Mengenal Penutup Kepala Khas Orang Arab, Kufiya

Orang Arab Saudi memiliki ciri khas tersendiri dalam berpakaian karena mereka memakai kain penutup di kepala yang disebut kufiya. Istilah kufiya diterjemahkan dari bahasa Arab dengan berbagai macam pengucapan, seperti keffiyeh, kuffiyah, dan banyak lagi. Namun, semua pengucapan itu memiliki makna yang sama.

Hiasan kain di kepala ini juga memiliki serangkaian nama lain dalam bahasa Arab, yang menunjukkan identitas dan pengaruh suatu daerah. Misalnya nama Shamagh, sebuah kufiya yang dibuat dengan warna paduan merah dan putih. Nama ini sering digunakan oleh suku Badui yang banyak berada di Arab Saudi dan Yordania.

Shamagh memiliki kain yang lebih tebal, yang membuat pemakainya hangat di malam-malam gurun yang dingin. Namun, untuk shamagh Yordania, jumlah jumbainya dapat menunjukkan dari daerah mana pemakainya berasal.

Di daerah lain, kufiyah juga disebut dengan istilah ghutra. Istilah ini paling banyak digunakan di Semenanjung Arab dengan hiasan kepala serba putih. Ghutra biasanya dibuat dengan kapas kecil di bagian bawahnya yang dikenal sebagai taqiya. Dengan kapas kecil itu bentuknya akan tetap terjaga dan akan lebih mudah untuk dibuat gaya.

Chafiyeh juga menjadi nama lain dari kufiyah di Persia. Tetapi biasanya Chafiyeh dipakai seperti halnya gaya serban. Chafiyeh dibuat dengan variasi warna yang lebih banyak, seperti hijau gelap, biru tua, ungu tua, dan banyak variasi lainnya.

Jahmahdani adalah nama kufiyah yang digunakan oleh suku Kurdi. Jahmahdani biasanya dipakai dengan gaya turban, yaitu salah satu tren yang sedang diminati dalam menutupi area kepala bagi perempuan berhijab saat ini. Jahmahdani biasanya didesain dengan warna paduan hitam-putih atau merah-putih, sehingga tampak bagus.

Sebanyak 95 persen kufiya terbuat dari kapas murni, kebanyakan dari Mesir atau India, dan sebagian besar ditenun di Suriah, Palestina, dan Irak. Saat ini semakin banyak yang dibuat dalam kombinasi dengan poliester, sementara beberapa yang dibuat di India ditenun dari kasmir dan wol.

Asal-usul dan nama dari kufiya berasal dari zaman perang antara suku-suku Arab dan Persia dekat kota Irak Kufah pada awal abad ketujuh. Penyair dan sejarawan Arab, Yousef Nasser, menceritakan bagaimana sebelum pertempuran, orang-orang Arab menenun iqal, yaitu ikat kepala hitam berbahan karet yang berfungsi untuk menahan kufiya agar tetap berada di atas kepala.

Kufiya dan ikat kepala tersebut digunakan agar para pejuang Arab bisa mengenali rekan-rekan mereka. “Setelah pertempuran, banyak orang Arab menanggalkan tutup kepala mereka, tetapi mereka diberitahu, ‘teruskan sebagai pengingat kemenangan ini sampai akhir waktu,” kata Nasser.

 

REPUBLIKA

Serba-serbi Haji (21): Silat ada di Tanah Suci?

PERTANYAAN tersebut sepertinya sudah lama bersarang di kepala Mat Kelor. Wajar saja kalimat tanya itu muncul darinya karena Mat Kelor itu sesungguhnya adalah aktifis pencak silat Madura yang dikenal dengan istilah “pencak pamor.”

“Pencak pamor adalah seni bertarung dengan gaya yang indah, elastis dan berwibawa,” kata Mat Kelor suatu malam saat ditanya polisi tentang apa yang dipraktekkan.

Ceritanya di suatu malam Mat Kelor ingin berkeringat karena badannya terlalu lama diam. Lalu dia berolahraga pencak silat itu. Baru masuk jurus ketujuh, polisi datang dikira ada yang berkelahi. Mat Kelor ditanya-tanya, saya terjemahkan dan polisi minta supaya adegan diulangi lagi untuk ditontonnya. Polisi Arab itu berkata: “Bagus. Tapi di sini tidak ada model begini karena di tanah suci tidak ada yang berkelahi. Paling parahnya bertengkar adalah bentakan dengan suara keras.” Akhirnya Mat Kelor mendapatkan jawaban.

Olah raga malam itu selesai. Namun Mat Kelor bertanya-tanya lagi, jangan-jangan pencak silat itu populer di negara yang kasus perkelahian juga populer. Saya hanya diam. Saya bersyukur di Asean Games kemaren cabang olahraga pencak silat memboyong banyak medali emas. Semoga bukan indikasi bahwa Indonesia jago berkelahi.

Tadi pagi, Mat Kelor hampir saja berkelahi saat plastik berisi air zamzam yang dibawanya dari masjid dengan di”sunggi” atau diletakkan di atas kepalanya dicoblos oleh orang Arab sambil ketawa-ketawa. Bagi orang Madura, air zamzam adalah air suci, membawanya harus hati-hati.

Saat marahnya memuncak hampir saja jurus silatnya keluar. Namun, dia ingat akan kata polisi bahwa di Arab tidak ada kelahi, paling kerasnya adalah bentakan keras. Mat Kelor mau membentak, tapi tak tahu cara mengungkapkannya dalam bahasa Arab. Mau memakai bahasa Madura atau Indonesia ya percuma saja orang Arabnya tidak akan paham.

Mat Kelor semakin marah melihat orang Arab itu terus cekikikan bersama temannya. Wajah Mat Kelor yang aslinya sudah hitam karena bersahabat dengan matahari gunung itu berpadu dengan aura merah di putih matanya. Didatangi orang Arab itu, dipegang leher bajunya kemudian dibentaknya dengan puncak oktav suara: “MAN RABBUKA.”

Orang Arab itu ketakutan dan minta maaf lalu lari. Terdengar kata-kata orang Arab itu pada temannya yang ikut lari: “Jangan-jangan orang itu temannya malaikat Munkar dan Nakir.” Saya tertawa, hahahaha. Apakah Anda tertawa juga? Kalau tidak: “MAN RABBUKA?” Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK

Ojek Payung di Bandara Madinah

Madinah (PHU)—OJek payung identik dengan musim hujan, tapi saat di menginjakkan kaki di Bandara Madinah berbeda. Saat suhu di Madinah tercatat 43 derajat celcius saat jarum jam menunjukkan pukul 12.05 waktu Saudi seperti biasanya, matahari sedang terik-teriknya. Dipantulkan aspal Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, teriknya jadi berlipat-lipat.

Dalam waktu yang bersamaan, tiba bus-bus rombongan Kloter 48 Debarkasi Surabaya (SUB-48). Sesemi (57 tahun) seorang jemaah asal Lamongan salah satu yang turun dari bus itu hari.

“Ya Allah, panase,” kata dia begitu turun dari bus pada Rabu (12/09) tersebut.

Melihat kedatangan jemaah tersebut, Juriyansyah, salah seorang petugas Daerah Kerja (Daker) Bandara langsung menghampiri. Ia kembangkan payungnya dan kemudian melindungi Sesemi dari terik.

“Waduh makasih, Pak. Makasih banyak,” kata Sesemi menyambut gestur tersebut.

Jemaah lain yang dipayungi petugas adalah Soimatun (56). Soimatun sendiri langsung dipayungi petugas Daker Bandara lainnya Kartika. Kartika memayungi Soimatun karena terlihat berjalan tertatih-tatih saat turun dari bus.

“Saya baru habis dirawat di rumah sakit enam hari,” kata Soimatun.

Beberapa hari belakangan, pemandangan petugas Daker Bandara membawa-bawa payung di Bandara Madinah jadi marak. Hal ini sehubungan terik yang makin menjadi-jadi sementara jarak dari bus menuju paviliun bisa mencapai 30 hingga seratus meter. Dengan paparan terik sebegitu, jemaah lansia dan yang dirundung sakit terancam kesehatannya.

“Kami lihat jemaahlama memilih-milih tas di samping bus dan kepanasan, sebab itu langsung kami payungi,” kata Endang Maman, pelaksana tugas Daker Bandara. Para petugas Daker Bandara memanfaatkan payung jemaahyang dilarang pihak maskapai masuk pesawat.

