Ulil: Ahmadiyah Islam, Mereka Shalat, Puasa, Zakat, Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dedengkot Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla menilai, ajaran Ahmadiyah masih termasuk golongan Islam. Padahal, sebagaimana diketahui, Ahmadiyah menganut paham bahwa nabi terakhir bukan lah Rasulullah, melainkan Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di Qadian, Punjab, India pada 13 Februari 1835.

Kendati fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan Ahmadiyah bukan Islam. Hal itu juga ditekankan Wakil Ketua Umum MUI KH Ma’aruf Amin yang menegaskan Ahmadiyah bukanlah agama Islam. Namun, Ulil menyatakan sebaliknya. Menurut dia, orang Ahmadiyah mengucapkan dua kalimat syahadat dan menunaikan rukun Islam sebagaimana yang dilakukan kaum Muslim di dunia.

“Ahmadiyah mmg Islam. Syarat Islam kan bersyahadat, salat, puasa, zakat, haji. Mereka lakukan semuanya,” katanya melalui akun Twitter, @ulil ketika menjawab salah satu pengikutnya.

Sebelumnya, Ulil mendapat ucapan selamat dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia terkait suksesnya Muktamar NU ke-33 di Jombang. Ulil pun menimpali bahwa ucapan tersebut menandakan rasa kasih sayang untuk semua, dan tak ada tempat bagi para pembenci. “Terima kasih untuk teman2 Ahmadiyah. Love for all, hatred for none!”

Ini Latarbelakang Terbentuknya Program Pesantren For Peace

Center For The Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stiftung Uni Eropa meluncurkan program Pesantren for Peace (PFP).

“Program ini sebagai bentuk pertahanan pesantren dalam memerangi paham-paham yang menitikberatkan Islam identik dengan kekerasan,” ujar Direktur CSRC Irfan Abu Bakar dalam sambutannya pembukaan program PFP di Jakarta, Selasa (30/6).

Menurutnya, program ini akan berlangsung selama tiga tahun atau selama 50 bulan. Program ini sudah dimulai sejak bulan januari di lima propinsi di pulau jawa. Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. “Program ini akan melibatkan 600 ustad dan ustadzah, serta 300 santri putra dan putri,” ujar Irfan

Dalam pandangan Irfan, para santri dan ustaz memiliki peran penting dalam menyampaikan dakwah dan pendekatan pada masyarakat. Sehingga kemudian, mereka akan dilatih terlebih dahulu dalam PFP ini.

Program tersebut meliputi riset pemetaan analisis konflik, penyusunan modul pelatihan, pelatihan toleransi dan resolusi konflik, studi lapangan kasus konflik, pertukaran santri, pemberian dana hibah untuk kegiatan pesantren, seminar dan workshop, dan pembentukan jaringan PFP se-Pulau Jawa.

Program ini melatarbelakangi kesalapahaman konflik dan kekerasan yang bernuansa agama. Padahal, akar-akar penyebab permaslahan ini sangatlah komplek. Mulai dari aspek teologis hingga ke persoalan ekonomi, pokitik, dan sosial budaya.

Konflik dan kekerasan itu menurut Irfan dipicu oleh sikap diskriminatif, kurangnya toleransi, rendahnya rasa kebersamaan, dan kentalnya prasangka negatif antarkelompok agama maupun intra agama. “Kondisi ini yang tidak boleh kita biarkan begitu saja,” ujar Irfan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora.

Melihat Kondisi negara-negara Islam di Timur Tengah yang rentan konflik, Irfan tidak ingin Indonesia menjadi seperti itu. Maka dengan program PFP, pendekatan pada masyarakt sangatlah penting.

Melalui program PFP, Irfan juga berharap dapat menghapus paradigma radikalisme yang berasal dari pesantren. Menurutnya, justru pesantrenlah yang masih mengajarkan kemurnian ajaran islam. Justru pesantren-lah yang mampu menangkal radikalisme menjalar di kalangan masyarakat.

“Program PFP diharapkan dapat meningkatkan peran penting pesantren sebagai lokomotif moderasi islam di Indonesia,” ujar Irfan

Peran pesantren ini yang akan menegakkan dan memajukan hak asasi manusia, demokrasi dan toleransi. Hingga akan terwujud islam yang penuh perdamaian dan kelembutan dalam menyelesaikan konflik dan permasalahan yang datang.

 

sumber: Republika Online

209 Bus Shalawat Siap Angkut Jamaah Haji di Makkah

Pada musim haji tahun ini, akan tersedia 209 bus shalawat untuk 119.151 jamaah. Bus shalawat merupakan layanan transportasi yang diberikan kepada jamaah saat berada di Makkah.

“Bus shalawat akan beroperasi selama 24 jam dengan 33 titik halte,” ujar Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil, Jumat (31/7).

Ia menjelaskan, bus shalawat diperuntukan bagi jamaah haji yang menempati rumah-rumah dengan jarak lebih dari 2.000 meter dari Masjidil Haram. Seperti Aziziah, Syisyah, Raudhah. Namun, ada juga pemondokan berjarak kurang dari 2.000 meter yang juga dilayani bus shalawat, yakni area Mahbas Jin.

Hal itu, Djamil, karena peraturan pemerintah Arab Saudi yang melarang jamaah haji di wilayah Mahbas Jin untuk berjalan kaki ke Masjidil Haram karena melalui banyak terowongan yang dilintasi kendaraan.

Untuk menghindari kepadatan, jamaah haji diminta untuk berangkat ke Masjidil Haram lebih awal dan kembali ke pemondokan lebih akhir. Kemenag juga mengimbau agar saat berada di terminal Ghazza, Shib Amir, dan Bab Ali jamaah dengan memperhatikan warna stiker dan nomor bus.

Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan kondisi bus shalawat secara keseluruhan dalam kondisi bagus dan baru. Menag sempat melakukan simulasi saat melakukan kunjungan ke Arab Saudi beberpa waktu lalu.

Menjaga Alquran dengan Melestarikan Kaligrafi

Kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa tingkat nasional (MTQMN) ke-14 yang diadakan di Universitas Indonesia mendekati final.

Salah satu peserta asal Bandung, Abdul Arif Al Kamili, lolos ke dalam babak final lomba kaligrafi kategori dekorasi.

Kamil, sapaan akrabnya, mengaku tidak menyangka bisa lolos ke dalam babak final dan berhasil menyisihkan 82 peserta lainnya dalam babak penyisihan. Sebabnya, ada beberapa poin dalam pembuatan kaligrafi yang ia rasa masih kurang sempurna.

Alhamdulillah, senang, walaupun saya tidak menyangka juga bisa masuk final, kaidahnya saya rasa masih kurang terutama yang khat tusluts,” ujar Kamil kepada Republika, Jumat (7/8).

Kamil yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini mengatakan, keikutsertaannya pada perlombaan ini karena ingin menyalurkan hobi dan dan kecintaannya dalam menulis kaligrafi.

Ia mengaku cukup sering mengikuti lomba sejenis, tetapi untuk tingkat nasional seperti ajang MTQMN baru pertama kali ini ia ikut serta. Bedanya, menurut Kamil, perlombaan kali ini memiliki tingkat kesulitan dan saingan yang cukup tinggi.

Kamil mengaku sudah mengenal dan belajar menulis kaligrafi sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah. Saking cintanya dengan menulis kaligrafi, Kamil mengibaratkan kaligrafi sebagai kekasihnya.

Kamil bahkan ingin sekali mempelajari seni tulisan kaligrafi langsung dari negeri asalnya. Lebih jauh lagi, ia memiliki keinginan membuka sekolah kaligrafi untuk menyebarkan kaligrafi.

“Untuk menjaga Alquran agar senantiasa terjaga tulisannya,” tutup mahasiswa jurusan seni rupa ini.

 

sumber: Republika Online

Saudi Harus Jamin Keamanan Haji

Imbas konflik Yaman terhadap penyelenggaraan ibadah haji mendatang Pemerintah Arab Saudi harus beri jaminan keamanan.

Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), KH Syamsul Maarif, mengatakan keterlibatan militer negara Arab Saudi dalam serangan udara terhadap gerilyawan Al-Houthi Yaman merupakan urusan politik luar negeri.

Menurutnya serangan tersebut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap penyelenggaraan Ibdah Haji di musim haji mendatang yang akan jatuh pada bulan September 2015.

Meskipun demikian, jika permasalah tersebut tidak kunjung selesai, menurut Syamsul bisa saja akan berdampak pada penyelenggaraan ibadah haji.

“Selama ini kita belum bisa mengambil sebuah kesimpulan, tapi nanti kalau ada perkembangan berikutnya bisa saja,” ujar Syamsul kepada Republika saat dihubungi, Senin (30/3).

Syamsul mengharapkan agar pemerintah Indonesia atau Kementrian Agama selalu melakukan komunikasi yang baik kepada Pemerintah Arab saudi terkait jaminan keamanan penyelenggaraan ibadah haji di musim mendatang.

“Pemerintah Saudi hendaknya memperhatikan aspek ini (ibadah haji) dalam bidang keamanan, jangan sampai hajat internasional dikotori oleh oknum-oknum,” kata Syamsul mengingatkan.

Menurutnya, ibadah haji merupakan hajat umat Islam sedunia, oleh sebab itu pelaksanaan ibadah tersebut harus berjalan dengan baik.

”Jangan sampai ada pihak-pihak yang menggunakan dalih kepentingan politik semata sehingga tidak mengindahkan pelaksanaan ibadah haji dengan baik dan benar,” kata Syamsul Maarif.

 

sumber: Republika Online

Calon Jamaah Haji Harus Siapkan Mental

Dr . KH. Hamdan Rasyid MA

Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Pusat yang juga dosen Pascasarjana Universitas Islam Jakarta (UIJ), Dr KH Hamdan Rasyid MA mengingatkan para calon jamaah haji Indonesia untuk mempersiapkan beberapa langkah sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Langkah pertama, kata Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Curug, Sawangan, Depok ini, yang harus dipersiapkan para calon jamaah haji adalah keikhlasan dalam melaksanakan ibadah haji. Karena ibadah haji sangat menekankan keikhlaan.

Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 196 yang artinya, ”Laksanakan ibadah haji dan umrah dengan sempurna, semata-mata karena Allah SWT,’‘ ujar kyai Hamdan.

Kedua, persiakan mental agar menghindari sikap rafats, fusuk dan jidal. Rafats adalah segala bentuk ucapan, perbuatan dan pikiran kotor. Fusuk adalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam ibadah haji sedangkan jidal adalah berbantah-bantahan apalagi berkelahi.

”Intinya, ibadah haji harus mampu mengendalikan emosi baik dari perkataan, perbuatan maupun pikiran, serta tidak boleh berbantah-bantahan apalagi berkelahi,” kata pembimbing ibadah haji Maktourmenjelaskan.

Secara khusus, Kyai Hamdan menekankan soal kemungkinan terjadinya jidal atau berbantah-bantahan di Tanah Suci. Mengapa ini bisa sangat mudah meletup?

”Bisa jadi, faktor padatnya jamaah, dalam suhu yang panas, kondisi yang lelah dan lapar sehingga mudah tersulut emosi, ditambah budaya dan tradisi serta bahasa yang beragam,” jelasnya.

Sedangkan langkah ketiga yang harus dipersiapkan adalah mengikuti manasik haji agar ibadah haji dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. ”Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya, ”Ambillah tatacara ibadah hajiku untuk kalian praktikkan,’‘ ujarnya.

Menurut Kyai Hamdan, ibadah haji itu sudah ada pakemnya, karena itu tidak boleh seorang calon jamaah haji melakukan improvisasi ibadah haji.

”Dalam manasik haji tidak hanya menekankan tatacara ibadah haji dari segi fikih, tapi perlu difahami juga aspek lainnya, seperti akidah, tasaufnya dan filosofinya, supaya bisa menghati ritual ibadah haji, karena ibadah haji penuh dengan simbul-simbul yang perlu difahami dengan benar.”

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Kyai Hamdan, sangat menganjurkan para calon jamaah haji melakukan taubatan nasuha yaitu dengan cara menghentikan perbuatan maksiat, menyesali perbuatan maksiat dan bertekad tidak akan mengulangi dosa-dosa yan telah lalu.

”Selain itu, para calon jamaah haji sangat dianjurkan untuk melakukan permintaan maaf kepada orang tua, saudara, tetangga, handai tolan dan para relasi. Bahkan kalau perlu dilakukan walimatussafar,” ujarnya.

Dengan kegiatan walimatussafar, diharapkan akan memotivasi orang-orang yang belum menunaikan ibadah haji, agar segera bisa berangkat ke Tanah Suci apalagi secara ekonomi sudah mampu.

Melalu walimatussafar, kyai Hamdan menambahkan, akan terjalin slaturahim dan saling memaafakan serta saling mendoakn, ”Kondisi ini membuat calon jamah haji merasa tendang dan nyaman di Tanah Air,” ujarnya.

sumber: Republika Online

Presiden: Indonesia Harus Berani Menyuarakan Kemerdekaan Palestina

Kata Jokowi, Indonesia juga harus berani mengambil posisi sebagai kekuatan moderat, toleran, dan konstruktif di antara bangsa-bangsa dan peradaban dunia.

Menyelesaikan persoalan Palestina merupakan tantangan Indonesia dalam kancah internasional. Demikian dikatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada acara Pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan.

“Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kita juga harus berani menyuarakan kemerdekaan negara Palestina,” ujar Jokowi diiringi tepuk tangan hadirin, saat membacakan teks sambutan di atas panggung utama, Senin (03/08/2015) pagi.

