Kisah Uwais al Qarni Menggendong Ibunya Naik Haji

Berikut adalah kisah Uwais al Qarni menggendong ibunya naik haji. Ia menggendong ibunya untuk menunaikan ibadah haji dari Yaman hingga Makkah. Alkisah Uwais mendapat ujian berupa penyakit kulit yang dideritanya. Namun dengan kesulitan fisik tersebut tak menyurutkan baktinya untuk merawat ibunya yang sudah lanjut usia dan mengalami lumpuh.

Uwais selalu bisa memenuhi keinginan sang ibu, hingga suatu ketika sang ibu berkata “Wahai Uwais anakku. Mungkin aku tak akan lama lagi bisa bersamamu. Tolong usahakanlah agar aku dapat menunaikan ibadah haji,” kata ibunya. 

Setelah mendengar permintaan ibunya, Uwais terdiam sembari berpikir bagaimana cara agar bisa memenuhi keinginan ibunya. sementara untuk membeli unta sebagai kendaraan tentu tidak mungkin karena tidak ada biaya. Akhirnya ia memutuskan, kelak di musim haji ia akan membawa ibunya menunaikan ibadah haji dengan cara menggendongnya. 

Di tengah waktu menunggu musim haji Uwais membeli anak lembu yang masih kecil untuk dirawatnya.  Akhirnya Uwais membuatkan kandang untuk anak lembu tersebut di atas bukit. Setiap hari di waktu pagi hari Uwais menggendong anak lembunya itu untuk digembala di kaki bukit, hingga menjelang petang ia kembali menggendong anak lembu itu untuk dikembalikan ke kandangnya yang ada di atas bukit. Rutinitas itu ia lakukan setiap hari hingga masyarakat disana menyangka bahwa Uwais telah gila. 

Tak terasa musim haji akan segera tiba, dan anak lembu itu sudah besar, bukan untuk dijual, ternyata pekerjaan Uwais menggendong anak lembu naik dan turun bukit itu adalah untuk melatih tenaganya agar kuat menggendong ibunya untuk pergi menunaikan ibadah haji dari Yaman ke Makkah yang itu membutuhkan tenaga yang kuat karena jauhnya jarak yang akan ditempuh. 

Akhirnya Uwais pergi bersama ibunya untuk menunaikan ibadah haji, sepanjang perjalanan panas matahari dan dinginnya udara malam tak bisa dihindari oleh Uwais, namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk membahagiakan ibu yang disayanginya. Sesampainya di Makkah ia thawaf  tetap dengan menggendong ibunya, selepas tawaf ia lalu berdoa di depan kakbah agar Allah Swt mengampuni dosa dosa ibunya, 

Lalu ditanyalah Uwais bagaimana dengan dosamu? Dan Uwais menjawab “dengan dosa ibuku diampuni maka ibuku akan masuk surga maka cukuplah ridla ibuku yang membawaku ke surga,” katanya.  

Seketika itu penyakit kulit yang dideritanya sembuh, dan hanya menyisakan satu bercak putih sebagai tanda agar Umar bin Khattab bisa mengenalinya. Karena Rasulullah berpesan kepada Umar agar mencari orang shaleh yang bernama Uwais Al-Qarni yang di salah satu bagian tubuhnya ada bercak putih.

Baktinya kepada ibunya membuat Uwais memiliki derajat kemulian yang tinggi. Hal itu ditandai dari sabda Rasulullah Saw kepada sahabat bahwa jika para sahabat menjumpai Uwais agar meminta doa ampunan melalui Uwais. 

Dalam hadits riwayat Muslim, Sayidina Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in itu adalah orang yang bernama Uwais, ia memiliki orang tua, dan kepadanya terdapat kusta. Suruhlah dia untuk memohonkan ampun untuk kalian’.”

Demikian kisah Uwais al Qarni menggendong ibunya naik haji. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Doa Nabi Khidir Ketika Wukuf di Arafah

Pada saat jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah, mereka dianjurkan bermunajat kepada Allah dengan ibadah, zikir dan doa. Terdapat banyak doa yang telah dibaca oleh Nabi Saw ketika beliau wukuf di Arafah. Para jemaah haji dianjurkan untuk berdoa sebagaimana doa Nabi Saw.

