Ulama-Ulama Bermazhab Hambali

Mazhab Hambali diajarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

Dalam dunia fikih Islam, dikenal empat mazhab yang diajarkan oleh masing-masing pendirinya. Salah satunya adalah mazhab Hambali yang didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang ulama dan intelektual Muslim terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Umat Islam di Indonesia biasa menyebutnya Imam Hambali. Sosok ahli fiqih pendiri Mazhab Hambali itu begitu populer dan legendaris. Dan, ia memiliki sejumlah murid. Berikut ini adalah murid dan pengikutnya.

* Al-Khallal (wafat 311 H) adalah seorang pelajar dari sahabat dekat dan murid Imam Hambali. Ia berjasa telah mengumpulkan tanggapan Imam Ahmad bin Hanbal dari murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam.

* Al-Khiraqi (wafat 334 H). Ia adalah ulama yang meringkas Jami’ al-Khallal ke dalam sebuah buku pegangan fikih, induk dari seluruh buku pegangan fikih dalam Mazhab Hambali.

* Ghulam al-Khallal (wafat 363 H). Ia adalah murid Al-Khallal dan penulis sejuhmlah kitab dalam berbagai disiplin ilmu.

* Ibnu Hamid (wafat 403 H). Ulama yang satu ini tercatat sebagai penganut Mazhab Hambali terkemuka di zamannya.

* Al-Qadhi Abu Ya’la (wafat 458 H). Sejatinya dia adalah ulama yang terlahir dari keluarga yang menganut Mazhab Hanafi. Setelah belajar dari Ibnu Hamid, ia akhirnya menjadi ulama yang mengembangkan Mazhab Hambali.

* Abu al-Khattab (wafat 510 H). Ia adalah murid dari Al-Qadhi Abu Ya’la. Abu Al-Khattab tercatat sebagai penulis sederet kitab yang juga sangat penting dalam pengembangan Mazhab Hambali. Salah seorang muridnya adalah `Abd al-Qadir al-Jailani.

* Abu Isma’il al-Harawi (wafat 481 H). Ia adalah ulama dan ahli hukum yang beraliran Mazhab Hambali. Ia dikenal sebagai salah seorang Sufi terkemuka dalah sejarah. Kitabnya yang paling terkenal adalah Manazil al-Sa’irin, sebuah buku pegangan dalam Tasawuf.

* Abdul-Qadir al-Jailani (wafat 561 H). Ia adalah ulama bermazhab Hambali. Seorang pemuka agama yang hebat dan sufi yang berpengaruh. Ia pendiri Tarekat Qadiriyah.

* Ibnu al-Jawzi (wafat 597 H). Dikenal sebagai ahli hukum, ahli tafsir yang turut mengembangkan Mazhab Hambali.

* Ibnu Qudama al-Maqdisi (wafat 620 H). salah seorang ulama terkemuka yang mengembangkan Mazhab Hambali. Ia termasyhur lewat buku hukumnya yang berjudul Al-Mughni.

* Majd al-Din Ibn Taymiyah (wafat 653 H). Pakar bahasa, ahli hukum, dan tafsir dari Harran ini juga dikenal sebagai ulama yang mengembangkan Mazhab Hambali.

Taqi al-Din Ibn Taymiyah (wafat 728 H). Inilah tokoh legendaris dalam sejarah Islam

sumber : Dok Republika

Kenaikan Biaya Haji Idealnya Disarankan Maksimal 15 Persen

Wacana kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji tahun ini yang diusulkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) sekitar Rp 69,2 juta/jemaah, mendapatkan reaksi dari sejumlah pihak. Karena, kenaikannya cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 39 juta.

Cendikiawan muslim Jawa Barat yang juga Anggota DPR RI, Sodik Mudjahid pun angkat bicara. Sodik menilai, sebaiknya biaya haji ini harus rasional. Yakni sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Intinya soal biaya haji ini harus rasional. Bukan mahal atau murah, bukan naik atau tidak,” ujar Sodik kepada wartawan Jumat (10/2/2023).

Idealnya, kata Sodik, kenaikan biaya haji itu memang tidak terlalu besar. Yakni, bisa di sekitar 10-15 persen dari biaya haji tahun sebelumnya.

“Tapi intinya kita kembalikan sesuai dengan kebutuhan pasar dan rasional,” katanya.

Menurutnya, selain rasional dan sesuai dengan kebutuhan pasar, biaya haji juga harus mengedepankan istithaah (kemampuan). Lalu Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai lembaga yang mengelola keuangan jemaah juga harus bekerja maksimal.

“Misalnya dana haji jamaah itu atau diinvestasikan ke hal-hal yang positif, menguntungkan, dan aman. Sehingga saat mensubsidi jemaah yang akan berangkat sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.

Sodik mengakui, memang ada aturan BPKH dalam mengelola dana haji jemaah. Selama ini BPKH menginvestasikan dana jemaah dalam bentuk sukuk (obligasi). Menurutnya, investasi sukuk sudah cukup bagus, karena dinilai cukup aman.

“Di samping itu pemerintah juga harus melakukan efisiensi, misalnya dengan mengurangi rapat-rapat dan yang lainnya, sehingga tidak terlalu menghabiskan anggaran,” kata Sodik.

IHRAM

Ingin Bahagia? Berbaktilah kepada Kedua Orang Tua

Allah Ta’ala menjadikan kedua orang tua sebagai sumber kebahagiaan bagi seseorang. Mereka adalah kebun yang dipenuhi kasih sayang dan kelembutan. Kebaikan-kebaikan mereka yang sangat luas dan tak akan pernah bisa kita balas. Ini layak untuk dijadikan pengingat akan besarnya hak mereka dari kita. Allah Ta’ala mengisyaratkan hal ini dengan menyebutkan hak keduanya setelah menyebutkan hak diri-Nya sendiri,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa’: 36)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menekankan bahwa mereka berdualah yang paling layak untuk kita berikan kasih sayang, kebaikan, dan perlakuan baik. Suatu ketika datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya,

يا رَسولَ اللَّهِ، مَن أحَقُّ النَّاسِ بحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أبُوكَ

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berlaku baik kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Nabi ulang penyebutan ibu sebanyak tiga kali dan bapak sekali, bukan dalam rangka meremehkan hak bapak, akan tetapi sebagai penguat akan betapa besarnya hak seorang ibu terhadap anak-anaknya.

Alangkah besarnya kebaikan dan jasa seorang ibu terhadap mereka. Banyaknya rasa capek dan lelah yang dialaminya. Rasa sakit dan tidak nyaman yang ditanggungnya saat hamil. Rasa lelah saat melahirkan dan menyusui, serta betapa besar jasa mereka dalam memberikan pelayanan dan kasih sayang terbaiknya kepada anak-anak.

Sayangnya, besarnya kasih sayang seorang ibu terkadang membuat seorang anak menjadi tamak dan lupa diri, sering meremehkannya, dan tidak mau patuh kepadanya. Sampai-sampai oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam, kita diingatkan dengan menyebutkannya sebanyak tiga kali.

Ketahuilah wahai saudaraku, sungguh di dalam berbakti kepada kedua orang tua terdapat banyak sekali keutamaan dan keistimewaan. Keutamaan yang akan membantu seseorang di dalam meraih kebahagiaan. Dan ketahuilah bahwa di dalam kedurhakaan kepada keduanya, maka akan menghantarkan seseorang kepada kesengsaraan dan kesulitan.

Berbakti, identitas para nabi dan orang saleh

Allah Ta’ala berfirman menceritakan kisah Nabi Yahya ‘alaihissalam,

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا 

“Dan (Nabi Yahya) sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong, (bukan pula) orang yang durhaka.” (QS. Maryam: 14)

Allah Ta’ala juga mengisahkan perihal Nabi Isa ‘alaihissalam tatkala beliau masih bayi dan berada di gendongan Ibunda Maryam. Allah Ta’ala berikan kepadanya mukjizat untuk bisa berbicara. Lantas di antara yang beliau ucapkan adalah,

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan (Allah Ta’ala menjadikanku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)

Sungguh di antara bentuk bakti paling agung yang ditunjukkan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan ayahnya. Bagaimana kelembutan beliau di dalam mendakwahi sang ayah, gigihnya beliau di dalam berdakwah, dan semangat beliau untuk mengajak ayahnya meninggalkan kekufuran. Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.”

اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا

“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?”

يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

“Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS. Maryam: 41-43)

Nabi Ibrahim memanggil ayahnya dengan panggilan yang lembut, menasihatinya dengan kelembutan dan kesabaran, meskipun pada akhirnya Allah Ta’ala belum memberikan hidayah kepada sang ayah. Akan tetapi, Allah karuniakan kepada Ibrahim dua anak saleh yang taat kepada kedua orang tuanya. Allah Ta’ala berfirman,

فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ * فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Maka, ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 101-102)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ * وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishak.” (QS. AS-Saffat: 112-113)

Betapa besar kebahagiaan yang Allah Ta’ala berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Allah berikan kepadanya keturunan yang saleh lagi beriman. Yang mana salah satu sebabnya adalah kebaktian beliau kepada ayahnya serta lembutnya beliau dalam berdiskusi dan mendakwahkan ajaran yang benar kepada ayahnya.

Berbakti, sumber kebahagiaan

Saudaraku, kebahagiaan apa yang dapat melampaui kebahagiaan seseorang karena mendapatkan jaminan surga setelah kebahagiaan melihat wajah Allah Ta’ala?

Setiap mukmin pasti ingin masuk surga, hanya saja sebagian dari mereka melupakan salah satu pintu yang paling utama dan paling baik, yaitu berbakti kepada kedua orang tua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663, dan Ahmad no. 27551)

Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada seorang pun masuk ke dalam surga, kecuali Allah Ta’ala telah meridainya. Lalu, bagaimana bisa seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan mendapatkan rida Allah Ta’ala?! Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,

رِضى اللَّهِ في رِضى الوالِدَينِ ، وسَخَطُ اللَّهِ في سَخَطِ الوالدينِ

“Rida Rabb tergantung rida kedua orang tua, dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi no. 1899, Ibnu Hibban no. 429 dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman no. 7830)

Saudaraku, berbakti kepada orang tua juga merupakan salah satu sebab kelapangan dan kebahagiaan di dunia. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن سرَّه أن يُمَدَّ له في عمرِه ويُزادَ في رزقِه فليبَرَّ والدَيْه وليَصِلْ رحِمَه

“Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung (tali silaturahmi) kekerabatannya.” (HR Ahmad no. 13811)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai pribadi yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, konsisten di dalam melakukan kebaikan-kebaikan untuk keduanya, menjaga diri dari menyakiti keduanya, dan senantiasa berbuat baik kepada keduanya hingga keduanya meninggalkan kita semua.

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari menjadi salah satu di antara  golongan yang Nabi sebutkan dalam hadisnya,

رَغِمَ أنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُ، قيلَ: مَنْ؟ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: مَن أدْرَكَ أبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ -أحَدَهُما أوْ كِلَيْهِما- فَلَمْ يَدْخُلِ الجَنَّةَ

“Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah.” Ditanya, “Siapa, ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati orang tuanya di kala tuanya, baik salah satu atau keduanya, lalu ia tidak dapat masuk surga (karena sebab kedurhakaannya).” (HR. Muslim no. 2551)

Wallahu a’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Referensi:

Kitab “Khutuwaath Ilaa As-Sa’adah.” (Langkah-Langkah Menuju Kebahagiaan) karya Syekh Abdul Muhsin Al-Qasim hafidzhohullah dengan beberapa tambahan dan perubahan.

Berbagai sumber lainnya

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/82653-ingin-bahagia-berbaktilah-kepada-kedua-orangtua.html

Pendidikan Seks dari Hadis: Kapan Tempat Tidur Anak Harus Dipisah dengan Orang Tua?

Akhir-akhir ini media sosial amat sering dihebohkan dengan kasus pelecehan seksual maupun verbal yang terjadi pada anak. Banyaknya kasus tersebut tentunya bukan hal dapat dimaklumi begitu saja. Harus ada tindak lanjut yang semestinya kita perbaiki bersama. Baik berupa efek jera yang diberikan pada pelaku, maupun antisipasi yang dapat kita lakukan agar tak semakin banyak anak yang menjadi korban.

Maraknya kejadian pelecehan seksual pada anak, para orang tua semakin cemas terhadap keselamatan anak-anak mereka. Lalu, tindakan apa yang bisa orang tua lakukan kepada anak, mengingat merekalah pihak yang hampir setiap hari membersamai para anak?

Salah satu hal yang bisa orang tua lakukan adalah membarikan pelajaran menganai pendidikan seks. Di zaman sekarang, pendidikan seks amat jarang diberikan kepada anak karena dianggap sesuatu yang tabu dan tidak pantas dibicarakan kepada anak. Namun, justru pendidikan seks ini adalah hal yang sangat dibutuhkan anak-anak agar mereka bisa mengenal organ-organ vitalnya, sehingga terhindar dari kasus pelecehan sejak dini.

Pendidikan seks pun diajarkan oleh islam dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud.

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak melaksanakan shalat) saat mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur di antara mereka”, (HR Abu Daud).

Kewajiban memisah ranjang ini salah satunya ditegaskan dalam kitab Kifayah al-Akhyar yang menyatakan bahwa haram bagi seorang laki-laki tidur seranjang dengan laki-laki yang lain, begitu juga bagi perempuan haram tidur satu ranjang dengan perempuan yang lain, meskipun masing-masing dari mereka berada di sisi ranjang yang lain, seperti yang dimutlakkan oleh Imam ar-Rafi’i dan diikuti oleh Imam an-Nawawi dalam kitab ar-Raudhah.

Dan ketika anak kecil laki-laki dan perempuan telah menginjak usia sepuluh tahun, maka wajib untuk memisahkan mereka dengan ibu, bapak, saudara laki-laki, dan perempuannya dengan ranjang yang berbeda, sebab terdapat dalil nash yang menyebutkan hal ini. (Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, hal. 354)

Berdasarkan hal tersebut, terdapat ketentuan tentang aturan tidur terpisah dengan anak menurut Islam. Para ulama berpandangan bahwa tempat tidur anak harus dipisah, baik dengan orang tua ataupun saudaranya, tatkala anak sudah menginjak usia sepuluh tahun.

Alasan anak penting tidur terpisah dari orangtua atau saudaranya adalah untuk menghindari prasangka buruk. Ini juga bertujuan untuk melatih kemandirian anak. Anak yang diajarkan untuk tidur terpisah dari orangtuanya juga dimaksudkan agar anak-anak dijauhkan dari hal-hal yang bisa menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Pasalnya, di usia 10 tahun sudah mulai muncul syahwat pada anak.

Memisahkan tempat tidur anak tidak harus memisahkan tempat tidur anak di ruang berbeda. Ketika orangtua tidak memiliki tempat luas untuk membuat ruangan sendiri bagi anak, orang tua boleh memisah tempat tidur anak dengan batas tertentu dalam satu ruangan. Asal anak dan orang tua atau anak dengan suadaranya tidak menempel satu sama lain saat tidur di satu ruangan, ini masih diperbolehkan.

Mengajarkan anak tidur di tempat terpisah dari orangtua berarti memberikan pemahaman kepada anak bahwa mereka sudah mulai dewasa di usia tersebut. Ada bagian-bagian penting dari mereka yang harus mereka jaga dan lindungi sendiri, sehingga bagian-bagian tersebut tidak boleh disentuh ataupun ditunjukkan pada sembarang orang. Selain itu, memisahkan anak tidur dengan orang tua juga merupakan ikhtiar dalam membentuk karakter anak menjadi pribadi yang lebih mandiri sejak usianya sedini mungkin.

ISLAM KAFFAH

4 Tanda Orang Riya, Periksa Jangan-jangan Ada dalam Diri Kita!

SEBETULNYA tanda-tanda orang riya hampir semua dari kita mengetahuinya. Sebab kita sendirilah (dan tentu Allah) yang mengetahui maksud perbuatan yang kita lakukan. Namun demikian, Ali bin Abi Thalib membantu untuk mengenali sifat-sifat dan tanda orang riya.

Orang riya punya empat tanda. Malas jika sendirian, rajin bila di muka orang, bertambah amal jika dipuji, dan berkurang amal bila dicela. Empat tanda ini bisa menjadi patokan kita, apakah kita termasuk ke dalam riya atau tidak.

1 Tanda Orang Riya: Malas Jika Sendirian

Orang yang riya, malas kalau sendirian alias tidak ada orang yang menyaksikan amal perbuatannya. Termasuk orang yang malas ini adalah mereka yang shalatnya tidak khusyu, terburu-buru, dan tidak tertib apabila shalat sendirian.

Agar Jadi Manusia Sukses Dunia Akhirat, Tanda Orang Riya
Foto: Unsplash

2 Tanda Orang Riya: Rajin Jika Depan orang Lain

Kebalikannya bila ia sedang dilihat orang lain, ia akan sangat rajin dalam melakukan suatu amal perbuatan. Ia sangat senang apabila ada yang memuji amal perbuatannya.

3 Tanda Orang Riya: Mengharapkan Pujian

Kadangkala ada orang yang tidak mau dipuji tapi mengharapkan pujian yang lebih banyak lagi. Ia akan bertambah amalnya jika ada orang yang memuji.

4 Tanda Orang Riya: Berhenti Beramal Jika Dipuji

Tanda Orang Riya
Foto: Unsplash

Sementara kalau orang yang riya sudah melakukan sesuatu kemudian amal tersebut dicela oleh orang lain, segera ia menghentikannya. Tujuan ia menghentikan perbuatan itu semata-mata takut celaan orang sehingga dirinya menjadi hina.

Begitulah ciri-ciri atau tanda orang yang berbuat riya. Jangan sampai kita temui dalam diri kita sifat-sifat seperti itu. Naudzubillah. []

Sumber : Hikmah dari Langit/Ust.Yusuf Mansur/Pena Ilmu dan Amal.

ISLAMPOS

IPHI: Tidak Ada Urgensi Kenaikan Biaya Haji 2023

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) menyoroti rencana kenaikan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) 2023. IPHI menilai saat ini pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, tidak memiliki urgensi melakukan hal tersebut.

“Biaya haji harus ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kinerja keuangan Badan Pengelola Keuangan Haji atau BPKH secara riil, utuh dalam satu kesatuan bukan hitungan parsial pelaksanaan tahun per tahun,” ujar Ketua Umum IPHI Erman Suparno, lewat siaran pers Kamis (9/2/2023).

Pernyataan Erman itu terkait dengan besarnya kenaikan biaya haji tahun 1444 H/2023 M sebesar Rp 69.193.733 Angka tersebut merupakan 70 persen dari nilai rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp 98.893.909.

Erman berharap agar pemerintah dalam menetapkan Bipih mengacu pada kondisi riil dan faktor syarat dan rukun ibadah haji tersebut. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan seluas-luasnya kepada BPKH untuk menghitung besaran dan nilai manfaat.

Dia menjelaskan, BPKH sesuai undang-undang adalah pengelola keuangan aktif. Itu berarti BPKH berkewajiban untuk mengembangkan dana haji sesuai dengan hukum syariah, sehingga uang yang ditabung bertahun tahun memiliki kinerja yang tinggi untuk membiayai final Bipih.

Oleh sebab itu, Erman menilai, karena fungsi BPKH bukan semata-mata kasir, maka seharusnya mekanisme ketetapan biaya haji berdasarkan kinerja dari BPKH. Jika BPKH surplus besar, maka tidak diperlukan penambahan biaya haji.

“Meski demikian jika kinerja setelah dihitung secara akuntabel, memiliki prospek kinerja yang rendah, maka BPKH harus mengumumkan ke masyarakat tentang kondisi keuangan tersebut,” kata Erman.

Hal ini agar dapat dipakai untuk patokan kinerja tahun berikutnya, berapa besar nilai BPIH yang diprediksi tahun mendatang. Sehingga jamaah calon haji dapat mengantisipasi besaran nilai yang disetor dan punya kecukupan waktu untuk menabung pelunasannya.

Apalagi, kata dia, langkah-langkah strategis telah dilakukan oleh BPKH, termasuk membeli mayoritas saham Bank Muamalat. Tentunya asset dan harta BPKH akan naik secara signifikan sehingga tidak ada alasan untuk keberatan menutupi kekuarangan biaya BPIH dan tidak perlu ditakutkan adanya defisit pada tahun-tahun selanjutnya karena kinerja dan tabungan calon Jemaah akan meningkat terus.

“Selain itu masih terbukanya penghematan dengan cara renegosasi biaya-biaya,termasuk penerbangan, dan penghematan durasi waktu menjadi lebih pendek,” kata Erman.

IHRAM

Teks Khotbah Jumat: Urgensi Merapatkan dan Meluruskan Saf dalam Salat Berjemaah

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan menjalankan perintah-Nya ataupun dengan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara perintah Allah Ta’ala kepada kita yang harus kita laksanakan adalah melaksanakan salat, karena salat merupakan salah satu rukun Islam yang dengannya keislaman seseorang menjadi sempurna. Di banyak ayat Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ

“Dan laksanakanlah salat.” (QS. Al-Baqarah: 43)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

بُنِيَ الإسْلَامُ علَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وأنَّ مُحَمَّدًا رَسولُ اللَّهِ، وإقَامِ الصَّلَاةِ، وإيتَاءِ الزَّكَاةِ، والحَجِّ، وصَوْمِ رَمَضَانَ

”Islam itu dibangun di atas lima dasar: 1) persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, 2) menegakkan salat, 3) menunaikan zakat, 4) haji (ke Baitullah), dan 5) puasa di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Jemaah yang semoga senantiasa istikamah dalam melaksanakan kewajiban salat ini. Perkara salat tidak hanya sebatas menggugurkan kewajiban dan melaksanakannya lima kali sehari saja, akan tetapi mencakup juga konsistensi di dalam melaksanakannya, melaksanakannya tepat pada waktunya tanpa dimajukan ataupun dimundurkan, mengerjakan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan sunah-sunahnya, tuma’ninah, dan tenang dalam setiap gerakannya, serta perhatian juga akan kebersihan tempat pelaksanaannya, dan yang lain sebagainya.

Dan di antara kesempurnaan salat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita lakukan adalah meluruskan dan merapatkan saf. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ، فإنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِن إقَامَةِ الصَّلَاةِ

“Luruskanlah saf-saf kalian, karena lurusnya saf termasuk kesempurnaan salat..” (HR. Bukhari no. 723 dan Muslim no. 433)

Di hadis yang lain, Nabi menjelaskan hikmah dari perintah meluruskan dan merapatkan barisan saf ini. Sahabat Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا في الصَّلَاةِ، ويقولُ: اسْتَوُوا، ولَا تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ

“Rasululloh shallallahu alaihi wasallam (menjelang salat berjama’ah) mengusap pundak kami, dan bersabda, “Luruskan barisan kalian dan janganlah berbengkok-bengkok, (karena hal itu) bisa menjadikan hati kalian berselisih.” (HR. Muslim no. 432)

Sahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu juga mengisahkan,

كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يُسَوِّي صُفُوفَنا حتَّى كَأنَّما يُسَوِّي بها القِداحَ حتَّى رَأَى أنَّا قدْ عَقَلْنا عنْه، ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقامَ، حتَّى كادَ يُكَبِّرُ فَرَأَى رَجُلًا بادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ، فقالَ: عِبادَ اللهِ لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ، أوْلَيُخالِفَنَّ اللَّهُ بيْنَ وُجُوهِكُمْ

“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meluruskan barisan kami sebagaimana lurusnya anak panah, hingga ia melihat bahwa kami telah mengerti. Kemudian keluarlah beliau pada suatu hari, lalu berdiri (untuk melaksanakan salat jemaah), ketika beliau hendak bertakbir, beliau melihat seseorang yang dadanya menonjol dari barisan, maka beliau bersabda, “Hai hamba-hamba Allah! Luruskan dan ratakan oleh kalian barisan-barisan kalian, atau Allah akan membuat hati kamu sekalian saling berselisih.” (HR. Bukhari no. 717 secara ringkas dan Muslim no. 436)

Jemaah yang semoga senantiasa di dalam ketakwaan kepada Allah Ta’ala,

Perkara meluruskan dan merapatkan saf ketika salat ini mencakup banyak hal. Setidaknya ada tiga perkara penting yang harus kita ketahui bersama.

Yang pertama dan yang paling utama adalah bagaimana caranya kita bisa selaras dan lurus sejajar dengan jemaah lainnya pada posisi berdiri di dalam saf. Lalu, apa yang menjadi acuan serta patokan lurus dan sejajarnya saf dalam salat?

Acuan lurusnya saf ada pada dua anggota badan. Yang pertama, bagian bahu mewakili tubuh atas kita. Yang kedua tumit mewakili tubuh bagian bawah kita.

Kenapa bagian tumit dan bukan ujung jari jemari kita? Karena tumit terletak di bawah betis kita, sedangkan betis adalah penopang tubuh kita. Kenapa bukan ujung jari kaki kita? Karena ujung jari kaki setiap orang pastilah berbeda berbeda posisi dan panjangnya. Di antara kita ada yang memiliki telapak kaki panjang dan ada yang pendek.

Wallahu a’lam bisshawab

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Perkara kedua yang harus diperhatikan di dalam merapikan saf salat kita adalah bagaimana caranya merapatkan barisan yang benar dan sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk merapatkan saf ini layaknya para malaikat ketika mereka berbaris di hadapan Allah Ta’ala. Beliau shallallahu ‘alaihi wasalla bersabda,

ألَا تَصُفُّونَ كماتَصُفُّ المَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا؟ فَقُلْنَا يا رَسولَ اللهِ، وكيفَ تَصُفُّ المَلَائِكَةُ عِنْدَرَبِّهَا؟ قالَ: يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الأُوَلَ ويَتَرَاصُّونَ في الصَّفِّ.

“Tidakkah kalian dapat berbaris seperti berbarisnya para malaikat di hadapan Tuhannya?!” (Jabir berkata) Kami bertanya, “Bagaimana para malaikat berbaris di hadapan Tuhannya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mereka menyempurnakan barisan-barisan pertama dan merapatkan (hingga tidak ada tempat yang kosong dalam barisannya).” (HR. Muslim no. 430)

Jangan disalahpahami jemaah sekalian, maksud rapatnya barisan ketika salat bukanlah saling berdesakannya jemaah hingga mengganggu kenyamanan jemaah yang lainnya. Seringkali kali kita dapati sebagian dari kaum muslimin terlalu berlebihan dalam hal ini hingga mengganggu fokus dan kekhusyukan jemaah lainnya, bahkan tidak jarang hingga menginjak dan menyakitinya.

Kerapatan yang dimaksud adalah saling berdekatannya jemaah satu dengan yang lain dan saling menempelnya badan mereka, hingga tidak ada lagi celah yang bisa dimasuki oleh setan yang berniat mengganggu kekhusyukan jemaah salat pada barisan tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أقيموا الصُّفوفَ وحاذُوا بَيْنَ المناكبِ وسُدُّوا الخللَ ولينوا بأيدي إخوانِكم ولا تذَروا فرُجاتٍ للشَّيطانِ ومَن وصَلَ صفًّا وصَلَه اللَّهُ ومن قطعَ صفًّا قطعَهاللَّهُ

“Luruskan saf-saf (barisan-barisan) dan luruskan pundak-pundak serta tutuplah celah-celah. Namun, berlemah-lembutlah terhadap saudaramu (yang ingin merapatkan barisan denganmu). Dan jangan kalian biarkan ada celah untuk setan. Barangsiapa yang menyambung saf, Allah akan menyambungnya. Barangsiapa yang memutus saf, Allah akan memutusnya.” (HR. Abu Dawud no. 666, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud).

Jemaah salat jumat yang berbahagia,

Perkara ketiga yang harus diperhatikan oleh seseorang ketika ingin merapatkan barisan di dalam salatnya adalah dengan menyempurnakan barisan-barisan saf terdepan terlebih dahulu. Tidak membuat barisan baru, kecuali barisan di depannya telah rapat dengan sempurna. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan mendorong dan memotivasi umatnya agar berebut dan berlomba-lomba untuk mengisi barisan-barisan saf terdepan terlebih dahulu. Beliau bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ ما في النِّدَاءِ والصَّفِّ الأوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلَّا أنْ يَسْتَهِمُوا عليه لَاسْتَهَمُوا، ولو يَعْلَمُونَ ما في التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إلَيْهِ، ولو يَعْلَمُونَ ما فيالعَتَمَةِ والصُّبْحِ، لَأَتَوْهُما ولو حَبْوًا

