Jamaah Wajib Tahu Cara Pembayaran Dam, Ini Prosesnya

MADINAH – Kementerian Agama (Kemenag) segera mensosialisasikan sistem informasi proses pembayaran dam. Dengan demikian mereka tidak salah ketika menentukan lokasi yang disediakan pemerintah Arab Saudi.

Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Siskohat Ramadhan, Harisman di Sysisyah mengatakan, upaya ini dilakukan mengingat mulai banyaknya jamaah yang menanyakan sistem pembayaran dam.

“Kepala sektor atau kepala rombongan nanti akan mempertegas hal ini kepada jamaah,” kata Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Siskohat, Ramadhan Harisman di Sysisyah, Makkah, Sabtu (4/8/2018).

Pada musim haji tahun lalu, pemerintah Arab Saudi mengarahkan pembayaran dam ke gerai yang dikelola Bank ar-Rajhi. Tetapi, tahun ini, selain bank tersebut pembayaran juga dapat dilakukan melalui kantor pos.

Islamic Development Bank juga menyediakan program Adhahi yang memfasilitasi penyembelihan hewan dam. Lokasi program itu berada di Mina.

Program ini sementara baru dilakukan jamaah haji khusus dengan sistem kolektif. Sebagian hewan dam yang disembelih akan dikirim ke Indonesia.

“Biaya pengiriman dam ini dikoordinasikan dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH),” kata Ramadhan.

Proses pembayaran dam kolektif ini akan menjadi acuan pembayaran dam jamaah haji reguler tahun depan.

Nantinya akan ada penilaian, evaluasi, dan uji kelayakan. Jika cocok, sistem itu akan diterapkan untuk jamaah haji reguler.

Meski begitu, salah satu kesulitan yang dialami jamaah haji Indonesia ialah tak semua jamaah haji menjalankan haji tamattu.

Ada juga yang berani melaksanakan haji ifrad meskipun tidak banyak. Selain itu, dam tidak hanya berupa pemotongan hewan. Ada juga yang berpuasa. “Nah ini nanti akan kita atur,” kata dia.

OKEZONE

Antara Gadget dan Kekhusyukan Ibadah Haji

AZAN Magrib mulai berkumandang. Masjid Nabawi begitu sesak oleh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia sore itu. Riuh ramai Kota Madinah sejenak hening dan toko-toko pun mulai menutup gerainya untuk sesaat.

Kehadiran jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mulai dirasakan sejak tiga pekan ini. Padatnya jamaah pun membuat polisi setempat harus bekerja ekstraketat. Pemandangan di area Masjid Nabawi ini memang tidak seperti biasanya. Mereka juga tak segan-segan menegur jamaah bandel karena tidak menghiraukan panggilan salat.

Di saat Muslim lainnya tengah beribadah, ada seorang jamaah yang harus berurusan dengan pihak keamanan setempat lantaran bandel kedapatan sedang membeli pulsa ponsel di salah satu gerai sekitaran masjid.

Ia terlihat panik bukan karena terlambat salat berjamaah, tetapi karena handphone (HP) miliknya tidak bisa digunakan, sementara panggilan salat sudah di depan mata. Tentu ini bukanlah pemandangan elok ketika berada di Tanah Haram.

Itulah potret nyata yang terjadi ketika berada di Tanah Suci. Banyak jamaah Indonesia ketika beribadah justru menyibukkan diri dengan gadget-nya. Bahkan, tidak sedikit jamaah Indonesia yang harus rela berjam-jam ikut antrean di gerai pulsa untuk isi ulang paket data.

Ada juga yang datang ke gerai untuk minta diaktifkan nomor lokal Arab Saudi hingga mencari petugas haji Indonesia untuk menjadi penerjemah bahasa ke toko milik orang Arab.

Karmudin, jamaah asal Tasikmalaya, contohnya. Ketika ditemui petugas, ia tampak bingung. Ponsel yang baru saja dibeli dari salah satu toko dekat Masjid Nabawi tidak berfungsi dengan baik.

