Keutamaan Bulan Rajab dan Amalan Para Ulama

Rajab berasal dari kata tarjib yang artinya menghormat, demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullan dalam tafsirnya. Dari namanya saja dapat diketahui bahwa Rajab adalah bulan yang layak dihormati dan dimuliakan.

Mengapa Rajab menjadi bulan yang terhormat? Setidaknya ada tiga keutamaan bulan tersebut.

Rajab Bulan Haram

Rajab merupakan salah satu bulan dari empat bulan haram (arba’atun hurum). Oleh karena itu, Rajab menjadi salah satu bulan istimewa dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai keutamaan bulan haram ini:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12 bulan. Seluruhnya dalam ketetapan Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara (12 bulan) itu terdapat empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu…” (QS. At Taubah : 36)

Ketika menjelaskan tafsir Surat At Taubah ayat 36 ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa sanksi berbuat dosa di bulan-bulan haram jauh lebih berat dibandingkan bulan-bulan lainnya, selain bulan suci Ramadhan. Sebaliknya, amal shalih di bulan-bulan haram pahalanya lebih besar dibandingkan di bulan lainnya, kecuali Ramadhan.

“Sesungguhnya mengerjakan perbuatan zalim di bulan-bulan haram, maka dosa dan sanksinya jauh lebih besar dibandingkan melakukan perbuatan zalim di bulan-bulan lainnya,” kata Ibnu Abbas yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

“Amal shalih di bulan haram pahalanya lebih besar, dan kezaliman di bulan ini dosanya juga lebih besar dibanding di bulan-bulan lainnya, kendati kezaliman di setiap keadaan tetap besar dosanya.”

Ketika menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menegaskan bahwa bulan Rajab adalah bulan yang dihormati.

“Enam bulan selepas haji itu, yaitu pada bulan Rajab dijadikan lagi bulan yang dihormati, hentikan berperang, hilangkan dendam kesumat, supaya dapat pula mengerjakan umrah di bulan suci itu,” terang Buya Hamka. “Sampai ke zaman kita sekarang ini buat seluruh Tanah Arab, dipandang bahwa bulan Rajab adalah bulan ziarah besar, mengerjakan umrah, dan penduduk Makkah sendiri mengadakan ziarah besar ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah.

Bulan yang Dekat dengan Ramadhan

Rajab merupakan bulan yang dekat dengan Ramadhan. Antara Rajab dan Ramadhan hanya dipisahkan dengan Sya’ban. Masuknya bulan Rajab, oleh sebagian ulama dijadikan momentum untuk menyambut bulan Ramadhan dengan segenap persiapan terutama ruhiyah.

Banyak ulama terdahulu yang mempersiapkan diri menyambut Ramadhan sejak bulan Rajab. Karenanya mereka berdoa:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”

Doa itu juga tercantum dalam riwayat Al-Baihaqi dan Thabrani, tapi derajatnya dhaif menurut Syaikh Al Albani. Namun, ada juga doa sejenis dengan matan berbeda dalam riwayat Ahmad.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan” (HR. Ahmad)

Jika sebuah hadits diketahui dhaif, tidak boleh diyakini sebagai sabda Rasulullah. Namun, boleh saja berdoa dengan doa dalam berbagai bahasa. Dan banyak ulama yang membaca doa tersebut. Sebagai permohonan kepada Allah agar diberkahi di bulan Rajab, Sya’ban dan dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Bulan Isra’ Mi’raj

Banyak ulama yang menyakini bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab. Khususnya para ulama di Indonesia sehingga 27 Rajab ditetapkan sebagai hari libur isra’ mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan luar biasa yang dialami Rasulullah hanya semalam, bahkan kurang, dengan menempuh perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratul Muntaha.

Melalui isra’ mi’raj, Rasulullah mendapatkan perintah shalat lima waktu. Jika perintah yang lain diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril, khusus untuk shalat lima waktu ini, Rasulullah ‘dipanggil’ langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lalu apa saja amalan para ulama di bulan Rajab?

