81 Persen Jamaah Haji Indonesia Lunasi Pembayaran Melalui BSI

BSI akan membuka Gerai Layanan Offline di 14 titik Embarkasi Haji.

Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengungkapkan 81 persen jamaah haji yang berangkat tahun ini, melunasi melalui Bank Syariah Indonesia. Tercatat, total jamaah haji regular BSI yang berangkat tahun 2023 yakni lebih dari 165 ribu jamaah haji dari total jamaah haji Indonesia sebesar 203.320.

\”Keberangkatannya tersebar di 14 Embarkasi Haji di Indonesia,” ujar Anton, dikutip Ahad (21/5/2023).

Adapun prosentase tertinggi di embarkasi Solo sebesar 17.7 persen. Selanjutnya, embarkasi Surabaya 16 persen dan sisanya tersebar di kota-kota seluruh Indonesia.

Menurut Anton, BSI terus berkomitmen untuk menjadi sahabat finansial, sosial, dan spiritual bagi masyarakat Indonesia. Haji dan umrah adalah salah satu fokus BSI dalam mengembangkan ekosistem Islam. Ibadah Haji ini menjadi ciri khas dan amanah bagi bank syariah untuk memberikan layanan prima bagi seluruh jamaah.

“Alhamdulillah, seluruh proses pelunasan biaya haji sudah selesai 100 persen. Terima kasih kepada seluruh nasabah BSI atas kepercayaannya dan dukungan dari berbagai pihak. Kami siap bekerja sama dengan Kementerian Agama guna mendukung peningkatan layanan ibadah haji,” kata Anton.

Anton melanjutkan pada musim keberangkatan Haji tahun 2023 ini, BSI hadir lebih dekat dengan calon jemaah. Dalam hal ini, BSI ditunjuk oleh Kantor wilayah Kemenag Provinsi untuk dapat menyediakan dan mendistribusikan Living Cost dalam bentuk mata uang IDR kepada Jamaah Haji.

Selain itu, BSI akan membuka Gerai Layanan Offline di 14 titik Embarkasi Haji. Calon jamaah haji dapat menukarkan mata uang Riyal (SAR) dan BSI menyediakan uang SAR dengan pecahan kecil dalam bentuk Paket (1 Paket = SAR250).

Selain itu, BSI juga membuka layanan Kartu BSI Debit Haji berlogo VISA yang dapat digunakan jamaah selama di tanah suci untuk kebutuhan transaksi penarikan uang tunai di ATM berlogo VISA maupun kebutuhan berbelanja di merchant-merchant yang berlogo VISA. Selanjutnya, BSI Mobile juga dapat digunakan untuk transaksi dimanapun dan kapanpun dengan call centre 14040 yang siap melayani nasabah.

IHRAM

Tips Agar Menjadi Haji Mabrur

 Berikut tips agar menjadi haji mabrur. Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Haji yang diterima atau disebut sebagai haji mabrur adalah haji yang dilakukan dengan ikhlas, sesuai tuntunan Rasulullah SAW, dan mendapatkan ridha Allah SWT.

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu109) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.

Tips Agar Menjadi Haji Mabrur

Dalam upaya untuk mendapatkan haji mabrur, ulama telah memberikan petunjuk dan pedoman yang lengkap. Berikut adalah beberapa tips agar mendapatkan dan menjadi haji mabrur menurut ulama.

  1. Memperbarui Niat dan Meningkatkan Iman

Niat yang tulus dan iman yang kuat merupakan fondasi utama untuk mendapatkan haji mabrur. Seorang Muslim harus memiliki niat yang murni dan benar-benar ikhlas dalam menjalankan ibadah haji.

Dalam kitab “Fathul Majid” karya Syaikh Abdul Rahman bin Hasan Al-Alshaikh, dijelaskan pentingnya niat yang tulus dan kuat dalam melakukan segala ibadah, termasuk haji.

“إن النية المخلصة هي أساس العبادة، فعلى المسلم أن يكون له نية طاهرة وصادقة في أداء مناسك الحج، وهذا ما يشرحه الشيخ عبد الرحمن بن حسن الألشيخ في كتابه “فتح الماجد”.