Dia mencari petugas untuk meminta bantuan agar ponselnya berfungsi dengan baik. Menurut pengakuannya, setiba di Tanah Suci, ia belum juga memberi kabar ke kampung halaman. Aplikasi WhatsApp-nya tidak bisa digunakan.

Perkaranya, ponsel yang dibeli itu tidak memiliki e-mail atau surat elektronik. Sehingga harus terlebih dahulu mengunduh di Google Playstore.

“Bapak mau pakai WA, harus punya e-mail dulu,” kata Firzan Syahroni, petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daker Madinah, “Email-nya kayak apa itu? E-mail itu, cewek atau laki?” tanya Karmudin.

Mendengar kepolosan jamaah tersebut, petugas hanya tersenyum sambil menjelaskan apa itu e-mail yang dimaksud. Terlihat sekali jamaah ini belum pernah menggunakan gadget, bahkan ketika di Tanah Air.

Berbeda ketika di Tanah Suci, menurut dia, gadget menjadi begitu penting. Sehingga, ia harus merelakan uangnya Rp1,6 juta untuk membeli ponsel yang tidak diketahui keasliannya.

Berbeda dengan Karmudin, jamaah lain asal Malang yakni Sugeng mengaku sudah menggunakan gawai (gadget) sejak di Tanah Air. Dia pun tidak mengalami kesulitan menggunakannya. Sugeng memanfaatkan gadget untuk sekadar berfoto-foto atau berbicara dengan keluarga melalui layanan voicecall dan videocall.

Potret manusia modern yang menganggap gadget sebagai bagian dari jiwanya bukan hanya dari jamaah Indonesia. Negara lain seperti India, Turki, Bangladesh, Malaysia, Afrika, Thailand, Filipina, dan China juga tidak mau ketinggalan berebut posisi berlomba-lomba mengabadikan foto mereka alias selfie. Ada juga yang sibuk membalas pesan WhatsApp, videocall, bahkan mendengarkan musik di dalam masjid.

Fenomena ini bukanlah hal baru, bagaimana gadget menjadi sebuah kebutuhan yang hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan, gadget seperti menjadi ketergantungan para jamaah ketika berada di Tanah Suci.

Betapa teknologi ini mampu mengubah gaya hidup manusia. Tidak dimungkiri benda ini diciptakan tanpa kenal batas, baik batas usia maupun jenis kelamin. Siapa pun bisa memiliki gawai asal mampu membeli. Siapa saja bisa mengaksesnya asal bisa mengerti caranya.

Mudah dibawa ke mana-mana, disimpan dalam saku atau genggaman tangan pun akan terasa ringan. Sehingga, tidak heran bila anak-anak zaman sekarang banyak yang keranjingan benda tersebut.

Imam Masjidil Haram Menangis

Dalam sebuah kisah, Imam Besar Masjid Al Haram Syeikh Abdurrahman Assudais di suatu masa ketika mengimami salat berjamaah di depan Kakbah, Beliau mendengar suara alunan musik nada dering salah satu gawai milik seorang jamaah yang menjadi makmum di belakangnya.

Selesai salat, Beliau bangkit sambil menangis dan berkata kepada jamaah tersebut. “Saya belum pernah mendengar musik di rumah saya, tetapi kenapa hari ini saya mendengar musik di rumah Allah,” ujarnya sedih.

Dia mengibaratkan pemain sepakbola tidak ada satu pun yang membawa benda yang dinamakan gadget itu masuk lapangan ketika bertanding. Mereka para pemain hanya cukup fokus pada permainannya.

Apakah penting keberadaan handphone ketika memasuki rumah Allah atau masjid? Apakah juga lapangan bola lebih mulia daripada masjid? Atau, apakah bermain bola itu lebih fokus atau khusuk daripada salat?

Pertanyaan tersebut seharusnya bisa dijawab oleh jutaan umat Islam yang tengah beribadah di Tanah Haram. Sebab, tidak sedikit manusia di dunia ini yang ketika memasuki Masjidil Haram atau Masjid Nabawi justru sibuk dengan gawainya ketimbang khusyuk beribadah.