Jokowi melanjutkan, Indonesia juga harus berani mengambil posisi sebagai kekuatan moderat, toleran, dan konstruktif di antara bangsa-bangsa dan peradaban dunia. Hal ini demi terwujudnya tatanan global yang lebih damai.

Indonesia, katanya, juga harus menjadi contoh untuk membangun masyarakat yang hidup damai dan rukun dalam keragaman dan kebhinnekaan.

Ia mengatakan, Indonesia masih menghadapi tantangan kemiskinan, keterbelakangan, ketimpangan, serta ketidakadilan. Juga tantangan berbagai tindak kejahatan luar biasa yang menggerogoti bangsa ini; korupsi dan ancaman narkoba.

Persaingan dengan kekuatan-kekuatan raksasa ekonomi di peta geopolitik dunia, katanya, menuntut semua elemen bangsa untuk terus berkembang dan berubah.

“Di dalam negeri, mari kita ciptakan sistem ekonomi dan tatanan hidup bersama yang berkeadilan, yang berpihak pada kaum mustad’afin, mereka yang lemah, sebagai dasar untuk mewujudkan tatanan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ujarnya.

Menurutnya, perjalanan Indonesia sebagai bangsa masih panjang dan akan terus menghadapi tantangan-tantangan baru.

“Itu artinya, peran penting Muhammadiyah untuk menjawab tantangan perubahan zaman perlu dilanjutkan dan terus dikembangkan,” ujarnya di depan ribuan jajaran pengurus dan warga Muhammadiyah.*

sumber: Hidayatullah.com

Pengkritik Fatwa Ulama Biasanya Kurang Tahu Kedudukan Ulama

Para ulama, menurut Dr. Zein, mengharamkan sesuatu itu tidak dari hawa nafsu, tapi dari Al-Quran dan Sunnah

Hidayatullah.com- Pakar Hukum Islam, Dr. Zein An-Najjah mengkritik keras pernyataan selebritis yang memprotes fatwa Majelis UIama Indonesia (MUI) mengenai keharaman Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BJPS) Kesehatan.

“Kalau dia itu non-Muslim memang sudah begitu sifatnya, jadinggak perlu dibicarakan lagi orang begitu. Itu nanti ada penjelasannya sendiri,” ujar Dr. Zein kepada hidayatullah.com, Ahad (02/08/2015) pagi.

Namun, tegas Dr. Zein, kalau dia Muslim (orang Islam) berarti dia orang Islam yang paham dan tidak mengerti soal agama.

“Dan dia juga tidak tahu kedudukan para ulama,” imbuh Dr. Zein yang juga Ketua Komisi Fatwa DDII Pusat.

Para ulama, menurut Dr. Zein, ketika mengharamkan sesuatu itu tidak asal mengharamkan, tetapi mereka akan mengikuti apa yang ada di dalam al-Qur’an dan As-Sunnah.

“Ulama itu tidak mengatakan sesuatu dengan hawa nafsu dan pikiran, nggak kayak artis yang mengkritik MUI itu,” cetusnya.

Dr. Zein menambahkan bahwa ulama ketika mengeluarkan fatwa itu didasari dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan semua yang diharamkan oleh Islam itu, lanjutnya, akan memberikan mudhorot bagi umat dan bangsa.

“Secara umum kalau dia bukan Islam,  kita doakan dia masuk Islam. Tapi jika dia Islam, kita doakan supaya dia segera bertaubat dan harus banyak belajar kepada para ulama. Jangan hanya berbicara menggunakan hawa nafsu tetapi segala sesuatu itu harus ditimbang terlebih dahulu dengan ilmu,” demikian Dr. Zein menyarankan.*

Keberanian Abu Faris di Hadapan Penjajah Israel

Abu Faris sholat sendirian di teras masjid Al Aqsha sementara pasukan Zionis-Israel mengelilingi dari semua sisi

Hidayatullah.com–Adalah Kholil Abbasi, yang dikenal dengan nama Kunyah Abu Faris. Hari Ahad (26/07/2015) lalu menunjukan keberanian nya,  tatkala pasukan Zionis memaksa kaum Muslimin keluar masjid dan ditangkap penjajah Israel.

Kala itu Abu Faris sholat sendirian di teras masjid Al Aqsha sementara pasukan Zionis-Israel mengelilingi dari semua sisi.

Abu Faris tidak bergeming meski ia harus mendapat pukulan, siksaan, dan rumah nya dihancurkan.

Abu Faris adalah salah seorang penduduk Desa Silwan yang kedua anaknya Asir dan Muhammad sudah mendekam di balik jeruji besi Zionis-Israel.

Pagi itu, hari Ahad, 26 Juli 2015, pasukan militer Israel mengkerahkan 200 orang lebih untuk mengepung seluruh wilayah masjid Al-Aqsha baik dari pintu Barat maupun pintu Qibliyah.

Menurut sumber hidayatullah.com di Al-Quds, pasukan penjajah Israel masuk ke dalam Masjid Al-Aqsha dan menyerang secara membabi buta kepada para jamaah yang berada di dalam masjid, mereka menghancurkan pintu dan kursi serta melarang kaum Muslimin yang masuk ke dalam Masjid Al-Aqsha.

Pada hari pertama bentrokan itu, seluruh kaum muslimin berapapun umur mereka, dilarang masuk ke dalam masjid Al Aqsha.

Ketika kaum muslimin memaksa masuk, bentrokan tak terhindarkan, berjatuhan lah korban luka dari pihak muslim, dan sebagian lainnya diciduk dipenjara oleh Zionis.

Salah satu akibat dari bentrokan tersebut, Zionis menggembok pintu Masjidil Aqsha dan menutup paksa semua kantor kaum Muslimin di Kota Al Quds dan sekitarnya.

Seperti diketahui, hari Ahad (26/07/2015), militer Zionis malancarkan pelecehan terhadap Masjid Al-Aqsha di mana Zionis masuk ke masjid dan menginjak-injak sajadah.

Akibat pelecehan ini membuat marah kaum Muslim dan menyebabkan bentrok tidak terhindarkan. [baca: 16 Warga Luka Akibat Pelecehan Tentara Zionis-Israel di Masjidil Aqsha]

Tidak kurang dari 16 korban luka- dari pihak Kaum Muslimin di Kota Al-Quds Palestina. Beberapa diantaranya mengalami luka parah dan harus dijahit pasca bentrok akibat pelecehan Zionis – Israel.*/RZ Utama

Empat Kunci Ikhtiar, Meraih Hidayah Allah

Langkah-langkah ikhtiar untuk meraih hidayah Allah dianjurkan bersikap baik tutur dan melakukan amalan terpuji

KATA ikhtiar persamaan atau padanannya adalah usaha dan Allah Subhanahu Wata’ala.

Allah berfirman dalam Surat-17 Al-Israa’ ayat-19:

وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha (berikhtiar) ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya (ikhtiarnya) dibalasi dengan baik.”

Sedangkan kata hidayah persamaan atau padanannya adalah tuntunan atau petunjuk dari Tuhan dan Allah subhanahu Wata’ala telah berfirman dalam Surat Az-Zukhruf [43] ayat-27:

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

“Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.”

Adapun langkah-langkah ikhtiar untuk meraih hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala, maka kita dianjurkan bersikap baik tutur kata maupun perbuatannya antara lain :

Pertama, tidak boleh sombong atau takabur, biasakan melakukan ucapan insyaa Allah, jika ada maksud atau menjawab, menukil Surat-31 Luqmaan ayat-18: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Quran surat Al-Hujurat [49] ayat-1: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rosuul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kedua, selalu menggunakan akal dan berfikir yang ma’ruf (adil dan benar), menukil Surat Al-Maaidah [5] ayat-100 : “Katakanlah; “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah, hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”

Surat Ar-Ruum [30] ayat-21 :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Ketiga,  banyak berdzikir. Misalnya “Laa Ilaaha Illaallaah Muhammadur Rosuulullaah” setiap pagi dan petang, kalimat “Laa Ilaaha Illaallaah”, menukil Surat Muhammad [47] ayat-19:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (sesembahan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”

Kalimat “Muhammadur Rosuulullaah”, menukil Surat- Al-Fath ayat [48]: 29 :

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridloan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurot dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”

Keempat, selalu menghhatamkan Al-Qur’an, minimal setiap harinya Satu ‘Ain, menukil Surat Ibrahiim [14] ayat-52 : “(Al-Qur`an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Satu dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”

Kelima, selalu Silaturahmi dengan para Ulama/ orang-orang Saleh, menukil Surat An-Nisaa [4] ayat-1 : “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahmi (silaturrohiim), sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi Kamu.”

Surat An-Nisaa [4] ayat-69 : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rosul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-Nabi, para orang Jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang Shaleh dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Surat- Faathir [35] ayat-28: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya), sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Gagah lagi Maha Pengampun.”

Demikian disampaikan semoga bermanfaat.*/Roni Sufron

sumber: Hidyatullah.com