Selain itu, para jemaah haji juga dianjurkan untuk berdoa sebagaimana doa yang dipanjatkan Nabi Khidir di Arafah. Berikut doa Nabi Khidir, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Asrarul Hajji;

يَا مَنْ لَا يُشْغِلُهُ شَأْنٌ عَنْ شَأْنٍ وَلَا سَمْعٌ عَنْ سَمْعٍ وَلَا تَشْتَبِهُ عَلَيْهِ اْلاَصْوَاتُ يَا مَنْ لاَ تَخْتَلِطُهُ اْلمَسَائِلُ وَلاَ تَخْتَلِفُ عَلَيْهِ اللُّغَّاتُ يَا مَنْ لَا يُبْرِمُهُ إِلْحَاحُ اْلمُلِحِّيْنَ وَلاَ تَضْجِرُهُ مَسْأَلَةُ السَّائِلِيْنَ أَذِقْنَا بَرْدَ عَفْوِكَ وَحَلاَوَةِ مُنَاجَاتِكَ

Ya man la yusyghiluhu sya’nun ‘an sya’nin wala sam’un ‘an sam’in wala tasytabihu ‘alaihil ashwatu ya man la takhtalithul masa-ilu wala takhtalifu ‘alaihil lughghatu ya man la yubrimuhu ilhahul mulihhin wala tadhjiruhu mas-alatus sa-ilina aziqna barda ‘afwika wa halawati munajatika.

Wahai zat yang tidak menyibukkan padaNya kesibukan atas kesibukan, juga pendengaran atas pendengaran, tidak serupa bagiNya berbagai macam suara, tidak beda bagiNya berbagai bahasa. Wahai zat yang tidak terikat oleh keluh kesahnya orang yang berkeluh kesah, dan tidak depresi oleh permintaan orang yang meminta, berilah kami rasa kesejukan ampunanMu dan manisnya bermunajat pada-Mu.

BINCANG SYARIAH

Doa di Hari Arafah Mustajab

Berikut ini doa di hari Arafah mustajab. Doa yang dibaca pada hari Arafah memiliki keutamaan khusus dan diyakini sebagai waktu yang sangat diterima oleh Allah SWT. Namun, tidak ada doa tertentu yang secara khusus dijamin akan dikabulkan ketika dibaca di Arafah.

Banyak umat Muslim yang menjalankan ibadah haji akan menghabiskan waktu di Arafah dengan berdoa, berzikir, membaca Al-Qur’an, dan beribadah kepada Allah. Mereka memohon ampunan, rahmat, dan berbagai kebutuhan mereka kepada Allah dalam doa-doa mereka.

Saat berdoa dengan hati yang penuh keikhlasan niscaya Allah mendengar dan mengabulkan doa-doanya. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala yang diucapkan oleh hamba-Nya.

Oleh karena itu, ketika berada di Arafah atau di tempat lain, jadikanlah setiap doa sebagai ungkapan hati yang tulus kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Dia Maha Penerima doa dan Maha Mengabulkan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

Doa di Hari Arafah Mustajab

Pertama, diantara doa mustajab di hari Arafah adalah berikut;

اللَّهُمَّ انْقُلْنِي مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إلَى عِزِّ الطَّاعَةِ وَاكْفِنِي بِحَلَالِك عَنْ حَرَامِك وَأَغْنِنِي بِفَضْلِك عَمَّنْ سِوَاكَ وَنَوِّرْ قَلْبِي وَقَبْرِي وَأَعِذْنِي مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ، وَاجْمَعْ لِي الْخَيْرَ إنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Allāhummanqulnī min dzullil ma‘shiyati ilā ‘izzit thā‘ah, wakfinī bi halālika ‘an harāmik, wa aghninī bi fadhlika ‘an man siwāk. Wa nawwir qalbī wa qabrī. Wa a‘idznī minas syarri kullih. Wajma‘ liyal khayr. Innī as’alukal hudā wat tuqā, wal ‘afāfa, wal ghinā.

Artinya, “Ya Allah, pindahkan aku dari rendahnya kemaksiatan ke kemuliaan taat. Cukupilah aku dengan halal-Mu dari barang haram-Mu. Genapilah diriku dengan kemurahan-Mu dari zat selain diri-Mu. Terangilah hati dan kuburku. Lindungilah aku dari segala bentuk kejahatan. Kumpulkanlah segala kebaikan pada diriku. Aku memohon kepada-Mu petunjuk, takwa, kecukupan, dan kekayaan.”

Kedua, doa yang sering dibaca oleh jamaah haji saat berada di Arafah:

“لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير”

La ilaha illlallah wahdah ula syarikalahu, lahul hamdu wahuwa ala kulli syain qadir

“Pada hakikatnya, tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala puji. Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu.”

