Jamaah Indonesia Wafat Saat Shalat Ashar di Masjid Nabawi

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

 

SUKARDI Ratmo Diharjo, 59 tahun, baru beberapa hari tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji.

Ternyata, Allah tak hanya memanggilnya untuk berhaji, tapi juga memanggilnya untuk menghadap-Nya. Ya, jamaah calon haji kloter 1-JKG (Embarkasi Jakarta) ini telah berpulang ke Rahmatullah.

Kepergian pria asal Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu begitu spesial. Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com dari Kementerian Agama, Sukardi menghembuskan napas terakhirnya saat sedang bersujud, kala menunaikan shalat ashar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/07/2018) lalu.

Berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah haji pertama yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 1439H/2018 ini.

Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada Rabu pukul 23.00 WAS.

“Berdasar COD, penyebab kematiannya adalah cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya kepada Media Center Haji (MCH) Daker Madinah kutip laman resmi Kemenag.

COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha’ah(mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan, dia berhaji didampingi istri,” ujarnya.

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

Jamaah Kedua

Sementara itu, kepergian Sukardi disusul jamaah calon haji Indonesia lainnya. Adalah Hadia Daeng Saming (73), yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Makassar. Ia wafat sesaat setelah mendarat di Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Jumat (20/07/2018). Ia terbang dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-1203.

Hadia menjadi jamaah asal Indonesia kedua yang meninggal di Tanah Suci. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, Hadia berangkat dari Embarkasi Makassar bersama rombongan dari Kabupaten Gowa dan Barru.

Hadia mula-mula tak sadarkan diri saat menuju antrean keimigrasian menuju Gerbang Zero Bandara AMMA saat dibopong putrinya, Asmia Hadi Hasan, yang berusia sekitar 50 tahun.

Andi Marolla, petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi rombongan Hadia dari Embarkasi Makassar menuturkan, di atas pesawat, sekitar 2-3 jam sebelum pendaratan, Hadia sudah tak sehat. Ia sesak napas dan diketahui memang memiliki riwayat bronkitis.

Hadia menolak diangkut memakai mobil khusus untuk pasien pengguna kursi roda setelah turun dari pesawat. Saat mengantre untuk imigrasi, ia pingsan kala dipapah Asmia Hadi, lalu dibawa ke klinik bandara.

Di klinik bandara, Hadia mengalami asistol alias henti jantung. Petugas paramedis coba melakukan Cardiopulmonary Resusication (CPR) atau usaha untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi serta penanganan akibat terhentinya denyut jantung. Namun tidak berhasil. Hadia dinyatakan wafat sekitar pukul 15.04 WAS di Klinik Bandara AMMA.

Kadaker Bandara Arsyad Hidayat yang berada di lokasi tampak terus menenangkan sang putri, Asmia, yang terpukul atas wafatnya sang ibu. Sembari menenangkan Asmia, Arsyad pun mendorongnya dengan kursi roda. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…*

HIDAYATULLAH

Cerdas Membagi Waktu, Ibadah Bisa Lebih Maksimal

Kegiatan beribadah di Tanah Suci dapat lebih maksimal jika terencana. Agar tak banyak waktu yang terbuang, jamaah pun disarankan untuk membuat agenda harian yang terstruktur.

Pembimbing ibadah haji dan umrah, Rafiq Jauhary, berbagi tips dengan Republika.co.id terkait hal ini. Prioritas utama tentunya beribadah. Bagaimana dengan aktivitas lainnya?

Tiba di Tanah Suci

Jamaah memerlukan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan tubuhnya dengan kondisi cuaca dan perbedaan waktu. Tentunya, kegiatan harian pun perlu disesuaikan dengan agenda yang pas.

Ketika tiba di Madinah, jamaah sebaiknya tidak disibukkan dengan kegiatan memasak. Apalagi, makan siang dan malam hari telah disediakan dengan menu Indonesia. Adapun untuk sarapan, ada roti yang dihidangkan untuk jamaah.

“Dengan mengurangi beban kegiatan pribadi, tinggal urusan masjid yang perlu diatur,” kata pembimbing haji dan umrah yang juga mahasiswa Al Madinah International University ini.

