Saya akan Lindungi Masjid al-Aqsha Sampai Mati!

Seorang wanita secara sukarela berjaga untuk melindungi Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dari serangan Israel.

Dia mengatakan dia akan terus mempertahankan situs suci Muslim itu sampai dia terbunuh atau wilayah Palestina yang diduduki dibebaskan dari pendudukan Israel.

Hatice Huveys, seorang guru berusia 44 tahun, menceritakan bahwa dia dan keluarganya mengalami penuntutan dan pelecehan oleh otoritas Israel saat menjaga masjid.

Huveys mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa dia telah ditahan oleh pasukan Israel sebanyak 28 kali sejak 2014. 

Dia meneteskan air mata untuk pertama kalinya ketika pasukan Israel melepaskan jilbab dan mantelnya saat ditahan di penjara Israel sekitar empat tahun lalu.

Dia dijatuhi hukuman penjara selama 23 hari pada tahun 2017 atas tuduhan terkait dengan Masjid Al-Aqsa dan memprotes masuknya pemukim Yahudi ke situs tersebut.

Ketegangan terbaru dimulai di Yerusalem Timur yang diduduki selama bulan suci Ramadhan dan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks masjid titik nyala dan lingkungan Sheikh Jarrah.

Jet Israel telah melancarkan serangan udara di seluruh Jalur Gaza sejak 10 Mei, meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh wilayah pantai pada saat gencatan senjata dimulai pada Jumat pagi antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Setidaknya 279 warga Palestina tewas hingga Sabtu, termasuk 69 anak-anak dan 40 wanita, dan 1.910 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

IHRAM

Mereka Diubah Menjadi Kera Yang Hina

Ada faidah menarik mengenai kisah Bani Israil yang berbuat hiilah (mengakali ajaran agama) terkait larangan mengambil ikan di hari Sabtu. Kisah ini disebutkan dalam Al Qur’an:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik” (QS. Al A’raf: 163).

Namun mereka melanggar larangan ini dengan membuat hiilah (tipu daya). Yaitu dengan memasang jaring di hari Jum’at dan mengangkatnya di hari Ahad dalam keadaan penuh dengan ikan-ikan. Yang dengan ini, sebenarnya mereka telah melanggar larangan Allah. Maka Allah ta’ala befirman:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina” (QS. Al A’raf: 166).

Allah ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

Dan engkau telah mengetahui tentang orang-orang dari kalian yang melanggar batasan Allah pada hari Sabtu, maka kami katakan para mereka: ‘jadilah kalian kera-kera yang hina’” (QS. Al Baqarah: 65).

Dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa sebagian mereka juga dijadikan babi. Beliau mengatakan:

فجعل [ الله ] منهم القردة والخنازير . فزعم أن شباب القوم صاروا قردة والمشيخة صاروا خنازير

“Allah ta’ala menjadikan mereka sebagai kera dan babi. Disebutkan bahwa yang masih muda dari kaum tersebut dijadikan kera, dan yang sudah tua dijadikan babi” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan diubahnya kaum tersebut menjadi babi dan kera, ini terjadi kepada laki-laki maupun wanitanya. Qatadah rahimahullah mengatakan:

فصار القوم قرودا تعاوى لها أذناب بعد ما كانوا رجالا ونساء

“Mereka menjadi kera-kera yang suka melolong, dan mereka punya ekor. Padahal sebelumnya mereka manusia lelaki dan wanita” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan kata “khasi’in” sebagian salaf menafsirkan: ukuran mereka kecil. Disebutkan riwayat dari Mujahid rahimahullah:

عن مجاهد في قوله: (كونوا قردة خاسئين) قال: صاغرين

“Dari Mujahid, ketika menafsirkan [jadilah kalian kera-kera yang khasi’in], ia berkata: maksudnya mereka berukuran kecil” (Tafsir Ath Thabari).

Sebagian salaf mengatakan, mereka dijadikan kera betulan dan hidup selama 3 hari. Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Baghawi:

قال قتادة : صار الشبان قردة والشيوخ خنازير فمكثوا ثلاثة أيام ثم هلكوا ولم يمكث مسخ فوق ثلاثة أيام ولم يتوالدوا

“Qatadah berkata: mereka dijadikan kera-kera muda dan babi-babi tua, kemudian mereka tetap hidup selama 3 hari lalu dibinasakan, tidak ada yang bertahan lebih dari 3 hari, dan mereka tidak ber-reproduksi”.

Wal ‘iyyadzubillah. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak meniru kelakuan mereka, yaitu suka mengakali ajaran agama demi mencari dunia.
Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslimah or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13183-mereka-diubah-menjadi-kera-yang-hina.html

Amalan Penyelamat Umat Islam dari Kengerian Kiamat

Sejumlah amal saleh bisa menyelamatkan umat Islam dari dahsyatnya kiamat.

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat, menjelaskan ihwal huru-hara yang terjadi pada hari kiamat dan nasib orang-orang saleh. Dia mengatakan, orang-orang yang sudah wafat tidak akan merasakan huru-hara hari kiamat karena mereka sudah ke alam lain, yakni alam barzah.

“Bahkan, dalam sebagian riwayat disebutkan, sesaat sebelum fitnah kiamat kubra ini terjadi, orang-orang saleh memang akan dimatikan terlebih dahulu agar terhindar dari petaka dan histeria paling mencekam sepanjang sejarah dunia,” tutur dia dilansir dari laman Rumah Fiqih Indonesia, Kamis (27/5). 

Dia menyampaikan, ketika huru-hara hari kiamat terjadi, bumi mengeluarkan semua isi perutnya, gelombang tsunami terdahsyat di dunia, langit terbelah, bintang-bintang bertabrakan satu sama lain, matahari tabrakan dengan bulan, gunung-gunung beterbangan bagaikan bulu, dan manusia bagaikan anai-anai yang bertebaran.