Dia mengibaratkan pemain sepakbola tidak ada satu pun yang membawa benda yang dinamakan gadget itu masuk lapangan ketika bertanding. Mereka para pemain hanya cukup fokus pada permainannya.

Apakah penting keberadaan handphone ketika memasuki rumah Allah atau masjid? Apakah juga lapangan bola lebih mulia daripada masjid? Atau, apakah bermain bola itu lebih fokus atau khusuk daripada salat?

Pertanyaan tersebut seharusnya bisa dijawab oleh jutaan umat Islam yang tengah beribadah di Tanah Haram. Sebab, tidak sedikit manusia di dunia ini yang ketika memasuki Masjidil Haram atau Masjid Nabawi justru sibuk dengan gawainya ketimbang khusyuk beribadah.

Pendapat Ulama

Sementara menurut pendapat Konsultan Pembimbing Ibadah Haji Akhmad Kartono, sah-sah saja orang beribadah membawa HP ke dalam masjid untuk sekadar eksis alias berfoto-foto. Akan tetapi secara hukum agama, jangan sampai kegiatan ibadah yang menjadi keutamaan dikalahkan dengan kegiatan dengan hal-hal yang justru tidak penting.

“Secara hukum dibolehkan, tidak ada masalah ya untuk kenang-kenangan. Tetapi, jangan menjadi tujuan utama, karena ini justru akan mengganggu dari kegiatan ibadah,” kata Kartono kepada Okezone di Madinah, Minggu (5/8/2018).

Menurut dia, Pemerintah Arab Saudi sendiri sulit mencegah maraknya teknologi. Walaupun sebelumnya memang ada larangan keras.

Namun demikian, hal ini harus menjadi perhatian semua pihak. “Satu hal yang harus dihindari adalah sifat ria. Karena apa? Rasulullah sendiri ketika niat untuk memasuki ihram, Beliau mengatakan, ‘Saya melaksanakan ibadah tidak untuk didengar orang lain, tidak untuk pamer-pamer ibadah, dan tidak untuk membangga-banggakan ibadah kita’,” tuturnya.

Saya secara pribadi mengimbau agar kegiatan ibadah menjadi keutamaan. Sementara kegiatan foto-foto jangan dijadikan tujuan utama dan jangan sampai mengganggu jamaah lain juga.

OKEZONE

 

 

Alhamdulillah, aplikasi cek porsi haji sudah aktif kembali. Cek informasi akomodasi haji tahun ini. Install dari HP Android Anda

Jemaah Calon Haji Gelombang Kedua Diminta Lakukan Ini di Saudi

Tim Promotif Preventif (TPP) terus melakukan penyuluhan kesehatan kepada para jemaah calon haji yang telah tiba di Tanah Suci. Tim yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan itu memastikan jemaah calon haji Indonesia tidak mengalami masalah kesehatan selama beribadah.

“Pagi tadi teman-teman kita melakukan penyuluhan edukasi masalah kesehatan terhadap jemaah haji LOP 10 –Lombok,” ujar Kabid Kesehatan Arab Saudi, Melzan Dharmayuli di Makkah, Jumat (3/8/2018).

Pada penyuluhan di gelombang kedua kloter LOP-10 itu juga dihadiri oleh tim Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Mereka memantau dan ikut memberikan penyuluhan kepada jemaah calon haji Indonesia.

“Hal yang menarik, apa yang disuluhkan Kemenkes Arab Saudi juga sama dengan yang sedang kita suluhkan. Jadi perhatian kita kepada jemaah juga sama. Sesuatu hal yang sederhana yang sudah bisa dilakukan. Jemaah di sini diingatkan kembali tentang kesehatan oleh kita juga Kemenkes Arab Saudi,” terang Melzan.

Materi penyuluhan itu antara lain jemaah harus gunakan penutup kepala, seperti payung, topi, atau sorban untuk mengurangi paparan sinar matahari dan memakai masker saat beraktivitas di luar pondokan.