Artinya: Niat yang tulus adalah dasar ibadah, sehingga seorang Muslim harus memiliki niat yang murni dan tulus dalam melakukan manasik haji, dan inilah yang dijelaskan oleh Sheikh Abd al-Rahman bin Hassan al-Sheikh dalam bukunya “Fath al-Majid. ”

2. Memperdalam Pengetahuan tentang Rukun dan Sunnah Haji

Sebelum melaksanakan haji, penting untuk memperdalam pengetahuan tentang rukun dan sunnah haji. Kitab “Bidayatul Mujtahid” karya Ibnu Rusyd memberikan penjelasan mendalam tentang tata cara haji berdasarkan dalil-dalil syar’i.

Dengan memahami rukun dan sunnah haji, seorang Muslim dapat menjalankan ibadah haji dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

3. Memperbaiki Akhlak dan Meningkatkan Ketaqwaan

Selain melaksanakan rukun-rukun haji secara fisik, penting juga untuk memperbaiki akhlak dan meningkatkan ketaqwaan. Kitab “Riyadhus Shalihin” karya Imam Nawawi memberikan panduan mengenai akhlak yang harus ditingkatkan dalam menjalankan ibadah haji. Dengan memiliki akhlak yang baik dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, seorang Muslim dapat meraih haji mabrur.

4. Berbuat Baik kepada Sesama

Dalam menjalankan ibadah haji, seorang Muslim juga harus berbuat baik kepada sesama manusia. Bantuan kepada orang lain, berbagi rezeki, dan menahan diri dari sikap buruk adalah beberapa bentuk kebaikan yang harus diperhatikan.

Dalam kitab “Al-Adab al-Mufrad” karya Imam Bukhari, terdapat hadis-hadis yang menunjukkan pentingnya berbuat baik kepada sesama dalam mendapatkan haji mabrur.

5. Menghindari Dosa dan Perbuatan Haram

Untuk mendapatkan haji mabrur, seorang Muslim harus menjauhi dosa dan perbuatan haram. Mengikuti tuntunan syariat Islam, menjaga lidah dari ghibah (mencela), memelihara pandangan dari hal-hal yang terlarang, dan menjauhi perbuatan maksiat adalah beberapa langkah penting dalam mencapai haji mabrur.

Kitab “Mukhtasar Minhajul Qashidin” karya Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi menjelaskan mengenai pentingnya menjaga diri dari dosa dalam pelaksanaan ibadah.

Dalam rangka mendapatkan haji mabrur, sangat penting bagi seorang Muslim untuk memperbarui niat, memperdalam pengetahuan tentang haji, memperbaiki akhlak, berbuat baik kepada sesama, serta menghindari dosa dan perbuatan haram.

Pedoman-pedoman ini didasarkan pada kitab-kitab klasik seperti “Fathul Majid” karya Syaikh Abdul Rahman bin Hasan Al-Alshaikh, “Bidayatul Mujtahid” karya Ibnu Rusyd, “Riyadhus Shalihin” karya Imam Nawawi, “Al-Adab al-Mufrad” karya Imam Bukhari, dan “Mukhtasar Minhajul Qashidin” karya Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi.

Dengan mengikuti petunjuk ulama dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara konsisten, diharapkan setiap Muslim dapat meraih haji mabrur yang diiringi ridha Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji dengan sempurna dan mendapatkan haji mabrur.

Demikian penjelasan terkait tips agar menjadi haji mabrur. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Petugas Haji Diminta Perlakukan Jamaah Layaknya Orang Tua Sendiri

Melayani jamaah haji merupakan sebuah kemuliaan.

Kementerian Agama menggelar Pelepasan Pemberangkatan Petugas Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi Tahun 1444 H/2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (19/5/2023). Hadir dalam acara pelepasan, Direktur Bina Haji, Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU), Kementerian Agama, Arsad Hidayat.

Arsad mengatakan, melayani jamaah  haji merupakan sebuah kemuliaan. Tidak setiap orang mendapatkan tugas kemuliaan tersebut. Arsad pun memaparkan ada tujuan petugas haji diberangkatkan lebih dulu.

“Keberangkatan petugas dilaksanakan lebih awal guna memastikan layanan untuk jamaah haji sudah siap seperti akomodasi, kesehatan, pemondokan, katering dan transportasi, ” paparnya di hadapan ratusan petugas haji.

Dia mengatakan petugas haji harus mengedepankan 3S yakni senyum, salam, dan sapa kepada para jemaah haji Indonesia. “Jadi jangan nanti ketika jamaah haji datang ada keluhan, kita tidak boleh menghindar, harus dihadapi minimal mendengarkan, senyum,” kata dia.