Ketiga, membaca doa ini;

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي نَقُولُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُولُ ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي وَإِلَيْكَ مَآبِي وَلَكَ رَبِّ تُرَاثِي ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ “

‘Allahumma lakal hamdu kalladzi naqulu wa khairom mimma naqulu, allahumma sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati wa ilaika ma-abi wa laka rabbi turatsi, allahumma inni a’uzu bika min ‘azabil qobri wa waswasatis shodri wa syatatil amri, allahumma inni a’uzu bika min syarrima taji-u bihir rihu.

Ya Allah, bag-iMu pujian seperti yang kami ucapkan, dan lebih baik dari apa yang kami ucapkan. Ya Allah, untuk-Mu salatku, ibadah hajiku, untuk-Mu kehidupanku dan kematianku dan kepada-Mu kami akan kembali, untuk-Mu kami tunjukkan ibadahku.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka, dari hati yang ragu dan dari tercerai berainya urusan. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari yang terburuk yang didatangkan oleh angin.’”

Demikian doa di hari Arafah mustajab. Semoga bermnafaat.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Puasa Arafah

Berikut ini adalah keutamaan puasa Arafah. Dalam Islam, puasa Arafah adalah salah satu ibadah sunnah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum perayaan Idul Adha. Puasa ini memiliki keutamaan khusus karena dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri menyambut hari raya besar umat Islam tersebut.

Keutamaan Puasa Arafah

Pertama, menghapus dosa. Salah satu keutamaan besar dari puasa Arafah adalah dapat menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan sejak tahun sebelumnya. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa puasa Arafah mampu menghapus dosa-dosa selama setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Dengan melaksanakan puasa ini dengan niat ikhlas dan penuh harapan kepada Allah, kita dapat memperoleh ampunan-Nya. Sebagaimana dalam riwayatkan Abu Qatadah  Rasulullah bersabda:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية

Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas” (HR Muslim).

رَجَعْنَا مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَي اْلجِهَادِ اْلأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا جِهَادُ اْلأَكْبَرِ؟ قَالَ: جِهَادُ اْلقَلْبِ أَوْ جِهَادُ النَّفْسِ.

Artinya: “Kami telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar. Mereka berkata: Apakah jihad besar itu? Nabi saw menjawab: Jihad hati atau jihad nafsu.”

Kedua, meningkatkan taqwa. Puasa Arafah juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk meningkatkan taqwa mereka. Puasa ini mengajarkan kita tentang pengendalian diri dan kesabaran. Dengan menahan lapar dan haus sepanjang hari, kita belajar untuk menaklukkan nafsu dan mengontrol diri. Dalam keadaan seperti itu, kita lebih cenderung menghindari perbuatan dosa dan berupaya lebih dekat dengan Allah.

Ketiga, Puasa Arafah merupakan ibadah yang dapat memperkuat ikatan spiritual dengan Allah. Dengan melakukan puasa ini, kita menunjukkan ketaatan dan rasa cinta kita kepada Allah. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih erat dengan-Nya dan membantu kita merenungkan kebesaran-Nya.

Keempat, puasa Arafah termasuk dalam ibadah yang sangat dianjurkan, dan pahalanya juga sangat besar. Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah SAW. Bersabda;

ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام” -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadits marfu’. ‘Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzulhijjah.’ Kemudian para sahabat bertanya, ‘Bukan pula jihad, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tanpa membawa apa-apa lagi,’” (HR Bukhari)

Kelima, doa mustajab. Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa Arafah juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk berdoa kepada Allah. Pada hari Arafah, doa-doa yang dilakukan memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah SAW. bersabda,

Sebagaimana sabda Rasulullah berikut;

ومن صام يوم عرفۃ اعطاه اﷲ ثوابا مثل ثواب عيسی عليه السلام

Barangsiapa yang berpuasa pada hari arafah maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala Nabi Isa alaihissalam.

Kesimpulan

Puasa Arafah merupakan kesempatan yang berharga bagi setiap muslim untuk mendapatkan keberkahan dan keutamaan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan puasa ini dengan niat yang tulus, kita dapat menghapus dosa-dosa kita, meningkatkan keimanan dan taqwa, serta mendekatkan diri kepada Allah.

Manfaat yang luar biasa dari puasa Arafah ini haruslah membuat kita semakin bersemangat dan berupaya melaksanakannya setiap tahunnya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin.

Demikian penjelasan keutamaan puasa Arafah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Puasa Arafah Ikut Wukuf di Arafah atau Ikut Pemerintah?