Selain itu, jemaah calon haji juga diimbau banyak minum, rajin makan buah dan sayur, dan menggunakan alas kaki. Jemaah juga diingatkan untuk rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta dari toilet, juga diingatkan untuk tidak jajan sembarangan.

“Semua jemaah antusias mendengarkan penyuluhan dari Kemenkes Indonesia dan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi,” kata Melzan.

LIPUTAN6

Buta, CJH Asal Mojokerto Ini Tetap Semangat

Meski mengalami kebutaan sejak empat tahun lalu, Sukamat (65), Calon Jemaah Haji (CJH) asal Desa Kepuhpandak, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto ini tetap semangat berangkat ke Tanah Suci Makkah dan Madinah.

Sukamat akan berangkat bersama istrinya, Jumaning bersama CJH asal Kabupaten Mojokerto yang tergabung dalam kloter 75. Sukamat akan berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan rukun Islam ke 5 tanggal 11 Agustus 2018 mendatang.

Sukamat bersama istrinya sudah mendaftarkan sebagai CJH asal Kabupaten Mojokerto sejak 9 tahun lalu. Ia menabung dari hasil menjual batu bata karena Sukamat dan istrinya, Jumaning merupakan perajin batu bata merah di desanya.

Namun berselang lima tahun setelah mendaftarkan diri sebagai CJH, Sukamat tiba-tiba merasa pandangannya semakin kabur. Hingga akhirnya Sukamat mengalami kebutaan hingga saat ini. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangatnya pergi haji.

“Sebelum berangkat ke Tanah Suci, saya biasa belajar jalan-jalan di sekitar rumah. Nanti di sana (Tanah Suci, red), ada istri saya yang membantu. Karena nanti rencananya saya pakai kursi roda biar mudah,” ungkapnya, Sabtu (28/7/2018). [beritajatim]

INILAH.com

Mitos Sesat dan Foto-foto Bertebaran di Jabal Rahmah

Mekah – Jabal Rahmah, bukit kecil di tengah padang Arafah selalu menyita perhatian sebagian jemaah haji maupun umrah. Beredar mitos sesat seputar bukit ini sampai-sampai pemerintah Arab Saudi membuat plang besar khusus sebagai bentuk pelurusan.

Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat pertemuan pertama kali Nabi Adam dan Hawa setelah terpisah ratusan tahun di dunia. Jabal Rahmah yang berupa bukit kecil setinggi kurang lebih 70 meter, memudahkan keduanya bertemu karena tampak menjulang di tengah padang Arafah.

Jabal Rahmah masa kini sudah mendapatkan sentuhan zaman modern. Dikunjungi detikcom pada Minggu (29/7), tampak ada anak tangga yang menghubungkan dasar bukit sampai bagian puncak. Di sekeliling bukit ini dibeton untuk keperluan lahan parkir.

Posisi Jabal Rahmah di padang Arafah juga tidak semenonjol di masa kuno di mana Arafah murni berupa padang gurun. Kini terdapat banyak pohon — di antaranya pohon Soekarno — yang ditanam dalam jarak yang teratur oleh Kerajaan Arab Saudi sehingga padang Arafah tak tampak sepenuhnya lagi seperti padang lepas.

Kembali ke Jabal Rahmah, entah karena sebab apa, kemudian beredar mitos-mitos tanpa dasar mengenai bukit ini. Banyak sekali jemaah sampai memaksakan diri mendatangi bukit batu ini saat wukuf di Arafah.

Tak hanya itu, ada jemaah-jemaah haji yang mengharuskan dirinya sendiri untuk mengusap sesuatu di puncak bukit. Bahkan ada pula yang sampai menuliskan sesuatu karena anggapan dapat mengabulkan doa.

Kerajaan Arab Saudi pun turun tangan dan membuat plang pengumuman besar di bawah bukit. Pada intinya, Kerajaan Saudi meminta jemaah untuk tidak mengkultuskan Jabal Rahmah saat wukuf. Karena wukuf itu bisa dilakukan di seluruh titik yang ada di Padang Arafah. Isi pesan disampaikan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Turki.

Begini bunyinya:

Nabi Anda tercinta Mohammed SAW tidak datang ke sini kecuali Arafah dan beliau tidak naik ke gunung. Beliau bersabda ‘Arafah semuanya tempat untuk wukuf’. Begitu pula nabi SAW tidak memerintahkan untuk mengusap sesuatu yang ada di gunung atau pohon-pohon, atau mengikatnya. Dan beliau tidak memerintahkan sholat di atas gunung, menulis di batu, atau membangun sesuatu di atas gunung. Wahai saudaraku jemaah haji, ikutilah sunnah nabimu SAW bersabda: Ikutilah cara ibadah haji kamu dari aku. Semoga Allah menerima haji kita semuanya.

Pesan-pesan serupa juga dipasang di tugu yang ada di puncak Jabal Rahmah. Bedanya di puncak bukit, kerajaan Saudi menyertakan keterangan gambar.

Ada hal menarik yang dijumpai di puncak Jabal Rahmah. Sangat banyak foto-foto bertebaran di sana-sini.

Sebagian besar foto berukuran 4 x 6 meski ada pula yang menaruh foto berukuran lain. Ada pula yang meletakkan dua foto dalam satu kantong plastik transparan.

Jemaah haji Indonesia tentunya juga diingatkan untuk tidak perlu ke Jabal Rahmah saat wukuf di Arafah. Kondisi yang desak-desakan dan berjubel akan membahayakan jemaah.

Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mengimbau agar jemaah tetap berada di dalam tenda selama wukuf. Suhu pada hari H tanggal 20 Agustus 2018 yang bisa mendapat 53 derajat celcius, membuat jemaah rawan terkena dehidrasi saat terpapar matahari langsung.
DETIK

Berangkat Melalui Jalur Ilegal, 116 WNI Calon Haji Ditangkap Pihak Keamanan Arab Saudi

Sebanyak 116 warga negara Indonesia dipulangkan bertahap ke Tanah Air, setelah mencoba berangkat haji melalui jalur illegal.

Dilansir Banjarmasinpost.co.id, Konsul Jenderal RI di Jeddah Arab Saudi, Mohammad Henry mengatakan 116 WNI yang berhaji secara illegal itu, ditangkap otoritas keamanan Arab Saudi di hotel yang ada di kawasan Misfalah, Mekkah, Jumat (27/7/2018).

“Beberapa sedang menunggu penerbangan, 32 sudah dideportasi dan 72 akan dipulangkan besok. Lainnya berangsur hingga Sabtu besok supaya sudah selesai semua,” kata Henry di ruang Media Center Haji di Mekkah, Kamis (2/8/2018).

Sebagian besar WNI itu tergolong muda karena tahun kelahiran 1970-an dan 1980-an.

Adapun asal WNI tersebut, menurut Mohammad Henry, terbanyak dari Lombok, Madura, Banjar, dan Jawa Barat.

116 WNI yang ditangkap keamanan Arab Saudi itu berupaya berhaji secara ilegal dengan memanfaatkan visa nonhaji, yaitu visa kerja, visa umrah, visa ziarah, visa bisnis, dan visa kunjungan keluarga.

Padahal untuk melakukan ibadah haji dibutuhkan visa khusus yakni visa haji.

Kementerian Agama mengusut kemungkinan adanya keterlibatan travel umrah resmi dalam pemberangkatan 116 WNI tersebut.

“Jika terbukti ada WNI yang menggunakan visa umrah dan dia overstay, maka kita lacak hal tersebut kesalahan PPIU atau jemaah,” ujar Nizar Ali di Kantor Daerah Kerja (Daker) baru Makkah di kawasan Syisyah, Makkah.

“Kalau kesalahan PPIU akan kita cabut izin operasionalnya,” sambung Nizar didampingi Kabiro Humas Data dan Informasi Mastuki.

