10 Fakta Isra Mi’raj yang Perlu Anda Tahu

Isra Mi’raj adalah peristiwa fenomenal yang menjadi salah satu mukjizat Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Betapa luar biasanya Isra Mi’raj terangkum dalam 10 poin ini.

1. Makna Isra

Secara etimologi, Isra berasala dari أَسْرَى yang artinya berjalan di waktu malam. Isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Isra’ : 1)

2. Makna Mi’raj

Mi’raj secara etimologi berarti naik atau alat yang dipergunakan untuk naik. Secara istilah, mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.

أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى * وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى * عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى * عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى * إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى * مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى * لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm : 12-18)

3. Isra Mi’raj terjadi dalam semalam

Isra mi’raj terjadi dalam satu malam. Bahkan tidak sampai semalam penuh. Hal ini merupakan keajaiban yang luar biasa.

Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsha di Palestina berjarak sekitar 1.500 Km. Makkah – Palestina itu biasa ditempuh 40 hari dengan perjalanan onta. Sedangkan Rasulullah bisa menempuhnya hanya beberapa jam. Ini saja sudah merupakan keajaiban. Apalagi untuk naik ke Siratul Muntaha.

4. Tahun duka

Sebelum peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditinggalkan oleh dua orang yang sangat berperan besar dalam dakwah beliau: Khadijah radhiyallahu ‘anha dan Abu Thalib. Ummul Mukminin Khadijah sangat dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dialah wanita dan bahkan manusia pertama yang beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang mukminah yang mengorbankan seluruh hartanya untuk dakwah Islam, dan juga seorang istri, yang darinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai anak (keturunan).

Sedangkan Abu Thalib adalah paman beliau. Meskipun tidak masuk Islam, Abu Thalib berjasa besar dalam dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Thalib yang selama ini membela Rasulullah, Abu Thalib yang selama ini pasang badan ketika Quraisy akan mencelakakannya, Abu Thalib yang selama ini membuat orang Quraisy berpikir panjang ketika hendak menyakiti Rasulullah.

Dua orang itu meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tahun yang sama, dan kemudian dakwah menjadi lebih sulit dengan hilangnya dua pendukung besar dakwah. Karena itu, ahli sejarah menyebut tahun itu sebagai amul huzni; tahun duka cita.

Duka itu semakin lengkap, manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencoba membuka jalur dakwah baru, Thaif. Thaif yang sejuk dan hijau diharapkan menjadi lahan dakwah baru yang mau membuka diri menerima Islam. Namun ternyata, Thaif tidak kalah bengis dalam merespon dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diusir, bahkan disertai dengan cacian dan dilempari batu hingga kaki beliau berdarah-darah.

5. Isra Mi’raj menjadi tasliyah

Dalam kesedihan mendalam seperti itulah kemudian Allah SWT meng-isra mi’raj-kan beliau. Hingga jadilah peristiwa Isra dan Mi’raj itu menjadi tasliyah (pelipur lara) yang sangat luar biasa bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

6. Melalui isra mi’raj Allah tunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya

Dalam isra dan mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditunjukkan kekuasaan Allah di bumi dan di langit. Bahwa jika Allah berkenan, mudah saja bagi-Nya untuk mempercepat kemenangan dakwah, sebagaimana Allah juga dengan mudah dapat mempercepat perjalanan hamba-Nya; bahkan dengan kecepatan melebihi cahaya.

Allah juga menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa meskipun untuk sementara dakwahnya ditolak di bumi, ia sangat dimuliakan di langit. Ketika berada di langit, Rasulullah bertemu dengan para Nabi yang semuanya memuliakan beliau.

7. Dalam isra mi’raj Rasulullah bertemu para Nabi

Dalam banyak hadits shahih diterangkan bahwa dalam isra mi’raj Rasulullah bertemu para Nabi. Mereka menyambut dan memuliakan Rasulullah. Sebagai bukti bahwa Rasulullah adalah pelanjut kafilah para Nabi dan penutup mereka.

8. Mendapat perintah shalat 5 waktu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan perintah shalat wajib dalam Isra Mi’raj ini. Di sinilah salah satu keistimewaan shalat; jika ibadah yang lain diwajibkan melalui wahyu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di bumi, maka untuk mewajibkan shalat Allah memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke langit. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa semula shalat itu diwajibkan 50 waktu, yang kemudian menjadi 5 waktu.

9. Dalam isra mi’raj Rasulullah diperlihatkan nikmat surga dan siksa neraka

Dalam perjalanan isra mi’raj itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga diperlihatkan nikmat surga dan azab neraka; yang semakin mengokohkan beliau dalam mengemban dakwah berikutnya.