“Banyak jemaah yang kepanasan, kasihan mereka. Makanya setiap petugas bawa payung buat mayungin. Mereka suka banget, lucu kata jemaah, ada yang bilang ojek payung pula,” kata Feby Lazuardi, petugas Daker Bandara lainnya.

Ketua Sektor 1 Daker Bandara, Misroni, perlindungan para jemaah dari teriknya Madinah memang penting sekali. Ia juga mengharapkan, ketua kloter dan ketua rombongan bisa memberi arahan agar jemaah membawa payung bila bertolak ke Bandara Madinah siang hari menuju pemulangan.

Hal jni untuk menghindari para jemaah terkena dehidrasi. Terlebih, jumlah petugas tak cukup bila harus memayungi jemaah satu per satu.

”Di tengah cuaca panas seperti ini, payung itu penting sekali,” kata Misroni.(mch/ha)

KEMENAG RI

Bolehkah Menjomblo untuk Kemaslahatan Umat?

ADA seorang pemuda yang percaya, dirinya akan lebih berguna untuk agama, bangsa dan masyarakatnya dalam statusnya saat ini: jomblo alias membujang. Bagaimana Islam mengatur persoalan ini, terutama berkaitan dengan dalih membujangnya itu yang seolah-olah untuk kemaslahatan umat?

Untuk itu, bisa dijawab sebagai berikut:

Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikan di antara tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan suami isteri laki-laki perempuan, dan Dia jadikan diantara keduanya rasa cinta dan kasih sayang dalam pernikahan sesuai hukum-hukum syara. Allah SWT berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ar-Rum [30]: 21)

Islam mendorong untuk menikah. Menikah itu lebih menundukkan pandangan, lebih menjaga kemaluan, lebih menenangkan jiwa dan lebih menjaga agama:

Imam al-Bukhari telah mengeluarkan dari Abdullah ra, ia berkata: kami bersama Nabi saw lalu beliau bersabda:

“Siapa saja diantara kalian yang sanggup menikah maka hendaklah dia menikah, sesungguhnya itu lebih menundukkan pandangan, lebih menjaga kemaluan, dan siapa saja yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu perisai baginya.”

– Al-Hakim telah mengeluarkan di al-Mustadrak dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Siapa yang diberi Allah isteri shalihah, maka sungguh Allah telah menolongnya atas separo agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separo lainnya.”

Al-Hakim berkata: “hadits ini sanadnya shahih.” Dan disetujui oleh adz-Dzahabi.

Kemudian orang yang berusaha untuk menikah guna menjaga kesuciannya, dia adalah salah seorang dari tiga golongan yang akan ditolong Allah SWT. Imam Ahmad telah mengeluarkan di Musnad-nya dari Abu Hurairah dari Nabi saw, beliau bersabda:

“Tiga golongan yang masing-masing menjadi hak Allah SWT untuk menolongnya: seorang mujahid di jalan Allah, orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, dan al-muktab (hamba sahaya yang mengikat perjanjian dengan tuannya membayar sejumlah harta untuk memerdekakan dirinya) yang ingin membayarnya.”

Rasulullah saw melarang tidak menikah bagi orang yang mampu menikah. An-Nasai telah mengeluarkan dari Samurah bin Jundub dari Nabi saw:

Bahwa Beliau melarang membujang (tidak menikah selamanya). Ibn Majah juga telah mengeluarkan hadits demikian.

Rasul saw telah berpesan kepada para bapak jika datang kepada mereka orang yang mereka ridhai agama dan akhlaknya agar menikahkannya. At-Tirmidzi telah mengeluarkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Jika datang mengkhitbah kepada kalian orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkan dia, jika tidak kalian lakukan maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

Ibn Majah telah mengeluarkan dengan lafazh:

“Jika datang kepada kalian orang yang kalian ridhai akhlaknya dan agamanya maka nikahkan dia, jika tidak kalian lakukan maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

Demikian juga Rasul saw berpesan agar dipilih seorang wanita shalihah yang memiliki kebaikan agama yang menjaga suaminya, anak-anaknya dan rumahnya. Al-Bukhari dan Muslim telah mengeluarkan dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw, Beliau bersabda:

“Seorang wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya selamat tanganmu.”

Sedangkan ucapan Anda “ada hadits yang mengatakan yang maknanya “fusq al-ummah adalah orang yang tidak menikah”, maka hadits ini dhaif. Hadits itu seperti berikut: Ahmad telah mengeluarkan di Musnad-nya dari seorang laki-laki dari Abu Dzar, ia berkata: “seorang laki-laki yang disebut Akaf bin Bisyr at-Tamimi menemui Rasulullah saw lalu Nabi saw bersabda kepadanya:

“Ya Akaf apakah kamu punya isteri?” Ia menjawab: “tidak” Nabi bersabda: “sesungguhnya sunnah kami adalah pernikahan. Dan seburuk-buruk dari kalian adalah orang yang tidak menikah (uzb)”

Hadits ini sanadnya dhaif karena kemajhulan seorang perawi dari Abu Dzar. Dan karena kekacauan yang terjadi pada sanad-sanadnya. Ath-Thabarani mengeluarkan di Mujam al-Kabr dan yang lain dari jalur Buqiyah bin Walid, keduanya dari Muawiyah bin Yahya dari Sulaiman bin Musa dari Makhul dari Udhaif bin al-Harits dari Athiyah bin Busrin al-Mazini, ia berkata: “Akaf bin Wadaah al-Hilali datang kepada Rasululla saw lalu ia menyebutkannya. Sanad ini dhaif karena Muawiyah bin Yahya ash-Shadfiy, dan Buqiyah bin al-Walid juga dhaif.

Orang yang tidak menikah (al-uzb) tentu saja bukan lantas seburuk-buruk manusia. Akan tetapi bisa jadi seburuk-buruk orang itu ada dari al-uzb, dan dari selain mereka, sesuai sejarah masing-masing.

Ringkasnya, Rasul saw mendorong untuk menikah bagi orang yang mampu untuk menikah. Menikah itu lebih menjaga agama seseorang, lebih membentengi kemaluan dan lebih menundukkan pandangan Demikian juga Rasul saw melarang membujang (at-tabattul) yakni tidak menikah selamanya

Atas dasar itu, selama Anda wahai penanya, mampu menikah, maka saya berpesan untuk menikah dan Anda pilih seorang wanita shalihah, Anda kerahkan segenap usaha dalam membangun keluarga yang saleh, ikhlaskan untuk Allah SWT, dan jujurlah dengan Rasulullah saw. Dan sungguh Anda dengan izin Allah SWT Anda akan mampu menumbuhkan anak-anak Anda dengan pertumbuhan yang saleh. Dan Allah menjadi penolong orang-orang saleh.

INILAH MOZAIK

Jangan Biarkan Sendiri Orang yang Sakaratul Maut

Sakaratul maut  adalah saat genting. Setan tidak akan pernah berhenti menggoda kita hingga di akhir hayat kita. Orang yang sedang mengalami sakaratul maut seharusnya jangan ditinggalkan seorang diri. Dia harus ditemani. Apabila sedang di rumah sakit, pihak rumah sakit seharusnya memberikan kelonggaran atau izin agar pasien yang mengalami sakaratul maut untuk ditemani.

Orang yang sedang sakaratul maut mengalami puncak tertinggi godaan setan. Tujuannya agar manusia tersebut keluar dari keyakinan Islam alias murtad. Makanya tak boleh ditinggalkan, terus lakukan talqin, menanamkan kalimat “Laa ilaaha illallah”. Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah.

Berikan pemahaman yang sedang ditalqin bahwa ia adalah orang yang baik. Berikan rasa optimisme yang tinggi kepadanya. “Bapak adalah orang yang baik. Ahli sedekah. Insya Allah akan mendapatkan rahmat ya, Pak!” Dan kalimat sejenisnya.

Kalimat-kalimat motivasi itu untuk menjegal dari bisikan-bisikan setan ketika orang itu akan meninggal dunia.

Sebuah riwayat yang diceritakan Nabi Muhammad SAW. tentang seorang sahabat yang sakaratul maut saat dalam jihad fii sabilillah. Lalu sahabat tersebut tidak kuat menghadapi bisikan, tidak kuat menahan rasa sakit, ia melihat sebilah pedang di sampingnya. Diraih pedang itu, ditusukkan dirinya berkali-kali. Tidaklah ia meraih pedang itu kecuali menerima bisikan ke hatinya sampai ia menusuk dirinya berkali-kali.

