatu yang telah Dia berikan. Milik AllahSubhanahu wa Taala pula segala sesuatu yang telah Dia ambil. Ya Allah! Berilah keselamatan kepadaku dalam musibah ini dan berikanlah ganti yang lebih baik lagi.”

Allah pun menganugerahkannya anak yang ketiga. Setelah beberapa tahun, si anak jatuh sakit. Dan ternyata sakitnya sangat parah sampai hampir mati. Sang ayah berada di sisinya dengan air mata yang berlinangan. Kemudian ia merasakan kantuk dan tertidur.

Di dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah datang. Ketakutan-ketakutan pada hari Kiamat telah muncul. Lantas ia melihatshirath (jembatan) yang telah dipasang di atas permukaan Neraka Jahannam. Orang-orang sudah siap menyeberanginya. Laki-laki tersebut melihat dirinya sendiri di atas shirath. Ia hendak berjalan, tetapi ia takut terjatuh. Tiba-tiba anaknya yang pertama yang telah mati datang berlari-lari menghampirinya seraya berkata, “Saya akan menjadi sandaranmu wahai ayahku!” Sang ayah pun mulai berjalan.

Akan tetapi, ia masih khawatir terjatuh dari sisi lain. Tiba-tiba ia melihat anaknya yang kedua mendatanginya dan memegangi tangannya pada sisi lainnya. Lantas lelaki tersebut sungguh-sungguh bergembira. Setelah ia berjalan sebentara, ia merasakan sangat haus, lalu ia meminta kepada salah satu dari dua anaknya tersebut agar memberinya minuman. Keduanya berkata, “Tidak bisa. Jika salah satu dari kita meninggalkanmu, niscaya engkau terjatuh ke neraka, lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?” Salah satu dari kedua anaknya berkata, “Wahai ayahku! Seandainya ada saudara kami yang ketiga bersama kami, pastilah ia dapat mengambilkan minum untukmu sekarang.”

Lantas lelaki tersebut terjaga dari tidurnya seraya ketakutan. Ia memuji AllahSubhanahu wa Taala bahwa ia masih hidup dan Hari Kiamat belum tiba.

Seketika ia melirik ke arah anaknya yang sedang sakit di sampingnya. Ternyata anaknya telah meninggal dunia. Kontan ia menjerit, “Segala puji bagi Allah.” Sungguh, saya telah mempunyai simpanan dan pahala. Kamu adalah pendahulu bagiku di atas shirath pada hari Kiamat kelak.” [ ]

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (22): Mat Kelor Menjadi Robot

MAT Kelor dan isteri memang berjiwa sosial sekali. Tadi pagi adalah hari terakhir baginya di tanah suci. Sejak pagi saya tak melihat ujung hidungnya. Ternyata dia dan isterinya keliling toko dan pasar untuk menambah oleh-oleh. Padahal sudah ada beberapa kardus yang dikirimkannya via cargo.

“Wajah sanak kerabat dan tetangga hadir semua dalam bayangan saya. Tak nyaman hati ini jika tak berbagi oleh-oleh sementara setiap malam mereka mengaji dan berdoa mendoakan saya,” katanya beralasan.

Iya, benar. Tradisi di Madura memang unik. Orang naik haji itu memerlukan biaya relatif besar: selamatan keberangkatan haji, selamatan tiap malam selama berada di tanah suci, dan selamatan pulang haji. Bisa-bisa, tiga selamatan itu menghabiskan sapi satu kandang bahkan lebih. Karena itulah maka haji di Madura punya makna dan nilai yang mungkin saja berbeda dengan daerah lain. Bukan masalah relijiusitas semata, namun memiliki makna sosial dan kultural. Butuh satu semester untuk membahas “the socio-anthropological aspects of pilgrimage” masyarakat Madura.

Benar saja. Setibanya di bandara, Mat Kelor kebingungan mengatur bagasi yang overload, kelebihan timbangan. Berat timbangan barang dan timbangan badan memang menjadi isu sensitif di akhir prosesi haji. Tiap jamaah hanya dibatasi 2 koper bagasi masing-masing 23 kg untuk kelas ekonomi dan 30 kg untuk kelas bisnis. Mat Kelor agak galau dan mundur dari antrian untuk mengatur isi bagasinya.

Lalu, istri Mat Kelor maju ke counter untuk membawa dan menimbang kembali koper-koper itu. Alhamdulillah lolos, hanya lebih setengah kilo. Dia ditoleransi petugas. Namun, Mat Kelor tak tampak, diduga sedang berada dalam toilet. Menjelang antri imigrasi Mat Kelor menampakkan diri dengan tampilan aneh.