Arsad mengatakan petugas haji harus memperlakukan jamaah layaknya seperti orang tua sendiri. “Kalau kita mau mendatangkan orang tua ke rumah kita, persiapkan makanannya paling enak, tempat istirahat agar mereka merasa senang, nyaman dan puas dengan pelayanan,” kata dia.

Pada Sabtu pagi (20/5/2023), sebanyak 492 petugas haji bertolak ke Jeddah, Arab Saudi. Dari total 492 petugas, 363 orang dari Kemenag dan 129 orang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang terdiri dari dokter dan perawat. Adapun Kementerian Agama terdiri dari unsur pelayanan jemaah (linjam), media center haji, akomodasi, katering, transportasi, hingga petugas khusus menangani jemaah lanjut usia (lansia).

Dari total 492 petugas haji akan ditempatkan di daerah kerja (daker) Madinah dan daker bandara. Sementara petugas haji daker Makkah akan diberangkat pada 27 Mei dan 30 Mei 2023.

Seperti diketahui, Tanggal 24 Mei 2023 (4 Zulkaidah 1444): Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I dari tanah air ke Madina. Pada tanggal 2 Juni 2023 (13 Zulkaidah 1444): Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I dari Madinah ke Makkah hingga jelang puncak ibadah haji.

IHRAM

Belalang Merajalela Masjid Nabawi Kerahkah Seribu Petugas Kebersihan

Pengunjung dan jamaah umrah di Masjid Nabawi tidak hanya diuji dengan hawa panas yang memanggang Madinah tetapi juga diganggu dengan belalang yang merajalela.

Oleh karena itu badan pengelola Masjid Nabawi, bekerja sama dengan berbagai badan lain di bawah Badan Presidensi Umum Dua Masjid Suci, mengerahkan lebih dari 1.000 petugas kebersihan setiap hari guna memastikan masjid senantiasa dalam keadaan layak untuk dikunjungi.

Dalam pernyataan yang dimuat di situs webnya hari Rabu (17/5/2023), badan tersebut mengatakan para petugas dibekali lebih dari 600 peralatan listrik dan manual untuk membersihkan jutaan serangga yang berterbangan dan berserakan di lantai masjid.

Kedatangan berjuta-juta belalang di Arab Saudi, seperti tampak dalam video di bawah, merupakan peristiwa musiman yang biasanya terjadi antara bulan Januari dan Juni.*

HIDAYATULLAH

Kiat Jaga Kebugaran Tubuh untuk Lansia

Calon jamaah haji lansia diimbau menjaga kebugaran tubuh menjelang keberangkatan haji.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengimbau calon jamaah haji lansia untuk menjaga kebugaran tubuh menjelang keberangkatan haji pada 24 Mei 2023.

Kepala Dinkes Kepri Mohammad Bisri mengatakan, dalam pelaksanaan manasik haji yang dilakukan di tingkat kota dan kecamatan telah disampaikan kiat-kiat atau tips menjaga daya tahan tubuh saat menjalan ibadah di Tanah Suci.

“Jamaah harus ikuti instruksi yang telah disampaikan dalam manasik haji. Apa saja yang harus dilakukan dan menjaga kesehatannya. Perlu menjaga kesehatan agar selalu bugar saat pelaksanaan haji,” kata Bisri saat dihubungi di Batam, Kamis.

Ia menyampaikan untuk tetap menjaga kebugaran tubuh pada saat menjalankan ibadah haji, lansia juga harus dalam pengawasan tim medis selama di Tanah Suci.

“Kalau yang harus minum obat, ya harus teratur minumnya, ikuti arahan dokter. Jadi ambil jalan tengahnya, yang penting jamaah lansia itu dalam pengawasan dan terkontrol kondisi kesehatannya. Lansia itu risiko dari sisi sakit,” kata dia.

Lebih lanjut, Bisri memastikan sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci, jamaah calon haji akan dilakukan pengecekan kesehatan secara berkala. “Semua jamaah diperiksa kesehatannya sebelum berangkat, makanya di dalam kloter ada nakes yang mengawal mereka,” ujar dia.

Kata Bisri, jika dari hasil pemeriksaan yang menyatakan kemampuan fisik calon haji lansia tidak diperbolehkan berangkat karena alasan medis, calon haji yang bersangkutan tidak akan diberangkatkan.