Dari situ ulama menyampaikan sesungguhnya setan itu ada sampai detik-detik kematian kita. Perlu digarisbawahi: jangan sekali-kali meninggalkan orang yang sakaratul maut.

Memang tidak tega melihat orang yang merintih kesakitan di ujung hayatnya. Tapi harus ditega-tegakan. Tahan dadanya tahan tangisnya. Apabila aturan rumah sakit tidak membolehkan kerabat atau kita untuk menemani, sebaiknya pasien dibawa pulang agar kita bisa menemani akhir hayatnya. Daripada tidak boleh ada yang menemaninya di akhir hayat dan tidak ada yang mentalqin.

Di situ puncak gentingnya. Karena menjaga keimanan hingga akhir hayat itu tidak gampang.

…Wala tamutunna illa wa antum muslimun. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali ‘Imron: 102)

Menjaga diri agar tetap beragama Islam saat sakaratul maut tidaklah mudah. Kecuali para kerabat atau kita ikut berupaya menjaga si sakaratul maut hingga meninggal dunia. Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah]

Serba-serba Haji (20): Paspor, KTP & Surat Nikah

MAT Kelor lupa tidak membawa ID Card saat keliling Madinah. Malam itu dia menikmati betul keindahan Madinah pada malam hari. Gunung yang disorot lampu dari bawah seakan bagai gunung salju yang berharap dipuji.

Lumayan ramai juga kota ini di malam hari. Paling ramai adalah pusat kuliner dan toko fashion. Mat Kelor ada di toko baju gamis, mencari model yang tepat untuk dipakai saat pulang nanti. Saat memilih baju, dia melihat dompet yang jatuh di lantai toko. Diambilnyalah untuk diberikan kepada kasir. Celakanya, Mat Kelor malah dianggap copet atau pencuri. Nasib sial.

Saat diinterogasi polisi, tak ada yang keluar dari mulut Mat Kelor kecuali kata: “Wallahi, ana man khair.” Maksud dia: “Wallahi, ana (saya) man (orang) khair (baik).” Polisinya tak segera paham karena susunan katanya salah, tapi akhirnya juga paham dengan senyuman tipis. Saya diam saja karena ingin tahu cara Mat Kelor menyelesaikan masalah dan karena takut dilibat-libatkan. Untung akhirnya ada pekerja dari Indonesia di toko itu. Dialah yang menerjemahkan bahasa Indonesianya Mat Kelor.

Ditanya ID card, tak bawa. Ditanya Paspor, ada di muassasah haji. Untung saja ada kebiasaan unik Mat Kelor, yakni kemana-mana membawa surat nikah, biar selalu sadar bahwa sudah menikah katanya. Surat nikah itu yang diserahkan ke polisi. Setelah dibuka-buka, polisi geleng kepala karena surat nikah tidak termasuk jenis ID atau identitas diri. Polisi minta KTP atau paspor. Semua panik.

Mat Kelor berkata pada karyawan toko yang asal Banjarmasin itu: “Mas, kasih tahu pada polisi ini. Paspor itu yang tanda tangan cuma satu. KTP juga satu. Surat nikah ini yang tanda tangan banyak orang, ada pak lurah, ada pak mugin, KUA, ada dua saksi dan ada saya dan isteri. Jadi, surat nikah lebih kuat daripada KTP dan paspor.” Polisi Arab manggut-manggut mendengar penjelasan karyawan tadi. Mat Kelor dilepas.

Saya tertawa dan karyawan toko itu juga tertawa sambil berkata: “Baru kali ini saya mendengar alasan logis kehebatan surat nikah dibanding paspor dan KTP.” Mat Kelor agak kesel juga dengan polisi itu. Dia berkata: “Ada alasan lain dik. Surat nikah saya itu berlaku bukan hanya 5 tahun, tapi dunia akhirat dik.” Kami semakin tertawa. Mat Kelor tak jadi beli gamis di toko itu. Isyarat awal sudah kurang bagus katanya. Saya manut saja. Kami akhirnya keluar toko. Mat Kelor berterimakasih pada pemuda Banjarmasin itu: “Syukran.” Apa jawab pemuda itu?

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Jangan Sepelekan Batuk Sepulang Berhaji

Saat ini sebagian besar jamaah haji Indonesia secara bertahap kembali ke Tanah Air. Selain berbagai oleh-oleh yang dibawa, sebagian besar dari para jamaah haji ini juga mengalami batuk.

Akademisi dan Praktisi Kesehatan, Dr Ari Fahrial Syam mengatakan pengalamannya menjadi tim haji baik Rombongan Haji Reguler maupun Haji khusus (ONH plus) mendapatkan hampir 80 persen jamaah akan mengalami batuk pada waktu di tanah suci. Bahkan batuk tersebut terbawa juga sampai ke Tanah Air. Bahkan ada lelucon diantara para jamaah, hanya unta yang tidak batuk.

Ia mencoba untuk mengungkap sedikit kenapa para jamaah mengalami batuk dan bahkan batuk tersebut terbawa sampai Tanah Air. Batuk dapat terjadi karena adanya rangsangan pada saluran pernapasan. Batuk juga bisa merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran pernapasana.

Batuk yang terjadi bisa batuk produktif dengan banyak lendir atau dahak. Batuk bisa tanpa dahak atau batuk kering. Batuk yang terjadi juga bisa saja karena memang jamaah tersebut sudah mempunyai permasalahan pada paru sebelumnya misal berupa bronkitis, sinusitis atau  asma bronkiale yang memburuk saat berada di tanah suci.

Rangsangan yang menyebabkan batuk dapat terjadi karena berbagai hal misalnya iritasi pada saluran pernapasan atas. Ini juga bisa terjadi karena adanya infeksi (virus, bakteri atau jamur) atau hanya reaksi alergi misal karena debu, atau karena asap. Atau adanya rangsangan dari asam lambung yang naik keatas yang merangsang ke tenggorokan tersebut.

Ada perbedaan cuaca antara di Tanah Air dan di Indonesia. Kelembaban udara di Tanah suci yang rendah, udara kering dan dingin. Faktor itu mencetuskan terjadinya iritasi pada saluran pernapasan atas. Apalagi jika para jamaah kurang minum.

Selain itu aktivitas jamaah yang sering melakukan zikir dan berdoa yang kadang-kadang dilafazkan juga bisa membuat tenggorokan bertambah kering. Selain batuk maka kondisi ini juga bisa membuat peradangan pada pita suara sehingga jamaah yang mengalami kondisi tersebut suaranya menjadi serak.

Batuk pun tidak kunjung reda meski sudah di rumah. Apalagi biasanya jamaah tidak bisa beristirahat karena sibuk dikunjungi keluarga dan kerabat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk tersebut adalah usahakan istirahat yang cukup, banyak minum air putih terutama air hangat, menghindari makanan yang berminyak, terlalu manis dan dingin. Jika gangguan batuk berlanjut, sebaiknya berobat ke dokter.

Dr Ari menganjurkan, batuk yang sudah lebih dari dua minggu setelah diobati sebaiknya perlu pemeriksaan foto thoraks (foto dada) untuk menilai kondisi paru. “Nanti dokter akan menilai apakah batuk yang dialami saat ini disebabkan oleh infeksi atau hanya alergi atau karena asam lambung berlebih. Pengobatan yang diberikan tentu disesuaikan dengan penyebab dari kondisi batuk tersebut.”

Jika batuk karena infeksi perlu antibiotika, jika karena ada unsur alergi perlu obat anti alergi, jika batuk karena sakit kronis (seperti bronchitis,sinusitis,asma bronkiale) yang kambuh maka penyakit dasarnya harus diobati. Sedang batuk karena asam lambung yang berlebih perlu obat-obat penekan asam lambung.

“Walaupun tampaknya sederhana batuk yang tetap terbawa sampai di tanah air ini harus dievaluasi jika berlanjut,” katanya.

331 Jemaah Wafat, 62 Kloter Gelombang II Sudah Bertolak ke Tanah Air

Makkah (PHU) — Pemulangan gelombang l ke Tanah Air yang diikuti 218 kloter atau 88.944 jemaah telah selesai dilaksanakan pada Minggu (09/09) kemarin. Rinciannya 119 kloter atau 46.332 jemaah menggunakan Garuda Indonesia Airways dan 99 kloter atau 42.612 jemaah menggunakan Saudi Arabia Airlines. Jemaah gelombang l ini diterbangkan melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Sementara untuk jemaah gelombang II yang diterbangkan melalui Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah hingga Rabu (12/09) pukul 13.00 WAS tercatat 62 kloter atau 24.935 jemaah telah diterbangkan ke Tanah Air. Rinciannya, 32 kloter atau 12.170 jemaah menggunakan Garuda Indonesia Airways dan 30 kloter atau 12.765 jemaah menggunakan Saudi Arabia Airlines.

Data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diterima Media Center Haji (MCH), Rabu (12/09) pukul 14.00 WAS menyebutkan, sejauh ini jumlah jemaah wafat mencapai 331 orang. Rinciannya adalah 239 jemaah wafat di Makkah, 47 di Madinah, 8 di Arafah, 5 di Muzdalifah, 25 di Mina dan sisanya atau 7 jemaah wafat di Daker Bandara.

Adapun rincian 331 jemaah yang wafat sebagai berikut:

Madinah:
1. Sukardi Ratmo Diharjo (JKG-1) wafat pada 18 Juli 2018 di Masjid Nabawi (lalu dibawa di Klinik Kesehatan Haji/KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 59;
2. Ade Akum Dachyudi (67) asal Kloter JKS-13; wafat pada 23 Juli 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan isheamic heart disease pada usia 67 tahun;
3. Sunarto Sueb Sahad (SOC-15) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (perjalanan) disebabkan cardiovascular disease pada usia 57 tahun;
4. Siti Aminah Rasyip (SOC-05) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) karena acute ischemic heart disease pada usia 57 tahun;
5. Sanusi Musthofa Khafid (SUB-06) wafat pada 25 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan other obstructive pulmonary disease pada usia 73 tahun;
6. Katio Abdul Majid Simanjutak (MES-02) wafat pada 25 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 59 tahun;
7. Machyar Sahromi Muhammad Thaif (JKS-06) wafat pada 26 Juli 2018 di RSAS disebabkan acute myocardial infarokom pada usia 78 tahun;
8. Mohammad Sholeh bin Abu Bakar (SUB-23) wafat pada 27 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 74 tahun;
9. Nordiani Bahrani Kursani (BDJ-03) wafat pada 28 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 53 tahun;
10. Widodo Karto Semito bin Jimin (JKS-35) wafat pada 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 56 tahun;
11. Abdullah Noor bin Sidik (SOC-13) wafat pada 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan Cardiovascular Disease pada usia 72 tahun;
12. Rasnam Ponidjan (SUB-23) wafat 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 64 tahun;
13. Adang Aliyudin Satibi (JKG-05) wafat 30 Juli 2018 pukul 09.15 disebabkan shock kardiogenic di RS King Fahd Madinah pada usia 61 tahun;
14. Ame Omon Jasan (JKS-31) wafat 30 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
15. Dadang Saepulloh Abdullah (JKS-003) wafat 31 Juli 2018 pukul 08.41 WAS di RS King Fahd Madinah disebabkan shock hypovolemik pada usia 57 tahun;
16. Daklan Mustopa Kholil (JKS-38) wafat 31 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 58 tahun;
17. Sujatmin Siswo Taruno (SOC-26 ) wafat 1 Agustus 2018 pukul 02.00 WAS di KKHI Madinah disebabkan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) pada usia 86 tahun;
18. Budi Riyanti Asmi (PLM-05) wafat 1 Agustus 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan circulatory diseases pada usia 54 tahun;
19. Tohet Kuris Jamil (PLM-03) wafat 2 Agustus 2018 di RSAS (KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 69 tahun.
20. Muhtarom Muh. Yasin Mursid (SOC-34) wafat 3 Agustus 2018 di hotel (KKHI Madinah) disebabkan ischeamic heart disease pada usia 82 tahun;
21. Mium Usup Dito Redjo (SUB-35) wafat 4 Agustus 2018 di rumah sakit (KKHI Madinah) disebabkan cardiopulmonary arrest pada usia 64 tahun;
22. Adenan Damud Asir (PDG-07) wafat 6 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
23. Sarun Karim Bakri (SUB-08) wafat 9 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 52 tahun;
24. Sugiati Nassa Petta Lolo (Haji Khusus/PT. Tazkiyah Global Mandiri) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disease pada usia 60 tahun;
25. Subadi Minto Semito (PLM-08) wafat 12 agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
26. Sunarni Sumantri Zakaria (Haji Khusus/PT. Arston Pesona Indonesia Tour) wafat 13 Agustus 2018 disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun;
27. Iraja Lagening Labebang (BPN-02) wafat 15 Agustus 2018 disebabkan infectious and parasitic diseases pada usia 68 tahun;
28. Soekadji Towirjo Tosoero bin Towirjo (PIHK) wafat pada 27 Agustus 2018 pada usia 71 tahun;
29. Tatang Sutandi Amar bin Amar (PIHK) wafat 5 September 2018 pada usia 73 tahun;
30. Jiratun binti Jaseni (SUB-050) wafat 5 September 2018 pada usia 75 tahun;
31. Husain Dorra bin Dorra (PIHK) wafat 1 Sepember 2018 pada usia 55 tahun;
32. Syahrani Ambo Oga bin Ambo Oga (PIHK) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 71 tahun;
33. Madio Suwito Wiryo bin Wirya Wikrama (JKG-043) wafat 7 September 2018 pada usia 76 tahun;
34. Ny Atemo Rejo Atemo Pawiro binti Atemo Pawiro (PIHK) wafat 7 September 2018 pada usia – tahun;
35. Abdul Hakim Rangkuti bin Lobe Mat Tohir Rangkuti (MES-014) wafat 7 September 2018 pada usia 77 tahun;
36. Sripah Suwardi Kamsih binti Suwardi (SOC-060) wafat 8 September 2018 pada usia 62 tahun;
37. Sukinah binti Murdi (SUB-052) wafat 8 September 2018 pada usia 73 tahun;
38. Sunaryati binti Nur Muhammad (SUB-060) wafat 8 September 2018 pada usia 68 tahun;
39. Samhan bin Satumin (SUB-046) wafat 8 September 2018 pada usia 61 tahun;
40. Mimi binti Sukardi (JKS-049) wafat 8 September 2018 pada usia 61 tahun;
41. Raden Roro Trijo Wisnoeanie binti R Sudirdjo (PIHK) wafat 8 September 2018 pada usia 76 tahun;
42. Zaid Abdullah Misfir bin Abdullah (PIHK) wafat 9 September 2018 pada usia – tahun;
43. Tarbiah binti Berahim (BDJ-012) wafat 9 September 2018 pada usia 70 tahun;
44. H Supardi bin Sumarto (JKG-045) wafat 9 September 2018 pada usia 63 tahun;
45. Winarsih binti Parto Suharjo (JKS-051) wafat 11 September 2018 pada usia 55 tahun;
46. Patmawati binti Padil (SUB-053) wafat 11 September 2018 pada usia 51 tahun; dan
47. Ariek Anwar bin Hasan Misbach (SUB-051) wafat 11 September 2018 pada usia 72 tahun; Makkah:
48. Supriyati Teguh Adam (SOC-5) wafat 29 Juli 2018 pukul 23.30 WAS di KKHI Makkah disebabkan acute pulmonary lung disease pada usia 51 tahun;
49. Zainal Abidin Yusuf (UPG-04) wafat 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan infectious and parasatic diseases pada usia 60 tahun.
50. Supiyah Ngadiman Safei (JKG-11) wafat pada 2 agustus 2018 pkl 16.00 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 65 tahun;
51. Jamiatun Waridin Suratman (SOC-52) wafat 2 Agustus 2018 pukul 13.30 WAS di Masjidil Haram Makkah pada usia 66 tahun;
52. Jene bin Sanusi Enon (JKS-11) wafat 2 Agustus 2018 pukul 19.25 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 87 tahun;
53. Mukti Wibowo bin Martono (SOC-11) wafat 3 Agustus 2018 pukul 19.00 WAS di RSAS pada usia 69 tahun;
54. Bua Permata Uar bin Daing Matira (UPG-012) wafat 4 Agustus 2018 pukul 00.23 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;
55. Busari bin Kasihan (SOC-004) wafat 4 Agustus 2018 pukul 08.23 WAS di RSAS pada usia 63 tahun;
56. Masriah binti Sejadi Tarsipin (SUB-046) wafat 4 Agustus 2018 pukul 14.00 Was di RSAS pada usia 59 tahun;
57. Bainah Siregar binti Banua Siregar (MES-008) wafat 5 Agustus 2018 pukul 06.20 WAS di RSAS pada usia 72 tahun;
58. Arif Hidayat bin Padli (JKS-027) wafat 5 Agustus 2018 pukul 11.30 WAS di pemondokan pada usia 60 tahun;
59. Rohanah binti Suhadmi Musani (JKS-057) wafat 5 Agustus 2018 pukul 10.00 WAS di RSAS pada usia 73 tahun;
60. Paisah binti Junaiddin Rangkuti (MES-003) wafat 6 Agustus 2018 pukul 10.03 WAS di RSAS pada usia 60 tahun;
61. Murti bin Wiji Tajid (SUB-047) wafat 7 Agustus 2018 pukul 23.51 WAS di RSAS pada usia 82 tahun;
62. Siti Ngaisah Yayah (PLM-001) wafat 7 Agustus 2018 pukul 13.45 WAS di RSAS pada usia 78 tahun;
63. Sikan Purwoprayitno Madjada bin Madjasa (SOC-016) wafat 8 Agustus 2018 pukul 01.05 WAS di pemondokan pada usia 78 tahun;
64. Jasmo Karmani Kami bin Karmani (SOC-061) wafat 9 Agustus 2018 pukul 03.15 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;
65. Yurni binti Dja’far Abdullah (MES-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 05.00 WAS di pemondokan pada usia 68 tahun;
66. Djamaluddin bin Sangkala Liong (UPG-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 10.55 WAS di pemondokan pada usia 63 tahun;
67. Triyanto Citro Sukarto (SOC-44) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
68. Suparto Katidjo Abdullah (BTH-13) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
69. Rohmat Abdul Latif (SUB-54) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 63;
70. Hardjono Hardjo Utomo (SOC-59) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69;
71. Soeprat Moeri Karyani (SOC-54) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
72. Ahmad Betong Ariih (JKG-29) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
73. Mat Kaer Iskak (SUB-09) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan circulatory disease pada usia 76;
74. Zaenal Maarif Abdullah (Haji Khusus/PT Patuna Mekar Jaya) wafat 7 Agustus 2018 di disebabkan cardivascular diseases pada usia 61 tahun;
75. Afandi Mukri Mufid bin Mukri (Haji Khusus/PT Citra Wisata Dunia) wafat 9 Agustus 2018 pukul 16.55 WAS di RSAS pada usia 64 tahun;
76. Mariso Bakri Amat (BPN-07) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiartory disease pada usia 56 tahun;
77. Aty Yuliana Kasmidi (UPG-14) wafat 11 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiartory disease pada usia 62 tahun;
78. Sara Basiru Duke (UPG-29) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovacular diseases pada usia 70 tahun;
79. Manyuzar Young Mansyur (MES-10) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 69 tahun;
80. Utin Risnarti Idris (BTH-16) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan malignant neoplasms (cancers) pada usia 55 tahun;
81. Mukhlis Teuku Usman Sarong (BTJ-05) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardivascular diseases pada usia 57 tahun;
82. Nizar Muhammad Syam Balikun (BTH-09) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
83. Nurharini Adi Sukarta (SOC-23) wafat 13 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 67 tahun;
84. Madun Eri Markim (JKG-36) wafat 13 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan endocrine, nutritional and metabolic disease pada usia 68 tahun;
85. Suherman Surmin Kasmin (JKS-12) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 66 tahun;
86. Suratman Muhanan Wirorejo (BTH-24) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan respiratory diseases pada usia 76 tahun;
87. Hamdani Fitri Syarkowi (JKG-35) wafat 13 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan infectious and parasit diseases pada usia 51 tahun;
88. Husni Thamrin Prabujaya (PLM-10) wafat 14 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 68 tahun;
89. Suyatno Sadi Abdullah (MES-09) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan digestive diseases pada usia 77 tahun;
90. Siti Chumaizah Djenal Sahlan (SUB-32) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan circulatory diseases pada usia 73 tahun;
91. Sudiqnyo Supadi Supodikromo (SUB-23) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disesases pada usia 76 tahun;
92. Isjono Namsori Kasidi (SOC-20) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 64 tahun;
93. Nordiana Hologau Tompon (SUB-66) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 73 tahun;
94. Saswadi Rabun Sutarana (SOC-91) wafat pada 15 Agustus 2018 di Masjid (KKHI Makkah) disebabkan cardiovascular disesases pada usia 74 tahun;
95. Tasmin Sudarmi Tasiran (SOC-60) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
96. Saodah Taali Jaila (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan circulatory diseases pada usia 70 tahun;
97. Sutaman Sondong Leman (SOC-83) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan injury, poisioning and certain other consequences of external cau pada usia 75 tahun;
98. Sarika Sujana Sajan (JKS-80) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 54 tahun;
99. Nani Keman Abdul Rojak (JKS-03) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 60 tahun;
100. Muhammad Tahir Ahmad Mahmud (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 58 tahun;
101. Tri Widyatiningsih Mitrosumarjo (SOC-78) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 57 tahun;
102. Abdul Muis Sjamsul Bahri (JKS-83) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun; dan
103. Ridwan Usman Abdurrahman (PDG-06) wafat 17 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular diseases pada usia 59 tahun;
104. Narsih Binti Sadipan (SOC-79) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
105. Rusnati Binti Rali (JKS-88) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
106. Sukiran Bin Sukino (JKG-39) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
107. Badrut Tamam Siddiq (SUB-16) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
108. Suhatma Bin Tumin (JKG-63) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 84 tahun;
109. Jasman Ayub Ismail bin Ayub Ismail (BTH-013) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
110. Kismo Wiyono Al Rubinah (SOC-24) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 87 tahun;
111. Moh Huri bin Sallim Jeti (SUB-012) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
112. Rahmawaty binti Muhammad Ibrahim (MES-007) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
113. Pandak bin Candak (PLM-013) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
114. Yuwono Dwi Putranto bin Imam Soedjarwo (SOC-059) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
115. Setu Sulistijo Budi bin Djojodikromo (SUB-005) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
116. Roikin bin Sudia (JKS-057) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
117. Mustadjab Rifa’i bin Karijono (SUB-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
118. Patimah binti Sukarya (JKS-027) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
119. Yayah Bariah binti Mamat Rahmat (JKS-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
120. Surat Asmuri Sahlan binti Asmuri (SOC-054) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
121. Abdul Amin bin Anwar (SUB-074) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
122. Tujirah binti Wirjo Utomo (SOC-90) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
123. Syamsi Anwar bin Abr Rahman (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
124. Nurdjanah binti Mahmud (JKS-039) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
125. Takhroni bin Sakib Tarwadi (SOC-014) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
126. Endang Suharya bin Tjetje (JKS-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
127. Khoiron bin Abd Kamid (SUB-067) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
128. Sutriyono bib Sukiman (SOC-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 48 tahun;
129. Saepuloh bin KHN. Hanafiah (JKS-027) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
130. Siti Darwati Roslan binti Roslani Abdul Gani (SOC-66) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
131. Puji Rahayu binti Harjo Setomo (JKS-091) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
132. Siti Aliyah Karto Darmo binti Karto Darmo (JKG-043) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
133. Tamin bin Suraji (SUB-048) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
134. Muhammad Daswan Sanmusa bin Sanmusa (JKG-049) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
135. Siti Nurfaridah binti Supardi (SOC-038) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
136. Nurmah binti Makjin (MES-016) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
137. Imam Kustarto bin Mas Moh Muhtar (SUB-013) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
138. Khabil Hi Abdullah Syafi bin Hi Abdullah Syafi (UPG-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
139. Djumlah binti Dullah Amin (JKG-051) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
140. Hamid Arief Syahlan bin Hatomi (JKS-071) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 83 tahun;
141. Atina Hidayati binti Soleh (SOC-008) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
142. Soesanto Darmo Tohiran bin Darmo Tohiran (PIHK) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 75 tahun;
143. Aminuddin bin Muksarun (BDJ-003) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
144. Suryadi bin Sahari (JKS-078) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 58 tahun;
145. Masdewan Hasibuan binti Marjuki Hasibuan (MES-021) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
146. Zainah binti Mohamad Siddik (PDG-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
147. Sadatun Syam bin Syam Dondang (LOP-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
148. Masdar bin Hamdi Ijan (BDJ-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
149. Ramelan Sadimo Kaliyah bin Sadimo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
150. Yuritae binti Alfrid (BDJ-012) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
151. Ngatenam bin Sarip (SUB-023) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
152. Suharjo bin Martatilar bin Karya Semita (SOC-089) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
153. Jajang bin M Ali (JKS-032) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
154. Gimin bin Wongso (PLM-005) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
155. Sulimin bin Galimo Sandiyo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
156. Irsyad bin Sakim (SUB-067) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
157. Sutarno bin Sutanto (JKS-065) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
158. Kusaini bin Ibrahim (SUB-004) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
159. Ramzan Muhammad Yusuf bin M Yusuf (PIHK) wafat 26 Agustus 2018 pada usia – tahun
160. Kunaman bin Carsad (JKS-015) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
161. Misye Gantini binti HR Otto Argadikusumah (JKG-051) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 54 tahun;
162. Surip bin Nardi Utama (JKS-054) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
163. Abdullah bin Amin bin M Amin (BTJ-003) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
164. Lasmijati binti Sastrorejo (SOC-087) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
165. Suhartina binti Syahril Syarif (BTH-002) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
166. Jamaludin Abdullah bin Abdullah Ahmad (JKG-030) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
167. ST Jaenab binti H Atalib (LOP-006) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
168. Oom Komariah binti Iju (JKS-086) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
169. Siti Sahra binti Sau Sau (UPG-020) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
170. Usman bin Tachroni (SOC-011) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
171. Akhmad Qurniawan Basyirun Mazid bin Basyirun Mazid (JKG-022) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
172. Endon binti Karto Ali Kusen (JKG-034) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
173. Waluyo Darmo Pawiro bin Darmo Pawiro (SOC-028) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
174. Muhammad Toni bin Sadul (BTH-014) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
175. Sanip bin Ajim (JKS-087) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
176. Syafril Karim bin Abd Karim (BTH-022) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
177. Romadi bin Sanuri Pa’yam (SUB-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
178. Uddi Sanhudi bin H Eyo Hadiah (JKS-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
179. Asmah Lawi Syukur binti Lawi (BDJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
180. Halima Karinda binti Rafiuddin (BPN-012) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
181. Sawakati binti Tuga (UPG-030) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
182. Sarman Sarmono bin Diran Harjo Utomo (BPN-011) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
183. Noto Prayitno Bleto bon Bleto (PIHK) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 45 tahun;
184. Hamidah binti Nyak Itam (BTJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
185. Tuti Windu Agustina binti Alisati Siregar (PLM-004) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
186. Hasan bin Suma (BDJ-013) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
187. M Yusup bin H Aman bin H Niing (JKG-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
188. Muhammad bin Ali Puteh (BTJ-011) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
189. Nj Widji binti Amad Karsidi (SOC-036) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
190. Ngatiman bin Sumardi (BTH-004) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
191. Sukairi Parto Tayib bin Parto (PIHK) wafat 30 Agustus 2018 pada usia – tahun;
192. Tri Purbo Irianto bin M Siswo Amijoyo (SOC-086) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
193. Paimin Harjo Pawiro bin Harjo Pawiro (SOC-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
194. Halimi bin Majudi (PLM-012) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
195. Ibrahim Tugu Baru bin Tupen Beda (SUB-065) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
196. Amsiyah binti Suhardjito bin Suryo Prawiro (SOC-092) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
197. Kusnarto Hadi Sulistyono bin Imam Suhadi (SUB-080) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
198. Usman bin Anwar (MES-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
199. Zulkarnain bin Abuston A. Manap (BTH-026) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
200. Jurina Muhammad Juned (BTH-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
201. Siti Kalimah Surham Djamal (SUB-050) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
202. Chamdanah Kastolani Qohir (SUB-78) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
203. Syamani Umar Simin (BTJ-007) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
204. Wasirah Arsowiono Sanardi (SOC-089) wafat 1 September 2018 pada usia 70 tahun;
205. Moeljani Mitro Suharjo (JKG-057) wafat 1 September 2018 pada usia 68 tahun;
206. Munah binti Kusen (SUB-081) wafat 1 September 2018 pada usia 54 tahun;
207. Budiharjo bin Harjo Parno (SOC-095) wafat 1 September 2018 pada usia 65 tahun;
208. Rafdi bin Rasyidin (JKG-051) wafat 1 September 2018 pada usia 56 tahun;
209. Muhammad bin Timbang Cambang (LOP-006) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
210. Muhak Mirwanto bin H Nuhung (JKG-023) wafat 1 September 2018 pada usia 61 tahun;
211. Suwari bin Simun (SUB-076) wafat 2 September 2018 pada usia 76 tahun;
212. Nurhayati binti Sari (BTH-024) wafat 1 September 2018 pada usia 53 tahun;
213. Abu Bakar bin H Arian (BTJ-009) wafat 2 September 2018 pada usia 46 tahun;
214. Muslimah binti Siraj (SOC-036) wafat 2 September 2018 pada usia 82 tahun;
215. Yatin Satori bin Mad Nartam (SOC-091) wafat 2 September 2018 pada usia 72 tahun;
216. Sugeng Mufrih bin H Abd Fatid Dahlan (SOC-068) wafat 2 September 2018 pada usia 63 tahun;
217. Moh Abd Rosyid SM bin Samir (SUB-071) wafat 2 September 2018 pada usia 54 tahun;
218. Sugondo bin Djamal (SOC-035) wafat 2 September 2018 pada usia 66 tahun;
219. Agus Mufawidaturrohjiyah binti H Karisman (JKG-020) wafat 2 September 2018 pada usia 50 tahun;
220. Mualim Kosim bin Marhum (JKS-089) wafat 3 September 2018 pada usia 81 tahun;
221. Wirda Nurdin Syarif binti Nurdin (JKG-025) wafat 2 September 2018 pada usia 66 tahun;
222. Muljono bin Pasiran (SUB-062) wafat 2 September 2018 pada usia 76 tahun;
223. Wiroi bin Dermi (SUB-079) wafat 3 September 2018 pada usia 67 tahun;
224. Fitriana Yunus Salik binti Yunus (PLM-009) wafat 3 September 2018 pada usia 48 tahun;
225. Djamisah binti Ibrahim H bin Achmad (SOC-090) wafat 3 September 2018 pada usia 72 tahun;
226. M Hasan B bin H Amin (BTJ-009) wafat 3 September 2018 pada usia 72 tahun;
227. Enah Muljana binti Emon Suratman (JKS-071) wafat 3 September 2018 pada usia 69 tahun;
228. Siti Alfiatul Mundji binti Holil H bin Wirya Dirana (SOC-091) wafat 4 September 2018 pada usia 68 tahun;
229. Homsak Romli Tiwar binti Romli (PIHK) wafat 4 September 2018 pada usia 44 tahun;
230. Sani binti Sakib Radi (JKG-044) wafat 4 September 2018 pada usia 78 tahun;
231. Suprihatin binti Sarponen (SOC-043) wafat 4 September 2018 pada usia 65 tahun;
232. Suwardjo bin Sumarno (BTH-016) wafat 4 September 2018 pada usia 76 tahun;
233. Ali Somali bin Suryami (JKG-029) wafat 4 September 2018 pada usia 75 tahun;
234. Epon Nuriyah binti H Surdi (JKS-079) wafat 4 September 2018 pada usia 75 tahun;
235. Umar Wakiran Munari bin Wakiran (SUB-057) wafat 4 September 2018 pada usia 76 tahun;
236. Mudj’ri bin Madredjo (SUB-036) wafat 4 September 2018 pada usia 44 tahun;
237. RE Sumirat Sari binti Holidz (JKS-090) wafat 4 September 2018 pada usia 73 tahun;
238. Rusli Putih Lebayitam bin Putih (BTH-010) wafat 4 September 2018 pada usia 76 tahun;
239. Tugino bin Zakaria (MES-019) wafat 5 September 2018 pada usia 62 tahun;
240. Titin Haririah binti H Yahya (JKG-034) wafat 5 September 2018 pada usia 53 tahun;
241. Wawang Heru Djajanto bin Sulamto (SUB-075) wafat 5 September 2018 pada usia 55 tahun;
242. Nurdin Ritonga bin Pulung Zakaria Ritonga (MES-005) wafat 5 September 2018 pada usia 65 tahun;
243. Supatri binti P. Supatri Al Sukri (SUB-027) wafat 5 September 2018 pada usia 57 tahun;
244. Pattawe Bakkareng Ukas bin H Bakkareng (BPN-001) wafat 5 September 2018 pada usia 81 tahun;
245. Sida binti Jumang (BPN-011) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
246. Muhammad Tatar bin Abdul Halim (BTH-016) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
247. Anisah binti H Arsyad Ismail (BTJ-008) wafat 4 September 2018 pada usia 68 tahun;
248. Sumadi bin Nitirejo (JKS-078) wafat 5 September 2018 pada usia 63 tahun;
249. Jejeng Kurnia Somawijaya bin J. Somawijaya (JKS-090) wafat 5 September 2018 pada usia 66 tahun;
250. Siti Rahma binti Sayadi Asyari (SUB-030) wafat 5 September 2018 pada usia 75 tahun;
251. Wahide bin Padu Baba (UPG-026) wafat 5 September 2018 pada usia 75 tahun;
252. Rukiah binti Musa Abdullah (MES-015) wafat 5 September 2018 pada usia 68 tahun;
253. Euis Eti Rohaeti binti Sukrawinata (JKS-037) wafat 5 September 2018 pada usia 62 tahun;
254. Boiran Gutoyo bin Karto (SUB-037) wafat 5 September 2018 pada usia 77 tahun;
255. Zainal bin Zainuddin (SUB-065) wafat 6 September 2018 pada usia 70 tahun;
256. Lapandu bin Lakarame (BPN-006) wafat 6 September 2018 pada usia 57 tahun;
257. Sarip bin Jumaril (PLM-015) wafat 5 September 2018 pada usia 69 tahun;
258. Dulah Yasin Ngadiman bin Ngadiman (JKG-049) wafat 6 September 2018 pada usia 78 tahun;
259. Suhari bin Ahmad Kamari (MES-020) wafat 6 September 2018 pada usia 82 tahun;
260. Misriadi Murid Abdullah bin Muris (PIHK) wafat 5 September 2018 pada usia 60 tahun;
261. Jail bin Niun (JKS-024) wafat 7 September 2018 pada usia 86 tahun;
262. Bustami bin Tangguli (PDG-013) wafat 8 September 2018 pada usia 70 tahun;
263. Madras bin H Bastari (PLM-018) wafat 8 September 2018 pada usia 65 tahun;
264. Zainuddin bin Sead (JKG-056) wafat 8 September 2018 pada usia 61 tahun;
265. Syarifah Aisyah binti Syarif Yusuf (BTH-015) wafat 8 September 2018 pada usia 73 tahun;
266. Purbandari binti Budi Harjono (SOC-029) wafat 8 September 2018 pada usia 43 tahun;
267. Jamini binti Kaserin (SUB-082) wafat 9 September 2018 pada usia 76 tahun;
268. Baco bin Usman (LOP-010) wafat 9 September 2018 pada usia 67 tahun;
269. Nursiah Daeng Baji binti H Mahamin (UPG-028) wafat 9 September 2018 pada usia 51 tahun;
270. A Menteng binti A Parenta (UPG-033) wafat 10 September 2018 pada usia 73 tahun;
271. Husnah Soleh Arkawi binti Soleh Arkawi (JKG-053) wafat 10 September 2018 pada usia 68 tahun;
272. Daliyem Ny binti Suriman (JKS-054) wafat 10 September 2018 pada usia 60 tahun;
273. Kamisin bin Jum (BTJ-006) wafat 10 September 2018 pada usia 62 tahun;
274. Dasminah binti Maman bin Dama (JKS-070) wafat 10 September 2018 pada usia 70 tahun;
275. Tugiyah Sulastri Kasan Darmo binti Kasan Darmo (JKG-057) wafat 10 September 2018 pada usia 74 tahun;
276. Aitti Atika binti Habang (UPG-055) wafat 11 September 2018 pada usia 64 tahun;
277. Waginah binti Mrakih (SUB-083) wafat 12 September 2018 pada usia 75 tahun; Arafah
278. Kamdi Amat Rejo bin Amat Rejo (SOC-77) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
279. Moh. Hirjan bin Munakip (LOP-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
280. Raji bin Samingan (MES-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 77 tahun;
281. Suhartini binti Kamdi Suryokaryono (JKG-058) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
282. Mahdi Jakfar Maddan bin Jakfar (PIHK) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
283. Warno bin Noyo Droni (BTH-024) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
284. Adi Tjardidjo bin Tjarsilan (JKS-072) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
285. Siti Nurroudlotul Masluhan (BTH-012) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 56 tahun; Muzdalifah
286. Slamet Masirun Rekso bin Masirun (SUB-039) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
287. Nurdjanah binti Mahmud (PLM-005) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
288. Sri Jumani binti Samardi (JKG-033) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
289. Nurhayati binti Arban Abdullah (BTH-003) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
290. Abdullah Lakkase Laedang bin Lakkase (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun.
291. Hayuya binti H. Saimi (PDG-009) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 81 tahun; Mina
292. Kartinah Abu Hasan (SOC-063) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
293. Seni binti Parto Wiryo (BTH-023) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 62 tahun;
294. Siti Aminah binti Muhammad Hasaeni (SOC-095) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
295. Miswan bin Buang Busono (SUB-004) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 63 tahun
296. Siti Udia binti M Saleh (LOP-006) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
297. Abdul Radjak Igris bin Igris A. Mahmud (UPG-025) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
298. Suryana binti Bahari Abdul Razak (BTH-012) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
299. Maseron bunti Juliyan Basir (JKG-046) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
300. Budiyono bin Ramelan (SOC-084) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
301. Tatang Sunarta bin Ikung (JKS-072) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
302. Supeni bin Yahkun Barnawi (BTH-008) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
303. Abdullah Rumbawa bin Tatlau Rumbawa (UPG-011) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
304. Isnaniah Ali Mansyur binti Ali Mansyur (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
305. Tini Rochani binti Andun Rusmana wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
306. Maniti binti Luddin (SUB-007) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
307. Basirun bin Main (PDG-009) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 51 tahun; dan
308. Mohammad Baharuddin Harun bin Harun (BTH-019) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
309. Zainab binti Abdus Samad (BTH-004) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
310. Iroh binti Odi Dulgani (JKG-061) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
311. Mulyani binti Mulyadi (JKS-064) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
312. Ali Arman bin Muhammad Djarim (PDG-016) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
313. Suminah binti Samaji (SUB-080) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
314. Moncot Hasibuan (MES-021) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 78 tahun; dan
315. Yuli Muarifa binti Muhammad Arif (SUB-028) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 49 tahun; dan
316. Saidi bin Jahri Aji Jamat (PLM-001) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 77 tahun; Arafah
317. Basuki Setia Sejati bin Muhammad Rachami (SOC-087) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
318. Siti Halimah binti Ahmad Jemat (BTJ-006) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
319. Siti Rofingah binti Ahmad Dahlan (SOC-091) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
320. Patonah binti Carta (JKS-080) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
321. Yusuf Lewa bin Abdullah Lewa (SUB-065) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
322. Qomariyah binti Abdullah (SUB-006) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
323. Saripah Marsip Husin binti Marsip (JKG-046) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 83 tahun; dan
324. H. Dinar Ali bin Dinar (BPN-007) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 66 tahun; Bandara
325. Hartati Hasan Pate (UPG-34) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan respiratory diseases pada usia 39 tahun;
326. Mukit Ikin Paing (SUB-66) wafat 12 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan diseases of the genitourinary system pada usia 57 tahun;
327. Hadia Daeng Saming (UPG-05) wafat pada 20 Juli 2018, di Klinik Bandara AMMA disebabkan cardiac arrest pada usia 73 tahun;
328. Kasto bin Djojo Semito (SOC-053) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
329. Saiful Bachri bin Turchan (SUB-068) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
330. Hasnah Burhan Dali binti Burhan (PDG-006) wafat 4 September 2018 pada usia 75 tahun; dan
331. Hartini binti Panut Sujono (SOC-074) wafat 10 September 2018 pada usia 76 tahun.

Burung (Kota) Suci

Madinah (PHU)—Ahad (9/9/2018) siang itu sudah setengah hari saya ‘terkapar’ lemas di kamar 208 Wisma Daker Madinah. Ketidakberdayaanku itu hari merupakan seri lanjutan dari hari sebelumnya saat masih berada di Jeddah sejak Jum’at (7/9) lalu. Memang di hari terakhir tugas di Jeddah banyak petugas Daker Airport sakit, termasuk saya, mungkin sebagai bentuk solidaritas sesama petugas atau efek dari akumulasi kelelahan dan kangen keluarga yang lama tertahan. Ah sudahlah semoga semua teman yang masih bertugas selalu diberikan kesehatan dan istiqamah sampai akhir tugas.

Saat tengah sendirian di dalam kamar tidak banyak yang bisa saya kerjakan, hanya sesekali membuka hand phone untuk membaca Whats App (WA) siapa tahu ada kiriman foto anak dari keluarga. Ketika sedang membaca WA tiba-tiba terdengar suara ‘kemriyik’ dari luar jendela kamar. Suara merpati-merpati yang mungkin sedang bercumbu dengan pasangannya saya pikir.

Sungguh sesaat tiba-tiba saya terbawa pada suasana kecil, saat di mana saya pernah begitu dekat dengan banyak merpati. Seumuran SD sekitar kelas III kala itu, selain di rumah memiliki banyak merpati di rumah Simbah saya juga memelihara banyak merpati. Bahkan saat saya belajar di Madrasah Diniyyah soredi kampung juga sering mendapatkan tugas tambahan mengecek ‘piyikan’ merpati oleh Mbah Kaji, pemilik rumah yang dipakai belajar diniyyah saat itu.

Lalu bagaimana di tanah suci (Makkah dan Madina) ada begitu banyak merpati? Bahkan di kota-kota lain merpati juga tidak terbilang hitungannya, termasuk di Jeddah. Dari mana mereka berasal?

Tentu banyak pertanyaan seperti itu muncul dari orang yang pernah berkunjung ke Makkah dan Madinah. Merpati ada di berbagai sudut kota. Bersarang di gedung-gedung menjulang, di hotel mewah sekalipun mereka tidak diusir. Di susut-sudut tinggi bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi juga mudah ditemukan kawanan burung lambing kesetiaan ini. Menurut Guru Biologi saya sewaktu masih belajar di Madrasah Aliyah Negeri Semarang, merpati konon burung yang hanya memiliki satu pasangan dalam hidupnya. Bahkan Bu Kris guru saya itu, menganggap kesetiaan merpati seperti Mimi Mintuno, binatang laut yang banyak dijumpai berpasangan di pantai-pantai utara Jawa.

Kembali ke asal-usul merpati di tanah suci. Burung yang jumlahnya ribuan dan hidup bebas itu banyak dipercaya merupakan keturunan merpati peliharaan Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. Dari sisi fisik, merpati Aisyah tidak berbeda dengan burung pada umumnya. Warnanya biru laut cenderung gelap. Penggemar burung menyebutnya warna megan.

Merpati Aisyah biasa beterbangan di tanah lapang beraspal arah pintu 21 atau Pintu Raja Fahd Masjid Nabawi. Juga ada di pemakaman Baqi yang berada di sebelah timur masjid. Bisa jadi merpati di kedua tempat ini burung yang sama. Mereka muncul hampir bersamaan dengan aktivitas ibadah jemaah.

Saat jemaah keluar dari masjid dari Pintu King Fahd, merpati Aisyah satu komando beterbangan dari atap hotel-hotel mewah dan turun ke trotoar lapang. Mereka seolah paham bahwa jemaah akan melemparkan makanan. Benar saja, beberapa jemaah membeli biji-bijian dari beberapa anak kecil penjual pakan burung, kemudian menaburkan ke trotoar.

Karena sudah biasa dengan manusia, merpati Aisyah tak terlalu khawatir bakal ditangkap atau disakiti oleh jemaah. Kalau sekadar di-gusah atau diusir, tidak masalah. Cukup beringsut sedikit, maka jemaah tak bakal mengejar. Bahkan ada keyakinan lain yang berkembang di masyarakat Arab, pantangan besar menyakiti merpati-merpati ini. Bagi pelanggarnya bisa terkena bala yang luar biasa seperti kematian atau sakit jiwa.

Selain diyakini sebagai keturunan merpati Aisyah, merpati tanah suci juga diyakini sebagai keturunan merpati yang pernah menolong Rasul saat bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah. Di gua itulah Rasulullah dan sahabatnya, Abu Bakar Ashiddiq, pernah bersembunyi setelah lolos dari kepungan orang-orang kafir. Waktu itu para kafir pengejar itu sudah menemukan gua. Tetapi mereka tak percaya nabi bersembunyi di gua itu, sebab di pintu gua ada sarang laba-laba dan merpati yang bertelur. Tiga hari, Rasul dan sahabatnya itu beristirahat di sini. Setelah kafir Quraisy itu pergi, nabi dan Abu Bakar menuju Madinah.

Cuplikan cerita tentang Jabal Tsur ini adalah penggalan kisah hijrah nabi. Cerita tentang Nabi Muhammad di Jabal Tsur ini terdapat dalam kita suci ummat Islam, Al-Quran. Misalnya dalam Surat Al Anfal (8) ayat 30; “dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memiliki daya upaya terhadapmu (Nabi SAW) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”

Dalam Islam, ada keyakinan tidak boleh menyakiti hewan. Apalagi di Tanah Suci dan hewan tersebut dipercaya berkaitan dengan Nabi Muhammad seperti merpati Aisyah atau merpati Gua Tsur. Bahkan kalau bisa harus menyayangi. Karena itulah, merpati-merpati tanah suci berkembang biak dengan baik. Lalu sebenarnya merpati ini darimana tidak ada kepastiannya, wa Allah a’lam. (ab/ab).

KEMENAG RI

Kekhawatiran Rasulullah terhadap Umat Zaman Now

APA yang sebenarnya dikhawatirkan Rasulullah 14 abad yang lalu terhadap umatnya sekarang?

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Syihab, Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Hai para sahabat, aku khawatir terjadi tiga perkara yang menimpa komunitas bangsa dan masyarakat.” Lantas para sahabat bertanya, ”Apa ya Rasulullah yang engkau khawatirkan?”

Pertama, kata Rasulullah, zaalatul ‘aalimin, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh para ulama atau tokoh agama. Ulama tidak berfungsi sebagai warosatul anbiya. Ulama tidak lagi menjadi penerang dan panutan umatnya.

Rasulullah khawatir jika hal itu terjadi pada bangsa manapun. Bahkan, yang paling dikhawatirkan adalah manakala ulama telah menyimpang dari keulamaannya. Bukan membimbing umat kepada hal yang benar, justru mengarahkan umat kepada yang menyelamatkan dirinya atau justru mengantarkan umat kepada kebinasaan.

Kedua, wahukmun zairin, yakni supremasi hukum yang tidak benar. Penegakan hukum tidak mencerminkan keadilan. Kalau ini terjadi, kata Rasulullah, hancurlah masyarakat dan bangsa di manapun. Hukum yang mandul, hanya akan menjatuhkan wibawa penguasa, dan orang semakin mudah mempermainkan hukum.

Pada sisi lain, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum semakin menurun. Orang berkantong tebal dan berpangkat tinggi semakin berani berbuat kejahatan, sebab akan sangat sulit dijerat hukum.

Sementara masyarakat kecil tidak ada yang terlewatkan dari jeratan hukum, sekecil apa pun pelanggaran yang dilakukan. Praktik seperti ini hanya akan menyuburkan berbagai ketidakadilan sosial, suburnya kemaksiatan, dan kejahatan berskala besar.

Kekhawatiran Rasulullah yang ketiga adalah wahwan muttaba’un, manusia sudah mengikuti nafsunya masing-masing. Bila setiap orang sudah memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri sesuai hawa nafsunya dan tidak lagi mementingkan orang banyak, maka hancurlah tatanan masyarakat tersebut.

Inilah egoisme, sifat yang sangat dibenci Islam. Paradigma kaum egois, orang lain tidak dipandang sebagai saudara, tetapi sebagai objek. Objek untuk memuaskan nafsu dan syahwat duniawinya.

Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah. Kekhawatiran yang sudah beliau ungkapkan sejak 14 abad lalu. Dan realitas yang terjadi saat ini hendaknya perlu menjadi renungan dan upaya bersama, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik.

INILAH MOZAIK