Dia tampak sangat gemuk dan sulit berjalan. Persis seperti robot. Setelah diamati, ternyata dia memakai baju 5 lapis dan celana dua lapis. Semua jamaah tertawa. Ketika ditanya mengapa, dia berkata: “Baju ini kukeluarkan dari koper yang kelebihan berat tadi. Mau dibuang sayang, ada barakah Mekah Madinah di baju dan celana ini. Aku pakai saja.” Diapun melangkah pelan-pelan. Semua mata memandang padanya. Mat Kelor semakin terkenal.

INILAH MOZAIK

Jika Laki-laki Boleh Poligami, Mengapa Perempuan Dilarang Poliandri?

Mengapa laki-laki beristri lebih satu (poligami) dibolehkan dalam Islam, sedang poliandri dilarang (perempuan yang mempunyai suami lebih dari satu)?

Islam sungguh ajaran yang sangat sempurna. Islam tidak pernah merendahkan perempuan. Islam justru memuliakan derajat kaum perempuan. Perempuan terhormat tidak rela dirinya digerayangi banyak laki-laki. Ia hanya mau melihat satu saja laki-laki pendampingnya. Bahkan, karena saking setianya, tidak jarang perempuan yang menolak menikah lagi sepeninggal suaminya walaupun itu dihalalkan agama Islam. Dan kita melihat itu banyak di sekitar kita.

Orang-orang orientalis kerap menghasut kaum perempuan. Katanya, ”Coba lihat, nanti di surga laki-laki boleh punya bidadari-bidadari tapi perempuan tidak boleh punya banyak lelaki.”

Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rowi pernah berceramah di Amerika, ada yang bertanya seperti cemoohan orientalis itu. Apa jawaban Syeikh?

Ia menjawab dengan pertanyaan balik, ”Bukankah di negeri tuan tempat-tempat pelacuran dilegalisasi?”

”Betul,” jawabnya.

Syeikh lulusan terbaik Al-Azhar itu tanya lagi, ”Bagaimana tuan menjaga kesehatan pelacur-pelacur itu dan menghindarkannya dari penyakit?”

Mereka menjawabnya, ”Mereka disuntik dua kali seminggu supaya tidak menularkan penyakitnya kepada tamu-tamu lain.”

”Bagus”, jawab Syeikh. ”Lalu, apakah tuan-tuan tidak meagadakan pemeriksaan kepada istri-istri dari suami yang datang ke tempat pelacur?”

“Tidak! Kenapa?”

”Karena mereka bersih, sebab hanya satu saja laki-laki yang bersetubuh, yaitu suaminya. Lain halnya jika ia banyak suami, bisa saja terkena penyakit. Sebab, wanita yang wadahnya disiram banyak laki-laki bisa mengakibatkan penyakit.”

“Kalau begitu, benar sekali ketentuan Islam melarang wanita berpoliandri,” ujar Syeikh.

Syeikh tanya lagi pada mereka, “Tuan-tuan menyediakan tempat pelacuran dengan pemuasnya kaum wanita. Kenapa Tuan tidak menyediakan tempat pelacuran yang berpenghuni pria, dengan pengunjung wanita?”

Mereka menjawab, ”ltu bertentangan dengan fitrah wanita. Apabila ada wanita yang mendatangi atau mencari laki-laki untuk memenuhi kebutuhan seksnya adalah ganjil dan tidak normal.”

[@paramuda/BersamaDakwah]

5 Anak Iblis Paling Berbahaya di Dunia, Ini Tugas Mereka

Al Hafizh Imam Jamaluddin Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauzi al Baghdadi rahimahullah dalam bukunya, Tabliis Iblis, menjelaskan nama lima anak iblis dan tugas-tugas mereka.

1. Tsabr

Tugas anak iblis bernama Tsabr ini adalah mendatangi orang-orang yang terkena musibah dan membuat mereka menampar pipinya sendiri, menyobek baju, merusak dan mengeluarkan kata-kata jahiliyah.

Tsabr sangat berhasil jika manusia yang terkena musibah marah kepada Allah dan mencela takdir.

2. A’war

Anak iblis bernama A’war ini tugasnya merayu manusia agar berzina. Menghembuskan ke pikiran manusia bahwa zina itu sangat nikmat dan menipu mereka agar menganggapnya sebagai perbuatan yang bagus.