Puasa Arafah yang dilakukan tahun ini apakah ikut wukuf di Arafah ataukah ikut ketetapan pemerintah? Karena kalau ikut ketetapan pemerintah, maka puasa Arafah akan berbeda dengan waktu Jamaah haji wukuf di Arafah. Waktu wukuf di Arafah pada hari Jumat, 3 Oktober 2014. Sedangkan untuk 9 Dzulhijjah di Indonesia jatuh pada 4 Oktober 2014.

Kalau Begitu Puasa Arafah Ikut Siapa?

Yang jelas kasus semacam ini sudah ada sejak masa silam. Kita semestinya bersikap legowo dan lapang dada, menghargai perbedaan yang terjadi.

Namun mengedepankan persatuan dalam masalah ini, itu lebih baik. Landasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, hari raya Idul Fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian berhari raya, dan Idul Adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul Adha.” (HR. Tirmidzi no. 697. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani).

Imam Tirmidzi ketika menyebutkan hadits ini berkata,

وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ

“Para ulama menafsirkan bahwa hadits ini yang dimaksud adalah berpuasa dan berhari raya bersama al jama’ah dan mayoritas manusia”. Yang dimaksud Abu ‘Isa At Tirmidzi adalah berpuasa dengan pemerintah (ulil amri), bukan dengan ormas atau golongan tertentu.

Hadits di atas menunjukkan bahwa berpuasalah dan berhari rayalah bersama pemerintah. Kalau ketetapan pemerintah berbeda dengan wukuf di Arafah, tetap ketetapan pemerintah yang diikuti.

Ikuti Hilal di Negeri Masing-Masing, Bukan Ikut Wukuf di Arafah

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ

Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1906 dan Muslim no. 1080).

Hilal di negeri masing-masinglah yang jadi patokan, itulah maksud perintah hadits. Yang menguatkannya pula adalah riwayat dari Kuraib–, bahwa Ummu Fadhl bintu Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan.

Kuraib melanjutkan kisahnya, setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku, “Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab, “Kami melihatnya malam Jumat.” “Kamu melihatnya sendiri?”, tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa.” Jawab Kuraib.

Ibnu Abbas menjelaskan,

لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلاَثِينَ أَوْ نَرَاهُ

“Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.”

Kuraib bertanya lagi, “Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah?”

Jawab Ibnu Abbas,

لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

Tidak, seperti ini yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Muslim no. 1087).

Ini jadi dalil bahwa hilal di negeri kita tidak mesti sama dengan hilal Kerajaan Saudi Arabia, hilal lokal itulah yang berlaku. Kalau hilal negara lain terlalu dipaksakan berlaku di negeri ini, coba bayangkan bagaimana hal ini diterapkan di masa silam yang komunikasinya belum maju seperti saat ini.

Imam Nawawi rahimahullah membawakan judul untuk hadits Kuraib, “Setiap negeri memiliki penglihatan hilal secara tersendiri. Jika mereka melihat hilal, maka tidak berlaku untuk negeri lainnya.”

Imam Nawawi rahimahullah juga menjelaskan, “Hadits Kuraib dari Ibnu ‘Abbas jadi dalil untuk judul yang disampaikan. Menurut pendapat yang kuat di kalangan Syafi’iyah, penglihatan rukyah (hilal) tidak berlaku secara umum. Akan tetapi berlaku khusus untuk orang-orang yang terdekat selama masih dalam jarak belum diqasharnya shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 175). Namun sebagian ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa hilal internasionallah yang berlaku. Maksudnya, penglihatan hilal di suatu tempat berlaku pula untuk tempat lainnya. (Lihat Idem)

Tidak Masalah Jika Puasa Arafah Beda dengan Hari Wukuf di Arafah

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arafah disebabkan perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami tinggali ataukah mengikuti ru’yah Haromain (dua tanah suci)?”

Syaikh rahimahullah menjawab, “Permasalahan ini adalah turunan dari perselisihan ulama apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah.

Misalnya di Makkah terlihat hilal sehingga hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sedangkan di negara lain, hilal Dzulhijjah telah terlihat sehari sebelum ru’yah Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah adalah tanggal 10 Dzulhijjah di negara tersebut. Tidak boleh bagi penduduk Negara tersebut untuk berpuasa Arafah pada hari ini karena hari ini adalah hari Idul Adha di negara mereka.

Demikian pula, jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara itu selang satu hari setelah ru’yah di Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara tersebut. Penduduk negara tersebut berpuasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut mereka meski hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah.

Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya” (HR Bukhari dan Muslim).

Orang-orang yang di daerah mereka hilal tidak terlihat maka mereka tidak termasuk orang yang melihatnya.