“Semua pemandangan itu terlalu mencekam dan menakutkan. Sehingga, merupakan siksaan tersendiri yang tiada taranya. Maka, sebagai kasih sayang Allah SWT kepada orang-orang yang dicintai-Nya, mereka dipanggil terlebih dahulu. Agar tidak sempat merasakan pedihnya huru-hara kiamat kubra,” paparnya. 

عن أم المؤمنين أم الحكم زينب بنت جحش رضي الله عنها: أن النبي ﷺ دخل عليها فزعا، يقول: لا إله إلا الله، ويل للعرب من شر قد اقترب، فتح اليوم من ردم يأجوج ومأجوج مثل هذه، وحلق بأصبعيه الإبهام والتي تليها، فقلت: يا رسول الله، أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: نعم، إذا كثر الخبث

Dalam hadits riwayat Bukhari, dari Zainab binti Jahsy bahwa Nabi Muhammad SAW datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata, “Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”. Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya.

Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang saleh?” Beliau menjawab, “Ya, betul, ketika keburukan telah merajalela”. (HR Bukhari)

Dalam hadits riwayat Thabrani, dijelaskan soal tiga orang yang tidak akan merasa ketakutan terhadap Hari Kiamat dan mereka pun tidak akan dihisab. 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْهًما قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاَثَةٌ لَا يَهُوْلُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَلَا يَنَالهُمُ الحِسَابُ هُمْ عَلى كَثِيبٍ مِنْ مِسكٍ حَتَّى يُفْرَغَ مِنْ حِسَابِ الخَلائِقِ رَجُلٌ قَرأَ القُرآنَ ابْتِغَآْءَ وَجْهِ اللهِ وَاَمَّ قَوْماً وَهُمْ بِهِ رَاضُوْنَ وَدَاعٍ يَدْعُوْنَ إلى الصَّلواتِ ابْتِغآء وجْهِ اللهِ وَرَجُلٌ اَحْسَنَ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَوَالِيهِ.  

Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang yang tidak akan mengalami ketakutan pada hari yang sangat menakutkan dan mereka tidak akan dihisab, mereka berada di atas tumpukan kasturi hingga selesai hisab terhadap semua manusia, (yaitu):

Seseorang yang membaca Alquran semata-mata mengharap ridha Allah, yang mengimami suatu kaum dan mereka menyukainya, dai yang mengajak shalat semata-mata mengharap ridha Allah SWT, orang yang menjaga hubungan baik antara ia dan tuannya dan antara ia dan bawahannya.” (HR Thabrani) 

KHAZANAH REPUBLIKA

Kisah Sufi yang Diam Rumahnya Ditimpa Kotoran Tetangga Beragama Majusi

Sekitar abad kedua hijriah terdapat seorang sufi kenamaan yang memiliki nama lengkap Abu Muhammad Sahal bin Abdullah bin Yunus bin ‘Isa bin Abdullah bin Rafi‘ At-Tustari. Keistimewan beliau memang sudah tampak sejak beliau masuk berusia remaja. Sehingga tidak aneh apabila beliau disebut dikenal oleh ulama sezamannya, seperti Khalid bin Muhammad bin Sawar, Dzun Nun al-Mishri, dan lain sebagainya. Terdapat kisah teladan dari beliau tentang bagaimana cara untuk tidak menyakiti tetangga, meski tetangga itu ialah seorang yang berbeda agama. Kisah ini terdokumentasikan dalam kitab Al-Kabair karya Imam Abu Abdillah Muhammad adz-Dzahabi. Disebutkan bahwa Syekh Sahal at-Tustari memiliki tetangga Majusi, yakni agama yang terkenal dengan ajaran menyembah api.

Adapun rumah tetangga yang dimaksud itu berada di atas tempat tinggal Sang Sufi. Bahkan tempat pembuangan kotoran milik tetangga Majusi itu tepat berada di atas salah satu ruangan dari rumah Sang Sufi. Namun nahas, tempat pembuangan bocor hingga mengotori rumah At-Tustari. Meskin demikian, At-Tustari tak memberitahukan akan hal yang menimpanya kepada pemilik rumah, dengan alasan tak ingin menyakiti tetangganya.

Yang beliau lakukan justru menaruh ember tepat di bawah tempat jatuhnya kotoran supaya tak mengotori kediamannya. Kemudian beliau membuang kotoran yang telah terkumpul dalam ember tersebut pada malam harinya, supaya tak ada seorang pun yang melihat apa yang terjadi, terlebih supaya tetangganya yang Majusi tak melihat kesusahannya. Kejadian tersebut terus terulang setiap harinya dan berlangsung sangat lama.

Jangka waktu terjadinya peristiwa tersebut ditaksir mencapai hingga puluhan tahun. Sebagaimana keterangan dalam kitab Is’ad ar-Rafiq Wa Bughyah ash-Shadiq karya Habib Abdullah bin Husein bin Thahir Ba’alawi, dijelaskan bahwa selama puluhan tahun seorang tokoh sufi bernama Sahal at-Tustari memiliki hubungan baik dengan dengan tetangganya yang beragama Majusi. Kebaikan hubungan keduanya dapat dilihat dari perilaku saling berbagi makanan yang dilakukan keduanya tatkala hari raya tiba.

Ketika Sahal at-Tustari sudah tua dan merasa ajalnya akan segera tiba, ia sengaja mengundang tetangganya yang beragama Majusi untuk datang ke kediamannya. Begitu yang diundang telah datang, At-Tustari lantas meminta tetangganya itu untuk masuk ke dalam rumah At-Tustari dan melihat apa yang terjadi di dalam kediaman beliau.