3. Miswath

Miswath tugasnya membawa dusta. Ia menghembuskan kedustaan dan kebohongan kepada manusia agar mereka semakin tertarik mendengarnya dan kemudian menyebarkan kedustaan itu.

Dihiasinya kedustaan dan kebohongan menjadi demikian menarik, bahkan kadang ia muncul menyerupai manusia untuk memprovokasi orang yang menjadi sasarannya.

4. Dasim

Anak iblis yang satu ini tugasnya menyusupkan penampakan cela seseorang kepada orang lain. Sehingga orang yang disasarnya tidak melihat kecuali celanya saja sehinga ia marah dan membenci orang tersebut.

Tak hanya orang yang jauh seperti kompetitor atau rekan kerja, bahkan ia menghembuskan cela istri kepada suaminya dan cela suami kepada istrinya agar saling berselisih bahkan bercerai.

5. Zaknabur

Dialah yang ditugasi Iblis untuk menguasai pasar. Ia mengibarkan bendera di sana sehingga manusia termakan bujuk rayu untuk curang, mengurangi timbangan, menipu, riba dan lain sebagainya

Lima anak iblis dengan tugasnya itu baru menggambarkan sebagian aktifitas mereka. Sebab iblis telah bersumpah untuk selalu berusaha menyesatkan manusia dengan berbagai cara.

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (QS. Shad: 82-83)

Allah mengabadikan deklarasi perang iblis dalam Surat Shad ayat 82. Namun Allah juga membuat iblis memberitahukan siapa saja yang akan selamat dari upaya penyesatan itu. Mereka adalah orang-orang yang mukhlasin.

“Si iblis mengakui terus terang bahwa ada pengecualiannya, atau karena dia merasa tidak berani mendekatinya,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar, “yaitu hamba-hamba Allah yang telah disucikan. Karena walaupun dia coba bagaimanapun, dan tentu kadang-kadang dicobanya, tidaklah akan berhasil.”

Siapakah mukhlasin yang tidak bisa disesatkan iblis dan anak iblis itu? Buya Hamka menjelaskan bahwa mereka adalah orang yang telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena senantiasa mendekat kepadaNya. Sedangkan Ibnu Taimiyah dalam Tazkiyatun Nafs menjelaskan bahwa mukhlasin adalah orang yang istiqamah dalam ikhlas, tidak berbuat syirik kepadaNya.

Semoga kita semua dimasukkan Allah ke dalam golongan hambaNya yang mukhlasin, yang selamat dari tipu daya iblis serta anak cucunya. Lalu kita mendapat rahmat Allah dan kelak dimasukkan ke dalam surgaNya.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Pemulangan Haji Khusus Tuntas, 5 di RSAS

Seluruh kafilah jemaah haji khusus yang biasa disebut PIHK telah memulangkan jemaah haji khusus Indonesia. Jumlah jemaah dan petugas yang meninggalkan Arab Saudi sebanyak 16.814 orang atau 99,8% dari jemaah haji khusus yang tiba di Arab Saudi yang berjumlah 16.840 orang. Angka itu termasuk satu orang jemaah PT. Primas (Kosorsium PT. Dewi Serasi) yang wafat di atas pesawat sebelum mendarat di Tanah Air. Empat dari jemaah yang sakit di rawat di Madinah, sedangkan satu orang dirawat di Makkah. Sementara itu 21 orang jemaah haji khusus meninggal dunia selama di Arab Saudi.

“Kita bersyukur bahwa proses pemulangan jemaah haji khusus telah selesai, meskipun kita tetap berharap bahwa kelima jemaah yang sakit dapat segera dipulangkan ke tengah keluarga mereka. Kita bersyukur karena secara umum proses pemulangan relatif lancar”, kata Kepala Daker Airport Arsyad Hidayat di Madinah, Jumat (14/9/2018).

Meski demikian, Arsyad berharap para PIHK tidak berpuas diri dengan sukses penyelenggaraan haji khusus tahun ini. Masih banyak sisi yang perlu ditingkatkan, misalnya mengenai handling barang bawaan.

Lebih lanjut, Arsyad berpesan agar ke depan PIHK dapat memperkuat tim handling agar kasus tercecernya barang bawaan dapat diminimalisir.

“Kami mengapresiasi keberadaan tim handling asosiasi yang sangat membantu para anggotanya, bukan hanya mengurusi masalah handling, tetapi juga mengarahkan pada jemaah di bandara dan penghubung dengan petugas Daker Airport. Masalahnya tidak semua asosiasi mempunyai tim handling, dan bahkan tidak semua PIHK bersedia menggunakan tim handling yang disiapkan oleh asosiasi. Ini disayangakan karena keberadaan mereka cukup membantu” ujarnya.