Sebagaimana manusia bersepakat bahwa terbitnya fajar serta tenggelamnya matahari itu mengikuti daerahnya masing-masing, demikian pula penetapan bulan itu sebagaimana penetapan waktu harian (yaitu mengikuti daerahnya masing-masing)”. (Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20/47-48, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H)

Kesimpulan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, puasa Arafah mengikuti penanggalan atau penglihatan di negeri masing-masing dan tidak mesti mengikuti wukuf di Arafah. Wallahu a’lam, wallahu waliyyut taufiq.

Selesai disusun di Pesantren Darush Sholihin, 30 Dzulqo’dah 1435 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/22734-puasa-arafah-ikut-wukuf-di-arafah-atau-ikut-pemerintah.html

Seluruh Jamaah Haji Laksanakan Wukuf di Arafah Hari Ini

Waktu dimulai wukuf setelah tergelincirnya matahari.

Jamaah haji dari seluruh dunia termasuk jamaah haji Indonesia sedang melaksanakan prosesi wukuf di Arafah, Selasa (27/6/2023). Waktu dimulai wukuf setelah tergelincirnya matahari (waktu Zhuhur) pada 9 Dzulhijjah, hari Arafah.

“Selama wukuf, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyelenggarakan khutbah wukuf dan sholat berjamaah di tenda utama dan di setiap tenda jemaah yang dilaksanakan oleh para pembimbing ibadah,” kata Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, sebagaimana rilis yang diterima Republika, Selasa (27/6/2023).

Adapun khutbah wukuf dilaksanakan di tenda utama yang akan disampaikan oleh Habib Ali Hasan al Bahar, Lc, MA. Setelahnya, kata dia, aktivitas dilanjutkan dengan sholat berjamaah jama qashar Zuhur dan Ashar, dilanjutkan zikir dan doa wukuf yang dipimpin oleh KH Aris Nikmatullah

“Prosesi dan khutbah wukuf akan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube dan Instagram Kementerian Agama pukul 14.45 WIB atau 10.45 WAS,” ujar dia.

Fauzin mengatakan, PPIH Arab Saudi 1444 Hijriyah/2023 Masehi tahun ini memfasilitasi 240 jamaah haji lansia dan disabilitas untuk menjalani safari wukuf. Mereka adalah jamaah lansia atau difabel yang memiliki keterbatasan dalam pergerakan sehingga tidak bisa melakukan apa-apa atau memiliki keterbatasan kemampuan fisik berat.

Fasilitasi ini dinilai sebagai upaya PPIH dalam memberikan pelindungan jamaah sekaligus agar mereka bisa menyelesaikan ibadah haji. Ia menambahkan, jamaah sakit yang disafariwukufkan diberangkatkan pada 9 Dzulhijjah 1444 H/27 Juni 2023 M mulai jam 11.00 waktu Arab Saudi (WAS) ke Arafah dengan enam bus.

Ia menjelaskan, persiapan mobilisasi dilakukan mulai jam 09.00 WAS. Setiap bus akan diisi maksimal 40 jamaah dalam kondisi duduk. Setiap bus akan dikawal sembilan petugas, terdiri atas: penunjuk jalan, dokter, pembimbing ibadah, paramedis, dan pelayanan lansia.

“Ada 54 petugas yang mengawal mereka. KKHI juga siagakan dua ambulance, on call. Untuk setiap jamaah, disiapkan antara lain kain ihram, mukena, peralatan mandi, diapers, sarung tangan, masker. PPIH Arab Saudi juga menyiapkan sejumlah kursi roda, alat pelindung diri (APD), dan alat kebersihan,” ujar dia.

Ia menambahkan, setelah melaksanakan sholat berjamaah jama’ qashar Maghrib dan Isya, secara bertahap jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah.

“Kami mohon doa dari keluarga kamaah dan masyarakat Indonesia agar selama menjalani wukuf para jemaah, tamu Allah senantiasa diberikan kekuatan, kesehatan, dan kelancaran dalam beribadahnya,” kata dia.

IHRAM

Arafah Tempat Terkabulnya Doa, Ini Pesan untuk Jamaah Haji Indonesia

Jamaah haji diimbau memperbanyak sabar saat di Arafah.

Jamaah haji dari seluruh dunia akan berkumpul di padang Arafah pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah atau 27 Juni 2023. Sehubungan dengan itu, jamaah haji Indonesia diimbau untuk tidak menyia-nyiakan waktu saat wukuf.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, KH Zulkarnain Nasution, berpesan kepada jamaah haji Indonesia yang akan melaksanakan wukuf di padang Arafah. Selama di Arafah, jamaah haji dianjurkan untuk terus berzikir mengingat Allah SWT dengan membaca talbiyah, kalimat tauhid atau membaca Alquran.