10. Hanya orang beriman yang mempercayai isra mi’raj

Esok harinya sepulang dari Isra Mi’raj, Makkah menjadi gempar ketika Rasulullah menceritakan Isra Mi’raj yang dialaminya. Orang-orang kafir seperti Abu Jahal semakin menjadi dalam mengejek beliau. Bahkan sebagian orang yang telah masuk Islam menjadi murtad setelah mendengar peristiwa itu. Iman mereka tidak sampai di sana. Demikian pula akalnya.

Namun tidak demikian dengan Abu Bakar. Ketika orang-orang menyampaikan berita Isra Mi’raj padanya, Abu Bakar hanya bertanya: “Apakah benar itu dari Muhammad Rasulullah?” ketika dijawab benar, Abu Bakar menimpali, “Kalau itu dikatakan Rasulullah, pastilah benar adanya!”. Demikianlah keimanan Abu Bakar yang luar biasa, selalu membenarkan Rasulullah hingga sebagian ulama berpendapat sebab peristiwa inilah Abu Bakar digelari Ash-Shidiq.

Demikianlah sikap manusia. Tidak semuanya beriman, tidak semuanya siap menerima kebenaran. Dan iman yang paling utama adalah iman seperti Abu Bakar.

 

[Muchlisin BK/Bersamadakwah]

Kisah Lengkap Peristiwa Isra Miraj, Hikmah dan Ibrahnya

Isra Miraj merupakan peristiwa maha dahsyat yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang mengalaminya. Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit hingga sidratul muntaha.

Banyak peristiwa yang dialami Rasulullah sewaktu isra miraj sejak pemberangkatan hingga kembali. Apa saja peristiwa itu, bagaimana kisahnya dan hikmah serta ibrah apa saja yang bisa dipetik? Berikut ini pembahasan lengkapnya.

hikmah

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Isra‘: 1)

Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm.

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm: 13-18)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.

“Tempat ini diserupakan dengan as sidrah yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat sidratul muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Tanggal Terjadinya Isra Miraj

Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ar Rahiqul Makhtum, menjelaskan enam pendapat kapan terjadinya Isra miraj.

1. Peristiwa Isra’ terjadi pada tahun ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama. Ini merupakan pendapat Ath Thabari.

2. Isra miraj terjadi lima tahun setelah Rasulullah diutus menjadi Nabi. Pendapat ini dikuatkan oleh An Nawawi dan Al Qurthubi.

3. Isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian. Pendapat ini dipilih oleh Allamah Al Manshurfuri.

4. Peristiwa ini terjadi 16 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 12 kenabian.

5. Peristiwa ini terjadi 1 tahun 2 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 13 kenabian.

6. Terjadi 1 tahun sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 13 kenabian.

Prof. Dr. Muhammad Sameh Said dalam buku Sirah Nabawiyah-nya, Muhammad Sang Yatim, menjelaskan bahwa peristiwa isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab, namun para ulama berbeda pendapat mengenai tahunnya.

Sedangkan Prof. Dr. Muhammad Ali Ash Shalabi dalam buku Sirah Nabawiyah-nya menegaskan bahwa isra miraj terjadi satu tahun sebelum hijrah ke Madinah.

Isra Miraj sebagai Tasliyah

Isra miraj merupakan tasliyah (hiburan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dilanda duka hingga menyebut amul huzn (tahun duka cita).

Mengapa beliau berduka? Ada beberapa sebab. Pertama, istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada bulan Ramadhan tahun 10 kenabian.

Khadijah adalah istri pertama Rasulullah yang sangat beliau cintai. Sejak Rasulullah mendapat wahyu, Khadijah adalah orang pertama yang mendukung beliau. Ketika kembali dari gua hira’ dalam kondisi demam, Rasulullah minta kepada Khadijah “zammilunii.. zammilinuii..” Selimuti aku… selimuti aku. Lalu Khadijah menyelimuti beliau, menenangkan beliau, memotivasi dan membangkitkan optimisme bahwa yang datang kepada beliau adalah kebaikan.

Khadijah merupakan orang yang pertama beriman dan mendukung dakwah beliau. Saat Rasulullah membutuhkan dana untuk dakwahnya entah memerdekakan budak, membantu fakir miskin atau keperluan lainnya, Khadijah yang mensupport beliau dengan hartanya. Khadijah pula yang memberi beliau keturunan termasuk Fatimah. Khadijah pula yang dengan kedudukan mulianya melindungi Rasulullah.

Maka wafatnya Khadijah merupakan duka tersendiri bagi Rasulullah. Bagaimana mungkin kehilangan pendamping hidup sejati dan pendukung dakwah hakiki bukan sebuah duka?