Aktivitas di masjid

Sebagai pembimbing yang lama tinggal di Arab Saudi, Rafiq menyarankan jamaah untuk tidak terlalu awal pergi ke masjid. Jangan abaikan waktu istirahat.

Untuk shalat subuh, jamaah dapat berangkat ke masjid satu jam sebelum subuh dan kembali setelah matahari terbit. Lantas, berangkatlah dari penginapan satu jam sebelum Zhuhur dan segeralah kembali untuk makan siang.

Adapun untuk shalat Ashar, Maghrib, dan Isya, jamaah bisa i’tikaf menunggu di masjid. Isi waktu dengan mengaji, berdoa, berzikir, atau mengikuti pengajian. Selepas Isya, kembalilah ke hotel untuk makan malam dan istirahat.

Cukupkan waktu istirahat

Selama di Tanah Suci, hindari terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama jamaah lain sehingga mengurangi waktu istirahat. Rafiq yang menempuh pendidikan di Darul Hadits Al-Ghomidy, Awaly, Makkah dan Ma’had Harom Al-Makki  ini juga mengingatkan jamaah untuk tidak menghabiskan tenaga dengan membandingkan harga belanjaan atau oleh-oleh di tempat yang jauh karena harga satu tempat dengan yang lain relatif sama.

Jadikan hari-hari di Madinah sebagai pemanasan sebelum tiba di Makkah. “Jaga kondisi tubuh, perbanyak mengikuti taklim atau membaca buku sehingga dapat menambah ilmu,” kata penulis buku Bahasa Arab Praktis Untuk Jamaah Haji dan Umroh ini.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diminta Berhati-hati Saat Menyeberang Jalan di Arab Saudi

MADINAH – Hampir setiap tahun ada saja jamaah haji Indonesia yang mengalami kecelakaan lalu lintas, khususnya tertabrak mobil saat menyeberang jalan. Karena itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah meminta jamaah haji untuk berhati-hati saat menyeberang jalan.

Terlebih belum lama ini, seorang pilot Lion Air menghembuskan napas terakhirnya di Madinah, Arab Saudi, saat menyeberang jalan. Jenazah almarhum yang bernama Bambang Sugiri itu sudah dikebumikan di Kompleks Pemakaman Baqi’ di samping Masjid Nabawi, Minggu (22/7/2018).

Prosesi pemakaman jenazah dilakukan oleh Tim Petugas Perbantuan Haji KJRI Jeddah, kru maskapai Lion yang berjumlah sekitar 20 orang, perwakilan Maskapai Flynas, dan masyarakat.

Sesuai aturan pemerintah setempat, jenazah warga negara asing bisa dimakamkan setelah memperoleh surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga yang intinya mengikhlaskan jenazah untuk dikebumikan di Arab Saudi.

Berbekal surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga, KJRI kemudian menerbitkan surat pengantar izin pemakaman dan diserahkan kepada kantor polisi lalu lintas Madinah. Pihak kepolisian menerbitkan surat pengantar penyerahan jenazah dari rumah sakit ke KJRI.

Jenazah dibawa ambulans menuju tajhizul mauta (tempat pemandian dan pengkafanan jenazah) yang terletak di samping Masjid Nabawi. Seusai salat Asar, jenazah disalatkan di Masjid Nabawi dan dimakamkan di Baqi’ yang merupakan areal pemakaman paran sahabat nabi.

Rekan korban, Widjanarko Tri Istiadi, yang saat itu menemaninya berbelanja, menuturkan peristiwa terjadi hari Sabtu (21/7/2018) sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Korban bersama lima kru lainnya menyeberang jalan seusai berbelanja di sebuah swalayan yang terletak di seberang penginapannya.

Namun nahas, sebuah mobil yang sedang melaju kencang dari arah kiri menabrak pria kelahiran Yogyakarta ini. “Empat orang menyeberang duluan. Saya paling terakhir. Pak Bambang ini, yang kena musibah di depan saya. Beliau lihat kanan, mobil datang dari arah kiri. Baru lihat ke arah kiri, mobil sudah mendekat,” tutur Widjanarko.

