Redakan Amarah dengan Doa Rasulullah Ini

Manusia adalah makhluk yang dikaruniai pelbagai perasaan. Tidak hanya senang dan bahagia, manusia juga kerap dilanda amarah.

Saat berada di bawah pengaruh amarah, manusia berpotensi untuk mengambil sikap yang tidak terkontrol. Sehingga bisa menimbulkan kerusakan.

Rasulullah Muhammad SAW pun menyadari kecenderungan ini. Rasulullah mengajarkan manusia agar menahan amarahnya.

Selain itu, ada doa yang diajarkan Rasulullah untuk mengatasi hati yang bergejolak penuh amarah.

Allaahummaghfirlii dzanbii, wa adzhib ghaizha qalbii, wa ajirnii minas syaithaani.

Artinya:

“Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.”

Sumber: Dream.co.id

Tangis Suciati Dengar Azan Pertama dari Masjid yang Dibangunnya

Suciati Saliman semula hanyalah pedagang kecil di Pasar Terban, Yogya. Kini dia menjadi pengusaha sukses dan mampu mewujudkan mimpinya sejak kecil untuk membangun masjid. Inilah cerita tangisnya yang pecah saat mendengar azan pertama di masjid tersebut.

Masjid megah tersebut berlokasi di Jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman. Dibangun di atas lahan seluas 1.600 meter persegi dengan tinggi bangunan 3 lantai dan satu basement. Masjid itu dinamai Masjid Suciati Saliman, sesuai nama yang membiayai pembangunannya.

Butuh waktu sekitar 3 tahun untuk membangun masjid bergaya perpaduan arsitektur Timur Tengah dan Jawa tersebut. Peletakan batu pertama dilakukan 2 Agustus 2015 hingga diresmikan 13 Mei 2018, meskipun masih terus dilakukan penambahan dan pembenahan.

“Ini masih 80 persen pembangunan. Harapannya nanti bulan Agustus bisa selesai 100 persen,” kata Suciati ketika ditemui di Masjid Suciati Saliman, Selasa (29/5/2018).

Tentang keinginan membangun masjid, Suciati mengatakan hal itu adalah impiannya sejak masih usia SMP dan semakin kuat tekadnya setelah menjalankan umrah tahun 1995. Dia terobesi membangun masjid dengan model Masjid Nabawi di Madinah.

Suciati semula hanyalah pedagang ayam kecil-kecilan di Pasar Terban, Yogyakarta. Dari jualan 5 ekor ayam kampun kini dia memiliki Rumah Potong Ayam (RPA) modern dan memiliki 1.300 orang karyawan.

Perusahannya juga memproduksi makanan beku seperti nugget, sosis, bakso, dan patties dan juga tekah diajak bekerjasama sebuah perusahaan restoran waralaba ayam goreng skala internasional.

Suciati mengisahkan sedikit perasaannya ketika masjid tersebut pertama kali mengumandangkan azan, beberapa hari sebelum secara resmi masjid diresmikan penggunaannya.

“Tanggal 6 Mei 2018, azan pertama waktu salat Maghrib, saat itu saya nangis. Mimpi (saya) terkabulkan. Gimana rasanya, masjidnya sudah jadi dan adzan pertama, ya gimana rasanya, saya waktu itu mendengarkan di luar rumah,” ujarnya lirih.

 

DETIK

Mati itu Pasti

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui segala rahasia, menggolongkan kita sebagai ahli takwa. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imron [3] : 185)

Saudaraku, kematian itu pasti terjadi. Setiap orang pasti akan mengalami mati yang waktu, tempat dan caranya adalah rahasia Allah Swt. Manusia lahir memang berurutan, namun manusia mati tidak berurutan. Ada kalanya yang usianya masih muda bahkan masih bayi meninggal dunia lebih dahulu daripada yang sudah tua. Ada kalanya yang sehat bugar tiba-tiba meninggal dunia, padahal di tempat yang lain ada yang sudah sakit-sakitan tapi sehat kembali dan panjang usia. Maasyaa Allah, kematian adalah rahasia Allah.

Jika kita tafakuri dari kematian ini maka kita bisa menyadari bahwa kehidupan kita di dunia ini sangatlah terbatas. Dibatasi oleh kematian yang kedatangannya bisa sangat tiba-tiba atas kehendak Allah Swt. Dan, jika kita mati maka tidak ada satupun sekecil apapun yang bisa kita bawa dari dunia ini. Keluarga kita, harta kekayaan kita, semua akan ditinggalkan. Yang kita bawa tiada lain hanyalah catatan amal perbuatan kita.

Oleh karena itu, hidup kita yang serba terbatas dan sangat singkat ini adalah hanya untuk beramal sholeh. Sungguh merugilah kita jika sudah hidup sangat singkat di dunia hanya diisi dengan kemaksiatan dan kesia-siaan. Dan, semakin rugi jikalau kita mati dalam keadaan suul khotimah. Semoga Allah Swt. senantiasa membimbing kita dengan hidayah-Nya, sehingga kita tergolong orang-orang yang beruntung dengan husnul khotimah. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Sabar Meski Diludahi

Khorizie H Dasir mengingat kembali pengalamannya menjadi petugas haji. Ketika di Tanah Suci pria paruh baya itu menyapa seorang jamaah entah siapa namanya. Sapaan itu tak dibalas dengan kata-kata. Kesopanannya justru dibalas dengan ludah.

“Saya tidak memarahinya…tidak,” kata dia di hadapan tim media center haji (MCH) Ahad (27/5) setelah pembekalan petugas haji.

Khorizie justru memeluk jamaah tadi yang mengalami keterbelakangan mental. Hatinya berkata menjadi petugas haji harus melayani, menjaga sikap dan emosi. Jangan pernah sedikit pun terbesit keinginan untuk memarahi mereka.

“Yang sabar ya pak, Allah akan memberi kita yang terbaik,” ujar dia kepada jamaah tersebut.

Masih ada pengalaman pahit lainnya melayani petugas haji. Dia pernah mengalami gangguan penglihatan. Pengobatan mata dia jalani. Satu bola matanya sembuh. Tapi lainnya tidak lagi berfungsi sampai detik ini.

Pengalaman itu sengaja dikisahkannya kepada 780 petugas haji yang akan berangkat ke Tanah Suci. Ratusan pasang mata menatap ekspresi Direktur Bina Haji tersebut, tersentuh dengan penjelasannya tentang permasalahan dan tantangan menjadi petugas haji.

Kharizie menjelaskan, mereka semua harus siap dengan berbagai situasi lapangan yang tak terprediksi. Nanti pasti ada jamaah lelah terduduk seorang diri di pelataran masjid suci. “Apakah jamaah itu ditinggalkan sementara kalian berzikir dan beribadah? Jangan. Itu zalim. Kalian mendapatkan amanah sebagai petugas haji. Laksanakan dengan baik,” imbuh dia.

Amanah petugas haji bukan sekadar melaksanakan rukun Islam kelima. Lebih jauh dari itu, mereka harus memastikan kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan ibadah haji. Tugas mereka adalah membina, melayani, dan melindungi jamaah haji. Kalau mau fokus beribadah sendiri, tambah dia, jangan jadi petugas.

Apakah menjadi petugas berarti tak boleh beribadah? Khorizie menjelaskan, ibadah boleh saja, tapi yang menjadi prioritas adalah jamaah haji. Membina, melayani, dan melindungi jamaah haji juga ibadah. Pahala dari Yang Mahakuasa akan datang jika petugas mengemban amanahnya dengan baik.

Kalian, tegas Direktur Bina Haji, bukan melayani tamu biasa, tapi orang-orang pilihan Allah, duyufur rahman. Melayani mereka dengan baik adalah yang paling utama.

Dengan melaksanakan kewajiban sebagai petugas haji sebaik mungkin, para tamu Allah akan melaksanakan rukun Islam kelima. Kalau tidak ada yang membimbing, sementara mereka tidak benar melaksanakan ibadah haji, maka Allah akan mempertanyakan kinerja petugas haji. “Harus siap mempertanggungjawabkan itu,” kata dia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengimbau petugas haji menjalankan tugas dengan cinta. Siapa pun jamaahnya wajib mendapatkan prmbinaan, pelayanan, dan perlindungan.

 

IHRAM

Dari Rasulullah: Doa Mustajab di Bulan Ramadan

RAMADAN adalah bulannya ahlul munajat, bulan berpesta bagi hamba-hamba Allah yang tak pernah bosan dan letih memanjatkan doa kepada-Nya.

Renungkanlah! Wahai hamba-hamba Allah, satu ayat mulia berikut ini, yang urutannya dalam mushaf alquran berada di antara ayat-ayat yang berbicara tentang Ramadan (ayat 183 s.d. ayat 187, QS. al-Baqarah):

“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka (katakanlah bahwa) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan hamba yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala) perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186)

Keberadaan ayat ini di tengah-tengah ayat tentang Ramadhan, mengandung hikmah yang begitu mendalam. Al-Hafizh Ibnu Katsir mengupas hikmah tersebut dalam kitab tafsirnya yang terkenal, beliau mengatakan:

“Firman Allah Taala pada ayat ini perihal motivasi berdoa yang disebutkan di sela-sela ayat tentang hukum-hukum seputar puasa (Ramadan), menyiratkan petunjuk untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa saat menyempurnakan puasa, bahkan saat berbuka…” (Tafsir Ibnu Katsir: I/hal. 471, cet. Daar Ibnu Hazm 1419-H)

Sejarah emas Islam mencatat bahwasanya kemenangan terbesar umat ini pada Perang Badr terjadi di bulan Ramadan, tepatnya 2 tahun setelah hijrah. Dan itu tentu saja tidak lepas dari sebab munajat dan doa kepada Rabbul Aalamiin.

Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu mengisahkan:

“Sungguh aku melihat kami pada malam (perang) Badr, di mana tidak ada satu pun di antara kami melainkan ia tertidur, kecuali Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam, beliau salat menghadap pohon dan berdoa (kepada Allah) sampai subuh…” (Hadist Shahih, riwayat Ahmad no. 1161)

Dan kita tahu bahwa keeseokan harinya, Allah menjawab doa tersebut dengan menurunkan ribuan bala tentara Malaikat untuk menolong kaum muslimin yang berjumlah sedikit dan lemah waktu itu. Ini adalah salah satu bukti, betapa dahsyatnya doa di bulan yang suci ini.

Mereka yang dekat dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam, sangat memahami betapa Ramadan adalah waktu yang istimewa untuk memanjatkan doa tanpa rasa takut akan ditolak.

Lihatlah bagaimana Aisyah radhiallahuanha meminta doa khusus dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam untuk dibaca saat Lailatul Qadr, beliau radhiallahuanha berkata:

Wahai Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam, jikalau aku mendapati satu malam (Ramadan) ternyata adalah Lailatul Qadr, maka doa apa yang aku ucapkan? Maka Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam menjawab; ucapkanlah:

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah. Engkau mencintai maaf, maka maafkanlah aku.” (Sunan Ibnu Majah no. 3850, dishahihkan al-Albani)

[al-hujjah]

 

INILAH MOZAIK

Tujuh Pencuri di Bulan Ramadan

BERIKUT beberapa pencuri di bulan Ramadan yang kita biarkan berkeliaran di hidup kita:

1. TV, ini merupakan pencuri yang berbahaya, yang bisa merusak puasa orang-orang dan mengurangi pahala mereka berupa film sinetron dan iklan murahan.

2. Pasar, juga merupakan pencuri spesial dalam menghabiskan uang dan waktu tanpa batas. Maka tentukan belanjaanmu begitu pergi ke pasar.

3. Begadang, pencuri yang mengambil waktu yang paling berharga, pencuri yang mengambil salat tahajjud dari seorang hamba di sepertiga malam terakhir, dan mencuri kesempatan tuk istighfar serta taubat.

4. Dapur, merupakan pencuri yang banyak mengambil waktu yang panjang untuk membuat beragam jenis masakan berupa makanan dan minuman, hampir-hampir semuanya tidaklah lewat di mulut kecuali sejenak saja.

5. HP, sebagian orang hanya sekedar menjawab panggilan masuk, iapun diserang dengan dosa berupa ghibah, namimah, dusta, memuji diri atau orang lain, membeberkan rahasia, berdebat tanpa ilmu, ikut campur urusan orang, dan sebagainya dari kesalahan-kesalahan mulut yang banyak yang juga merupakan majlis yang kosong dari zikir.

6. Kikir, sedekah akan melindungimu dari neraka, dan sebaik-baik sedekah adalah di bulan Ramadan maka bersedekahlah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

7. Majelis yang kosong dari mengingat Allah. Pencuri ini adalah yang mempersiapkan bagimu penyesalan di hari kiamat, semoga Allah melindungi kita semua.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah suatu kaum bermajelis, tidak mengingat Allah padanya, tidak juga berselawat kepada Nabi mereka, kecuali mereka meninggalkan penyesalan, bila Allah mau maka Allah akan menyiksa mereka, atau Allah akan mengampuni mereka bila Allah kehendaki.

Dan “at tirah” adalah penyesalan. Maka lakukanlah amalan sesuai yang Allah perintahkan. “Ingatlah Allah, baik berdiri, duduk atau berbaring”

Adapun pencuri besar adalah FACEBOOK atau WHATSAPP apabila tidak digunakan dengan benar dalam kebaikan.

Dalam menyambut tamu yang berharga ini (Ramadan). Aku wasiatkan diriku dan kelalaian untuk bersiap-siap menyambut bulan mulia ini; kalaulah anda mendapatinya pada tahun ini, maka belum tentu kamu dapatkan pada tahun yang akan datang. [Ustaz Zainal Abidin]

 

INILAH MOZAIK

Jamie Brown, Tinggalkan Hollywood Demi Islam

Hidup dalam tradisi Katolik begitu membekas dalam hati Jaime Brown, wanita asal Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat. Akhir pekan selalu menjadi hari yang dikhususkan untuk ibadah. Dia dan keluarga ketika itu pasti akan mendatangi gereja.

Ritual itu terus dijalaninya hingga dewasa. Keyakinannya terhadap ajaran tersebut memenuhi relung hati. Semakin hari semakin dewasa, Brown semakin antusias mendalami keimanannya.

Dia belajar di sekolah Katolik dan menjadi jemaat Majelis Pertama. Dia juga mengajar di sekolah akhir pekan ketika berusia 20 tahun. Beranjak 20 tahun usianya, dia berdiri di depan murid sekolah dasar setempat mengajarkan agama, mengajak puluhan generasi penerus untuk meyakini apa yang ada di hati Brown.

Setelah lulus SMA, dia menjadi penata rambut. Sekitar usia 29 tahun, Brown memutuskan untuk mencari peruntungan di negara lain. Dia pergi ke Hollywood dan bekerja di sana. Wanita muda itu tak kesulitan mendapat banyak pekerjaan sebagai tata rias dan rambut baik untuk video musik dan iklan.

Karena pekerjaannya, Brown banyak bergaul dengan artis. Gaya hidupnya berubah, menjadi glamor. Hobinya berpesta sepanjang malam. “Ketika itu saya merasa hidup ini penuh dengan kesenangan duniawi,” ujar dia.

Meski sering berpesta di malam hari, Brown masih membatasi dirinya dengan beribadah. Pemahaman keagamaan yang tertanam sejak kecil ternyata tetap menyinari pemikiran, membatasi dirinya agar tidak berlebihan. Gereja tetap menjadi tempat singgahnya di akhir pekan, waktu yang khusus dimanfaatkannya untuk berdoa.

Namun semakin dewasa semakin mendalami ajaran tersebut, dia justru semakin ragu dengan agamanya. Dia mengaku hanya meyakini agamanya sekitar 92 persen. Sisanya adalah keraguan yang terus-menerus merapuhkan keimanan yang dibangun nya sejak kecil.

Ketika bertanya mengenai logika doktrin tersebut, seorang pendeta hanya memerintahkannya untuk lebih banyak membaca Alkitab. “Saya selalu mencari sesuatu yang berdasarkan keimanan tetapi logis.Sebuah bukti bukan cerita manis. Saya juga tidak ingin misteri,” tutur dia menceritakan isi hatinya.

Keyakinannya berubah saat rekannya di TV Los Angeles memberikan Alquran. Setelah membaca kitab yang diturunkan kepada Rasulullah itu dia merasa lebih tenang. Wahyu di dalamnya lebih rasional daripada Alkitab. Menurut Brown, segala hal yang selama ini dia tanyakan, ternyata jawabannya ada dalam Alquran.

Setelah membaca Alquran, Brown mendatangi sebuah masjid untuk bertanya lebih dalam. Ketika itu dia berbusana ala California: mengenakan celana jins sobek dan kaos berkerah. Meski berpakaian demikian, jamaah masjid tetap menyambutnya.

Dia merasa senang setelah masuk ke dalam masjid. Imam masjid di sana sangat ramah dan memberikannya Alquran yang lebih tebal. Selama tinggal di Hollywood dia merasa kota itu tidak cocok untuk mendalami agama. Selama dua setengah tahun berada di sana dia merasa itu waktu yang sangat lama.

Selama tinggal di sana, gaya hidup membuatnya semakin bodoh. Kehidupan terasa tak bermakna. Hidup glamor penuh pesta bukan yang diharapkan. Ada makna yang jauh lebih dalam dari itu: makna batin yang jika dipenuhi akan mengha dirkan ketenangan: menghadirkan senyuman.

Brown memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan teman-temannya yang sekarang. Dia juga memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang selama ini dia tekuni.

Setelah berhenti bekerja, dia memutuskan untuk hijrah memeluk Islam. Dia ingin bersyahadat di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Saat itu juga Brown membeli tiket ke Maroko. Sebelum pergi dia menjual semua pakaian, tas, sepa tu dan perabotan rumahnya di garage sale Sunset Boulevard kemudian pindah ke Maroko. Tiba di sana, Brown langsung mengenakan jilbab.

Ketika itu, dia menjalani kehidupan sebagai imigran. Dia mulai menjelajah dan menetap sebagai wisatawan dan beribadah di rumah. Tak lama, dia bertekad untuk secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat. Masjid Hassan II di Casablanca menjadi tujuannya. Secara resmi di sana dia mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Meskipun tidak lancar berbahasa arab, dia harus mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bahasa tersebut. “Saya tidak ingin mengatakannya dengan salah. Saya bersuara kecil dan bergetar saat me ngucapkannya,”jelas dia.

Setelah menjadi mualaf, Brown berteman dengan keluarga sekitar Maroko. Dari keluarga itu, Brown banyak menimba ilmu dan pengalaman mengenai Islam. Kini mereka sering mengundang Brown untuk tinggal bersama ketika Ramadhan.

Setelah beberapa tahun bersama mereka, akhirnya Brown menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga tersebut.Buah cinta mereka adalah dua orang anak yang lucu. Setelah lima tahun di Maroko me reka memutuskan untuk kembali ke Kenosha pada September 2015. Dia tak ragu untuk kembali ke kampung halamannya.

 

REPUBLIKA

Islam Berkembang Pesat di Kawasan Pantai Miami AS

Pemeluk agama Islam di Amerika Serikat (AS) berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ustaz Ehab Abdel Maksoud Abdel Fattah Zeidan dari Islamic Centre AS menyebut jumlah pemeluk agama Islam di AS saat ini mencapai sekitar 20 juta orang.

“Perkembangan agama Islam merata di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat,” katanya dalam dialog perkembangan Islam di Amerika Serikat di Masjid Al Hakim Sekip Baru, Kelurahan Sidorejo, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (28/5) malam.

Ia mengatakan perkembangan agama Islam di AS diawali di kota Chicago, Los Angeles, dan Denver. Dia menuturkan berkat dakwah yang dilakukan tim Islamic Centre AS, hampir setiap hari ada orang masuk Islam di AS.

Ia mengatakan dakwah Islam dilakukan justru di tempat-tempat yang tingkat kriminalitasnya tinggi dan di lokasi tempat orang berlibur dengan telanjang yakni di Pantai Miami. Menurut dia di Chicago yang merupakan daerah paling tinggi kejahatannya, saat ini terdapat 1.200 masjid. Padahal untuk membangun masjid di AS memerlukan biaya tinggi dan cukup sulit.

“Biaya membuat masjid di AS minimal memerlukan dana sekitar Rp 14 miliar dan harus mengumpulkan orang-orang Islam dalam satu kawasan baru bisa mendirikan masjid,” tuturnya.

Ia menuturkan dengan dakwah yang terus dilakukan di Pantai Miami, mendatangi satu per satu pengunjung di pantai tersebut dan diberikan pemahaman tentang Islam mereka akhirnya masuk Islam. Dia kemukakan dalam perjalanannya berdakwah selama 40 hari dari kota satu ke kota yang lain bisa mengislamkan 140 orang.

Ia menyampaikan sekarang masjid bisa ditemukan di mana-mana di AS, termasuk di Alaska, Honolulu, dan Hawaii. “Bedanya Islam di Eropa dengan di AS, kalau di Eropa pemeluk Islam adalah para pendatang, sedangkan di AS pemeluk Islam kebanyakan orang AS sendiri,” tuturnya.

Menurut dia orang-orang AS tidak ada kebencian terhadap Islam dan Pemerintah AS tidak membeda-bedakan warganya, semua diperlakukan sama. “Salah satu prinsip negara AS adalah melindungi warganya, apa pun agamanya maupun kulitnya,” ujarnya.

Suasana Maksiat di Bulan Ramadan, Kenapa Bisa?

SUASANA maksiat masih sangat terasa di bulan Ramadan. Tidak hanya di lingkungan, termasuk diri kita sendiri, untuk menghindari maksiat, terasa masih sangat susah. Sementara Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).

Dalam lafazh lain disebutkan,

“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” (HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).

Selanjutnya, kita kembali ke pertanyaan di atas. Mengapa masih ada maksiat, jika setan telah dibelenggu? Ada beberapa pendekatan yang disampaikan ulama dalam memahami kasus ini,

Sumber maksiat tidak hanya setan. Karena hawa nafsu manusia di sana berperan. Keterangan disampaikan Imam as-Sindi dalam Hasyiyah-nya (catatan) untuk sunan an-Nasai. Beliau mengatakan,

“Hadis setan dibelenggu tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan pengaruh jiwa yang buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan. Jika semua berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan (setannya setan), dan seterusnya bersambung. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari dirinya. Allahu alam.” (Hasyiyah Sunan an-Nasai, as-Sindi, 4/126).

Setan dibelenggu tapi dia masih bisa mengganggu. Hanya saja, dia tidak sebebas ketika dilepas. Karena makhluk yang dibelenggu hanya terikat bagian tangan dan lehernya. Sementara kakinya, lidahnya masih bisa berkarya. Kita simak keterangan Imam al-Baji ulama Malikiyah dalam Syarh Muwatha,

“Sabda beliau, Setan dibelenggu bisa dipahami bahwa itu dibelenggu secara hakiki. Sehingga dia terhalangi untuk melakukan beberapa perbuatan yang tidak mampu dia lakukan kecuali dalam kondisi bebas.” Dan hadis ini bukan dalil bahwa setan terhalangi untuk mengganggu sama sekali. Karena orang yang dibelenggu, dia hanya terikat dari leher sampai tangan. Dia masih bisa bicara, membisikkan ide maksiat, atau banyak gangguan lainnya.

Sejatinya setan tidak dibelenggu secara hakiki. Sifatnya hanya kiasan. Mengingat keberkahan bulan ramadhan, dan banyaknya ampunan Allah untuk para hamba-Nya selama ramadhan. Sehingga setan seperti terbelenggu. Masih kita lanjutkan keterangan al-Baji,

“Bisa juga kita maknai, bahwa mengingat bulan ini bulan pernuh berkah, penuh pahala amal, banyak ampunan dosa, menyebab setan seperti terbelenggu selama ramadhan. Karena upaya dia menggoda tidak berefek, dan upaya dia menyesatkan tidak membahayakan manusia” (al-Muntaqa Syarh al-Muwatha, al-Baji, 2/75)

Yang dibelenggu tidak semua setan. Tapi hanya setan kelas kakap (maradatul jin). Sementara setan-setan lainnya masih bisa bebas. Terjadi maksiat, disebabkan bisikan setan-setan kelas biasa. Dalam fatwa syabakah islamiyah dinyatakan,

“Sebagian ulama berpendapat bahwa setan yang dibelenggu hanyalah setan kelas kakap. Berdasarkan pendapat ini, adanya maksiat, disebabkan bisikan setan yang belum dibelenggu.” (Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 40990).

Yang lebih penting adalah kita berupaya untuk menghindari maksiat sebisa yang kita lakukan. Agar puasa kita semakin berkualitas. Wallahu a’lam. [Ustadzah Ida Faridah]

 

INILAH MOZAIK

Membersihkan Batin

Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk membersihkan batin agar bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengasah batin, maka akan akan membuat diri kita jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Seperti halnya pisau, jika terus diasah maka akan semakin tajam untuk lebih dekat dengan Allah.

Salah satu cara untuk mengasah batin di Bulan Ramadhan ini adalah dengan cara memaksimalkan ibadah puasa. Karena, bulan puasa ini merupakan jihadul akbar untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu.

“Puasa itu kan memang medannya membersihkan hati. Bagian dari jahdul akbar. Bagaimana agar manusia bisa mengontrol hawa nafsunya, sehingga hatinya menjadi bersih,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani saat dihubungi Republika.co.id,  Selasa (22/5).

Selain berpuasa, menurut dia, banyak yang bisa dilakukan selama Ramadhan untuk membersihkan batin. Misalnya, dengan acara memperbanyak muhasabah dan refleksi. Namun, menurut dia, ada sitem tersendiri untuk membersihkan batin, yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli.

Takhalli berarti mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti sombong, dengki, iri, cinta dunia, riya, dan sebagainya. Sedangkan Tahalli berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat mulia, seperti kejujuran, kasih sayang, tolong menolong sabar, ikhlas, dan sebagainya.

Kiai Manan mengatakan, di bulan Ramadhan ini sudah sepatutnya umat menghiasi diri dengan amal shaleh, seperti memperbanyak ibadah, dzikir, membaca Alquran, sedekah, dan pergi ke masjid. “Itu namanya tahalli menghiasi dengan amalan-amalan sunnah, tidak hanya cukup shalat wajib saja. Sehingga tertanam kecintaan terhadap Allah dan mendekatkan diri kepada Allah,” ucapnya.

Setelah menempuh takhalli dan tahalli, sampailah para pengamal tasawuf kepada maqam tajalli, yaitu terbukanya tabir yang menghalangi hamba dengan Tuhan sehingga hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

“Kalau sudah takarrub ilallah dampaknya bisa terbuka atau namanya tajalli, akan terbuka kemahakuassaan Allah SWT,” kata kiai Manan.