Tak berselang lama setelah Khadijah wafat, paman beliau Abu Thalib juga wafat. Meskipun tidak mau masuk Islam, Abu Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Beliau yang senantiasa pasang badan saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti Rasulullah atau hendak mencelakakannya.

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Dakwah di Makkah serasa tidak lagi memiliki celah untuk bergerak.

Namun Rasulullah tak mau berdiam diri. Dakwah di Makkah dibatasi, beliau pun berupaya dakwah ke luar Makkah. Beliau pergi ke Thaif dengan harapan di sana dakwah diterima. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari dengan batu hingga kaki beliau berdarah.

Setelah mengalami amul huzn inilah, Allah Subhanahu wa Ta’ala meng-isra’-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari perjalanan yang super kilat ke Baitul Maqdis, mengimami para Nabi di sana, lantas naik ke sidratul muntaha, bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapat perintah sholat lima waktu, juga diperlihatkan surga dan neraka. Semua rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah bagi beliau.

 

Kisah Lengkap Isra Miraj

Usai shalat isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.

Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit.
Dia ditanya, “Siapakah ini?”
Ia menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus?”
“Dia telah diutus.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keempat. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Idris ‘alaihissalam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah telah berfirman untuknya, “dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.”

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Musa lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam.

Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”
Aku menjawab, “Sholat 50 kali.”
Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”
“Aku akan kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam.
Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali.”
Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”
Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya.”

Ibrah dan Hikmah Isra’ Mi’raj

1. Setelah cobaan datang silih berganti, bahkan Rasulullah mengalami tahun duka cita, Allah memberinya tasliyah (hiburan) dengan isra miraj ini.

2. Rasulullah memilih susu untuk beliau minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian.

3. Shalat Rasulullah bersama para Nabi di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.

4. Sesungguhnya Masjid Al Aqsha memiliki kaitan erat dengan Masjidil Haram. Masjid Al Aqsha merupakan tempat isra’ Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Karenanya umat Islam harus mencintai Masjid Al Aqsha dan mempertahankannya dari segala upaya penjajah Yahudi yang hendak mencaplok dan merobohkannya.

5. Urgensi shalat dan kedudukannya yang agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah shalat langsung diturunkan Allah kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.

6. Rasulullah hendak mencapai fase baru yakni hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Maka Allah memurnikan barisan dakwah dengan isra miraj. Orang-orang yang tidak kuat aqidahnya dan mudah goyang keyakinannya, mereka murtad setelah diberitahu tentang isra miraj. Adapun yang imannya kuat, mereka justru semakin kuat imannya.

7. Keberanian Rasulullah sangat tinggi dalam berdakwah dengan menyampaikan isra miraj kepada mereka. Meskipun mereka tidak akan percaya bahkan mencemooh dan mengolok-olok, Rasulullah tetap menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti-bukti empiris kepada kafir Quraisy meskipun mereka justru menuduh beliau sebagai tukang sihir.

 

8. Keimanan umat yang paling sempurna adalah imannya Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan bahwa Muhammad mengatakan telah isra miraj, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang mengatakan Rasulullah, aku percaya,” demikian logika keimanan Abu Bakar sehingga beliau mendapat gelar Ash Shiddiq.

9. Rasulullah menyampaikan bahaya penyakit masyarakat yang dilihatnya. Beliau diperlihatkan bagaimana siksa untuk orang yang suka ghibah, orang yang berzina, orang yang makan harta anak yatim, dan lain-lain.

10. Para sahabat menjadi perhatian terhadap Masjid Al Aqsha yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Masjid Al Aqsha bisa dibebaskan.

Demikian pembahasan isra miraj mulai dari pengertian, amul huzn, kisah lengkap hingga hikmah dan ibrah yang bisa dipetik. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH

 

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Mayit Tahu Siapa Saja yang Memandikannya?

Kalau seorang yang meninggal apakah ia tahu siapa saja yang memandikan?

Ada keterangan yang menyebutkan bahwa perlakukan mayit seperti memperlakukan orang hidup.

Dari Jabir ra berkata, “Aku keluar bersama Rasulullah SAW mengantar jenazah, beliau duduk di pinggir kuburan dan kami pun juga demikian. Lalu seorang penggali kubur mengeluarkan tulang (betis atau anggota) dan mematahkannya (menghancurkannya). Maka nabi SAW bersabda, “Jangan kamu patahkan tulang itu. Kamu patahkan meski sudah meninggal sama saja dengan kamu patahkan sewaktu masih hidup. Benamkanlah di samping kuburan. (HR Malik, Ibnu Majah, Abu Daud dengan isnad yang shahih)

Artinya orang hidup memiliki rasa malu, mayit pun memiliki rasa malu. Makanya walau pun ia mayit, saat mandi harus ditutup auratnya.