Ketika tetangga Majusi itu telah masuk ke dalam rumah At-Tustari, ia melihat adanya air dan kotoran yang menetes dari atas dan di bawahnya terdapat ember untuk menampung tetesan kotoran itu. Tetangga itu pun menanyakan tentang apa yang dilihatnya kepada At-Tustari.

Sang Sufi lantas memberikan penjelasan atas yang dilihat tetangganya, berikut alasan mengapa ia diundang. At-Tustari berkata, “Ini sudah terjadi sangat lama. Kotoran dari rumahmu jatuh ke rumah ini. Yang aku lakukan ialah meletakkan ember ini ketika siang hari dan aku membuangnya ketia malam hari. Andai bukan karena ajalku akan segera datang, juga bukan karena kekhawatiranku akan akhlak orang yang menggantikanku menempati rumah ini, maka tidak akan kuberitahukan kepadamu apa yang terjadi dan kubiarkan tetap terjadi sebagaimana yang engkau lihat.”

Tetangga beragama Majusi pun terperangah setelah mendengar penjelasan At-Tustari. Ia terheran, bagaimana bisa seorang manusia mampu menahan kesusahan yang tak dibuat oleh dirinya sendiri selama itu. Ia juga kagum dengan akhlak orang Islam yang senantiasa berbuat baik kepada tetangganya, meski dengan latar belakang agama berbeda.

Mendengar penuturan At-Tustari, tetangga Majusi pun berkata, “Wahai Syekh, engkau telah berlaku sebaik itu kepadaku dalam jangka waktu yang sangat lama, sedangkan aku masih saja bertahan dalam kekufuranku? Julurkanlah tanganmu, kunyatakan bahwa, aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.”

Tidak lama setelah kejadian tersebut, wafaflah Sahal bin Abdillah at-Tustari setelah menjadi saksi atas syahadat tetangganya yang sebelumnya beragama Majusi. Dalam kitab Ath-Thabaqah al-Kubra karya Abdul Wahhab asy-Sya’rani, disebutkan bahwa At-Tustari wafat sekitar tahun 283 H.

Berdasar kisah di atas, dapat diambil pelajaran bahwa perilaku yang baik akan membuahkan hasil yang baik. Kebaikan At-Tustari di atas tentu selaras dengan yang diajarkan Nabi Muhammad supaya selalu bersikap baik kepada semua orang, khususnya tetangga. Petunjuk Allah yang diberikan lewat kebaikan akhlak At-Tustari juga mampu menjadikan seseorang yang puluhan tahun berada dalam kekufuran, berubah menjadi orang yang mengesakan Allah Swt. Wallahu a’lam bish shawab.

BINCANG SYARIAH

Ayo Daftarkan Masjid atau Musala Anda ke SIMAS, Ini Manfaatnya

Jakarta (Kemenag) — Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama terus melakukan pendataan masjid dan musala di seluruh Indonesia. Pendataan tersebut dilakukan secara online melalui aplikasi Sistem Informasi Masjid (SIMAS) pada laman simas.kemenag.go.id.

Kepala Subdit Kemasjidan Abdul Syukur mengatakan, program tersebut untuk memudahkan akses publik dan terintegrasinya masjid dan musala dengan Kementerian Agama.

“Untuk mewujudkan program tersebut, kami berharap dan mengajak kepada para takmir masjid/musala untuk ikut berperan aktif menyukseskan program tersebut dengan memastikan bahwa masjid/musala yang dikelola terdaftar pada simas.kemenag.go.id,” ujar Syukur di Jakarta, Kamis (20/5/2021). 

Ia menambahkan, ada banyak manfaat yang akan diperoleh bila masjid dan musala terdaftar di SIMAS. “Salah satunya dengan memiliki ID Nasional Masjid tentu akan secara otomatis terintegrasi dengan sistem layanan pemerintah,” tutur Syukur.

Selain itu menurut Syukur, data pada SIMAS juga sudah dilengkapi dengan GIS (Geographic Information System). “Sehingga lokasi masjid/musala dapat dipetakan dengan tingkat akurasi yang baik di atas peta dunia (citra satelit),”ungkapnya. 

Lebih lanjut, Syukur mengungkap beberapa manfaat lain dengan mendaftarkan masjid atau musala dalam SIMAS. Di antaranya, memudahkan rekomendasi permohonan bantuan dan  memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) SIMAS untuk membuka Rekening Bank Syariah Indonesia (BSI) atas nama masjid/musala. 

Ke depan, mulai tahun 2022, pendaftaran permohonan bantuan kepada Kemenag juga dilakukan secara online. Karenanya, masjid atau musala perlu mendaftarkan diri di SIMAS. Dengan mendaftar, masjid/musala juga akan memiliki media sosial digital yang dapat diakses masyarakat. 

“Mulai dari stiker QR Code profil masjid, serta terinput dalam aplikasi INFO MASJID berbasis android serta aplikasi manajemen masjid yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan,” jelas Syukur. 

“Terpenting lagi, setelah terdaftar dalam SIMAS, masjid atau musala dapat ikut serta dalam program dan layanan kemasjidan secara nasional,” ungkapnya. 

Cara Daftarkan Masjid atau Musala ke SIMAS

Lalu bagaimana bila takmir ingin mendaftarkan masjid atau musalanya  dalam SIMAS? Syukur menjelaskan, pendaftaran dapat dilakukan melalui operator SIMAS di Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kemenag terdekat dengan membawa sejumlah persyaratan. 

Adapun persyaratan yang harus dilengkapi, yaitu:

1. Surat Keputusan Pendirian atau Pembentukan Takmir Masjid atau Musala; 
2. Surat Keterangan Status Tanah atau Wakaf Serta Sertifikat; dan
3. Foto Bangunan Masjid atau Musala dalam Bentuk Softcopy (Size Maksimal 1Mb).

(Anty)

KEMENAG RI

3 Pendapat Lokasi Adam Diturunkan, Salah Satunya di Everest

Adam bertemu dan berkumpul kembali dengan Hawa di Muzdalifah.