Senada dengan Arsyad, Kepala Bidang Pengawasan Haji Khusus PPIH Arab Saudi Mulyo Widodo juga mengingatkan bahwa tugas PIHK belum sepenuhnya selesai.

“Masih terdapat lima jemaah yang terpaksa ditinggal karena sedang sakit. PIHK harus tetap memulangkan mereka apabila kesehatan mereka sudah memungkinkan. Kami akan memonitor perkembangan mereka dan memastikan mereka akan dipulangkan setelah laik terbang secara medis,” tegasnya usai melepas rombongan terakhir (PT. Kaisa Rossie) yang terbang melalui Bandara Jeddah.

Di tempat yang sama, Kepala Seksi Pengawasan PIHK Daker Airport Zakaria Anshori menyebutkan bahwa Proses pemulangan jemaah berlangsung sejatinya selama 17 hari dari tanggal 26 Agustus 2018 (PT. Ananda Nurul Haromain) hingga tanggal 11 september 2018 oleh PT. Madani Prabu Jaya.

“Namun jumlah harinya bertambah menjadi 19 hari karena adanya jemaah yang sakit, yang baru bisa dipulangkan pada tanggal 13 September 2018, yaitu dua orang jemaah PT. Al Haramain Jaya Wisata melalui Bandara Madinah,” terangnya.

Menurut Zakaria, pemulangan jemaah haji khusus tetap menggunakan 8 maskapai penerbangan, yaitu: Garuda Indonesia (GA), Saudia (SV), Emirates (EK), Ettihad (EY), Turkish (TK), Scoot Tiger (TR), Oman Air (WY), dan SriLankan (UL). Saudia Airline mendominasi pengangkutan jemaah haji dengan memulangkan 9.015 jemaah (53,6%), lebih banyak dibanding fase kedatangan (8.955 jemaah atau 53,2%). Mereka diberangkatkan dari Arab Saudi melalui dua bandara, yaitu Bandara King Abdul Aziz Jeddah (12.860 org atau 76,5%) dan sisanya sebanyak 3.954 melalui Bandara Amir Muhammad di Madinah.

“Kami megucapkan terima kasih atas kerjasama Seksi Pengawasan PIHK Daker Madinah dalam melakukan monitoring di Bandara Madinah,” tutupnya. (ab/ab).

 

KEMENAG RI

Mana yang Utama, Bertasbih atau Beristighfar?

PENULIS banyak kitab bernama Ibnul Jawzi ini suatu waktu ditanya seseorang mana yang paling bagus dilakukannya antara membaca tasbih dan membaca istighfar. Jawaban beliau indah sekali: “Baju yang kotor lebih membutuhkan sabun ketimbang parfum.”

Istighfar adalah sabun untuk dosa dan kesalahan kita. Tasbih adalah parfum pengharum kehidupan kita. Manusia yang rajin beristighfar dan bertasbih sungguh akan memiliki kehidupan yang bersih dan wangi.

Kegalauan, kecemasan dan kesedihan yang kita rasakan adalah karena badan kita kotor dengan kemaksiatan. Lihatlah kehidupan orang-orang yang hidupnya penuh dengan nilai positif, dalam kondisi bagaimanapun mereka tenang dan tetap bersahaja. Pikiran yang positif, niat yang positif, praduga yang positif dan perbuatan positif adalah dasar-dasar utama kebahagiaan yang dimiliki oleh semua ahli surga. Mari kita bersihkan yang negatif dengan istighfar.

Tasbih adalah dzikir i’tiraf, ingat kepada Allah dengan pengakuan penuh akan kesucian Allah dari segala macam aib dan kekurangan. Bagaimana hidup kita tak akan wangi kalau kita berkeyakinan bahwa semua takdir Allah adalah bentuk puncak kesempurnaan dan keindahan? Mengakui kesucian dan kesempurnaan Allah dengan tasbih juga mensyaratkan kita untuk tidak mensuci-sucikan diri. Kesombonganpun hilang, arogansipun lenyap, maka hidup berwujud menjadi terang, rukun dan damai.

Begitu luar biasanya istighfar dan tasbih ini. Jangan lupa perbanyak pula dengan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dari beliaulah kita mengerti makna hakikat hidup dan cara menjalaninya. Shalawat ini adalah bukti cinta kita kepada beliau. Shalawat dengan cinta ini akan berbuah lebat untuk keselamatan dan kebahagiaan kita.

INILAH MOZAIK

Cara Perbanyak Timbangan Kebaikan

Penentu masuk atau tidaknya seseorang ke dalam pintu surga adalah melalui seberapa berat timbangan amalnya selama di dunia. Ustaz Darhan Abu Furayhan menjelaskan beberapa keterangan Allah SWT dan rasul-Nya telah cukup banyak menjelaskan beberapa amal ibadah yang mampu memperbanyak timbangan kebaikan.

Dalam ceramah berjudul Pemberat Timbangan Amal di Masjid Nur ala Nur, Tambun, Kabupaten Bekasi, Ustaz Farhan menjelaskan, hal yang dapat memperberat amal adalah kunjung-mengunjungi (silaturahim), saling duduk atau berkumpul untuk mengkaji kajian agama, dan saling mengasihi karena Allah SWT.

Rasulullah bersabda, Allah SWT berfirman bahwa wajib cinta-Ku pada mereka, yaitu orang- orang yang saling mencintai karena Aku, orang orang yang saling duduk karena Aku dan orang yang saling mengunjungi karena Aku (HR Tirmidzi).

Ustaz Farhan juga menje-laskan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa terdapat tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari kiamat.Salah satunya orang yang saling mencintai karena Allah SWT, berkumpul karena Allah SWT, dan berpisah karena Allah SWT pula.

Selain itu, orang yang dijamin masuk surga dan tentu berat amal timbangannya adalah orang yang senantiasa menjaga tali silaturahim. Ada sebuah kisah yang diceritakan Rasulullah SAW kepada sahabatnya, Abu Hurairah RA bahwa ada seorang pemuda yang menempuh sebuah per- jalanan panjang untuk mengunjungi saudaranya.

Dalam perjalanan, turunlah seorang malaikat yang bertanya padanya Wahai fulan, hendak ke mana engkau? Lalu fulan menjawab, Aku hendak mengunjungi saudaraku di daerah ini. Lalu malaikat kembali bertanya, Apa kah kunjunganmu ini karena keuntungan duniawi yang engkau harapkan darinya (sauda ramu)? Fulan menjawab, Sama sekali tidak, saya ingin menemuinya semata-mata karena aku mencintainya karena Allah. Maka, malaikat tersebut menjawab, Sesungguhnya Allah telah cinta padamu karena engkau telah cinta pada hamba-Nya karena- Nya (HR Muslim).

Seluruh hubungan yang terjalin di dunia ini yang tidak berasas takwa atau bukan karena Allah akan sirna dan berujung pada permusuhan. Yang tersisa dan kekal hanya hubungan yang dibangun di atas takwa, kata Ustaz Farhan kepada para jamaah, belum lama ini.

Dia mengatakan, dalam Alquran tertulis, orang-orang yang saling mengasihi di dunia akan saling bermusuhan pada hari kiamat, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah. Menurut dia, ayat ini ditafsirkan bahwa segala hubungan yang tidak berasas pada keridhaan Allah akan sirna dan berujung pada permusuhan kecuali mereka yang berhubungan karena ketakwaan.

Dalam hadis yang disampaikan Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda bahwa orang yang saling mencintai pada hari kiamat akan dipanggil oleh Allah SWT. Mereka akan dinaungi oleh naungan Allah dan mereka berada di atas mimbar mimbar yang terbuat dari cahaya (HR Muslim).

Selain mempererat tali silaturahim, perbuatan yang dapat memberatkan timbangan amal adalah menuntut ilmu. Sebuah kisah diceritakan oleh sahabat Rasulullah SAW, Abu Darda RA.

Ada seorang pemuda yang datang padanya, lalu Abu Darda menanyakan alasan kedatangan pemuda tersebut.Pemuda itu pun menjawab, Sesungguhnya aku datang untuk mendengar sabda Rasulullah yang telah engkau dengar langsung darinya.

Mendengar alasan pemuda tersebut, Abu Darda langsung berkata, Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa barang siapa yang telah menempuh sebuah perjalanan untuk menuntut ilmu agama maka akan dibentangkan padanya jalan menuju surga dan malaikat akan meletakkan sayap- sayap mereka untuk para penuntut ilmu, (HR Tirmidzi).

Ustaz Farhan juga menjelaskan bahwa keutamaan orang yang berilmu (alim) dibandingkan orang yang rajin beribadah (abid) bagikan bulan purnama dan ribuan bintang. Menurut dia, satu alim lebih baik dibandingkan ratusan abid, sama halnya seperti ratusan bintang yang tidak dapat menyaingi terangnya bulan purnama.