Mayit tidak dapat merespons tapi kita yakin dia punya rasa malu.

Para sahabat mengatakan ketika akan memandikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:

لَا نَدْرِي أَنُجَرِّدُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ثِيَابه كَمَا تجرد مَوْتَانَا

“Kami tidak tahu, apakah kami melepas pakaian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam sebagaimana kami melepas pakaian orang yang meninggal dunia di antara kami ataukah tidak.” (H.R.Ahmad:6/267 dan Abu Dawud:3141).

Hadits ini menunjukkan bahwa kebiasaan yang berlaku di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika akan memandikan jenazah melepas pakaian yang melekat pada jasadnya

Lalu kenapa kalau meninggal kita tidak boleh mengomongkan keburukannya? Meski ia semasa hidup memiliki keburukan tapi tetap kita tetap tidak boleh membicarakan keburukan si mayit.

Ini sebuah isyarat bahwa yang meninggal ikut merasakan apa yang diperlakukan manusia kepadanya. Ekspresi cinta terakhir seorang anak kepada orangtuanya adalah memandikan jenazah orangtuanya. Sangat aneh jika orangtua memiliki empat anak, semuanya sarjana akan tetapi ketika ortu meninggal yang memandikan malah orang lain. Semasa kecil atau bayi padahal orangtua sering memandikan kita. Ini tentu sangat memprihatinkan. Lebih afdhal orangtua yang meninggal dimandikan anaknya.

Sebab itu, mayit itu kata Ustadz Aam Amiruddin tahu oleh siapa dia dimandikan. Kita harus beriktikad bisa memandikan jenazah, paling tidak jenazah orangtua.

Wallahua’lam.

BERSAMA DAKWAH

Menata Masa Depan

SAYA tuliskan di status saya yang merupakan sari pati nasehat beberapa ulama yang memiliki kesamaan makna: “Memandang pada tanah di depan kita yang akan diinjak kaki kita jauh lebih penting dan lebih utama ketimbang melihat pada tanah bekas diinjak kaki kita.”

Kalimat indah di atas memiliki makna dalam sekali. Di antaranya adalah bahwa kita harus hati-hati dalam berbuat, pikirkan sebelum berbuat, teliti sebelum membeli. Kandungan lainnya adalah bahwa kita jangan terlalu fokus pada masa lalu. Banyak sekali orang gagal menata masa depan hanya karena selalu bicara masa lalu. Tidak bisa lakukan “move on” sehingga akhirnya hanya lari di tempat sambil menangis dan bersedih.

Ada motivator, Brian Tracy, yang berkata: “Spend 80% of your time focusing on the opportunities of tomorrow rather than the problems of yesterday.” Kalau ingin sukses, gunakan 80 persen waktu untuk fokus pada peluang atau kesempatan esok hari, ketimbang fokus pada masalah hari kemaren.

Sebagai orang beragama, ada pertanyaan penting yang perlu dijawab: “Bagaimanakah cara islami fokus pada masa depan? Apa saja yang harus dilakukan dan apa saja yang tak boleh dilakukan?” Sungguh itu pertanyaan yang jawaban pastinya ditunggu banyak orang yang ingin jalan masa depannya tak tertutup pintu masa lalu, tak terhalang hal yang penting dan tak terintangi hambatan yang perlu. Anda termasuk yang menunggu jawabannya?

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Empat Bukti Isra Miraj yang Bikin Kafir Quraisy Kelabakan

Orang-orang kafir Quraisy tidak percaya dengan isra’ mi’raj. Mereka pun minta bukti empiris jika beliau benar-benar telah pergi ke Baitul Maqdis dalam satu malam. Mereka minta dua bukti isra miraj yang mereka bisa memeriksa kebenarannya.

Pertama, tentang Baitul Maqdis. Karena di antara tokoh Quraisy ada yang telah mengetahuinya dengan persis termasuk pintu-pintunya. Menurut mereka, Muhammad tidak mungkin tahu sedetail itu.

Kedua, tentang kafilah dagang mereka. Menurut logika, Muhammad tidak mungkin tahu rombongan dagang mereka kecuali jika melewati mereka dalam perjalanan ke Baitul Maqdis tersebut.

“Wahai Muhammad deskripsikan untuk kami tentang Baitul Maqdis,” pinta mereka.

Rasulullah memang telah isra ke Baitul Maqdis. Tapi itu terjadi di malam hari sehingga beliau tidak begitu memperhatikan bangunannya dengan jelas. Lagi pula, beliau juga tidak perlu memperhatikan sedetil itu karena bukan itu tujuan isra miraj.