Menurut dia, esensi Ramadhan sendiri merupakan bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu, menurut dia, di Bulan Ramadhan ini seharusnya umat bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi dan lebih bertakwa. “Ramadhan itu kan tidak hanya lewat begitu saja, tapi bagaimana dengan Ramadhan ini kaum muslimin bisa berubah menjadi lebih baik,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas. Menurut dia, di bulan suci ini hendaknya umat Islam bisa meningkatkan kesalehan individu untuk mengasah batinnya, seperti melakukan puasa selama sebulan penuh, shalat malam, tadarus, memperbanyak dzikir, dan melakukan iktikaf.

“Kemudian ditambah dengan amalan sosial, itu semua juga bisa membersihkan batin,” ujar Yunahar saat dihubungi lebih lanjut.

Menurut dia, kesalehan individu seseorang seharusnya berdampak pada kesalehan sosial, seperti lebih peduli terhadap lingkungannya, tentangganya, orang miskin, dan anak jalanan. Namun, kata dia, kadang kesalehan-kesalehan itu hanya dilakukan di Bulan Ramadhan saja.

“Nah yang lebih problem lagi itu mempertahankannya. Karena begitu selesai Ramadhan itu bisa hilang tak berbekas,” kata Guru Besar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.

Aga kesalehan itu tetap terjaga dan batin tetap terasah, maka nabi menganjurkan agar umatnya melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan-bulan selain Ramadhan. Namun, jika tidak terus dilatih maka setelah Ramadhan hilang tak berbekas.

“Itu lah sebabnya nabi menganjurkan agar puasa sunnah. Biar tidak pendaratan darurat,” ucapnya.

Sentara itu, Pengasuh Ponpes Daarul Rahman Jakarta, KH Syukron Makmun mengatakan bahwa Ramadhan menjadi ajang umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena, di bulan ini banyak terdapat keistimewaan yang diberikan oleh Allah.

Dalam melaksanakan ibadah puasa sendiri, menurut dia, Imam Ghazali dalam kitab Ihya’nya membagi orang berpuasa pada tingkatan. Pertama, //shaumul umum// yaitu puasa yang dilaksanakan oleh kebanyakan orang, di mana saat berpuasa mereka tidak makan dan tidak minum, tapi dosa-dosa lainnya tetap dilakukan.

“Orang semecam ini Rasululah mengatakan bahwa orang itu tidak dapat apa-apa dari puasanya kecuali dapat lapar dan haus,” ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, tingkatan puasa yang lebih tinggi lagi yaitu shaumul khusus. Menurut dia, pada tingkatan ini seseorang tidak makan, tidak minum, serta seluruh panca indranya juga turut berpuasa.

Tingkatan ketiga, yaitu tingkatan paling tinggi merupakan cara berpuasanya wali dan para nabi. Pada tingkatan ini, hamba Allah akan berpuasa tidak makan dan tidak minum, dan seluruh anggota badannya, mulai subuh sampai terbenam matahari, pikirannya hanya berzikir kepada Allah, tidak ada pikiran-pikiran soal duniawi.

“Tentu dalam puasa itu paling tidak yang nomor dua tadi. Kemudian ditambah dengan bacaan-bacaan Alquran dan dzikir kepada Allah. Karena kita bulan puasa itu bulan pembersihan,” jelasnya.

Dia menambahkan, Ramdahan ini merupakan latihan yang sangat baik untuk memperbaiki diri. Karena itu, kata dia, aturlah dirimu sebelum mengatur orang lain, kuasailah dirimu sebelum menguasai orang lain, disiplin lah lah dirimu sebeum mendisiplinkan orang lain, pimpinlah dirimu sebelum memimpin orang lain.

“Kalau puasanya benar, insyaAllah nanti membekas, sehingga kalau nanti keluar dari Ramdhan nanti akan terjadi perubahan-perubahan bagi orang yang Ramadhannya diterima,” kata mubaligh yang mendapat julukan singa podium ini.

 

REPUBLIKA