Beberapa menit kemudian mobil ambulans dan tim medis tiba di lokasi. Namun, nyawa korban tidak tertolong dan meninggal beberapa saat sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.

Berkaca dari kejadian ini, Konsul Jenderal (Konjen) RI, Mohamad Hery Saripudin mengingatkan seluruh warga Indonesia, khususnya jamaah haji yang tengah berada di Tanah Suci agar berhati-hati saat hendak menyeberang jalan.

Untuk diketahui, arus lalu lintas di Arab Saudi datang dari arah kiri. Sementara di Indonesia, arus lalu lintas datang dari arah kanan. Oleh karena itu, penyeberang jalan harus menengok ke arah kiri saat hendak menyeberang.

“Arus lalu lintas di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia. Di Saudi harus tengok kiri saat hendak menyeberang. Di Indonesia ke arah sebaliknya,” pesan Konjen kepada SINDOnews, Minggu (23/7/2018).

Hampir setiap musim haji, sambung Konjen, ada saja jamaah Indonesia yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Terutama akibat kurang memperhatikan arah laju kendaraan di jalan raya Arab Saudi

SINDONEWS

Agar tak ‘Majnun’ di Tanah Suci

Lelaki tua itu tak bisa dipegang. Tak juga berhenti berbicara dengan bahasa daerah yang tak dimengerti kebanyakan petugas haji. Ia baru saja mengamuk di Masjid Nabawi, Rabu (18/7).

Empat petugas jadi korban. Satu di antaranya digigit hingga memar dan berdarah di lengan kiri. Ruam ungu serta bekas gigitan masih nampak sore itu. Rekannya, kena tonjok dan bibirnya berdarah.

Sang jamaah yang sempat digelandang ke kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) Arab Saudi itu kemudian melarikan diri dari kantor daker. Di jalan-jalan Madinah, ia meracau dan melukai diri sendiri.

Sekian lama lepas dan tak terkendali, jamaah asal Embarkasi Lombok tersebut kemudian ditangani langsung Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Maskat Ali. Jamaah diringkus dan dimasukkan mobil mini bus. “Udara di mobil dingin dan saya suruh minum air, akhirnya tenang,” kata Maskat ketika ditemui oleh wartawan Republika.co.id,Fitriyan Zamzami di kantor Daker Madinah, Kamis (19/7).

Seragamnya sempat penuh darah sang jamaah yang melukai diri sendiri tersebut. Saat mengunjungi bangsal Rawat Inap Psikiatri Klinik Kesehatan Haji Indonesia, Kamis (19/7), pria tersebut tengah terduduk di ruang observas. Sarungn yang ia kenakan saat mengamuk masih melekat. Namun kini, ia sudah orang yang berbeda. “Sudah baik, Pak,” kata dia sembari tersenyum.

Di bangsal tersebut, ada empat tempat tidur observasi, serta masing-masing tiga di ruangan isolasi pria dan wanita. Ada seorang jamaah pria tengah tertidur di salah satu ruang isolasi itu.

Lain lagi cerita dari tim pelayanan umum di Masjid Nabawi. Mereka menemukan seorang jamaah perempuan asal Embarkasi Bekasi meracau dan meminta pulang ke Tanah Air menggunakan layanan ojek daring. Sang jamaah berusia lanjut itu akhirnya bisa ditenangkan setelah dikipasi dan diberi minum.

Direktur KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar, mengatakan, gangguan psikiatri memang jadi salah satu risiko jamaah haji. Salah satu sebabnya adalah cuaca panas yang menyebabkan dehidrasi. Jamaah yang diamankan Linjam Daker Madinah, menurutnya mengalami gejala tersebut.

Setelah diinfus dan diberi obat di KKHI, jamaah bersangkutan tiba-tiba lebih tenang. “Ini ciri khas orang yang mengalami dehidrasi. Seolah-olah mengalami gangguan jiwa, padahal karena kekurangan minum,” terang Yanuar.