Orang-orang kafir Quraisy sebenarnya ingin mempermalukan Rasulullah dan mencari alasan agar bisa menyebut beliau berdusta. Namun Allah tidak menghendaki demikian. Datanglah Malaikat Jibril membawakan gambaran Baitul Maqdis di atas sayapnya. Sembari melihat apa yang ditampilkan oleh Jibril, beliau menjawab pertanyaan Kafir Quraisy dengan telak:

“Salah satu pintunya begini dan begini terletak di tempat begini dan begini, salah satu pintunya lagi begini dan begini terletak di tempat begini dan begini.”

Mereka terkejut. Bagaimana mungkin Rasulullah bisa menjelaskan sedetil itu. Tapi mereka segera beralih ke pertanyaan kedua. Tentang rombongan unta mereka.

“Aku melintasi rombongan unta Bani Fulan di Rauha’ dan mereka sedang kehilangan salah satu unta mereka lalu mereka berusaha mencarinya. Lalu aku sampai pada kumpulan kendaraan mereka dan tidak seorang pun berada di sana tiba-tiba aku menemukan semangkuk air lalu aku meminum darinya. silakan kalian tanyakan tentang itu kepada mereka,” jawab Rasulullah.

“Demi Tuhan, ini adalah pertanda,” sebagian mereka saling kasak kusuk, kelabakan mendengar jawaban Rasulullah.

“Lalu aku sampai pada rombongan dagang Bani Fulan,” lanjut Rasulullah, “maka lari dariku seekor unta dan seekor unta betina berwarna merah berlutut, di atasnya terdapat tandu untuk membawa barang-barang yang ditulis dengan tulisan putih. Aku tidak tahu apakah unta-unta yang telah mematahkannya atau tidak. Silakan kalian tanyakan kepada mereka tentang itu.”

“Demi Tuhan, ini adalah pertanda,” kata sebagian mereka.

“Lalu aku tiba di rombongan dagang Bani Fulan di Tan’im, berada di barisan terdepan seekor unta putih berbelang hitam dan sejenak lagi dia akan datang kepada kalian melalui Ats Tsaniyah (jalan di lereng bukit)”

Tak hanya dua, Rasulullah menghadirkan empat bukti empiris; satu tentang Masjid Al Aqsa, tiga tentang rombongan unta dan kafilah dagang mereka. Semua bukti isra miraj ini benar adanya.

Tak mau kaumnya percaya dengan Rasulullah dan isra miraj, Walid bin Mughirah langsung membuat pernyataan.

“Dia seorang tukang sihir,” kata Walid menuduh Rasulullah.

Orang-orang kafir Quraisy itu mengetahui bahwa empat bukti isra miraj yang disebut Rasulullah adalah nyata sebagaimana fakta yang mereka ketahui. Namun, mereka lebih condong ke tuduhan Walid bin Mughirah.

“Benar apa yang dikatakan Walid Bin Mughirah tentangnya,” kata mereka sembari pergi meninggalkan Sang Nabi.

 

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Seriusnya Kita Obati Sakit Jasmani

DOKTER-DOKTER spesialis laris manis. Tak hanya di rumah sakit, di rumah tinggalnyapun ditunggu pasien. Ruang praktek tak pernah sepi. Perburuan kesembuhan dari penyakit memang tak tak pernah berhenti. Sebagian dari kita mungkin sering terlibat dalam perburuan ini. Sakit memang tak nyaman. Apapun akan dilakukan asal bisa sehat kembali.

Jamu dan obat yang pahit bahkan pembedahan operasi dengan melukai tubuh rela kita makan dan lakukan demi sembuh. “Asal saya bisa sembuh, pak/bu dokter,” kata setiap pasien. Olahraga yang menjadi bagian terapi dilakukan pula sesuai dengan petunjuk dan arahan dokter.

Sahabat dan saudaraku, itu adalah upaya sembuh dari penyakit jasmani. Lalu, bagaimanakah dengan upaya sembuh dari penyakit ruhani? Adakah orang sombong yang ingin sembuh? Adakah orang bakhil yang bersemangat mengobati kebakhilannya? Adakah orang malas yang serius mencari guru hati? Adakah pengeluh dan pemarah yang antri di rumah dan majelis para alim?

Semua kita tahu jawaban dari pertanyaan di atas. Lalu, mengapa pencarian kesembuhan dari penyakit ruhani tak seheboh usaha menuju kesebuhan penyakit jasmani? Apakah karena tak ada rumah sakit khusus ruhani? Apa karena tak ada “puskesmas” khusus hati?

Mushalla, masjid, ponfok pesantren, madrasah, majelis ta’lim adalah pusat kesehatan ruhani kita. Sayangnya, banyak kita yang pura-pura tak tahu sehingga jarang berkunjung memeriksakan diri. Inilah penyebab semakin maraknya penyakit mental masyarakat kita

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Hijrah: Migrasi dari Gelap Menuju Terang

ORANG yang lama berada dalam gelap akan merasa kaget dan tersiksa ketika ada cahaya terang mengenai dirinya, terlebih kedua matanya. Tapi dia harus dipaksa membiasakannya agar mampu menikmati nikmat dah indahnya terang.