“Selain berzikir, jamaah haji dianjurkan untuk menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah SWT. Sebab Arafah adalah tempat mustajab atau terkabulnya doa,” kata Kiai Zulkarnain saat diwawancarai Republika, Senin (26/6/2023).

Kiai Zulkarnain mengingatkan bahwa berdoa tidak harus berbahasa Arab. Jamaah haji boleh berdoa dengan membaca terjemah dari buku doa dan zikir manasik haji atau dengan bahasa sendiri yang dimengerti.

Jamaah haji harus meyakini bahwa doanya selama di Arafah dikabulkan Allah. Jangan sekali-kali menyangka bahwa usaha itu akan gagal. Bagi seseorang yang hadir di Arafah tidak boleh menduga bahwa Allah SWT tidak mengampuni dosanya.

“Jamaah haji selama wukuf dianjurkan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Jamaah haji dianjurkan untuk kontemplasi atau tafakur merenungi kebesaran Allah, dan merasa dirinya kecil dan tidak berdaya di hadapan Allah, kemudian berserah diri kepada Allah dan mengharap datangnya kekuatan dari Allah, agar bisa terus beribadah dan meningkatkan amal salih,” ujar Kiai Zulkarnain.

Jika Sakit Saat Wukuf di Arafah

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah ini mengatakan, bagi jamaah haji yang ketika berada di kemah atau tenda di Arafah tertimpa musibah sakit, agar berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan menerapkan sifat sabar, memperbanyak zikir dengan ikhtiar berobat ke dokter, dan berdoa agar Allah menyembuhkan sakitnya. Jika harus dirawat di rumah sakit, tidak perlu menolak, sebab perawatan itu sangat penting sebagai upaya memperoleh kesembuhan.

“Selama wukuf, jamaah haji lemah atau sakit tetap wajib melakukan dan menjaga sholat lima waktu. Bagi jamaah haji yang tidak mampu berwudhu dengan air maka boleh bertayamum. Jika tidak mampu sholat dengan berdiri maka boleh sholat sambil duduk atau berbaring ditempat tidur. Bahkan jika dalam kondisi terpaksa dan darurat boleh dilakukan dengan isyarat,” jelas Kiai Zulkarnain.

Jamaah haji juga diingatkan agar mensyukuri yang ada. Semua fasilitas yang ada hendaknya diterima dengan lapang dada, tidak menggerutu. Jamaah haji harus ingat bahwa tujuan di Arafah adalah untuk ibadah dan mendekat kepada Allah SWT. Secara lahiriah tempat ini memang kurang menyenangkan tetapi secara spiritual Arafah merupakan tempat yang mendatangkan kepuasan batin dan ketenangan.

Kiai Zulkarnain menambahkan, jamaah haji juga diimbau untuk sabar menghadapi keterbatasan. Fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) yang terbatas, menjadikan penggunaan toilet terkadang harus antre panjang. Hal ini bisa mendatangkan kesulitan tersendiri terutama bagi yang memiliki kebiasaan sering buang air kecil.

“Menghadapi kondisi ini, jamaah haji yang lemah, lansia dan risti sebaiknya menerapkan sifat sabar, ketika antre untuk mendapatkan giliran,” ujar Kiai Zulkarnain.

Ia juga mengingatkan jamaah haji agar istirahat dengan baik di Arafah. Fasilitas akomodasi di Arafah yang serba terbatas, bisa mengakibatkan jamaah haji, terlebih jamaah haji lemah, lansia dan risti sulit beristirahat. Karenanya supaya bisa istirahat dianjurkan untuk menenangkan hati dengan terus berzikir mengagungkan Asma Allah. Jika memang benar-benar sulit tidur agar konsultasi dengan petugas kesehatan.

“Jamaah haji diimbau untuk menjaga kesehatan, dengan suhu udara yang panas, jamaah haji yang lemah, lansia dan risti, dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan memperbanyak minum air putih, makan yang cukup dari katering yang tersedia, tetap berada di dalam kemah, minum obat yang dianjurkan dokter, dan istirahat yang cukup. Ini dimaksudkan agar jamaah haji yang lemah selama wukuf tetap bugar sehingga bisa melaksanakan wukuf dengan sempurna,” kata Kiai Zulkarnain.