Dalam tradisi Islam sekurangnya ada tiga pendapat berkenaan dengan tempat turunnya Nabi Adam dan istinya, Hawa di bumi. Pendapat pertama menjelaskan Nabi Adam turun di Dajna (Dahna), Semenanjung Arabia, sebuah tempat yang terletak di antara Makkah dan Ta’if.

Pendapat ini diambil dari kitab ad Durr al Mansur fit Tafsir bil Masur karya As Suyuti. Pendapat kedua, Nabi Adam turun di bukit Safa, sedangkan Hawa di bukit Marwah. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Abi Hatim. 

Pendapat ketiga menjelaskan Nabi Adam diturunkan di India, sedangkan Hawa turun di sekitar kota Jeddah sekarang ini. Dalam kitab Hilyatul Auliya dari at Tabrani dan Abu Nu’aim diriwayatkan Abu Hurairah mengatakan, Rasulullah bersabda Allah menurunkan Adam di India. 

Adam pun merasa kesepian, lalu Jibril turun mengumandangkan adzan. Ketika Adam mendengar Jibril menyebut nama Muhammad, Adam bertanya, ‘Siapakah Muhammad?’ Jibril menjawab, ‘Dia adalah keturunan terakhirmu yang menjadi nabi’.

Riwayat yang hampir sama dapat pula kita jumpai. Ibnu Abbas misalnya, meriwayatkan Allah menurunkan Adam di India dan menurunkan Hawa di Jeddah.

Kemudian Adam mencari Hawa hingga ke daerah Jam’an. Lalu Hawa menghampiri (izdalafat) Adam. Karena kejadian itulah daerah pertemuan keduanya dinamai Muzdalifah, tempat pertemuan Adam dan Hawa. 

Tidak hanya dari Ibnu Abbas, berita tentang turunnya Adam di India dapat pula dijumpai dalam riwayat Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Munzir, dan Ibnu Asakir dari Jabir bin Abdullah, serta at Tabrani dari Ibnu Umar. Dari sisi riwayat tampak bahwa pendapat yang menyatakan Adam diturunkan di India dan Hawa di Jeddah adalah pendapat yang paling kuat.

Terdapat pendapat bahwa gunung tempat turunnya Adam di India adalah yang mempunyai puncak tertinggi, menunjukan bahwa Adam diturunkan di puncak Everest di pegunungan Himalaya. Syauqi Abu Khalil mempunyai tafsiran tersendiri. Menurutnya, Adam diturunkan di Sri Lanka tepatnya di atas Gunung Bauz.

Di Sri Lanka terdapat gunung Adam. Di atasnya dekat puncak gunung Adam, terdapat suatu tapak kaki suci pada suatu formasi bebatuan dengan panjang sekitar 1,8 meter. 

Tapak kaki suci ini oleh umat Islam setempat dipercaya sebagai tapak Adam saat turun ke bumi. Oleh umat Budha setempat dianggap sebagai tapak kaki Siddharta Gautama.

Oleh masyarakat Hindu Tamil disebut sebagai tapak kaki Shiwa, dan oleh masyarakat Kristen Sri Lanka disebut sebagai tapak kaki St. Thomas. Sebagian umat Kristen Sri Lanka lainnya mempercayainya sebagai tapak kaki Adam. 

Karena tradisi inilah kemungkinan kesimpulan Syauqi Abu Khalil didasarkan. Sami bin Abdullah Al Maghluts menjelaskan Adam dipandu oleh Jibril berangkat dari India menuju Arabia untuk mencari Hawa.

Adam bertemu dan berkumpul kembali dengan Hawa di Muzdalifah. Kemudian mereka saling bertemu dan mengenali di Arafah (Jabal Rahmah). 

Sumber: Kisah-Kisah para Nabi pra-Ibrahim dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusuN Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dan LIPI

KHAZANAH REPUBLIKA

“Buldozer” yang Congkak Lagi Kejam

SEPANJANG sejarah upaya Zionis Yahudi mewujudkan ‘Eretz Yisrael’ di atas tanah Palestina, Ariel Sharon termasuk salah satu tokoh yang “tidak ada matinya.” Ia kerap muncul di setiap sejarah penting Israel.

Sharon dilahirkan di Kfar Maalal, sebuah daerah pertanian di Palestina bagian barat, pada tahun 1928. Wilayah itu dulu di bawah kekuasaan Inggris. Keluarga orangtuanya adalah imigran dari Rusia, pendukung kuat Zionis Israel. Dalam otobiografinya disebutkan, nama kecil Sharon adalah ‘Buldozer’.

Pada masa kanak-kanak ia telah bergabung dengan gerakan pemuda Zionis. Saat remaja belasan tahun ia menjadi anggota paramiliter Zionis. Sharon bergabung dalam dinas militer Israel sebelum genap usia 20 tahun dan ditunjuk menjadi komandan pleton. Ia ikut perang pertama antara pasukan Zionis dengan Arab tahun 1948.

Saat berkarir di militer maupun politik, Sharon dikenal sebagai seorang ‘hawkish’. Seseorang yang tidak sungkan menggunakan kekerasan dan kekuatan bersenjata untuk menghajar semua lawannya.

Namun di kemiliteran, ia paling dikenal dengan aksinya dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 dan peperangan Yom Kippur Oktober 1973. Ia salah satu komandan pasukan Zionis yang berhasil meraih kemenangan dari pasukan Arab dalam waktu singkat. Keberhasilannya itu menjadi salah satu legasi Sharon, yang hingga kini terus diajarkan dan ditularkan kepada para kadet angkatan bersenjata Israel.

Di dunia politik, ia mendirikan Partai Likud pada tahun 1973, yang hingga kini dikenal sebagai partai paling kejam dan keras terhadap rakyat Palestina. Lawan-lawan politiknya di Israel pun mengakui ke-hawkish-annya.