“Seandainya manusia mengetahui (kebaikan) apa yang terdapat pada panggilan salat dan saf pertama, lalu mereka tidak dapat meraihnya melainkan dengan mengundi, tentulah mereka akan mengundinya. Seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada bersegera di dalam melaksanakan salat, tentulah mereka akan berlomba di dalam menghadirinya (di awal waktu). Dan seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada ‘Atmah (salat Isya) dan (salat) Subuh, tentulah mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 2689 dan Muslim no. 437)

Dengan besarnya keutamaan dan pahala yang disebutkan di dalam hadis ini, sayangnya sebagian dari manusia dipermainkan oleh setan dan hawa nafsunya. Sudah tahu saf dan barisan di depannya masih ada yang kosong, namun ia justru membuat saf yang baru di belakangnya. Saat ikamah telah berkumandang dan imam mengatakan, “Sempurnakan saf-saf terdepan terlebih dahulu”, sebagian dari kaum muslimin malah bingung dan saling mempersilakan untuk mengisi saf depan yang jelas-jelas memiliki keutamaan yang lebih besar.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Bersemangatlah di dalam merapatkan dan meluruskan saf ini, karena dengannya salat seseorang menjadi sempurna, bersemangat untuk berlomba-lomba mendapatkan saf terdepan terlebih dahulu. Sungguh hal ini merupakan perkara yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa hidup beliau sebagaimana yang sudah kita sebutkan pada hadis-hadis yang telah lalu.

Jemaah yang berbahagia, ingatlah selalu akan firman Allah Ta’ala,

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al-Imran: 132)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga barisan kaum muslimin, menjaga persatuan kami dan menjadikan kami sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa istikamah di dalam menegakkan syariat Islam ini. Amin ya rabbal ‘alamin.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/82655-teks-khotbah-jumat-urgensi-merapatkan-dan-meluruskan-shaf.html

Cegah Diabetes Anak, Batasi Makanan Manis dan Perbanyak Gerakan

Dosen dari Departemen Biostatistik, Epidemiologi, Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Lastdes Cristiany Friday Sihombing, S.Gz., MPH mengatakan, guna mencegah mencegah diabetes pada anak, bisa dilakukan melalui pengaturan pola makan sehat oleh orang tua. Hal tersebut dimulai dari menerapkan pola makan sehat sejak dini yakni di awal pemberian makanan pendamping asi (MPASI).

“Pencegahan  dimulai dari kebiasaan dan penerapan pola makan saat MPASI,” tuturnya dikutip laman UGM.

Ketika memasuki usia 6 bulan ke atas, lanjutnya, anak diperkenalkan dengan makanan padat termasuk kandungan tambahan pangan seperti gula dan garam. Di usia tersebut orang tua diharapkan bisa mengatur pemberian gula dan garam dengan bijak sebatas untuk memperkenalkan kedua rasa tersebut.

“Anak-anak kalau dikenalkan dengan rasa yang signifikan baik asin, manis, maupun gurih akan cenderung ketagihan memilih makanan tersebut sehingga orang tua harus bisa mengatur atau membatasi konsumsi gula garam pada anak. Sebab, jika anak sudah terbiasa mengonsumsi gula maupun garam akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan,” paparnya.

Menurut Lastdes Cristiyani, orang tua bisa mengedukasi anak dalam memilih jajanan atau snack sehat saat berada di luar rumah atau sekolah. Sebab, tidak dipungkiri anak-anak saat ini tumbuh dalam paparan tinggi akan jajanan kekinian yang banyak mengandung gula maupun garam serta kemudahan akses memperoleh berbagai makanan tersebut. 

Anjuran konsumsi gula yang disarankan WHO untuk orang dewasa adalah 4 sendok makan per hari. Sementara pada anak-anak dengan jumlah lebih kecil yakni 6 sendok teh per hari.

Sedangkan anjuran konsumsi garam bagi orang dewasa adalah 1 sendok teh per hari dan untuk usia lebih muda atau anak-anak kebutuhan garam per harinya lebih sedikit dari orang dewasa.

Selain mengatur pola makan sehat dengan membatasi konsumsi gula garam, diabetes pada anak dikatakan Lastdes Cristiany bisa dicegah dengan mengenalkan serta membiasakan anak untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

Tak hanya bisa mencegah diabetes, aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur bisa mendorong pertumbuhan dan metabolisme tubuh anak menjadi lebih baik.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada tahun 2023. Kasus diabetes anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak tahun 2010 lalu.

Di tahun ini ada sebanyak 1.654 anak dan remaja yang tersebar di 13 kota Indonesia merupakan pasien diabetes. Data Indonesian Report Card On Physical Activity for Children & Adolescents 2022 menunjukkan aktivitas jasmani anak-anak di Indonesia termasuk rendah.

Dalam laporan tersebut disebutkan kurang dari 20 persen jumlah populasi anak-anak yang memenuhi kebutuhan aktivitas jasmani. “Kondisi pandemi kemarin juga membuat anak-anak tidak banyak melakukan aktivitas luar ruangan dan kurang gerak. Ini mungkin juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan angka diabetes pada anak di tanah air,” tuturnya.*

HIDAYATULLAH

Doa Melunaskan Utang dan Mohon Diberi Kemudahan

Doa melunaskan utang bisa dibaca setiap kali setelah selesai sholat atau sebelum tidur. Sejatinya tidak ada seorangpun yang ingin memiliki utang. Namun jika sudah terlanjur terjerat utang, kamu bisa amalkan beberapa doa ini.
Sesama manusia, hendaknya saling memberikan pertolongan apabila terdapat seseorang yang merasa kesulitan. Salah satunya dalam hal utang-piutang. Tidak jarang seseorang yang berutang memiliki kendala dalam pelunasannya.


Berikut Amalan Doa Pelunas Utang Walau Sebesar Gunung
Melansir pada buku Doa Ajaran Ilahi oleh K.H. Abdullah Gymnastiar, doa dalam arti memangggil Allah dalam rangka mengajukan permohonan kepada-Nya, sangatlah penting bagi seorang muslim, karena dengan doa dapat ditandai dengan dibutuhkannya kuasa Allah SWT dalam kehidupannya.

Kumpulan Doa Melunaskan Hutang
Melansir pada buku Intisari Doa dan Dzikir yang Paling Dibutuhkan oleh Mohammad Irsyad, berikut doa yang dapat diamalkan untuk melunasi hutang

1. Doa Ketika Sulit Melunasi Hutang

buku Intisari Doa dan Dzikir yang Paling Dibutuhkan oleh Mohammad Irsyad Foto: buku Intisari Doa dan Dzikir yang Paling Dibutuhkan oleh Mohammad Irsyad
Arab-latin: Allahummakifnii bihalaalika’an haraamika wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka. Allahumma innii a’udzubika minal hammi wal hazani wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni wadhala’id daini wa ghalabatir rijaali.

Artinya: ” Ya Allah, cukupkanlah untukku apa-apa yang Engkau halalkan dari apa-apa yang Engkau haram-kan, dan kayakanlah aku dengan kemurahan-Mu dari siapa saja selain-Mu. Ya Allah, aku mohon perlindungan dengan-Mu. Ya Allah, aku mohon perlindungan dengan-Mu dari duka cita dan kesusahan, kelemahan, dan kemalasan, dan kekikiran, tekanan hutang dan paksaan orang lain.”

2. Doa agar Dihindarkan dari Kebangkrutan

buku Intisari Doa dan Dzikir yang Paling Dibutuhkan oleh Mohammad Irsyad Foto: buku Intisari Doa dan Dzikir yang Paling Dibutuhkan oleh Mohammad Irsyad
Arab-latin: Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani wa a’uudzubika minal ‘ajzi wal kasali wa a’uudzubika minal jubni wak bukhli wa a’uudzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaali.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan. Aku berlindung kepada-Mu dari lemah dan rasa malas. Aku berlindung kepada-Mu dari lemah dan rasa malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil. Dan aku berlindung kepada-Mu dari banyaknya utang dan kelaliman manusia.”

Kemudian, melansir pada Buku Kumpulan Doa Mustajab Sepanjang Hayat, oleh Drs. Nurdin Hasan, M.Ag, terdapat pula amalan doa agar dipermudah dalam melunaskan hutang. yakni:

3. Doa Mohon Diberi Kemudahan

اَللَّهُمَّ يَسِّرْ وَ لَا تُعَسِّرْ
Arab-latin: Allahumma yassir walaa tu’assir
Artinya: “Ya Zat yang memudahkan segala yang sulit, mudahkanlah jangan Engkau persulit.”

4. Doa Bebas Hutang Kedua

Kumpulan Doa Mustajab Sepanjang Hayat, oleh Drs. Nurdin Hasan, M.Ag Foto: Kumpulan Doa Mustajab Sepanjang Hayat, oleh Drs. Nurdin Hasan, M.Ag
Arab-latin: Allaahumma faaliqul ishbaahi wa ja’alal laili sakanan, wasy syamsi wal qamari husbaanan iqdhii annid daina, wa aghnini minal faqri, wa amti’nii bisam’ii basharii wa quwwatii fii sabiilika.

Artinya: “Ya Allah, Zat yang menampakkan cahaya subuh, yang menjadikan malam sebagai waktu tenang, dan (yang menjadikan) matahari dan rembulan berjalan dengan hitungan tertentu, bebaskanlah utang dari diriku, cukupkanlah aku dari kemelaratan, dan bahagiakan aku dengan pendenearanku, pandanganku, dan kekuatanku dama jalan-Mu.” (HR. Ibnu Syaibah dari Yahya bin Said)

Demikian Kumpulan Doa untuk Membantu Melunaskan utang. Semoga dapat bermanfaat dunia dan akhirat untuk kita semua.

DETIK