DALAM Hadis Qudsi-Nya, Allah swt pernah berfirman kepada Rasulullah saw: Kebanggaan manusia di dunia ini ada dalam enam hal. Bangga dengan wajah yang elok, (lisan) yang fasih, harta dan anak, kedudukan dan nasab, kekuatan serta kekuasaan.
“Wahai Muhammad, katakan kepada mereka yang bangga dengan wajah eloknya,
“Wajah mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan yang cacat.”(Al-Muminun 104)
Katakan kepada mereka yang bangga dengan kefasihan lisannya,
“Pada hari ini Kami Tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”(Yasiin 65)
Katakan kepada mereka yang bangga dengan harta dan anak,
“Pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna”(Asy-Syuara 88)
Katakan kepada mereka yang bangga dengan kedudukan dan nasab,
“Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya.”(Al-Muminun 101)
Katakan kepada mereka yang bangga dengan kekuatannya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia Perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(At-Tahrim 6)
Katakan kepada mereka yang bangga dengan kekuasaannya,
“Pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tidak sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah. (Lalu Allah Berfirman), “Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan.”(Ghofir 16)
Ketika manusia saling berbangga dengan dirinya, kita akan belajar dari jawaban sahabat Nabi yang bernama Salman. Ketika dia ditanya tentang kedudukan dan nasabnya, kira-kira apa yang beliau banggakan?
Suatu hari, ada seorang bertanya kepada Salman, “Beritahukan siapa dirimu, siapa ayahmu dan darimana asalmu !”Kemudian Salman menjawab, “Aku Salman putra dari hamba Allah. Dulu aku sesat, kemudian Allah memberiku hidayah dengan Nabi Muhammad saw. Dulu aku miskin, kemudian Allah memberiku rezeki melalui Nabi Muhammad saw. Dulu aku budak, kemudian Allah membebaskanku dengan Nabi Muhammad saw. itulah kedudukan serta nasabku.”
Salman tidak membanggakan kedudukan dan kemuliaan pribadinya. Yang terucap dari lisannya hanyalah kebanggaan kepada Nabinya, Muhammad saw. [khazanahalquran]
MOZAIK