Setelah keluar dari Likud, ia membentuk Partai Kadima pada akhir 2005. Partai ini juga mendapat warisan sifat keras dari Sharon. Salah satunya bisa dilihat dari sepak terjang Tzipi Livni.

Meskipun perempuan, pemimpin Kadima itu adalah otak dan pengambil keputusan penting saat pasukan Zionis Israel menyerang Jalur Gaza akhir 2008 hingga pertengahan Januari 2009, yang dikenal dengan Operation Cast Lead.

Tidak kurang dari 1.500 orang –kebanyakan anak kecil, wanita dan orangtua– menjadi korban tewas dalam serangan 22 hari tersebut. Serangan pasukan udara, darat dan laut Israel itu baru dihentikan hanya satu hari sebelum Amerika Serikat melantik Presiden Barack Obama.

Dalam urusan pemukiman Yahudi, Sharon yang pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan dan Pembangunan Israel tahun 1990-1992 dan Menteri Infrastruktur Nasional Israel tahun 1996-1999, tidak mengenal kata ilegal dalam kamusnya.

Semua pemukiman Yahudi yang dibangun, termasuk dengan cara merampas tanah milik warga Palestina, adalah sah.

“Setiap orang harus bergerak, lari dan ambillah sebanyak mungkin puncak bukit sebisanya, untuk memperluas pemukiman (Yahudi). Sebab, semua yang kita bisa ambil akan tetap menjadi milik kita… Apa saja yang tidak bisa kita ambil, akan jatuh ke tangan mereka,” kata Sharon, saat berbicara di hadapan militan dari kelompok ekstrim sayap kanan Partai Tsomet, ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, 15 Nopember 1998.

Congkak dan Kejam Kecongkakan Sharon dan kebenciannya terhadap orang Arab dan Palestina sudah mendarah-daging dalam dirinya sejak dulu.

Dalam wawancaranya dengan Jenderal Ouze Merham pada 1956, Sharon berkata, “Saya tidak tahu ada yang namanya prinsip-prinsip internasional. Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut. … Saya bersumpah, jika saya sebagai seorang Israel bertemu dengan seorang Palestina, maka saya akan bakar dia. Dan saya akan membuatnya menderita sebelum membunuhnya. Dengan satu pukulan saya pernah membunuh 750 orang Palestina (di Rafah tahun 1956). Saya ingin menyemangati prajurit saya agar memperkosa gadis-gadis Arab, karena perempuan Palestina adalah budak untuk Yahudi dan kami dapat berbuat apa saja yang kami inginkan kepadanya. Tidak ada yang boleh menyuruh kami apa yang harus kami lakukan, justru kami yang memerintah mereka apa yang harus mereka lakukan.”

Bicara tentang kekejaman Sharon dalam sejarah Zionis Israel, tidak akan lepas dari peristiwa pembantaian warga Palestina di pengungsian Sabra-Shatilla dan invasi pasukan Israel ke Beirut, Libanon, pada 1982 saat Sharon menjabat menteri pertahanan.

Dr. Ang Swee Chai, seorang perempuan warga China Kristen, yang dibesarkan dengan nilai-nilai anti-Islam dan Arab, serta mendukung penuh Yahudi dan Israel, bercerita cukup lengkap tentang kekejaman Israel di Sabra-Shatilla dalam bukunya “From Beirut to Jerussalem”.

Pembantaian Sabra-Shatilla terjadi pada September 1982, hanya beberapa hari setelah para pejuang Palestina menyerahkan senjata mereka dibawah perjanjian damai internasional. Mereka kemudian dideportasi dari Beirut, meninggalkan keluarganya ke perlindungan pasukan perdamaian internasional. Pasukan Israel kemudian menginvasi Beirut. Tidak kurang dari 3.000 wanita dan anak-anak yang tidak berdaya dikumpulkan di kamp pengungsian Sabra-Shatilla. Kemudian secara sistematis mereka dibantai begitu saja.

Pendudukan Beirut oleh pasukan Zionis berlangsung selama 70 hari. Lebih dari 30.000 orang kehilangan nyawanya. Pasukan Zionis menyerang secara membabi-buta. Makanan, air dan listrik seketika lenyap. Lebih dari 500.000 orang dipaksa meninggalkan rumahnya.

Berdasarkan perhitungan tentara Israel IDF, mereka menggunakan tidak kurang dari 960 ton amunisi untuk menghancurkan kota Beirut.

Dalam serangan ke Libanon tersebut, untuk pertama kalinya Israel menguji cobakan senjata baru, yaitu bom fosfor dan bom vakum.

Jika seseorang terkena bom fosfor maka tubuhnya akan terbakar selama beberapa hari. Apabila tubuhnya disiram air, maka pembakarannya akan bertambah parah dan berlangsung lebih lama.

Bom vakum tidak kalah mengerikan. Bom itu terbuat dari TNT yang berkekuatan besar. Jika dijatuhkan ke sebuah gedung, maka bangunan itu akan tersedot ke bawah, rontok menjadi puing. Ang Swee Chai melihat sebuah bangunan 11 lantai mengubur hidup-hidup sekitar 200 orang di Beirut.

Saat menjelaskan latar belakang dari penciptaan karya instalasinya yang berjudul “Ariel Sharon” Noam Braslavsky mengatakan kepada BBC, “Pria ini bukan seorang laki-laki biasa. Dia punya pengaruh yang sangat besar atas kehidupan dari semua orang yang tinggal di negeri ini (Palestina-Israel).” Mungkin ia benar. *

Keterangan: korban “jagal” Aiel Sharon di Shabra dan Satila

HIDAYATULLAH

Kaifa Haluk Yaa Sharon?