Sebab itu, ia mengimbau jamaah mewaspadai hal tersebut. Menurutnya, orang Indonesia biasanya takut banyak minum karena takut buang air kecil. Padahal, di Masjid Nabawi banyak toilet dan jarak ke ke hotel pun dekat. Selain banyak minum, jamaah juga jangan berdiri di bawah cuaca panas tanpa alat pelindung diri seperti payung, masker, dan kaca mata hitam.

 

REPUBLIKA

Hajikan Diri Sendiri atau Umrah Berdua Istri?

JIKA pada kondisi tertentu, uang suami hanya mampu membiayai dirinya sendiri berangkat haji namun di sisi lain istri juga ingin turut serta. Apakah menunda haji dan berangkat umrah berdua istri saja terlebih dahulu?

Menurut pendapat yang kuat bahwa kewajiban haji harus segera ditunaikan bagi yang mampu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Bersegeralah kalian berhaji -yaitu haji yang wajib- karena salah seorang diantara kalian tidak tahu apa yang akan menimpanya.” (HR.Ahmad, dan dihasankan oleh Syeikh Al-Albany di Al-Irwa no: 990)

Oleh karenanya kalau antum mampu maka hendaknya segera melakukan ibadah haji dan jangan menunda-nunda. Dan bukan termasuk kewajiban suami membiayai haji atau umrah istri.

Seandainya nanti diberi kemudahan oleh Allah untuk berhaji menemani istri atau istri berhaji bersama mahramnya yang lain maka alhamdulillah. Kalau tidak maka Allah tidak membebani kecuali sesuai dengan kemampuan kita.

Wallahu alam.

[Ustadz Abdullah Roy, Lc.]

7 Hal yang Perlu Diingat Jemaah Haji Saat di Berada di Arab Saudi

Jemaah haji dari Indonesia terus berdatangan ke Arab Saudi. Kepala Kantor Daerah Kerja Mekah Endang Jumali mengingatkan 7 hal yang perlu diingat jemaah, yaitu:

  1. Selama berada di Tanah Suci, jemaah diminta waspada terhadap keamanan di sekitar.
  2. Yang lebih penting, selalu kenakan gelang identitas dan pengenal dari maktab/muasasah.
  3. Jika bepergian meninggalkan hotel, pastikan kamar dalam keadaan terkunci.
  4. Jemaah haji diminta untuk jangan membawa uang dalam jumlah berlebihan.
  5. Jika ingin berpergian, sebaiknya bepergian selalu berkelompok. Itu perlu dilakukan untuk mencegah ada jemaah yang tertinggal.
  6. Jika ada jemaah yang ingin memasak hendaknya di dapur umum yang telah disediakan hotel. Jangan memasak di dalam kamar.
  7. Agar jemaah senantiasa menjaga kadar cairan dalam tubuh. Waktu pelaksanaan haji di tahun 2018 ini jatuh pada musim panas di Arab Saudi.

    Untuk layanan pengaduan, selama di Tanah Suci jemaah dapat hubungi WhatsApp Center Haji pada nomor 050 350 0017 atau Call Center Haji 9200 13210. Jemaah haji Indonesia yang saat ini sudah berada di Madinah direncanakan akan masuk ke Makkah pada Kamis (26/7).

DETIK.com

Resapi Makna Miqat, Jamaah Jangan Tinggi Hati

Miqat atau tempat berniat dan ber-ihram sebagai titik awal ibadah haji bukanlah sekadar penanda telah dimulainya ritual haji dan umrah. Ada makna mendalam yang dapat menjadi hikmah menuju kehidupan Muslim sejati.

Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat di Bir Ali atau Dzul Hulaifah yang terletak kira-kira 8 mil di sebelah selatan Madinah atau Miqat yang lain. Sementara bagi penduduk Makkah atau orang yang bermukim, bisa dari rumah atau tempat pemondokannya.

“Disinilah sang aktor (manusia) harus berganti pakaian. Mengapa demikian? Karena pakaian akan menutupi diri dan watak manusia,”terang khotib wukuf di Arafah KH Miftakhul Akhyar, Minggu (11/09/2016).