IHRAM

Menuju Puncak Ibadah Haji 27 Juni, Jamaah Bersiap Menuju Arafah

Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) yang telah ditetapkan, jamaah akan melaksanakan wukuf di Arafah pada 27 Juni 2023 mendatang. Wukuf di Arafah merupakan rangkaian haji yang utama dan wajib yang harus dilaksanakan seluruh jamaah haji.

“Jamaah secara bertahap diberangkatkan dari Hotel ke Arafah besok, Senin (26 Juni 2023) pagi hingga malam. Kesiapan   fasilitas di Arafah, termasuk di Muzdalifah dan Mina untuk jamaah haji Indonesia telah ditinjau dan dicek langsung oleh Menteri Agama RI bapak Yaqut Cholil Qoumas,” terang Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin dalam keterangan persnya di Media Center Haji (PPIH) Pusat Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Fauzin menyampaikan, berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga tanggal 25 Juni 2023, pukul 24.00 WIB, jumlah Jamaah gelombang II yang telah tiba di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah berjumlah 107.348 orang atau 282 kelompok terbang.

“Total kedatangan Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi berjumlah 209.782 orang atau 558 kelompok terbang. Alhamdulillah, fase keberangkatan jamaah haji Indonesia ke Arab Saudi sudah selesai. Fase ini berlangsung sejak 24 Mei – 24 Juni 2023,” kata Fauzin, Ahad (25/06/2023).

Fauzin menambahkan total jumlah meniggal mencapai. “Sampai dengan hari ini, total jamaah yang wafat di Arab Saudi sebanyak 133 orang,” jelas dia.

Ia menambahkan, jumlah jamaah sakit yang dirujuk sebanyak 362 orang, dengan rincian:  rawat jalan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sebanyak 67 orang, rawat inap di KKHI Makkah sebanyak 177 orang, dan rawat Inap di RSAS sebanyak 118 orang.

Fauzin menyampaikan, untuk meraih kemabruran haji, setidaknya ada 4 bekal yang perlu dimiliki dan direnungkan jamaah. Pertama, bekal niat yang ikhlas. Niat ikhlas dan ketaqwaan, tidak ada niat selain meraih ridha Allah, tidak tercampuri oleh riya’, sum’ah, berbangga diri atau kesombongan.

“Untuk itu, haji harus dilaksanakan dengan tawadu’, tenang dan khusyu,” ujar dia.

“Mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2890, dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Nabi Muhammad SAW menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran’. (HR. Ibn Majah),” sambungya.

Kedua, lanjut dia, bekal biaya yang halal. Allah adalah zat yang thayyib dan tidak menerima kecuali yang thayyib. Bekal haji harus bersih dari hal-hal syubhat, apalagi haram. Jika dalam bekalnya ada barang yang syubhat, harta ghashab atau haram, secara hukum hajinya sah, namun tidak diterima.

“Ketiga, melaksanakan rukun, wajib, sunnah haji, dan menghindari semua larangan. Karenanya, setiap jamaah haji wajib memahami ilmu manasik. Sebab, kesuksesan sebuah amal bergantung terhadap ilmu,” terang Fauzin.

Sehari menjelang keberangkatan ke Armina, kata Fauzin, jamaah dapat memperdalam kembali pengetahuan manasik hajinya dengan  membaca buku manasik, mengikuti majlis manasik yang diselenggarakan di masing masing hotel yang diselenggarakan para pembimbing ibadah.

“Bekal keempat, menjaga diri dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, khususnya rofats (kata kotor), fusuq (perbuatan kotor) dan jidal (berkelahi atau berdepentungan). Perbanyak  zikir, selalu berdoa agar menjadi haji mabrur,” imbuhnya.

Menjelang keberangkatan ke Armina, Fauzin mengimbau jamaah agar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. “Pastikan membawa pakaian, sandal dan kebutuhan masing-masing secukupnya. Jangan lupa membawa opentungan bagi jamaah yang masih mengkonsumsi opentungan, suplemen vitamin, dan kebutuhan lainnya selama berada di Armina,” pesan dia.

Mengingat cuaca di Makkah sangat panas, pemerintah kata Fauzin mengimbau jamaah tetap berada di hotel, salat 5 waktu untuk sementara dapat dilakukan di musala hotel atau masjid di sekitar hotel, terlebih layanan transportasi jamaah di Makkah saat ini telah dihentikan sementara.

“Menjaga stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, menjaga asupan dengan makan dan minum yang teratur,” imbau Fauzin.*

HIDAYATULLAH

Jelang Puncak Haji, Jamaah yang Dirawat Dipindah ke Tempat Suci

Jamaah haji nantinya akan dirawat di rumah sakit Jabal Al-Rahma.