Orang yang terbiasa dengan kehinaan, kejahatan dan kemaksiatan akan kaget dan merasa tak nyaman jika ada dakwah untuk kemuliaan, ajakan kebaikan dan panggilan untuk ibadah.

Salah satu bentuk riyadlah (latihan) jiwa yang lazim dijalankan orang-orang baik masa lalu untuk membiasakan lembali dengan kebaikan adalah memaksa diri untuk duduk bersama orang-orang shalih dan membiasakan diri dzikir mengingat Allah untuk menetralkan hati dari toxin cinta dunia dan berdoa terus untuk menentramkan jiwa dari kegelisahaan yang tak perlu.

Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah adalah: “Wahai Dzat yang Maha Mengetahui atas segala apa yang ada dalam dada, keluarkankan hamba dari kegelapan (dhulumat)menuju terang (nur). Begitu pentingnya migrasi dari zona gelap ke zona terang, sampai Rasulullah mengajarkan doa ini. Selamat bagi yang sudah di zona terang, mari kita istiqamah di zona penuh ridla itu. Bagi yang masih belum migrasi, hijrahlah dengan cara yang tepat menuju tempat yang tepat untuk bersama-sama dengan orang yang tepat.

Mulailah hari ini dengan membuka mata dan membuka hati, berdzikir dengan lisan dan mengingat dengan kalbu, melangkah dengan kaki dan berangkat dengan jiwa menuju cahaya, Cahaya di atas cahaya. Jadikan hari-hari kita sebagai hari yang indah dan berkah.

 

INILAH MOZAIK

Gelombang Pertama Jamaah Haji Indonesia Terbang 17 Juli

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Nizar Ali menyampaikan bahwa jamaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 17 Juli 2018. Keberangkatan mereka akan dibagi dalam dua gelombang penerbangan.

“Gelombang pertama akan diberangkatkan menuju Madinah dari 17 – 29 Juli 2018. Gelombang kedua keberangkatan menuju Jeddah pada 30 Juli sampai 15 Agustus 2018,” kata Nizar Ali saat menyampaikan sambutan pada acara Penandatangan Perjanjian Udara Jemaah Haji Reguler tahun 1439H/2018M di kantor Kemenag, jalan Lapangan Banteng Barat, Nomor 3-4 Jakarta, Senin (9/4).

Penandatanganan dilakukan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali, Dirut Garuda Indonesia Pahala N Mansury, dan GM Hajj Umrah, Sales, and Revenue Saudi Arabaian Airlines Mr Amer G Alghamdi.

Sebagaimana pemberangkatan, fase kepulangan jamaah haji Indonesia juga dilakukan dalam dua fase. Kepulangan gelombang pertama dilakukan dari Jeddah pada 27 Agustus sampai 8 September 2018. Sementara kepulangan gelombang kedua dilakukan dari Madinah mulai 9 sampai 26 September 2018.

Dirut Garuda Indonesia Pahala N Mansury menyampaikan, bahwa tahun ini pihaknya telah menyiapkan 14 pesawat, terdiri dari: tiga pesawat B747-400, lima pesawat B777-300ER, dan enam pesawat A330-300/200. Sementara jumlah pesawat yang dioperasionalkan pada musim haji tahun 2018 ini disesuaikan dengan peningaktan trafik jemaah haji Indonesia.

“Pada tahun ini, Garuda Indonesia akan menerbangkan jamaah sebanyak 107 ribu penumpang yang rencananya akan diberangkatkan dari sembilan embarkasi yang terdiri dari 278 kloter, meliputi: Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar dan Lombok,” kata Pahala N Mansury.

Selain itu, lanjut Pahala, Garuda Indonesia tahun ini juga meningkatkan jumlah awak kabin haji menjadi 540 orang  dari sebelumnya yang berjumlah 506 awak kabin. Sebanyak 25 persennya adalah putra-putri daerah. Menurut Pahala, itu menjadi bagian dari upaya peningkatan pelayanan. Sebab, sebagian jemaah haji Indonesia hanya bisa berbahasa daerah. Oleh karenanya, Garuda Indonesia hanya merekrut awak kabin dari daerah embarkasi tersebut.

“Garuda Indonesia juga menyediakan akses informasi secara real time untuk jamaah dan keluarga ingin memantau update perkembangan operasional waktu keberangkatan dan kedatangan setiap kloter haji melalui website : http://haji-ga.com,” kata Pahala.