Misalnya, ada ribuan abid yang gemar berpuasa, gemar beribadah dan lainnya, tapi jumlah mereka tidak akan bermanfaat dibandingkan seorang alim karena mereka membawa perubahan, kata Ustaz Farhan.

Dia menjelaskan, kebaikan ilmu yang dimiliki seolah alim akan menyebar kepada orang lain dan terus mengalirkan pahala bagi nya sehingga timbangan kebaik annya pun akan terus bertambah. Berbeda dengan seorang abid yang hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk menambah timbangan kebaikannya.

Oleh karena itu, banyak ulama yang menyatakan bahwa satu alim itu lebih dahsyat pengaruh- nya bagi setan dibandingkan seribu abid karena seorang alim akan membawa perubahan dengan ilmu yang dimilikinya. Sedangkan, abid tidak dapat mengajarkan ilmu-ilmu bermanfaat kepada umat karena dia hanya dapat beribadah dan bermanfaat bagi dirinya sendiri.

REPUBLIKA

Amalan di Bulan Muharram

Berikut adalah beberapa amalan sunnah di bulan Muharram:

Memperbanyak puasa selama bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أفضل الصيام بعد رمضان ، شهر الله المحرم

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يتحرى صيام يوم فضَّلة على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء ، وهذا الشهر – يعني شهر رمضان

“Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)

Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

كان يوم عاشوراء تعده اليهود عيداً ، قال النبي صلى الله عليه وسلم : « فصوموه أنتم ».

Dulu hari Asyura’ dijadikan orang yahudi sebagai hari raya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah kalian.” (HR. Al Bukhari)

Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

سئل عن صوم يوم عاشوراء فقال كفارة سنة

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura’, kemudian beliau menjawab: “Puasa Asyura’ menjadi penebus dosa setahun yang telah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

قَدِمَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لأَصْحَابِهِ «أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ ، فَصُومُوا».

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah, sementara orang-orang yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan: Ini adalah hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “Kalian lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka (orang yahudi), karena itu berpuasalah.” (HR. Al Bukhari)

Keterangan:
Puasa Asyura’ merupakan kewajiban puasa pertama dalam islam, sebelum Ramadlan. Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz radliallahu ‘anha, beliau mengatakan:

أرسل النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار : ((من أصبح مفطراً فليتم بقية يومه ، ومن أصبح صائماً فليصم)) قالت: فكنا نصومه بعد ونصوّم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار

Suatu ketika, di pagi hari Asyura’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu kampung penduduk Madinah untuk menyampaikan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah puasa, hendaknya dia lanjutkan puasanya.” Rubayyi’ mengatakan: Kemudian setelah itu kami puasa, dan kami mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami memberikan mainan itu. Begitu seterusnya sampai datang waktu berbuka. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, puasa Asyura’ menjadi puasa sunnah. A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan:

كان يوم عاشوراء تصومه قريش في الجاهلية ،فلما قد المدينة صامه وأمر بصيامه ، فلما فرض رمضان ترك يوم عاشوراء ، فمن شاء صامه ، ومن شاء تركه

Dulu hari Asyura’ dijadikan sebagai hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melaksanakn puasa Asyura’ dan memerintahkan sahabat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, beliau tinggalkan hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang tidak ingin puasa Asyura’ boleh tidak puasa. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Puasa Tasu’a (puasa tanggal 9 Muharram)

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau menceritakan:

حين صام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عاشوراء وأمر بصيامه ، قالوا : يا رسول الله ! إنه يوم تعظمه اليهود والنصارى ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((فإذا كان العام المقبل ، إن شاء الله ، صمنا اليوم التاسع )) . قال : فلم يأت العام المقبل حتى تُوفي رسول الله صلى الله عليه وسلم

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’ dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsudah diwafatkan. (HR. Al Bukhari)

Adakah anjuran puasa tanggal 11 Bulan Muharram?

Sebagian ulama berpendapat, dianjurkan melaksanakan puasa tanggal 11 Muharram, setelah puasa Asyura’. Pendapat ini berdasarkan hadis:

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا فيه اليهود وصوموا قبله يوما أو بعده يوما

“Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).

Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadis ini juga dikuatkan hadis lain, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra dengan lafadz:

صوموا قبله يوماً وبعده يوماً

“Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.”