“Begitu juga sebaliknya, walaupun tua tidak bisa jalan tapi fisiknya kuat dan sehat tetap boleh berangkat. Walaupun dia di kursi roda, yang penting jantungnya terkontrol, misalnya kena sakit kencing manis, tapi terkontrol juga tidak apa, yang dipastikan itu,” ujar dia.

sumber : Antara

Ini Dia Jamaah Haji Usia 103 Tahun dari Tasikmalaya dan Cerita Mau Naik Haji

Jamaah haji dari Tasikmalaya sudah bersiap untuk diberangkatkan ke Tanah Suci.

Usia tak menjadi halangan bagi Mutiroh untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Di usia yang sudah menginjak 103 tahun, warga asal Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, itu tetap semangat untuk melaksanakan rukun Islam kelima.

Republika mencoba mengunjungi rumah Mak Mut –sapaan akrab Mutiroh, yang terletak di Kampung Kabandungan, Kamis (18/5/2023). Rumahnya nampak sederhana, selayaknya kondisi rumah di perdesaan pada umumnya. Berdinding kayu dan tidak ada gerbang yang menghalanginya. 

Di rumah itu, Mak Mut tinggal seorang diri. Suaminya telah meninggal pada 2017. Namun, anak-anak Mak Mut juga tinggal di kampung itu, sehingga ketika malam perempuan kelahiran Februari 1920 itu tidur di rumah anaknya.

Keseharian Mak Mut kini lebih banyak dihabiskan di rumah. Meski begitu, ia masih sering ikut pengajian yang ada di sekitar kampungnya.

Mak Mut mengisahkan, keinginannya untuk naik haji sudah lama muncul. Namun, baru sejak sekitar 13 tahun lalu, ia bersama almarhum suaminya memantapkan niat pergi ke Tanah Suci. Salah satu usaha yang dilakukan pasangan suami istri itu adalah menjual sawah dan kolam ikan untuk biaya berangkat ibadah haji bersama. Uang hasil jual tanah itulah yang digunakan untuk mendaftar haji pada 2017.

“Saya daftar bersama suami,” kata Mak Mut.

Suami wafat 

Nahas, tak sampai setahun usai pendaftaran, suami Mak Mut meninggal dunia. Uang pendaftaran milik suaminya pun dikembalikan, karena keluarganya memilih jatah itu tak diwariskan kepada anaknya yang lain. Kendati demikian, Mak Mut tetap mantap dengan niatnya untuk pergi haji, meski harus berangkat tanpa didampingi keluarganya.

“Tidak takut. Tetap semangat, karena ke Makkah adalah cita-cita saya,” ujar dia.

Mak Mut termasuk beruntung…

Karena masa tunggunya untuk bisa berangkat ke Tanah Suci cenderung sebentar, tak sampai belasan tahun.

Perempuan itu semula dijadwalkan berangkat pergi haji pada 2021. Pandemi Covid-19 membuat jadwal itu berantakan, lantaran ketika itu lansia tak diperkenankan pergi ke Arab Saudi untuk beribadah haji.

Namun, kini Mak Mut telah mendapatkan kepastian. Ia dijadwalkan berangkat dari Tasikmalaya ke Tanah Suci pada 4 Juni 2023. 

“Saya bahagia bisa berangkat. Alhamdulillah masih sehat,” kata dia.

Mak Mut meyakini dirinya siap untuk menunaikan ibadah haji. Ia mengaku sudah menjalani berbagai pemeriksaan kesehatan. Fisiknya masih dianggap kuat untuk ibadah di Tanah Suci.  

Perempuan yang kini memiliki tujuh anak, 20 cucu, dan 14 cicit, itu pun tak banyak memiliki kekhawatiran. Meski berangkat seorang diri dari rumah, ia meyakini petugas haji dari Kabupaten Tasikmalaya akan menuntunnya saat menjalani ibadah di Arab Saudi. 

“Nanti ada yang menuntun lansia dari kantor (Kemenag),” ujar Mak Mut. 

Anak Mak Mut, Suartika (44 tahun), mengatakan orang tuanya itu sudah sangat ingin menunaikan ibadah haji sejak lama. Keinginan itu mungkin sudah dimiliki orang tuanya sejak muda. Namun, nasib membawa orang tuanya baru dapat pergi ke Tanah Suci di usia senja.

Menurut dia, Mak Mut bersama almarhum ayahnya mendaftar untuk pergi haji pada 2017. Ketika itu, usia Mak Mut sudah 97 tahun. Uang untuk mendaftar haji itu diperoleh dari hasil jual sawah dan kolam ikan. 