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa pakaian melambangkan pola, preferensi, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian melahirkan batas palsu yang menyebabkan perpecahan atau diskriminasi di antara umat manusia. Selanjutnya, perpecahan akan timbul konsep ‘aku’, bukan ‘kami/kita’.

“Aku digunakan dalam konteks-konteks seperti rasku, kelasku, kelompokku, kedudukanku, keluargaku, nilai-nilaiku, bukan sebagai manusia,” ujar Wakil Rais Aam PBNU tersebut.

Walhasil, terjadilah hubungan vertikal sesama manusia, ada yang menjadi tuan dan yang diperhamba, yang zalim dan yang madzlum (terzalimi), ada yang kaya dan miskin, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur.

“Umat manusia terpecah-pecah menjadi berbagai ras, bangsa, kelas, subkelas, kelompok, dan keluarga yang masing-masing di antaranya memiliki status, nilai, nama, dan kehormatannya sendiri. Tetapi apa gunanya semua itu dimiliki? Yang tidak lain hanya untuk menonjolkan ” diri sendiri yang tertutup oleh lapisan ‘bedak’ yang amat tebal itu,”urai Kiai Miftah.

Maka, keberadaan dan fungsi miqat, di matanya, sebagai tempat menanggalkan segala status dunia. Digantikan dengan selembar kain putih saja yang melekat di tubuh.

“Janganlah tinggi hati karena kalian semua di sini bukan untuk mengunjungi seorang manusia, tetapi hendaklah kalian semua (khususnya bangsa Indonesia) berendah hati karena kalian sedang mengunjungi Allah SWT. Hendaklah kalian semua menjadi manusia yang menyadari kefanaan yang menyadari eksistensi Allah SWT,” jelas Kiai Miftah.

Ia berharap, jamaah Indonesia meninggalkan semua pakaian dunia di miqat dan berganti peran sebagai Nabi Adam AS dan para Anbiya’ (nabi) dan Rasul bahkan para ulama, auliyah, dan manusia-manusia tangguh di sisi Alah selama wukuf, tawaf hingga sa’i nanti.

OKEZONE

 

Jamaah Haji Diimbau Pakai Sandal Hindari Kaki Melepuh

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau kepada jamaah asal Indonesia agar senantiasa menggunakan sandal saat bepergian, mengingat suhu panas di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.

Imbauan itu kembali disampaikan demi kelancaran ibadah haji para jamaah. Baru-baru, Tim Promotif Preventif (TPP) menemukan jamaah calon haji yang keluar dari pondokan menuju Masjid Nabawi di Madinah yang tidak menggunakan alas kaki.

Kepada jamaah ini TPP memberikan sandal agar ia terhindar dari luka bakar di bagian kaki akibat panas.

Jamaah dari embarkasi Lombok ini mengaku tidak biasa memakai sandal dalam kesehariannya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka, mengatakan, tahun ini Kemenkes menyiapkan 20.400 sandal yang akan dibagikan gratis bagi jamaah yang kehilangan atau tidak membawa sandal.

Mekanisme pembagian sandal adalah melalui tim kesehatan haji Kemenkes yang bertugas di sekitar masjid.

”Tim kesehatan membagikan sandal apabila menemui jamaah yang jalan tanpa alas kaki. Setiap petugas jika keluar harus membawa 2 pasang sandal dan segera memberikan secara gratis apabila menemui jamaah tanpa alas kaki,” tambah Eka sebagaimana disiarkan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes baru-baru ini.

Menurut Eka, suhu panas di Madinah dan Makkah dapat menyebabkan kaki jamaah melepuh dan luka. Bila sudah terjadi seperti ini, jamaah katanya tidak bisa beribadah ke masjid karena sulit berjalan kaki dari pondokan.

”Jangan sampai karena tidak pakai sandal 10 menit, sakitnya bisa 5 hari. Bisa hilang kesempatan ibadah arbain di Masjid Nabawi nantinya,” ujar Eka.

Untuk itu, Eka mengingatkan agar jamaah patuh kepada arahan petugas kesehatan untuk menggunakan sandal.