Seorang pria tua bersandar lemah di atas tempat tidur, di dalam sebuah kamar yang temaram. Matanya yang menua memandang ke depan dari celah kelopak yang sempit. Saat  pria berpiyama biru muda itu bernapas dengan lemah, perut dan dadanya yang berselimut kain warna putih tampak naik-turun dengan perlahan. Di punggung telapak tangan kanannya tertancap jarum dan selang, yang mengalirkan cairan dari botol infus di sisi kanan ranjangnya.
 
Hanya dua atau tiga orang saja yang diizinkan masuk untuk merawat laki-laki tua itu dalam sekali waktu.
 
Cobalah pegang tangannya, belai rambutnya yang memutih dan sapalah dia dengan bahasa orang Arab yang sangat dibencinya, “Kaifa haluk yaa Sharon?” Apa kabarmu Sharon?
 
Dia pasti tidak akan menjawab. Sebab, itu hanyalah sebuah patung lilin dalam ukuran sebenarnya sebagai representasi dari Ariel Sharon, mantan Perdana Menteri Israel ke-11.
 
Seni instalasi karya Noam Braslavsky tersebut pertama kali ditampilkan di Galeri Seni Kishon di Tel Aviv.

“Sebagai seorang seniman, adalah hak saya untuk memilih tokoh ini dan membawanya kembali menjadi kepala berita utama (di media massa),” kata Braslavsky, perupa Israel yang bermukim di Jerman.
 
Memang tidak banyak yang diketahui tentang Ariel Sharon, setelah diserang stroke pada 4 Januari 2006 yang menyebabkan koma hingga saat ini. Pada malam hari Sharon terkena stroke, seorang kru televisi Israel berhasil menangkap gambarnya yang sedang berada di belakang sebuah mobil ambulan, terbaring setengah duduk dalam keadaan sadar. Itulah gambar terakhir dari Sharon yang dimiliki media. Sebab setelah itu, keluarga Sharon sengaja menutup pintu rapat-rapat, atas informasi kondisi salah satu tokoh kontroversial dalam sejarah Zionis Israel itu.
 
Sementara Sharon palsu didatangi banyak pengunjung di Kishon Gallery, Sharon asli terbujur kaku tidak sadarkan diri beberapa kilometer jauhnya, di Chaim Sheba Medical Center, Tel Hashomer.
           
Hidup atau Mati

Dua hari setelah Sharon, yang akrab dipanggil Arik, terkena stroke berat sehingga otaknya dibanjiri darah, berbagai media internasional mengabarkan bahwa ia telah mati.
 
Hal itu wajar saja, karena setelah dinyatakan stabil pada 5 Januari 2006 oleh tim dokter di Rumah Sakit Haddasah, keesokan harinya Sharon dimasukkan lagi ke ruang operasi. Bahkan wakilnya, Ehud Olmert, telah ditunjuk sebagai pejabat sementara perdana menteri menggantikan tugas yang diemban Sharon.
 
Pada hari keenam, dokter berupaya membangunkannya dari keadaan tidak sadar, dengan cara mengurangi dosis obat anastesi. Ia pun kemudian bisa bernapas sendiri dengan bantuan respirator dan sedikit memberikan respon terhadap stimulus rasa sakit di lengan dan kakinya.
 
Tetapi, Sharon yang sudah berpindah rumah sakit tidak juga bangun, meskipun keluarga sudah memperdengarkan alunan musik klasik karya komposer Mozart kesukaannya –seperti yang disarankan oleh dokter. Ia tidak pernah membuka matanya, meskipun hasil tes CT scan menunjukkan otaknya tidak lagi mengeluarkan darah.
 
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan. Sharon tidak lagi dikabarkan menderita pendarahan pada otaknya. Hanya saja, berbagai infeksi menyerang organ-organ tubuhnya yang lain secara bergantian. Dari otak, infeksi pindah ke paru-paru, ke ginjal, ke dalam darah, begitu seterusnya. Jantungnya yang diketahui bocor sejak sebelum koma, ikut memperburuk keadaan.
 
Bulan September 2008, dalam wawancara yang termasuk langka, profesor Zeev Rothstein yang merawat Sharon menceritakan keadaan pasiennya kepada Radio Angkatan Bersenjata Israel.
 
“Dia bisa menggerakkan matanya, atau satu jari atau beberapa jari… Dia dapat beraksi terhadap rasa sakit, terhadap suara anggota keluarga yang didengarnya. Reaksi-reaksi ini menunjukkan ia tidak sepenuhnya tidak sadar,“ jelas Rothstein.

“Seorang pasien yang terbaring di ranjang rumah sakit begitu lama, tidak akan pernah terlihat sama seperti saat ia sadar dan bisa berlari. Jadi, ia terlihat sangat berbeda,” kata Rochstein lagi.
 
Sejak itu, tim dokter yang merawatnya hanya menyampaikan dua kabar tentang Sharon. Yaitu, kondisinya memburuk karena ada gangguan pada organnya atau stabil, tapi tetap dalam keadaan koma.*

HIDAYATULLAH

Inilah Cara Mencapai Zuhud

Zuhud adalah sikap hati. Letaknya berada dalam qalbu manusia. Zuhud itu mengosongkan hati selain terhadap Allah. Tak tergantung pada materil duniawi—bukan berarti tak membutuhkan dunia.

Tak sedikit manusia yang lalai memaknai zuhud. Keliru dan tersesat dalam kejahilan. Banyak manusia salah jalan dalam menggapai zuhud. Atas nama zuhud, orang yang tersesat ini memakai pakaian yang ditambal. Makan makanan yang murah dan tak layak. Meninggalkan pekerjaan. Dan sinis, sekaligus dengki terhadap manusia yang berharta.

Padahal dalam hati mereka ingin juga berharta. Lisan menafikan harta, tapi hati sibuk ingin harta. Orang model begini, kata Syekh Abdul Qadir Isa, bak panggang jauh dari api; menyangka diri seorang zahid, padahal mereka nyatanya orang yang salah jalan.

Terkait orang yang menyangka zuhud adalah menjauhi dunia dan hidup dengan kemiskinan, Al Manawi dalam kitab Faidh Qadir Syarah al Jami ash Shagir memberikan ultimatum yang tegas;” Zuhud itu kosong hati dari dunia, bukan kosong tangan dari dunia,”.

Tak terkira orang yang salah kaparah memaknai zuhud. Golongan ini pergi mengasingkan diri. Menjauhi pergaulan dengan manusia. Memutuskan  tali silaturahmi. Tak mau bekerja. Meninggalkan pekerjaan yang halal. Lebih parah lagi, memandang sinis bagi orang kaya. Padahal bila diberikan harta, niscaya mereka akan rakus dan tamak terhadapnya.

Di sisi lain juga kata Al Manawi, ada juga manusia yang mengklaim diri zuhud. Pergi bekerja. Siang-malam mencari harta. Hatinya terpaut pada dunia. Sibuk mengumpulkan puing-puing harta benda. Sialnya, orang begini juga mengklaim diri zuhud.

Padahal kedua golongan ini bukanlah orang yang zuhud. Bila seumpamanya mereka dibawa pada dokter hati, niscaya sang dokter akan menjelaskan bahwa hati mereka sedang bermasalah. Sedang tertimpa penyakit hati kronis.

Selanjutnya, Syekh Abdul Qadir Isa dalam kitab Haqaiq ath Tashawuf,  menjelaskan ada tiga cara untuk menggapai maqam zuhud. Usaha ini akan membantu seorang zahid untuk menggapai makna zuhud sejati. Usaha ini bila berhasil akan mampu menjauhkan manusia dari tamak, rakus, korupsi, nepotisme, dan mengeksploitasi manusia lain.

Pertama, mengetahui dan menyadari bahwa dunia sejatinya hanya bayangan yang akan hilang dan pergi. Dunia ibarat bayangan yang palsu. Penuh tipu dan daya. Sekaya apapun manusia, kelak ketika ia mati, hanya akan membawa tiga lapis kain kafan. Ia akan pergi meninggalkan pelbagai kemewahan hidup.

Seorang yang berpangkat, bila mati hanya akan memperoleh titel “almarhum”. Seorang pria yang memiliki istri cantik jelita, kelak ketika mati, istri akan tinggal meyandang status janda. Anaknya menjadi yatim. Tak ia bawa menghadap ilahi.

Dalam salah satu hadis Nabi bersabda;

يقول ابن آدم مالي مالي قال وهل لك يا ابن آدم من مالك الا ما اكلت فافنيت او لبست فابليت او تصدقت فامضيت

Artinya: Anak Adam berkata; “harta ku harta ku”.  Engkau tidak memiliki sesuatau dari harta mu, wahai anak Adam, kecuali apa yang telah engkau makan lalu dia hilang, apa yang engkau pakai, lalu ia usang, dan apa yang engkau sedekahkan lalu dia berlalu,

Kedua, mengetahui kelak akan ada kehidupan akhirat. Dunia adalah ladang investasi bagi akhirat. Akhirat adalah kehidupan agung bagi manusia kelak. Dan kehidupan agung itu hanya akan diagapai dengan kebajikan. Allah berfirman dalam Q.S an Nisa ayat 77;

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ

Artinya: Katakanlah kesenangan dunia hanyalah sebentar, dan akhirat lebih baik bagi orang orang yang bertakwa.

Untuk itu, para sufi senantiasa mengarah para pengikut untuk menggapai keridhaan Allah. Mencintai harta sekadarnya. Yang terpenting, mereka menjauhi hawa nafsu. Pasalnya, nafsu adalah pangkal kecintaan pada dunia. Bila manusia dikuasai nafsu, maka yang timbul adalah kebinasaan dan musibah.

Ketiga, seorang muslim yang baik tak boleh tamak terhadap dunia. Ia harus meyakini bahwa bagiannya di dunia telah ditetapkan ilahi. Tak dapat ditambah sedetik pun, dan tak bisa dikurangi sedikitpun. Semua sudah ada dalam ilmu Allah swt.

Syekh Abdul Qadir Isa mengutip syair sufi;

Janganlah sekali-kali engkau memandang istina yang indah

Dan ingatlah, di waktu tua, tulang mu akan menjadi rapuh

Jika engkau ingat akan perhiasan dunia, maka katankanlah

“aku menyambut panggilan Mu, bahwa kehidupan adalah kehidupan akhirat

Demikian penjelasan tentang tiga cara menggapai zuhud. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Pentingnya Sabar

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala, yang senantiasa mencurahkan kepada kita nikmat dan bimbingan-Nya. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia; amma ba’du.

Menjadi seorang muslim merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat agung. Sebab dengan keislaman yang ada pada dirinya itulah Allah akan menerima amal dan ketaatannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Barang siapa mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan kelak di akhirat dia pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi” (QS. Ali-Imran: 85).

Oleh sebab itu seorang muslim akan berusaha untuk menjaga agama dan akidahnya agar tidak rusak dan hanyut dalam gelombang kekafiran dan kemunafikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersegeralah kalian menggapai amal-amal sebelum datangnya berbagai fitnah laksana potongan malam yang gelap gulita; pada pagi hari seorang masih beriman namun sore harinya berubah menjadi kafir, atau sore hari beriman namun keesokan harinya berubah menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia.” (HR. Muslim).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Fitnah di dalam hidup ini beragam bentuknya. Hakikat fitnah itu adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya; dalam rangka membuktikan kebenaran iman dan ketulusan penghambaan mereka kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)

“Apakah manusia itu mengira dia ditinggalkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, lalu mereka tidak diberikan ujian? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah akan mengetahui orang-orang yang jujur dengan orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut: 2-3).

Iman itu sendiri bisa mengalami penambahan dan pengurangan, peningkatan dan kemerosotan. Ia akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena perbuatan kemaksiatan. Diantara perkara yang bisa memperkuat dan mengokohkan kembali iman adalah dengan merenungkan ayat-ayat Allah dan mengamalkannya di dalam sudut-sudut kehidupan kita. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

“Hanyalah orang-orang beriman itu adalah jika disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka” (QS. Al-Anfal: 2).

Para ulama menjelaskan, bahwa iman itu terdiri dari dua bagian. Sebagian berupa sabar, dan sebagian lagi berupa syukur. Sabar adalah menerima musibah yang menimpa dengan lapang dada, walaupun memang ia terasa pahit dan menyakitkan. Akan tetapi ingatlah bahwa musibah itu datang dari sisi Allah Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Allah Ta’ala berfirman,

 وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ 

“Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya” (QS. At-Taghabun: 11).

Alqomah -seorang tabi’in– menafsirkan ayat ini, bahwa orang yang dimaksud adalah seorang yang tertimpa musibah lalu dia menyadari bahwasanya musibah itu datang dari sisi Allah, sehingga dia pun merasa rida dan pasrah kepada kehendak Allah. Sehingga, dengan bersabar akan diperoleh pahala berlipat ganda. Allah Ta’ala berfirman,

 إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan balasan pahala mereka tanpa ada perhitungan” (QS. Az-Zumar: 10)

Sabar memang terasa pahit akan tetapi buahnya jauh lebih manis daripada madu; sebagaimana diungkapkan oleh sebagian ulama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya balasan yang besar bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan timpakan cobaan (musibah) kepada mereka” (HR. Tirmidzi, dan beliau menghasankannya).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menempa diri untuk sabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. Dan tidaklah seorang diberikan suatu karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Namun, sebenarnya sabar tidak hanya meliputi sabar ketika tertimpa musibah. Terdapat bentuk kesabaran yang lain, yaitu sabar di atas ketaatan dan sabar dalam menjauhkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan.

Ketika seorang hamba berusaha menuntut ilmu maka dia harus bersabar dalam menjalaninya. Demikian pula ketika dia berusaha mengamalkan ilmu yang telah dia dapatkan, pun dibutuhkan kesabaran. Tidak berhenti di situ, tatkala dia mendakwahkan ilmu dan kebenaran itu kepada orang lain pun dibutuhkan kesabaran. Sehingga sabar akan senantiasa mewarnai gerak langkah dan aktivitas ketaatannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَہۡدِيَنَّہُمۡ سُبُلَنَا‌ۚ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di atas jalan Kami maka Kami akan menunjukkan kepadanya jalan-jalan menuju keridaan Kami” (QS. al-‘Ankabut: 69).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Seorang mujahid adalah orang yang berjuang mengendalikan nafsunya di atas ketaatan kepada Allah. Dan seorang muhajir/yang berhijrah adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah” (HR. Ahmad, disahihkan al-Albani).

Hal terpenting dalam melaksanakan ketaatan dan tidak boleh kita lupakan adalah hendaknya kita selalu membersihkan dan memurnikan niat kita untuk mencari wajah Allah saja, bukan untuk selain-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu diukur dengan niatnya. Dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia dapatkan atau wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya hanya akan mendapatkan balasan seperti apa yang dia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sehingga seorang harus berjuang untuk menggapai keikhlasan dalam segala amal ibadahnya, ketika mengerjakan salat, ketika berpuasa, ketika bersedekah, ketika berdakwah, ketika meninggalkan maksiat, dan lain sebagainya. Semuanya membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sabar itu cahaya yang panas” (HR. Muslim). Sabar akan menerangi kehidupan kita, namun untuk mencapainya kita harus berjuang dan melawan berbagai keinginan nafsu dan ambisi-ambisi dunia yang rendah dan hina; wallahul musta’aan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Jenis sabar yang lain adalah sabar dalam menghindarkan diri dari maksiat. Sebagaimana kita ketahui bahwa hawa nafsu senantiasa mengajak kepada hal-hal yang buruk dan merusak kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,

 إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ‌ۚ

“Sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada keburukan, kecuali yang dirahmati Rabbku” (QS. Yusuf: 53).

Oleh sebab itu Allah Ta’ala menjanjikan kepada orang yang merasa takut kepada Allah dan menahan dirinya dari memperturutkan kemauan hawa nafsunya dengan balasan surga. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ (٤٠) فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِىَ ٱلۡمَأۡوَىٰ (٤١)

“Adapun barang siapa yang merasa takut kepada kedudukan Rabbnya serta menahan diri dari memperturutkan hawa nafsunya maka surgalah tempat tinggalnya” (QS. An-Naz’iat: 40-41).

Dari sini, kita menyadari bahwa sabar memiliki peranan yang sangat besar dalam menjaga keimanan seorang hamba. Baik sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan, maupun sabar dalam menjauhi maksiat. Karenanya Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata, “Sabar di dalam iman bagaikan kepala di dalam tubuh manusia.” Apabila kepala hilang maka hilang pula nyawa tubuh tersebut dan pada akhirnya tidak tersisa iman pada orang yang tidak memiliki kesabaran.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan iman, sehingga kita bisa bersabar dalam menghadapi musibah, dalam menjalani ketaatan, dan menjauhi maksiat. Dan semoga Allah membantu kita untuk mewujudkan syukur kepada-Nya dengan hati, lisan, dan anggota badan kita. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Sungguh, jika kalian bersyukur pasti Aku tambahkan nikmat kepada kalian, akan tetapi jika kalian kufur maka sesungguhnya azab-Ku teramat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66285-pentingnya-sabar.html