Namun, pada akhir 2017 ayahnya meninggal dunia. Keinginan Mak Mut untuk pergi haji bersama suaminya pun pupus. Meski begitu, Mak Mut tetap bertekad untuk pergi menunaikan ibadah haji. 

“Sebenarnya (Mak Mut) harusnya pergi pada 2021. Namun terhalang pandemi Covid-19,” kata anak keenam dari tujuh bersaudara itu.

Meski harus tertunda dua tahun, Suartika menilai semangat ibunya untuk pergi haji tak pernah padam. Bahkan, seluruh kegiatan bimbingan manasik diikuti ibunya tanpa pernah absen, kecuali kegiatan manasik terakhir karena kondisi Mak Mut kurang fit. 

Menurut dia, ibunya itu masih sehat dari segi fisik. Mak Mut masih bisa berjalan dengan normal. Hanya penghilatan dan pendengaran Mak Mut yang mulai terganggu karena usia tak lagi muda. Namun, pihak keluarga tetap terus mendukung Mak Mut untuk menggapai cita-citanya itu. 

Kini, Mak Mut telah mendapatkan jadwal untuk berangkat ke Tanah Suci. Seluruh persiapan pun telah dilengkapi untuk bisa menunaikan ibadah haji.  

“Kami sangat mendukung. Semoga di sana tetap sehat dan selamat sampai kembali lagi,” kata Suartika. 

Sebelumnya, Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kemenag Kabupaten Tasikmalaya, Yayat Kardiyat, mengatakan terdapat 1.514 calhaj yang akan berangkat dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun ini. Sekitar 20 persen di antaranya merupakan lansia. 

“Kalau dari Kabupaten Tasikmalaya, hanya 20 persen calhaj lansia. Usia paling tua dari Kabupaten Tasikmalaya 103 tahun,” kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (17/5/2023).

Menurut Yayat, pihaknya telah menyiapkan penanganan untuk para calhaj lansia agar dapat menjalani ibadah haji dengan lancar. Apalagi, tagline penyelenggaraan haji tahun ini bertema haji berkeadilan dan ramah lansia, lantaran hampir 40 persen calhaj dari Jawa Barat (Jabar) adalah lansia.

“Kami juga sudah siapkan pembimbing yang sudah terlatih dalam menangani lansia,” kata dia.

IHRAM

Lima Amalan yang Pahalanya Setara dengan Ibadah Haji

Haji merupakan amalan ibadah yang paling utama setelah jihad di jalan Allah Ta’ala. Amal ibadah yang membutuhkan harta, kesehatan, dan persiapan yang matang untuk melaksanakannya. Terlebih lagi di Indonesia, haji membutuhkan masa tunggu yang tidaklah sebentar. Di sebagian daerah, bahkan kita dapati memiliki masa tunggu sampai 30 tahun lamanya.

Tidak mengherankan bila kita sering mendengar seseorang telah Allah Ta’ala panggil dan Allah wafatkan terlebih dahulu, sedangkan ia belum sempat melaksanakan haji yang didambakannya. Selain faktor masa tunggu yang lama, kondisi badan yang tak lagi prima, dan keterbatasan harta, juga menjadi penghalang seseorang sehingga ia belum dimampukan untuk melaksanakannya.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya telah mensyariatkan beberapa amal ibadah yang jika dilakukan oleh seorang hamba, maka pahalanya dapat menyamai pahala haji ataupun umrah. Amalan-amalan yang perlu untuk kita ketahui, lalu kita amalkan. Sehingga bisa menjadi tabungan amal kita di akhirat nanti.

Perlu kita garis bawahi, maksud dari amalan-amalan yang setara dengan ibadah haji ini adalah setara dalam hal pahala dan balasan, bukan pada pengesahan, pencukupan, dan pengguguran kewajiban sebuah ibadah. Kewajiban haji tidak akan gugur dari seseorang yang telah mampu serta tidak memiliki penghalang, meskipun ia telah melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan ibadah haji ini.

Saat seseorang benar-benar sudah tidak mampu melaksanakan ibadah haji karena adanya penghalang, baik itu karena sakit, adanya wabah, ataupun penghalang-penghalang lainnya, maka melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji ini lebih ditekankan untuk dilakukan. Lalu, amalan apa saja yang akan memberikan seorang hamba pahala yang setara dengan pahala ibadah haji ini?