Dalam beberapa hari ke depan jamaah haji akan segera melaksanakan puncak ibadah. Konvoi pun dilakukan Kementerian Kesehatan Saudi, membawa jamaah haji yang dirawat di rumah sakit Madinah menuju Tempat Suci.

Jamaah haji nantinya akan dirawat di rumah sakit Jabal Al-Rahma di Situs Suci Arafah. Mereka akan menyelesaikan rencana perawatan, sembari melakukan manasik haji musim ini.

Dilansir di Saudi Gazette, Ahad (25/6/2023), Kementerian Kesehatan mengatakan konvoi tersebut termasuk armada terpadu 16 ambulans. Belasan kendaraan ini dilengkapi dengan semua peralatan medis terpadu.

Tidak hanya itu, otoritas Saudi juga telah menyiapkan kehadiran tim medis khusus. Mereka terdiri dari 83 tenaga medis dokter, perawat, maupun paramedis.

Disiapkan pula empat ambulans yang ditempatkan di jalan imigrasi, yang terletak antara Madinah dan Makkah. Dua ambulans perawatan intensif dan lima ambulans pendukung, kabin oksigen terintegrasi, serta unit P3K keliling dan bus disediakan untuk mengangkut pasien.

Kementerian Kesehatan disebut terus berusaha setiap tahunnya untuk mengangkut jamaah haji yang dirawat di rumah sakit Madinah ke Tempat Suci. Langkah ini dilakukan agar mereka dapat menyelesaikan ritual haji mereka dengan sehat dan damai.

Layanan ini merupakan program tambahan untuk menyelesaikan tahap perawatan mereka di rumah sakit Situs Suci, setelah memberikan mereka semua layanan medis yang diperlukan di rumah sakit Madinah.  

IHRAM

PPIH Arab Saudi Gelar Doa Bersama Hadapi Pelaksanaan Puncak Haji

PPIH Arab Saudi bersiap untuk menyambut puncak haji

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah menggelar istighosah di Mushola Daker Makkah pada Sabtu (24/6/2023) malam. Istighasah digelar menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).

Kepala Daker Makkah, Khalilurrahman mengatakan, PPIH Daker Makkah telah melaksanakan istighasah dengan harapan dan tujuan agar para pelayan tamu-tamu Allah yakni para petugas haji diberikan kekuatan lahir dan batin. Supaya para petugas haji mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada jamaah haji atau para tamu Allah.

“Berharap dengan istighasah ini agar Allah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada jamaah haji Indonesia,” kata Khalilurrahman saat diwawancarai Republika.co.id di Kantor Daker Makkah, Sabtu (24/6/2023).

Ia menyampaikan, tahun ini jumlah jamaah haji lanjut usia (lansia) dan berisiko tinggi (risi) luar biasa banyak. Karena itu PPIH berharap agar Allah memberikan kekuatan kepada jamaah haji Indonesia. Supaya jamaah haji mampu memaksimalkan pelaksanaan haji dengan sempurna.

Jamaah haji akan digerakan dari hotel di Makkah menuju padang Arafah, kemudian ke Muzdalifah, selanjutnya ke Mina. Mabit atau bermalam di Mina dan melaksanakan lempar jumrah pada 11, 12, dan 13 Dzulhijah 1444 Hijriyah. Setelah itu semua, jamaah haji akan melaksanakan tawaf ifadah dan tahalul.

“Semoga semua proses itu dapat dilaksanakan dengan sempurna, semoga semua rangkaian ibadah haji dapat dilaksanakan oleh jamaah haji Indonesia dengan jumlah jamaah haji terbanyak di dunia,” ujar Khalilurrahman.

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

Khalilurrahman mengatakan, lewat istighasah juga PPIH memohon kepada Allah. Semoga Allah memberikan kesejahteraan dan kemakmuran kepada bangsa dan negara Indonesia. Semoga Allah menjadikan rakyat Indonesia selamat dari musibah dan bencana.

“Kita ingin Allah menjadikan negeri kita aman, adil, makmur, sejahtera, mendapatkan rahmat Allah,” jelas Khalilurrahman.

Untuk diketahui, jamaah haji dari berbagai negara di dunia akan melaksanakan wukuf di padang Arafah pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah yang bertepatan dengan 27 Juni 2023. Jamaah haji Indonesia akan bergerak ke padang Arafah sejak 8 Dzulhijjah 1444 Hijriyah.

Selanjutnya jamaah haji akan ke Muzdalifah dan Mina. Bermalam di Mina dan melempar jumrah. Setelah itu akan melaksanakan tawaf ifadah dan tahalul.

IHRAM