”Seluruh jamaah haji harus membawa sandal masuk ke dalam masjid dalam kantong plastik yang sudah disediakan. Jika kelupaan menaruh, maka bisa fatal akibatnya,” tambah Eka.*

 

HIDAYATULLAH

Sebelum Layani Jemaah, Petugas PPIH Arab Saudi Lakukan Umrah Wajib

Jeddah (Kemenag) — Pesawat GA-980 yang membawa sebagian besar petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Makkah mendarat mulus di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Kamis (19/07) Pukul 16.40 WAS. Mereka terbang dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada Pukul 11.30 WIB. Penyambutan kedatangan petugas dipimpin Kepala Daker Makkah Endang Jumali dan panitia lainnya yang memang telah berada di Tanah Suci beberapa hari sebelumnya.

Setelah mendarat, seluruh petugas mendapatkan pemeriksaan paspor dan pengecekan buku kesehatan haji. Juga dilakukan perekaman sidik jari dan biometrik di imigrasi bandara. Proses ini relatif singkat hanya lima menit tiap petugas.

Kemudian seluruh petugas mengenakan kain ihram untuk menunaikan umrah wajib di Masjidil Haram Pukul 19.30 WAS dengan terlebih dahulu mampir kantor Daker Makkah yang berada di Al Adel, Unnamed Road, Makkah 24244.

Tiba di komplek Masjidil Haram sekitar Pukul 00.30 WAS. Usai thawaf dan sa’i, para petugas tetap berada di Masjidil Haram menunggu datangnya waktu subuh.

KEMENAG RI

Doa Bisa Pergi Haji

Sedari kecil saya sudah pengen banget bisa pergi haji dan bisa berangkatin haji orang tua, makanya semangat belajar ke sana-sini di tengah keterbatasan financial. Lepas nyantren, berusaha gigih untuk mengais rezeki halal yang banyak dan berkah. Ini doa yang selalu dipanjatkan lepas shalat lima waktu:

اللهم ارزقنا رزقا واسعا حلالا طيبا مباركا وأنت خير الرازقين

“Ya Allah karuniakan kepada kami rezeki yang luas, halal, baik lagi berkah, dan Engkaulah sebaik-baiknya yang memberikan rezeki.”

Dan tiap habis shalat jum’at selalu saya baca 7 kali doa berikut :

اللَّهمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ، يَا مُبْدئُ يا مُعيدُ، يا رَحيْمُ يا وَدُوْدُ، اَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ بِفَضْلِكَ عمَّنْ سِوَاكَ.

“Ya Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengembalikan, Yang Maha Penyayang, Maha mengasihi. Ya Allah jadikanlah kami kaya dengan apa yang telah Engkau halalkan dari yang Engkau haramkan, dan dengan ketaatan padaMu dari bermaksiat padaMu, dan karuniaMu dari pihak selain diriMu”

Saya dapat ijazah doa juga dari gurunda K.H. Masyuri Baidhowi, MA., Pengasuh Pesantren Modern Darussalam Eretan Indramayu, doa ini spesial untuk bisa berangkat haji dan umroh ga pake cape, ga pake lama dan bisa bolak-balik ke tanah suci sewayah-wayah kita mau.

الهم ارزقنا زيارة حرمك وحرم نبيك محمد صلى الله عليه وسلم للحج والعمرة مراتا وكراتا عديدة

“Ya Allah karuniakan kepada kami kesempatan untuk berziarah ke tanah haram-Mu dan tanah haram Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beribadah haji dan umrah berkali-kali.”

Tentunya sering-sering baca sholawat untuk baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan untuk Nabiyyullah Ibrahim ‘alaihishsholatu wasallam. Banyakin sedekahnya, bantu saudara-saudara kita yang mau berangkat haji, Mudah-mudahan Rasulullah mengaudiensi agar kita termasuk yang diundang oleh Allah ke rumah-Nya.

Alhamdulillah Allah takdirkan kami bisa berangkat bareng musim haji 1436 H ini. Saya do’akan juga semoga seluruh kawan-kawan bisa berangkat haji bersama orang-orang tercinta…

لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك…