Sepekan Kedepan, Tanah Suci Diperkirakan Dilanda Hujan Disertai Petir, Jamaah Diimbau Waspada

MADINAH – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Arab Saudi memprediksi pada 27 Juli hingga sepekan ke depan, tanah suci akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Staf Informasi, Sosial, dan Budaya Fauzi Husni, mengatakan menurut prediksi hujan disertai petir akan melanda kawasan tanah suci baik di Makkah dan Madinah.

Karena itu, ia meminta kepada jamaah Indonesia agar berhati-hati dan mewaspadai perubahan cuaca selama beribadah.

“Mohon waspada, biasanya ramalan BMKG Arab Saudi akurat,” ujar Fauzi Husni dalam pesan singkat kepada wartawan di Madinah

Sementara, Koordinator Tim Promotif/Preventif Tim Kesehatan KKHI Madinah Dian Shinta mengatakan, terkait potensi badai dan hujan deras beberapa hari mendatang, diimbau agar jamaah tetap menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yg meliputi payung, sandal, kantong/plastik sandal, kacamata, masker, dan botol spray berfungsi ganda dengan lengkap saat keluar dari pondokan.

“Perubahan cuaca, suhu, maupun kelembaban ekstrim seringkali berdampak pada kekebalan tubuh Kita. Oleh karena itu jemaah diimbau agar makan tepat waktu dan mengatur waktu istirahat,” ujarnya.(muf)

OKEZONE

Ini Tips Aman Menggunakan Ponsel di Tanah Suci

Para jamaah dan petugas haji pada tahun ini menghadapi suhu yang panas di Arab Saudi. Dengan suhu yang tinggi mencapai 50 derajat celcius ini, membuat para jamaah haji harus lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Jamaah haji juga ada yang membawa alat telekomunikasi seperti ponsel pintar. Dengan menggunakan ponsel pintar, jamaah memanfaatkannya untuk berkomunikasi atau mengabadikan gambar.

Namun teriknya matahari ditambah suhu panas membuat handset menjadi semakin panas. Salah satu jamaah mengalami error pada iPhone yang ia gunakan untuk merekam gambar atau foto.

Teriknya matahari dengan temperatur 50 derajat celcius bukan suhu yang biasa dirasakan oleh penduduk di Tanah Air, yang saat ini ada di kisaran 30 derajat Celcius.

Ponsel yang dipakai oleh jamaah haji bisa berpotensi mengalami gangguan bila dipakai untuk aktivitas yang mungkin memacu performa ponsel untuk bekerja lebih berat. Hal ini seperti yang dialami salah satu jamaah haji, yang kedapatan iPhone-nya menjadi bermasalah.

Untuk sementara ini ditemukan ponsel yang error dari perangkat iPhone, sementara ponsel dengan OS Android belum ditemukan masalah.

Untuk itu, bagi Anda yang saat ini berada di Tanah Suci dengan suhu yang tinggi agar lebih berhati-hati menggunakan ponsel. Bila ponsel terasa semakin panas, sebaiknya mengistirahatkan perangkat dan tidak memainkan atau menjalankan aktivitas yang membuat handset bekerja lebih berat.

OKE ZONE

Jamaah Haji Harus Makan Sebelum Keluar Kamar

Kepala Seksi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) meminta jamaah haji gelombang dua di Madinah makan dan minum dahulu sebelum beraktivitas di luar kamar.

“Jamaah dari Makkah sudah kelelahan usai ritual haji. Harus makan dan minum sebelum keluar kamar sebagai antisipasi kelelahan agar penyakitnya tidak tercetus,” katanya saat menyambut kedatangan jamaah SUB 44 yang datang, Selasa (12/9).

Suhu udara di Madinah berkisar antara 40 hingga 42 derajat Celsius sehingga terpapar udara yang cukup panas. Dia mengimbau jamaah ketika keluar kamar sudah membawa bekal air minum, membawa semprotan air, payung dan memakai masker.

Pada penerimaan jamaah haji gelombang dua ini, menurutnya, petugas dari Tim Promotif Preventif (TPP) lebih konkrit melakukan propaganda pada jamaah haji. Contohnya, petugas TPP menyediakan masker, sandal dan membawa semprotan air sebagi antisipasi jika jamaah lupa membawanya.

Dia menambahkan telah ada pemetaan jamaah yang risti (berisiko tinggi). Petugas kesehatan harus mengetahui di kamar berapa saja jamaah yang risti sehingga jika terjadi kondisi darurat, petugas bisa cepat menangani.

“KKHI siap melayani. Kita berharap jamaah sehat semua,” ujar Edi.

Jamaah haji gelombang dua mulai berdatangan dari Makkah ke Madinah sejak Selasa (12/9). Kedatangan jamaah akan berlangsung hingga 21 September.

Selama di Madinah, jamaah melaksanakan shalat arbain atau shalat fardhu selama 40 waktu tanpa terputus di Masjid Nabawi. Selain melakukan arbain, jamaah juga berziarah ke Makam Rasulullah (Raudhah), Masjid Quba, Pemakaman Syuhada Uhud, Pemakaman Baqi dan lokasi lain.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diimbau Mandi dan Pakai Ihram di Embarkasi

Jamaah calon haji gelombang kedua mulai tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi pada Senin (30/7) waktu setempat. Namun sejumlah jamaah calon haji masih ada yang belum mengenakan pakaian ihram saat tiba di bandara sehingga membuat proses keberangkatan ke Makkah sedikit terlambat.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/ Debarkasi Jakarta Pondok Gede, Saiful Mujab mengatakan, semua jamaah calon haji sudah diimbau untuk melakukan mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Direktur Bina Haji Kementerian Agama RI sudah memberi surat edaran untuk jamaah calon haji keberangkatan gelombang kedua.

Ia menerangkan, melalui surat edaran tersebut jamaah calon haji diimbau supaya mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Tujuannya agar jamaah calon haji bisa bergerak lebih cepat dari Jeddah ke Makkah. “Untuk mempersingkat kedatangan di sana yang begitu cepat jadi (jamaah haji) diimbau seperti itu (mengenakan pakaian ihram di tanah air-red), dan itu ada surat edarannya,” kata Saiful kepada Republika.co.id, Selasa (31/7).

Sebelumnya, pada kedatangan kelompok terbang (kloter) 30 dari Embarkasi Jakarta Pondok Gede di Jeddah, nampak sebagian besar jamaah laki-laki sudah mengenakan pakaian ihram. Namun tidak sedikit pula yang belum mengenakan pakaian ihram. Akibatnya jamaah haji yang mestinya bisa diberangkatkan sekitar pukul 06.00 ke pemondokan di Makkah harus terhambat jamaah lain yang masih harus mandi, sholat sunah dan mengenakan pakaian ihram.

Menanggapi hal tersebut, Saiful mengatakan, hal tersebut kembali kepada keyakinan masing-masing jamaah calon haji. Ada jamaah yang ingin tidak merasa rumit dengan pakaian ihram selama di perjalanan. Jamaah juga ada yang beranggapan di dalam pesawat akan terasa dingin jika mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi.

Ia menyampaikan, mungkin masih ada jamaah calon haji yang beranggapan memiliki banyak waktu untuk mengenakan pakaian ihram saat tiba di Jeddah. Padahal PPIH sudah memberikan sosialisasi, menyampaikan surat edaran dan imbauan untuk jamaah calon haji di Embarkasi. PPIH Embarkasi sudah menekankan kepada semuanya agar terus mengingatkan jamaah supaya mengikuti instruksi surat edaran tersebut.

“Tapi prinsipnya kita memberikan penekanan kepada petugas yang menyertai kloter itu, baik ketua kloter, pembimbing, termasuk ketua rombongan, ketua regu, dan KBIH yang ikut, sudah kita sampaikan bahwa di sana prosesnya sudah cepat dan tidak ada transit lagi,” ujarnya.

Saiful juga menerangkan, di dalam pesawat ada petugas yang menyertai jamaah calon haji. Saat waktu solat, jamaah diingatkan. Petugas juga memberikan bimbingan tayamum dan ada sholat berjamaah di atas pesawat. Jamaah calon haji betul-betul diimbau, ketika pesawat mendekat ke Jeddah, biasanya  jamaah yang belum mengenakan pakaian ihram di Embarkasi disuruh pakai ihram di atas pesawat. Tapi prinsipnya jamaah tersebut sudah mandi semua.

IHRAM

68 Persen Jamaah Haji Indonesia Terserang Penyakit Bawaan

Sebanyak 80.973 jamaah dari 201 kloter telah tiba di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut 68,77 persen atau 55.685 orang diantaranya adalah jamaah dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan.

Ini dilihat diantaranya dari jamaah yang umurnya lebih dari 60 tahun dan penyakit yang telah ada sejak di Tanah Air.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan, “Tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikianlah kondisi kesehatan jamaah kita yang mayoritas sudah Usila dan umumnya usia lanjut (Usila) sudah disertai dengan penyakit penyerta,” ujar Dr. Eka Jusuf, di Madinah, Senin (30/7/2018).

Menurut Eka, fakta ini harus dihadapi bersama sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jemaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji Mabrur.

Eka menambahkan, kita harus pro Rakyat. Harus pro Jemaah. “Saya mengajak semua pihak untuk mensukseskan program kesehatan jamaah haji yang merupakan bagian dari upaya perlindungan jemaah secara menyeluruh. Kita sebagai petugas haji harus memiliki satu target. Satu kepentingan, yaitu melindungi jamaah,” tegas Eka.

Kepada jemaah Kepala Pusat Kesehatan Haji mengingatkan jemaah untuk menghemat tenaga menjelang Armina.

“Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan, dan banyak minum,” tegas Eka.

Data Kesehatan Haji

Hingga hari ke 13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jemaah diberikan di 3 tempat, yaitu di Kloter oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), di Bandara oleh Tim Mobile dan di Klinik Kesehatan Haji Indinesia (KKHI).

Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah).

“Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah Hypertension sebanyak 3.727 orang,” kata Eka.

Tim Mobile di Bandara mendata 160 jemaah mengalami masalah kesehatan.

Di KKHI Madinah menerima 14 Rujukan merawat inap 41 jemaah dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, masih dirawat inap 7 jemaah, dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.

Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, Tim Promotif Preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 Kloter.

“Penyuluhan mulai diberikan ketika jamaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan dan di masjid Nabawi setelah sholat subuh,” kata Eka.

Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air, dan sandal.

Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jamaah haji. Sementara masker, sandal dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10 persen dari jumlah jamaah, dibagikan kepada jamaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang, dan tidak memakai alas kaki.

Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jamaah.

“Sampai hari ini sebanyak 15 jamaah wafat. Penyebab wafat terbanyak dipicu oleh penyakit jantung (11 orang). Lokasi wafat terbanyak di pondokan sebanyak 6 orang,” jelas Eka.

Eka mengingatkan jamaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti. “Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,” tegas EKa.

OKEZONE

 

Cara Aman Hadapi Pengemis Musiman di Tanah Suci

MADINAH – Pengemis atau orang yang meminta belas kasihan dari orang lain kerap terjadi di mana saja. Tak terkecuali di Tanah Suci, seperti di Makkah dan Madinah. Ketika beribadah haji atau umrah, jamaah Indonesia tidak sedikit yang memiliki pengalaman menghadapi para pengemis yang rata-rata adalah anak-anak usia tanggung. Keberadaan mereka pun biasanya saat musim haji atau umrah.

Para pengemis yang berdalih menjajakan dagangannya seperti parfum atau tasbih ini kerap memaksa. Bahkan, mereka tidak segan-segan mengikuti hingga memeluk si jamaah hingga tak segan membuka isi tas jamaah tersebut.

Akhmad contohnya. Jamaah asal Depok ini mengaku kaget usai salat asar di Masjid Nabawi tiba-tiba dihadang sekelompok anak yang berpakaian serba hitam (perempuan) dan berpakai serba putih (laki-laki).

“Mereka awalnya menawarkan parfum. Saya bilang tidak, karena sudah punya. Tapi mereka tetap memaksa dan saya diikuti, dipeluk, bahkan kaki saya ditahan sehingga sulit berjalan,” ujar Akhmad menceritakan pengalamannya kepada Okezone.

Mereka, kata Akhmad, pandai berbahasa Inggris dan mengaku datang jauh dari Suriah. “No money no go, please 5 riyal,” kata Akhmad menirukan perkataan anak-anak kecil itu. Lantaran terus dipaksa, ia pun harus membayar mahal harga satu parfum ukuran kecil yakni 5 riyal.

Akhmad merupakan satu dari sekian jamaah Indonesia yang kerap diganggu para pengemis, baik di Makkah maupun di Madinah. Karena itu, untuk menangkal dari perilaku anak-anak yang memaksa meminta uang ke jamaah. Bagaimana tipsnya?

Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Endang Jumali berpesan kepada jamaah Indonesia khususnya, pertama jangan pernah pergi sendirian, upayakan bepergian kemanapun bersamaan. “Jangan pernah percaya dan terlalu akrab dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Hati-hati dan tetap waspada karena ini bukan hanya menimpa jamaah kita saja,” ujar Endang Jumali.

Namun, Endang menyarankan bila jamaah terganggu dengan siapa pun baik pengemis atau orang orang asing yang berpura-pura baik, segera menemui petugas yang berjaga di sektor khusus.

“Di sekitaran Masjidil Haram itu ada sektor khsusus. Banyak petugas kita yang berjaga-jaga di sana, di menara tower zam-zam juga ada,” tuturnya.

Tak hanya di dalam masjid, aksi meminta uang dengan cara memaksa juga bisa terjadi di luar masjid, sehingga perlu perhatian khusus jamaah, ketika menemukan dan merasa terancam segera temui petugas atau hubungi nomor WhatsApp/SMS Center 503500017 atau Call Center 920013210.

Jamah bisa juga hubungi 911, sehingga tidak perlu khawatur bila terjadi sesuatu bisa langsung menghubungi 911. Operator 911 tersebut melayani dalam enam bahasa untuk memudahkan komunikasi. Yakni bahasa Arab, Inggris, Prancis, Farsi, Urdu dan Indonesia.

Kecepatan dan kesigapan petugas tidak diragukan, hanya memerlukan waktu 10-15 petugas keamanan Arab Saudi akan tiba di lokasi dan mengambil tindakan.

Bagaimana caranya? Untuk jamaah Indonesi tidak perlu khawatir terkendala bahasa, cukup buka ponsel, nanti disambungkan dengan petugas berbahasa Indonesia.

OKEZONE

Pentingnya Penggunaan Masker Selama Menunaikan Ibadah Haji

IBADAH haji tahun 2018 sudah mulai berlangsung di bulan Juli. Kurang lebih sebanyak 221.000 jamaah haji Indonesia akan diberangkatkan untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci. Sama seperti tahun sebelumnya, ibadah haji tahun ini bertepatan dengan musim panas yang cukup ekstrem di Arab Saudi.

Suhu udara di sana diprediksi dapat mencapai 53°C. Perbedaan suhu yang cukup signifikan membuat jamaah diimbau untuk menjaga kondisi kesehatannya. Sebab, bila kondisi kesehatan kurang baik maka penularan penyakit terutama yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat dengan mudah terjadi. Data dari Kementerian Agama menyebutkan kasus penyakit yang paling sering dialami jamaah adalah sakit saluran pernapasan. Mulai dari radang tenggorokan hingga gejala batuk.

“Keadaan udara panas, kering, berdebu, serta dehidrasi rentan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pernapasan termasuk Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Setiap tahun banyak jemaah yang mengalami gangguan flu akut, kekambuhan asma hingga radang paru akibat daya tahan yang turun. Oleh karena itu disarankan menggunakan masker, terutama bila berada di luar ruangan,” ucap Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRS selaku Ketua Kelompok Kerja Kesehatan Haji, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam rilis yang diterima Okezone dari Nexcare, Minggu (27/7/2018).

Adapun kiat-kiat persiapan untuk melaksanakan ibadah haji sebagai berikut :

1.Konsultasi ke dokter

Hal pertama yang perlu dilakukan para calon jamaah haji dalam mempersiapkan kesehatan adalah lakukan vaksinasi serta membawa obat-obatan pribadi.

2. Tetap menjaga cairan tubuh

Cuaca yang panas dan kering seringkali menyebabkan gangguan pernapasan. Oleh karenanya selama menunaikan ibadah haji, jangan lupa untuk minum air putih yang cukup dan konsumsi buah sebagai sumber energi dan mineral tambahan.

3. Kebersihan dan sirkulasi udara kamar

Usahakan membersihkan kamar serta membuka jendela kamar/pondok di pagi hari untuk membuat sirkulasi udara menjadi baik.

4. Hindari paparan polusi

Sebisa mungkin hindari menghirup polusi seperti debu pasir, bulu unta, dan asap kendaraan bermotor serta asap rokok untuk meminimalkan paparan polusi tersebut. Dengan kondisi suhu udara panas dan paparan debu, jamaah haji perlu melakukan upaya pencegahan guna menyiasati penyakit menular. Terlebih di sana angka kasus penyebaran virus MERS-coV (Middle East Respiratory Syndrome coronavirus) dari unta cukup tinggi.

Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara menggunakan masker yang menutupi wajah dan hidung. Penggunaan masker sangatlah penting untuk membantu menghindari penularan penyakit pernapasan melalui udara yang relatif cepat. Pihak pemerintah saat ini memberikan anjuran untuk menggunakan masker setiap saat selama ibadah haji melalui Gerakan Memakai Masker (GEMMAS).

OKEZONE

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci!
Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android!  Klik di sini!

Agar Nyaman Beriktikaf

Saat musim haji, Masjidil Haram akan dipenuhi oleh para jamaah yang beriktikaf dan menginap di sana. Jika mereka datang untuk shalat Zhuhur, biasanya beriktikaf menunggu Ashar. Jika datang Maghrib, mereka sekalian beriktikaf menunggu Isya. Bahkan, ada juga yang menginap hingga subuh. Menginap di Masjidil Haram menjadi pilihan yang efektif daripada harus pulang ke pemondokan yang jaraknya jauh.

Nah, bagi jamaah yang ingin beriktikaf, ada beberapa tips agar lebih nyaman dan aman. Pertama, pastikan kondisi kesehatan fisik jamaah berada da lam keadaan prima. Bagi jamaah yang kurang sehat atau memiliki daya tahan fisik lemah, disarankan tidak menginap di Masjidil Haram.

Lagipula, menginap di Masjidil Haram seyogianya bukanlah untuk tidur, tapi lebih sibuk dengan ibadah. Sehingga, jamaah akan kurang tidur. Ditambah lagi, suara jamaah yang sedang tawaf dan deru mesin dari alatalat berat yang tengah merenovasi Mas jidil Haram membuat jamaah akan kesulitan untuk terlelap. Padahal, Jamaah yang kurang sehat dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak kelelahan.

Selanjutnya, ketika beriktikaf sebaik nya tidak pergi sendirian. Pergilah dengan ketua regu atau ketua rombongan. Atau, dengan mereka yang masih muda dan bisa mengawasi jamaah sehingga bisa saling menjaga. Selain itu, sebaik nya jamaah beriktikaf di lantai bawah tanah Masjidil Haram karena relatif lebih hangat dibanding lokasi yang lain.

Namun, bila jamaah ingin beriktikaf sambil memandangi Ka’bah, jamaah bisa memilih untuk tidur di pelataran tempat berwudhu karena hawanya yang hangat dibanding di udara ter buka. Jangan khawatir, tempat wudhu di masjid besar ini sangat bersih dan nyaman.

Sebelum renovasi, biasanya jamaah yang beriktikaf terkonsentrasi di lantai dua dan tiga masjid. Karpet Masjidil Haram yang tebal membuat jamaah lebih nyaman untuk tidur dan aman dari hawa dingin marmer. Selain itu, air zamzam untuk minum selalu tersedia di beberapa sudut masjid.

Carilah tempat yang tidak terlalu jauh dari kamar mandi, sehingga lebih mudah kalau ada keperluan ke kamar mandi. Jamaah tidak perlu menunggu atau mengantre lama. Selanjutnya, alaslah tempat untuk tidur dengan sajadah dan serban agar hawa dingin lantai marmer tidak langsung merasuk ke tubuh.

Bawalah barang bawaan secukupnya dalam satu tas berukuran sedang. Membawa barang bawaan dalam jumlah banyak selain tidak efektif, juga dapat memancing perhatian orang lain atau orang jahat.

Makanan dan minuman cukup mudah diperoleh di luar Masjidil Haram. Hanya untuk makan pagi, pastikan tidak terlambat atau kesiangan. Terkadang, persediaan makanan pagi yang dijajakan cepat sekali habis karena diserbu jamaah yang kelaparan setelah shalat Subuh.

Pedagang kaki lima di luar Masjidil Haram juga berasal dari Indone sia. Kebanyakan mereka me nye diakan nasi bungkus, mulai dari na si rames sampai nasi goreng. Air zam zam disediakan dalam termos-termos besar dengan gelas plastik yang sekali pakai di dalam masjid. Namun, sebaik nya bawalah tempat minum sendiri agar tidak bolakbalik mengambil air zamzam.

Hal terakhir yang perlu diingat adalah perubahan udara Makkah tergolong ekstrem. Cuaca siang dan malam hari terkadang berbeda jauh. Sebaiknya, siapkanlah baju hangat. Untuk mengantisipasi pulang di malam hari.

REPUBLIKA

Ingin Cepat Berangkat Haji Kok Pakai Dokumen Palsu?

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embargasi Surabaya menemukan 16 dokumen diduga palsu milik calon jemaah haji (calhaj). Dokumen-dokumen palsu tesebut milik calhaj kelompok terbang (kloter) 31 asal Kabupaten Lumajang.