Pertama: Niat yang tulus untuk menunaikan ibadah haji

Niat yang tulus memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ibadah seorang hamba. Diriwayatkan dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا مع النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ في غَزَاةٍ، فَقالَ: إنَّ بالمَدِينَةِ لَرِجَالًا ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إلَّا كَانُوا معكُمْ؛ حَبَسَهُمُ المَرَضُ. وفي رواية: إلَّا شَرِكُوكُمْ في الأجْرِ

“Kami berada bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peperangan. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang kalian tidaklah menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-orang tadi ada besertamu (yakni sama-sama memperoleh pahala). Mereka itu terhalang oleh sakit (maksudnya uzur karena sakit, sehingga andaikan tidak sakit pasti ikut berperang).’”

Dalam salah satu riwayat dijelaskan, “Melainkan mereka (yang tertinggal dan tidak ikut berperang) berserikat denganmu dalam hal pahala.” (HR. Muslim no. 1911)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadis ini terdapat keutamaan niat untuk melakukan kebaikan. Dan sesungguhnya bagi siapapun yang berniat ikut berperang ataupun melakukan amal kebaikan lainnya, lalu ia mendapati uzur yang menghalanginya (dari melakukan amal tersebut), maka ia tetap mendapatkan pahala atas apa yang telah ia niatkan.” (Syarh Shahih Muslim)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal yang semakna,

من سألَ اللَّهَ الشَّهادةَ صادقًا بلَّغَه اللَّهُ منازلَ الشُّهداءِ وإن ماتَ علَى فراشِه

“Barangsiapa memohon dengan jujur kepada Allah agar mati syahid, maka Allah akan sampaikan ia kepada kedudukan para syuhada walaupun ia mati di atas ranjangnya.” (HR. Abu Dawud no. 1520)

Sungguh Allah Ta’ala tidak akan membiarkan niat tulus yang datang dari seorang dalam hal ibadah dan amal. Allah Ta’ala menilai seseorang berdasarkan apa yang ada di hatinya dan apa yang diniatkannya.

Kedua: Menjaga salat lima waktu secara berjemaah di masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن خرَجَ مِن بيتِه متطهِّرًا إلى صلاةٍ مكتوبةٍ، فأجْرُه كأجرِ الحاجِّ المُحرِمِ، ومَن خرَجَ إلى تسبيحِ الضُّحى لايُنصِبُه إلَّا إيَّاهُ، فأجْرُه كأجرِ المُعتمِرِ، وصلاةٌ على أثَرِ صلاةٍ لا لَغْوَ بينَهما كتابٌ في عِلِّيِّينَ

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk salat wajib berjemaah, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan sedang berihram. Dan siapa saja yang keluar untuk salat sunah Duha yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (yang melakukan) salat setelah salat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang saleh).” (HR. Abu Daud no. 558)

Baca juga: Apakah Shalat Jama’ah Wajib di Masjid?

Ketiga: Umrah di bulan Ramadan

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru saja kembali dari hajinya, beliau bertanya kepada Ummu Sinan Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha,

ما مَنَعَكِ مِنَ الحَجِّ؟

“Apa yang menghalangimu untuk menunaikan haji?”

Perempuan tersebut menjawab,

أبو فُلَانٍ -تَعْنِي زَوْجَهَا- كانَ له نَاضِحَانِ، حَجَّ علَى أحَدِهِمَا، والآخَرُ يَسْقِي أرْضًا لَنَا

“Bapak si fulan, yang ia maksud suaminya, memiliki dua ekor unta yang salah satunya sering digunakan untuk menunaikan haji, sedangkan unta yang satunya lagi digunakan untuk mencari air minum buat kami.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

فإنَّ عُمْرَةً في رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً -أوْ حَجَّةً مَعِي-.

“Umrah pada bulan Ramadan sebanding dengan haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)

Keempat: Zikir setelah salat

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

جاءَ الفُقَراءُ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقالوا: ذَهَبَ أهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأمْوالِ بالدَّرَجاتِ العُلا، والنَّعِيمِ المُقِيمِ يُصَلُّونَ كما نُصَلِّي، ويَصُومُونَ كما نَصُومُ، ولَهُمْ فَضْلٌ مِن أمْوالٍ يَحُجُّونَ بها، ويَعْتَمِرُونَ، ويُجاهِدُونَ، ويَتَصَدَّقُونَ، قالَ: ألا أُحَدِّثُكُمْ إنْ أخَذْتُمْ أدْرَكْتُمْ مَن سَبَقَكُمْ ولَمْ يُدْرِكْكُمْ أحَدٌ بَعْدَكُمْ، وكُنْتُمْ خَيْرَ مَن أنتُمْ بيْنَ ظَهْرانَيْهِ إلَّا مَن عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وتَحْمَدُونَ وتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاةٍ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، فاخْتَلَفْنا بيْنَنا، فقالَ بَعْضُنا: نُسَبِّحُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونَحْمَدُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونُكَبِّرُ أرْبَعًا وثَلاثِينَ، فَرَجَعْتُ إلَيْهِ، فقالَ: تَقُولُ: سُبْحانَ اللَّهِ، والحَمْدُ لِلَّهِ، واللَّهُ أكْبَرُ، حتَّى يَكونَ منهنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاثًا وثَلاثِينَ.

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata, ‘Orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang tiada hingga. Mereka (orang-orang kaya) salat sebagaimana kami salat, puasa sebagaimana kami puasa. Namun, mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad, serta bersedekah.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, ‘Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya menjadi terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir salat sebanyak tiga puluh tiga kali.’

(Abu Hurairah mengatakan), “Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.’” (HR. Bukhari no. 843)

Kelima: Menghadiri majelis ilmu dan mengajarkannya

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن غدا إلى المسجدِ لا يُرِيدُ إلَّا أن يتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان له كأجرِحاجٍّ تامًّا حجَّتُه

“Barangsiapa berangkat ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk mempelajari satu kebaikan atau mengetahui ilmunya, maka ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna.” (HR. Thabrani 8: 111 dan dihukumi hasan sahih oleh Syekh Albani dalam kitabnya Shahih At-Targib)

Semoga Allah Ta’ala menuliskan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang diberi kesempatan untuk berhaji dan mengunjungi rumah-Nya yang penuh dengan kemuliaan, menakdirkan kita untuk menjadi salah satu manusia yang bisa merasakan nikmatnya wukuf di padang Arafah, berjalan-jalan di antara tenda-tenda Mina, dan merasakan langsung atmosfer Makkah yang penuh kerinduan.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84818-lima-amalan-yang-pahalanya-setara-dengan-ibadah-haji.html

Latihan Manasik Haji Jangan Hanya Ceramah

Latihan manasik biasakan jamaah praktik rangkaian ibadah haji

Kementerian Agama (Kemenag) melakukan manasik haji dan lebih fokus pada praktek bukan hanya sekadar ceramah, di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

“Saya minta ke depan, manasik haji tidak lagi diisi dengan ceramah-ceramah karena jamaah sudah paham dengan materi,” kata Kepala Kemenag Sulut H Sarbin Sehe, di Manado, Ahad (14/5/2023).

Jika hanya ceramah, maka tidak akan memberi manfaat yang besar kepada jemaah, mereka butuh praktek seperti memakai pakaian ihram, latihan berwukuf, melontar jumrah dan lainnya.

Sarbin mengatakan pihaknya meminta agar kebiasaan-kebiasaan pembinaan manasik haji dengan metode ceramah harus dikurangi dan lebih diperbanyak dengan praktek manasik di masjid atau lapangan.

Sehingga, katanya, calon jemaah haji bisa langsung menjawab keraguan dan kekurangpahaman jamaah mengenai tata cara ibadah haji.

“Sekali lagi saya ingatkan kepada para Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, para Kepala Seksi PHU dan semua fasilitator di Bidang PHU agar serius memperhatikan hal ini sehingga ketika tiba di tanah suci, jemaah sudah punya bekal yang cukup yang membantu mereka untuk lebih khusuk dan memaknai ibadah haji mereka,” pungkas Kakanwil.

Hadir mendampingi Kakanwil dalam kegiatan ini Kepala Kemenag Kota Bitung H. Yahya Pasiak, JFT Bidang PHU Wahyudin Ukoli dan Ismoedjiono serta Kasie PHU Kemenag Kota Bitung Irfan Djabli.

sumber : Antara

Kemenkes Imbau Jamaah Haji Waspadai Penularan MERS-CoV

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta jamaah haji untuk mewaspadai penularan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). Jamaah pun diimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) selama menjalani ibadah haji.

“Walaupun MERS-CoV belum menjadi kegawatdaruratan kesehatan, namun jamaah haji Indonesia harus tetap mewaspadai penularannya,” ujar Sekretaris Jenderal Kemenkes, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/5/2023).

MERS-CoV bermula di Timur Tengah, yang merupakan turunan dari virus corona (Covid-19). Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit sistem pernapasan dan menimbulkan kematian.

Sampai saat ini disampaikan masih belum ada vaksin spesifik untuk mencegah infeksinya. Adapun cara penularan MERS-CoV melalui kontak langsung dengan penderita, melalui percikan dahak (droplet) saat pasien bersin.

Mengingat sampai saat ini belum ada vaksin spesifik untuk mencegah infeksi MERS-CoV ini, Sekjen Kunta mengatakan PHBS masih efektif untuk mencegah penularannya.

Jamaah haji diharapkan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau dengan disinfektan. Selain itu, penting juga untuk memakai masker saat beraktifitas terutama di kerumunan, serta menutup hidung dan mulut bila bersin dan batuk.

Selanjutnya, ia menyebut jika jamaah haji memiliki masalah kesehatan diharapkan dapat segera melakukan konsultasi dengan petugas kesehatan.

“Kami berharap jamaah haji terus menerapkan protokol kesehatan, menjaga kondisi tubuh dengan istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang bergizi. Jika tubuh sehat maka ibadah haji pun lancar,” kata Sekjen Kunta.

Sejalan dengan kewaspadaan MERS-CoV, jamaah haji juga disebut perlu mewaspadai Covid-19. Meski penyakit ini sudah tidak lagi berstatus darurat kesehatan global, tetapi kasus barunya masih bermunculan hingga saat ini.

Oleh karena itu, jamaah haji diimbau untuk melengkapi vaksinasi Covid-19. Vaksinasi dosis lengkap sangat penting dalam memutus rantai penyebaran infeksi tersebut. 

IHRAM

Arab Saudi Umumkan Daftar Vaksin Bagi Jamaah Haji 2023

Beberapa vaksin yang diperlukan untuk mereka yang datang dari luar Arab Saudi.

Pelaksanaan ibadah haji 2023 semakin dekat. Otoritas kesehatan Arab Saudi mendesak jamaah domestik dan luar negeri yang akan berpartisipasi tahun ini untuk mendapatkan vaksin, baik wajib dan tidak.

Kementerian Kesehatan Kerajaan telah menyebut vaksin-vaksin antara lain vaksinasi penuh terhadap Covid-19, vaksin anti-meningitis bagi mereka yang tidak mendapatkannya dalam lima tahun terakhir, serta suntikan flu musiman.

Untuk jamaah haji dalam negeri, kementerian menyebut mereka perlu mendaftar untuk vaksinasi melalui aplikasi “Sehaty”, guna memastikan ziarah yang sehat dan aman.

Dilansir di Gulf News, Sabtu (6/5/2023), vaksinasi tersedia mulai saat ini hingga 10 hari sebelum dimulainya ritual haji. Adapun ibadah haji tahun ini dijadwalkan berlangsung pada akhir Juni.

Bagi jamaah haji luar negeri, mereka bisa mendapatkan vaksin di negara asalnya sebelum melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Beberapa vaksin yang diperlukan untuk mereka yang datang dari luar Arab Saudi termasuk demam kuning, virus polio dan Covid-19.

Ibadah haji adalah salah satu dari lima kewajiban Islam.  Arab Saudi mengatakan usia minimum untuk menunaikan ibadah haji tahun ini adalah 12 tahun, mengingat jumlah jamaah akan kembali ke masa pra-pandemi.

Kementerian Haji Saudi mengatakan prioritas untuk mendaftar haji tahun ini diberikan kepada umat Islam yang belum pernah melakukan haji sebelumnya.

Selain itu, Kerajaan Saudi juga mengatakan tidak akan ada batasan jumlah peziarah dari seluruh dunia untuk musim haji mendatang. Mereka menghapus pembatasan yang sebelumnya dibuat, yang dipicu oleh pandemi global.

Dalam dua tahun terakhir, Arab Saudi mengurangi jumlah umat Islam yang diperbolehkan menunaikan ibadah haji untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sekitar 2,5 juta Muslim biasanya menghadiri haji setiap tahun di masa pra-pandemi. Muslim, yang secara fisik dan finansial mampu melakukan haji, harus menunaikannya setidaknya sekali seumur hidup.

IHRAM