 

IHRAM

Pemuda yang Diganjar Bidadari Surga

Kisah berikut ini dinukilkan oleh Abd al-Wahid bin Zaid, seorang tokoh sufi terkemuka Bashrah pada masa Dinasti Umayyah, seperti yang terdapat dalam Kitab al-Zuhd wa al-Raqaiq. Kisah tentang janji Allah SWT bagi mereka yang mati syahid dalam peperangan. Allah akan mengganjar mereka kenikmatan surga dengan segala isinya.

Saat itu, pasukan Abd al-Wahid sedang bersiap untuk berperang melawan musuh. Kisah ini terjadi pada zaman keemasan Islam, sekitar zaman Dinasti Bani Umayyah. Beberapa sahabatnya segera bersiap dan membacakan ayat-ayat Alquran yang menegaskan janji Allah tersebut, salah satunya surah at-Taubah ayat 111:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Alquran. Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”

Seorang pemuda yang masih berusia belia, sekira 15 tahun, menghadap Abd al-Wahid. Ia tak lagi memiliki keluarga. Sang ayah wafat dengan warisan melimpah. Sang pemuda adalah pewaris tunggal.

Pemuda itu bertanya kepada Abd al-Wahid. ”Benarkah Allah akan membayar jiwa dan harta orang-orang mukmin dengan surga?” tanya sang pemuda. Ia pun membenarkannya.

Sang pemuda pun kemudian menyatakan dirinya sanggup menyerahkan jiwa dan hartanya demi surga dengan maksud ingin ikut jihad berperang.

Abd al-Wahid pun berkata, “Wahai, Saudaraku, sesungguhnya tebasan pedang itu sangat dahsyat, sedangkan engkau masih sangat belia. Aku khawatir, engkau tidak mampu bersabar dan akhirnya lemah ketika menghadapi ujian itu.”

Sang pemuda tetap memantapkan hatinya untuk berjihad di jalan Allah. ”Wahai, Abd al-Wahid , sesungguhnya aku telah menjual jiwaku kepada Allah dengan imbalan surga. Dan, aku sangat bergembira, aku telah bersumpah kepada Allah dengan sungguh-sungguh untuk menyerahkan diriku kepada-Nya,” katanya menegaskan.

Mendengar perkataan pemuda tersebut, Abd al-Wahid merasa jiwanya berubah menjadi kerdil dan lalai. Ia membayangkan anak laki-laki semuda itu mampu berpikir dengan indahnya.

Kemudian, pemuda itu segera mengambil seluruh harta yang dia miliki dan dia infakkan semuanya kecuali seekor kuda dan persenjataan yang dia miliki. Ketika datang waktu keluar untuk berjihad, pemuda itulah orang yang pertama kali maju untuk berjihad.

Mereka mulai melakukan perjalanan menuju medan perang. Selama itu pula si pemuda selalu memenuhi harinya dengan berpuasa pada siang hari serta menegakkan qiyamul lail pada malam harinya.

Pemuda tersebut juga yang memenuhi keperluan semua perbekalan dan kuda-kuda tunggangan pasukan. Dia juga yang berjaga ketika pasukan yang lain tidur. Terus-menerus, pemuda itu melakukan amalnya sampai pasukan tersebut menghadapi musuh di negeri Romawi.

Suatu hari, sang pemuda pun berkata, “Betapa rindunya aku pada al-ain al-mardhiyyah (nama panggilan untuk bidadari surga).” Abd al-Wahid pun mempertanyakan apa yang dimaksudkan oleh pemuda tersebut.

Mimpi

Sang pemuda kemudian bercerita, tadi ia sempat mengantuk dan tertidur sekejap. Kemudian, ia merasa tiba-tiba seorang laki-laki mendatanginya. Laki-laki itu berkata pada sang pemuda, “Pergilah engkau menuju al-ain al-mardhiyyah.”

Laki-laki itu kemudian membawa sang pemuda menuju sebuah taman yang di dalamnya terdapat sungai yang alirannya terbuat dari air yang tidak berubah bau dan tidak berasa. Di pinggir sungai itu terdapat sekelompok gadis jelita yang memakai perhiasan yang sangat indah.

Ketika melihat kedatangan sang pemuda, gadis-gadis itu menyambutnya dengan ceria dan berkata, “Inilah dia suami al-aina al-mardhiyyah!”

Sang pemuda kemudian mengucapkan salam dan berkata, “Apakah salah seorang di antara kalian ini ada yang bernama al-aina al-mardhiyyah?”

Para gadis itu pun menjawab, “Tidak ada, tetapi kami ini hanyalah para dayang dan pelayannya semata. Berjalanlah terus ke depan maka engkau akan bertemu dengannya.”