Kepala Bidang Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh, Kementrian Agama Kanwil Jatim, Faridul Ilmi mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari petugas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).

“Menurut keterangan petugas perwakilan daerah ada pemalsuan dokumen. Ada 16 dokumen calon jemaah haji yang diduga palsu,” kata Faridul Ilmi di Asrama Embargasi Surabaya (AHES), Jumat (27/7/2018).

Sejumlah dokumen yang dipalsukan di antaranya fotocopy surat nikah, Kartu Keluarga dan dokumen-dokumen lainnya. Pemalsuan dokumen tersebut disinyalir untuk mempercepat keberangkatan calhaj.

“Kejadian pemalsuan ini baru pertama kali dengan maksud dan tujuan ingin mempercepat keberangkatan,” tandasnya.

Faridul juga menceritakan di antara calon jemaah haji yang memalsukan dokumen adalah seorang wanita berinisal NH. Sebelumnya NH akan berangkat dengan suaminya pada tahun 2020 nanti. Namun NH menikah lagi dan kemudian berangkat dengan suaminya yang baru.

“Dua tahun sebelum berangkat suaminya meninggal dunia. Dan sekarang berangkat dengan suaminya yang baru. Diduga mereka memalsukan dokumen,” ungkap Faridul.

Kemenag Jatim pun segera melaporkan dugaan pemalsuan 16 dokumen calhaj ini ke pihak Kemenag Pusat. “Kami juga akan membuat tim khusus untuk menindaklanjuti kasus ini,” tambahnya.

Sementara itu, dengan ditemukannya dokumen-dokumen palsu milik 16 calhaj tersebut, maka keberangkatan mereka pun ditunda.

 

DETIK

Ket Foto: Kepala Bidang Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh, Kementrian Agama Kanwil Jatim, Faridul Ilmi. (Foto: Deni Prastyo Utomo)

Pemerintah Gratiskan Biaya Badal Jamaah Haji yang Meninggal di Tanah Suci

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan mempersiapkan tenaga musiman (temus) untuk membadalhajikan para jamaah haji yang meninggal sebelum wukuf Arafah (Armina, Mina dan Muzdalifah).

Hingga Kamis (26/7/2018) jamaah haji yang meninggal dunia di Madinah sudah mencapai tujuh orang.

Mereka adalah Sukardi Ratmo Diharjo (59 tahun), Hadia Daeng Saming (73), Ade Akum Dachyudi (67), Sunarto Sueb Sahad (57), Siti Aminah Rasyip (57), Sanusi bin Musthofa (73), dan Katio Simanjutak (59).

Jamaah yang meninggal tersebut nantinya akan dibadalkan dan biayanya akan ditanggung oleh negara dalam hal ini Kementerian Agama.

Konsultan Pembimbing Ibadah Haji Daker Madinah, Ahmad Kartono mengatakan, pembadalan akan dilakukan petugas yang ditunjuk oleh pemerintah dan biasanya oleh temus.

Adapun tahapannya, jamaah haji yang meninggal akan didata identitasnya terlebih dahulu secara lengkap. Lalu, PPIH Arab Saudi menunjuk beberapa orang, biasanya dari temus, untuk membadalhajikan jamaah yang meninggal itu.

Temus yang direkrut biasanya diambilkan dari para petugas haji. Dengan begitu, identitas mereka sudah jelas dan tercatat.

Satu temus akan mengerjakan haji untuk satu jamaah yang meninggal. ’’Jadi tidak boleh dobel. Temusnya juga harus sudah pernah berhaji,’’ terangnya. Setelah selesai, PPIH akan menerbitkan sertifikat badal haji dan diserahkan kepada ahli waris. ’’Tidak ada biayanya, ditanggung negara, ’’ katanya.

Sementara untuk jamaah haji yang ingin membadalhajikan keluarganya, menurut Kartono, di luar kewenangan pemerintah.

Namun, dia berpesan agar berhati-hati memilih orang yang akan diserahi tugas badal haji. ’’Harus cari orang yang amanah, sudah pernah berhaji, dan paham aturan badal haji,’’ katanya.

Orang yang melakukan badal haji akan mendapat upah. Namun ketika ditanya berapa besaran rupiahnya, ia enggan menyebut nominal. ’’Tergantung kesepakatan saja. Kalau ada temus yang tidak mau diberi upah ya silakan,’’ katanya.

OKEZONE