Dengan menggunakan kata hubung وَ (yang berarti “dan”) sementara hadis sebelumnya menggunakan kata hubung أَوْ (yang artinya “atau”).

Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan status hadis di atas:
Hadis ini diriwayatkan Ahmad dan al-Baihaqi dengan sanad dhaif, karena keadaan perawi Muhammad bin Abi Laila yang lemah. Akan tetapi dia tidak sendirian. Hadis ini memiliki jalur penguat dari Shaleh bin Abi Shaleh bin Hay. (Ittihaf al-Mahrah, hadis no. 2225)
Demikian keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Munajed.

Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa puasa tanggal 11 tidak disyariatkan, karena hadis ini sanadnya dhaif. Sebagaimana keterangan Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam ta’liq musnad Ahmad. Hanya saja dianjurkan untuk melakukan puasa tiga hari, jika dia tidak bisa memastikan tanggal 1 Muharam, sebagai bentuk kehati-hatian.
Imam Ahmad mengatakan:

Jika awal bulan Muharram tidak jelas maka sebaiknya puasa tiga hari: (tanggal 9, 10, dan 11 Muharram), Ibnu Sirrin menjelaskan demikian. Beliau mempraktekkan hal itu agar lebih yakin untuk mendapatkan puasa tanggal 9 dan 10. (Al Mughni, 3/174. Diambil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 52).

Disamping itu, melakukan puasa 3 hari, di tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, masuk dalam cakupan hadis yang menganjurkan untuk memperbanyak puasa selama di bulan Muharram. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Ibnul Qayim menjelaskan bahwa puasa terkait hari Asyura ada tiga tingkatan:

  1. Tingkatan paling sempurna, puasa tiga hari. Sehari sebelum Asyura, hari Asyura, dan sehari setelahnya.
  2. Tingkatan kedua, puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharram. Ini berdasarkan banyak hadis.
  3. Tingkatan ketiga, puasa tanggal 10 saja.

(Zadul Ma’ad, 2/72)

Bolehkah puasa tanggal 10 saja?

Sebagian ulama berpendapat, puasa tanggal 10 saja hukumnya makruh. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berencana untuk puasa tanggal 9, di tahun berikutnya, dengan tujuan menyelisihi model puasa orang yahudi. Ini merupakan pendapat Syaikh Ibn Baz rahimahullah.

Sementara itu, ulama yang lain berpendapat bahwa melakukan puasa tanggal 10 saja tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik, diiringi dengan puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya, dalam rangka melaksanakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam majmu’ fatawa, Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya:
Bolehkah puasa tanggal 10 Muharam saja, tanpa puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Mengingat ada sebagian orang yang mengatakan bahwa hukum makruh untuk puasa tanggal 10 muharram telah hilang, disebabkan pada saat ini, orang yahudi dan nasrani tidak lagi melakukan puasa tanggal 10.
Beliau menjawab:
Makruhnya puasa pada tanggal 10 saja, bukanlah pendapat yang disepakati para ulama. Diantara mereka ada yang berpendapat tidak makruh melakukan puasa tanggal 10 saja, namun sebaiknya dia berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Dan puasa tanggal 9 lebih baik dari pada puasa tanggal 11. Maksudnya, yang lebih baik, dia berpuasa sehari sebelumnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika saya masih hidup tahun depan, saya akan puasa tanggal sembilan (muharram).” maksud beliau adalah puasa tanggal 9 dan 10 muharram….. Pendapat yang lebih kuat, melaksanakan puasa tanggal 10 saja hukumnya tidak makruh. Akan tetapi yang lebih baik adalah diiringi puasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. (Majmu’ Fatawa Ibn Utsaimin, 20/42)

 

KonsultasiSyariah.com

 

12 Amalan Sunah Selama Bulan Muharram, Tahun Baru Islam 2018 serta Jadwal Puasa Asyura dan Tasu’ah

Tahun baru Islam 2018, 1 Muharram 1440 Hijriyah telah tiba. Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Islam atau Hijriyah yang menandai pergantian tahun.

Banyak amalan sunnah yang dapat dikerjakan pada bulan Muharram ini, termasuk Puasa Asyura dan Tasu’ah.

Memang, Puasa Asyura dan Tasu’ah yang pelaing banyak dikenal di bulan Muharram, tapi ada juga amalan lain yang tak kalah baik untuk dikerjakan.

Muharram juga adalah satu di antara empat bulan mulia dalam Islam yang jika kita banyak beribadah selama bulan itu, akan diberikan berbagai ganjaran pahala oleh Allah.