WNI yang berhaji melalui jalur illegal bukan pertama kali, sebelumnya pada 3 Oktober 2016 lalu, sebanyak 106 anggota jemaah haji asal Indonesia terdiri atas 27 pria dan 79 wanita juga tertangkap di Filipina, dilansir TribunWow.com dari Kompas.com (6/10/2016).

Mereka melakukan memalsukan identitas dengan paspor Filipina, karena terbatasnya kuota haji di Indonesia.

Retno Marsudi, selaku Menteri Luar Negeri Indonesia mengungkapkan proses pemulangan WNI yang berada di Filipina selesai pada 10 Oktober 2016 lalu. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)

TRIBUN NEWS

 

Pelaku Kejahatan Sasar Jemaah Haji Lansia, Ini Tips Mencegahnya

Mekah – Tiap tahun penyelenggaraan ibadah haji, ada saja laporan mengenai jemaah yang menjadi korban kejahatan. Ada tips pencegahan efektif secara kolektif agar penjahat tak memiliki ruang gerak.

Kabid Perlindungan Jemaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Jaitul Muchlis mengatakan dari sekian banyak kejadian terhadap jemaah, ada pola khusus. Pelaku menyasar jemaah usia lansia.

“Jadi gini, orang yang menjadi sasaran kriminal, pertama dilihat dari usia. Coba lihat, lansia, lumayan berumur. Kemampuan fisik sudah tidak prima, dan pasti berkecenderungan terpisah dari rombongan,” ujar Jaitul di kantor Daker Mekah, Minggu (5/8/2018).

Jaitul mengatakan, rombongan pasti memiliki kecenderungan berjalan lebih cepat daripada jemaah lansia. Dari sini peluang jemaah lansia itu tertinggal dan kemudian menjadi sasaran penjahat terbuka.

“Rombongan besarnya berjalan cepat. Satu menit bisa 10 langkah, sedangkan yang tua hanya dua sampai tiga langkah. Kan beda,” ujar Jaitul.

Jaitul meminta anggota rombongan jemaah yang lain untuk memperlambat langkah. Dengan begitu jemaah lansia tetap berada dalam rombongan.

“Cobalah yang masih sehat dan prima tadi mengalah. Langkah kakinya diperlambat, sehingga bisa mengimbangi langkah mereka yang sudah tua,” ujar Jaitul.

“Egoisme jemaah juga harus dilunturkan. Mereka beribadah bukan semata-mata melakukan ritual, tapi juga membantu jemaah. bahkan bisa jadi kemabruran mereka berasal dari kepedulian terhadap jemaah sekitarnya yang membutuhkan bantuan,” pungkasnya.

DETIK

Menjadi Mabrur

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengungkapkan, gelar haji mabrur dinikmati seorang yang mampu memenuhi syarat rukun dan wajib haji, serta menggunakan harta yang halal. Keikhlasan beribadah, kata dia, juga sangat penting dan menjadi perangkat utama dalam mendapatkan haji mabrur.

Seorang yang mendapat gelar mabrur, lanjut dia, akan terlihat perubahan yang drastis dibandingkan sebelum haji seperti lebih peduli pada ibadah, keluarga, masya rakat atau lingkungan. “Dia (haji mabrur) akan terlihat lebih takwa, tambah beriman, tambah santun,” kata Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (1 /8).

Persiapan untuk meraih gelar mabrur, kata Cholil, perlu adanya kesiapan secara jasmani, yaitu dengan melakukan ibadah sewajarnya dan tidak berlebihan, demi menjaga kestabilan kesehatan selama menunaikan haji. Sedangkan, secara rohani adalah mengikhlaskan niat karena Allah SWT dan tidak berambisi beribadah demi mendapatkan pujian atau kesombongan. Luruskan niat, tulus untuk menghadap Allah.

“Yang tak kalah penting, hindari riya karena itu mampu merusak pahala ibadah,” lanjut dia.

Kecanggihan teknologi dan media sosial menjadi salah satu godaan para jamaah saat menunaikan ibadah haji. Hal ini mengakibatkan banyaknya jamaah yang melakukan riya melalui foto yang mereka unggah saat berhaji. Kalau sah secara rukunnya dan wajibnya ibadah haji mereka mungkin terpenuhi, tapi kalau diterima tidaknya suatu ibadah itu patokannya adalah keikhlasan dan ketulusan kita saat beribadah.

“Dan, yang merusak itu adalah riya atau pamer,” jelas Cholil.

Maka, hal yang sekiranya mengarah ke pamer itu sebaiknya dihindarkan dulu. Kalau sekadar informasi kepada keluarga sendiri itu masih boleh, atau mengabarkan kondisi saat ini juga masih diperbolehkan.

“Tapi, kalau misalnya update di sosmed atau hal yang sudah kita tahu dapat menyebabkan riya lebih baik ditahan dulu, tambah dia.

Direktur Haji Dalam Negeri Kementerian Agama Ahda Barori menambahkan, bagi umat Islam yang belum mampu menjalankan ibadah haji, dapat melatih diri dengan mening katkan ibadah wajib dan sunah dengan ikhlas. Menurut dia, segala ibadah yang didasari keikhlasan memiliki nilai tinggi di mata Allah SWT.

Haji ini bukan sesuatu yang diwajibkan, terlebih bagi mereka yang tidak mampu. Maka, dapat meng- gantinya dengan ibadah lain yang didasari dengan niat ikhlas kepada Allah, kata Ahda kepada Republika.

REPUBLIKA

Ikhlaskan Niat di Tanah Suci

Beribadah haji merupakan impian setiap Muslim di seluruh dunia. Tak sedikit orang yang diberikan kelebihan dalam materi ataupun kesehatan sehingga mampu menunaikan ibadah haji.

Tak sedikit pula yang harus menabung puluhan tahun untuk mewujudkan impian pergi ke Tanah Suci. Namun, tak jarang pula mereka yang mampu, tapi tidak mendapatkan peningkatan keimanan meski telah menunaikan haji lebih dari sekali.

Ahli Hadis dan Tafsir KH Ahsin Sakho menjelaskan, haji mabrur hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu melaksanakan kewajiban- kewajiban haji dan menjauhkan segala larangan. Dia menjelaskan, sejatinya mabrur berasal dari kata al-birr yang artinya baik atau bagus.

Haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan baik dan bagus dan mampu menjalankan kewajiban- kewajiban ibadah haji dan menjauhkan dari se gala larang annya, jelas Kiai Ahsin Sakho saat dihubungi Republika.co.id, belum lama ini.

Kiai Ahsin Sakho menjelaskan, haji dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebelum haji, saat proses haji berlangsung, dan setelah haji. Sebelum haji, calon jamaah haji sebaiknya mengisi kegiatan dengan persiapan dari sisi spiritual, yaitu niat yang ikhlas dan lurus karena Allah SWT.

Kiai Ahsin menegaskan, agar niat calon jamaah dapat terhindar dari rasa riya karena riya mampu merusak pahala ibadah. Yang paling penting itu niatnya ikhlas untuk memenuhi panggilan Allah SWT, kata dia.

Tanda-tanda haji mabrur, lanjut Kiai Ahsin, dapat dilihat dari persiapan yang baik dan khusyuk. Begitu pula saat menjalankan ibadah haji. Menurut dia, jika seorang mampu menghindar dari perbuatan buruk, seperti bertengkar, berkata kasar, atau perbuatan buruk yang berujung dosa, serta mampu menghayati setiap ibadah yang dilaksanakannya, hal itu dapat dikatakan sebagai tanda ha ji nya mabrur.

Menurut dia, seorang yang telah mendapat gelar mabrur akan menganggap ibadah bukan sebagai beban, melainkan justru menjadi sebuah kebutuhan.

“Tanda-tanda lain, setelah ibadah haji maka ibadahnya semakin bagus hubungan bermasyarakat juga semakin bagus, orientasi hidupnya juga lebih meng arah pada akhirat,” lanjut Kiai Ahsin.

Sedangkan, haji mardud atau haji yang ditolak adalah seorang yang berangkat haji menggunakan rezeki yang haram. Orang tersebut, kata Kiai Ahsin, dipastikan tidak akan diterima segala dosanya.

Selain itu, orang tersebut juga tidak menunjukkan perubahan positif dalam kehidupannya setelah pergi haji. Ibadah hajinya tidak memberikan dampak apapun dalam hidupnya bah kan ada yang justru ibadahnya jadi menurun, tambah dia.

REPUBLIKA

Esensi Ibadah Haji

Haji diibaratkan sebagai ibadah komplet karena melibatkan fisik, batin, dan materi. Pimpinan Ihaqi Ustaz Erick Yusuf menjelaskan, dalam ibadah haji terdapat banyak esensi yang dapat diraih dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari. Dia menjelaskan, esensi tersebut terkandung dalam setiap ibadah yang dilakukan selama berada di Tanah Suci.

Ihram contohnya. Ustaz Erick menjelaskan, kain ihram merupakan bentuk keikhlasan seseorang untuk melepaskan seluruh jabatan dan pangkatnya saat menghadap Allah SWT. Kain ihram juga memiliki esensi di mana seluruh makhluk dianggap sama di mata Allah SWT.

“Pembedanya hanyalah ketakwaan. Jadi, saat mengenakan ihram, tidak ada kesempatan untuk merendahkan orang lain atau menyombongkan diri,” kata Ustaz Erick saat dihubungi Republika.co.id, belum lama ini.

Selanjutnya, ibadah wukuf di Arafah.Saat berwukuf, manusia harus memahami bahwa tidak ada keinginan lain selain menyembah dan bertemu dengan Allah. Wukuf, kata ustaz Erick, sejatinya adalah melepaskan segala ketergantungan kita kepada apa pun selain Allah SWT. Begitu pula saat melakukan tawaf.

Tawaf memiliki esensi bahwa kehidupan selalu berputar, tetapi seberapa sering pun kehidupan berganti, manusia harus tetap berada di orbitnya masing-masing, dan tidak lepas dari jalan Allah.

“Orang yang pulang dari Tanah Suci dengan persepsi yang benar dari setiap ibadah itulah yang disebut haji yang mabrur karena dia mengambil esensi dari setiap ibadah untuk diterapkan di kehidupannya sehari hari, kata dia.

Namun, bagi umat Islam yang belum berkesempatan berkunjung langung ke Tanah Suci, ustaz Erick menuturkan, beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pahala yang serupa dengan pahala berhaji. Menurut dia, pahala orang berhaji tak lain adalah jaminan suurga.

“Saat seseorang memuliakan tamu, sejatinya pahalanya serupa dengan pahala haji. Atau, misalnya umrah di bulan Ramadhan. Itu pahalanya sama dengan pahala haji, kata dia.

Sedangkan, keutamaan 10 hari pertama Dzulhijah, kata Ustaz Erick, adalah hari di mana segala amal pahala dilipatgandakan dan dosa-dosa sangat mudah terampuni. Ustaz Erick menjelaskan, pada saat itu, Allah mengumpul kan para malaikat dan membanggakan hamba-Nya yang tengah wukuf dengan sepenuh hati dan ikhlas.

Saat itu Allah SWT memerintahkan seluruh malaikat untuk mencatat seluruh doa hamba-Nya dan Allah SWT akan mengabulkan seluruhnya.Jadi, intinya pada 10 hari itu Allah SWT akan memberi ampunan yang banyak dan pahala yang berlipat lipat, jelas dia.

Sedangkan, amalan yang dapat dilakukan, lanjut Ustaz Erick, adalah meningkatkan ibadah harian, seperti shalat, bertobat, puasa, dan lainnya. Bukan hanya dengan ibadah kepada Allah SWT, melainkan juga ibadah kepada manusia, seperti menolong, berbuat baik, dan lainnya.

 

REPUBLIKA