Perjalanan sang pemuda terus berlanjut. Ia kemudian menemui banyak taman indah dengan berbagai sungai ajaib dari yang aliran airnya merupakan air susu, khamr, hingga madu yang jernih.

Di tiap taman pun selalu ada para gadis jelita yang makin cantik dengan perhiasan yang makin indah. Namun, tak satu pun dari mereka yang bernama al-ain al-mardhiyyah.

Hingga akhirnya, sampailah ia pada sebuah istana yang terbuat dari mutiara putih. Di depannya ada seorang gadis yang kemudian bertutur pada seseorang, “Wahai, al-aina al-mardhiyyah, ini suamimu telah datang.”

Sang pemuda pun mengarahkan pandangannya pada gadis yang bernama al-ain al-mardhiyyah tersebut. Bidadari tersebut sedang duduk di atas ranjang emas dengan mengenakan mahkota yang terbuat dari permata dan mutiara.

Kecantikan sang bidadari membuat sang pemuda takjub, tak bisa berkata-kata lagi. Sang bidadari pun berkata, “Selamat datang, wahai Waliyur-rahman, telah dekat waktu kehadiranmu kepada kami.”

Sang pemuda pun berjalan mendekati bidadari untuk memeluknya, tetapi ditolak. Dengan lembut sang bidadari pun berkata, “Jangan tergesa-gesa, belum tiba waktunya bagimu untuk dapat memelukku. Engkau masih memiliki ruh di dalam jasad maka berpuasalah esok hari, kemudian engkau akan berbuka bersama kami malam harinya.”

Tiba-tiba, sang pemuda pun terbangun dari mimpinya. Saat sedang menceritakan kisahnya tersebut, tiba-tiba datang gerombolan musuh menyerang pasukannya.

Sang pemuda segera bangkit untuk menghadapi serangan tersebut dan berhasil mengalahkan sembilan orang dari pasukan musuh. Hingga saat menghadapi musuh ke-10, sang pemuda itu kalah. Ia mati syahid.

Tubuhnya yang berlumuran darah itu pun telah ditinggalkan oleh ruhnya. Wajahnya menyunggingkan senyuman yang indah. Tampaknya, inilah waktu saatnya bertemu bidadari surga tersebut.

 

MOZAIK REPUBLIKA

Tempat Favorit Nabi untuk Berdoa

Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT  untuk mengarahkan wajahnya saat shalat ke Ka’bah.

Masjidil Haram

Nabi (saw) mengajarkan bahwa satu doa di Al-Masjid Al-Haram bernilai 100.000 doa di masjid lainnya. Nabi (saw) berkata, “Aku bersumpah demi Allah, kamu (Makkkah) adalah yang terbaik dari tanah Allah dan kamu adalah tanah tercinta bagi Allah.”

Al-Masjid An-Nabawi di Al-Madinah Al-Munawwarah

Nabi (saw) berkata, “Ya Allah! Jadikan kita mencintai Madinah sama seperti kita mencintai Makkah atau bahkan lebih. ”

Ketika Nabi (saw) akan kembali dari perjalanan dan melihat-lihat tembok Madinah, dia akan mempercepat untanya keluar karena cintanya kepada Madinah.

Masjid Al-Aqsa di Yerusalem

Nabi Muhammad SAW memimpin semua nabi dalam shalat di Masjid Al-Aqsa pada malam perjalanan yang menakjubkan dari Al Israa ‘dan Mi’raaj.

Allah berfirman di dalam Al Qur’an, “Yang mulia adalah Dia yang membawa Hamba-Nya [Nabi Muhammad] pada malam hari dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsa, yang lingkungannya kita telah memberkati.” (Al Qur’an 17 -1)

Masjid Quba di Madinah

Masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun dalam Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Hadiah untuk satu doa adalah disana sama dengan pahala untuk menjalankan umrah.

Gunung Uhud di Madinah

Sambil berdiri di Gunung Uhud bersama teman-temannya, Nabi (saw) berkata, “Gunung ini mencintai kita dan kita menyukainya.”

Tempat pemakaman di Madinah. Al-Baqi.

Al-Baqi` adalah tempat pemakaman sekitar 10.000 sahabat Nabi (saw). Dia (saw) biasa mengunjungi makam mereka dan membuat doa untuk orang-orang yang dikuburkan di sana. Nabi (saw) biasa berkata, “Semoga selamat, hai tempat beriman. Apa yang telah dijanjikan telah sampai kepada Anda. “Dia (saw) juga berkata,” Ya Allah, maafkan penduduk Baqee ‘Al-Gharqad. ”

Di Ar-Raudah di Masjid An-Nabawi di Madinah

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Antara rumah dan mimbar saya ada taman kebun surga, dan mimbar saya ada di tangki air mancur saya (yaitu Al-Kauthar).”

 

IHRAM