Dikutip dari NU Online dalam artikel diterbitkan pada Selasa (28/10/2014) ada 12 amalan yang bisa dikerjakan selama bulan Muharram.

Keutamaan bulan Muharram tidaklah perlu disangsikan lagi, namun keutamaan itu harus diisi dengan berbagai amalan-amalan yang berbobot, sehingga keutamaan itu benar-benar bernilai, baik secara individual maupun sosial.

Para ulama sudah mengklasifikasikan jenis amalan yang hendaknya diperbanyak selama bulan Muharram yaitu:

1. Melakukan shalat

2. Berpuasa

3. Menyambung silaturrahmi

4. Bersedekah

5. Mandi

6. Memakai celak mata

7. Berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)

8. Menjenguk orang sakit

9. Menambah nafkah keluarga

10. Memotong kuku

11. Mengusap kepala anak yatim

12. Membaca surat al-Ikhlas sebanyak 1000 kali

Untuk mempermudah ingatan, sebagian ulama mengawetkannya dalam bentuk nadham yang dinukil As-Syaikh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad’iyyati Tasyrahus Shudur

فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ

صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ

وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ

 

Artinya: Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, shalatlah,sambung silaturrahmi, ziarahi orang alim, menjenguk orang sakit dan bercelak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah dan mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlas 1000 kali.

Kedua belas amalan ini hendaknya diperbanyak selama bulan Muharram, mengingat keutamaannya yang terdapat di dalamnya.

 

Niat Puasa Asyura dan Tasu’ah

Puasa bulan muharram ada dua jenis yaitu puasa Tasu’ah dan puasa Asyura. Menurut penjelasan para ulama, bulan muharram merupakan salah satu bulan yang paling mulia selain bulan ramadhan.Karena bulan kemuliaan bulan muharram ini, maka dianjurkan untuk melaksanakan sunnah puasa tasu’a dan puasa asyura.

Dikutip Banjarmasinpost.co.id dari situs Nahdlatul Ulama Indonesia, Puasa Asyura dan Puasa Tasu’a dilaksanakan berurutan. Pelaksanaan puasa sunah Tasu‘a adalah tanggal 9 Muharram dan Puasa Asyura tanggal 10 Muharram.

Berikut ini contoh lafal niat puasa Tasu‘a.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Inilah Cara Berbuat Baik Kepada Tetangga (Bagian 3)

Al-Hafizh Ibnu Hajar menerangkan, ”Maksud sabda Nabi, ”Tidak beriman” adalah tidak sempurna iman seseorang. Disebutkan dengan beriman kepada Allah dan hari akhir sebagai isyarat awalnya kehidupan dan tempat kembali manusia.”

Dalam hadits lain diterangkan bahwa orang yang menyakiti tetangga termasuk orang yang belum sempurna imannya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Syuraih Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، قِيْلَ: وَمَنْ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ

”Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Nabi ditanya, ”Siapakah dia wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, ”Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Al-Bukhari).

Ibnu Baththal menuturkan, ”Hadits ini menegaskan betapa besarnya hak bertetangga, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memulainya dengan bersumpah yang diulangi sampai tiga kali, dan juga menafikan keimanan seseorang yang menyakiti tetangganya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Maksud dari tidak beriman di sini adalah iman yang tidak sempurna. Tidak diragukan, bahwa orang yang bermaksiat tidak sempurna imannya.”

Imam An-Nawawi menyebutkan tentang penafian keimanan dalam masalah seperti ini dengan dua jawaban. Pertama, berlaku bagi orang yang menghalalkan perbuatan tersebut. Kedua, maknanya adalah orang yang tidak sempurna imannya. Wallahu A’lam.

Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa orang yang tidak menciptakan aman bagi tetangganya tidak akan masuk surga, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

”Tidak akan masuk surga seorang muslim, yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Muslim).

Makna kata بَوَائِق (bawa`iq) adalah kejahatan, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الْجَارُ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا بَوَائِقُهُ؟ قَالَ: شَرُّهُ

”Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman” Rasullah ditanya, ”Siapakah dia wahai Rasulullah?” Nabi ditanya, ”Siapakah dia wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, ”Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan bawa’iquhu? Rasulullah bersabda, ”Kejahatannya.” (HR. Ahmad).

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berbuat baik kepada tetangga. Aamiin.

Sebagian tulisan ini disadur dari kitab haditsul Ihsan karya Dr. Falih Ash-Shugayyir. Semoga bermanfaat.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]