Doa Menyambut Ramadhan

Seperti telah dijelaskan di atas, banyak ulama yang mengamalkan doa memohon dipertemukan bulan Ramadhan. Doa ini dipanjatkan mulai Rajab hingga akhir Sya’ban.

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan” (HR. Baihaqi dan Thabrani)

Derajat hadits tersebut dhaif menurut Syaikh Al Albani. Namun, ada juga doa sejenis dengan matan berbeda dalam riwayat Ahmad.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan” (HR. Ahmad)

Amalan Umum di Bulan Rajab

Amalan-amalan umum yang hukumnya sunnah tetaplah sunnah di bulan Rajab. Sehingga shalat sunnah mulai shalat sunnah rawatib, sholat tahajud, sholat witir, sholat dhuha dan lain-lain tetap sunnah di bulan Rajab. Demikian pula puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis, ayamul bidh maupun puasa Daud. Bahkan, amalan-amalan sunnah itu pahalanya lebih besar di bulan Rajab yang merupakan bulan haram.

“Amal shalih di bulan haram pahalanya lebih besar, dan kezaliman di bulan ini dosanya juga lebih besar dibanding di bulan-bulan lainnya, kendati kezaliman di setiap keadaan tetap besar dosanya,” kata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu seperti dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Amalan Khusus di Bulan Rajab

Ada pun amalan khusus di bulan Rajab, mulai dari mandi awal bulan rajab, puasa rajab, dan umrah rajab, tidak ada dalil yang kuat.

1. Mandi Awal Bulan Rajab

Menjelang bulan Rajab, sering beredar pesan WhatsApp bahwa barangsiapa mandi keramas menyambut bulan Rajab dan berpuasa di dalamnya, maka hatinya tidak akan mati dan dibersihkan hatinya bagaikan bayi serta dapat mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman.

Mandi awal bulan Rajab ini tidak ada dalilnya sama sekali. Bahkan hadits dhaif sekalipun, tidak ada. Dan mengenai keutamaannya yang disebut bisa mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman, hal itu sangat aneh. Bagaimana jika setelah mandi awal rajab lalu ia meninggal, apakah ia akan bangkit kembali untuk mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman?

2. Puasa Rajab

Seperti dijelaskan di atas, puasa sunnah (puasa Senin Kamis, ayyamul bidh, maupun puasa Daud) tetaplah sunnah di bulan Rajab. Bahkan pahalanya semakin banyak, seperti kata Ibnu Abbas. Namun, puasa khusus di bulan Rajab, tidak ada tuntunannya.

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, “tidak ada riwayat shahih yang bisa dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik bentuknya puasa sebulan penuh atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab atau shalat tahajjud di malam tertentu.” Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Apakah Saya dan Anda Masuk Kriteria Ini?

IBRAHIM Fiqy, motivator muslim yang mendunia itu berkata: Paling lembutnya manusia adalah mereka yang paling sedikit membicarakan manusia. Paling bersihnya manusia adalah mereka yang paling baik persangkaannya pada manusia. Paling takwanya manusia adalah mereka yang paling banyak melayani manusia.

Mereka yang suka membicarakan manusia lainnya adalah termasuk yang paling berpotensi berpenyakit jiwa. Merasa diri paling benar dan paling baik adalah tabiat orang paling punya salah dan paling tidak baik.

Mereka yang paling gemar menduga dan berprasangka buruk kepada manusia lain adalah manusia yang berpotensi berpenyakit iri hati dan dengki. Manusia seperti ini biasanya sulit menikmati hidup karena dihantui oleh negative thinking yang merusak hormon bahagianya. Manusia macam ini adalah termasuk yang terkotor.

Orang yang sibuk melayani dirinya sendiri dan tak mau melayani orang lain adalah orang egois yang biasanya gemar membela diri dan merusak nama orang lain. Manusia macam ini begitu jauh dari mentalika orang bertakwa.

Stop membicarakan orang lain, stop buruk sangka orang lain, stop fokus pada kepentingan diri dan mulailah melayani orang lain.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Tidak Mustahil Bagi Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki untuk terjadi pasti terjadi, dan apa yang Allah tidak kehendaki untuk terjadi maka pasti tidak akan terjadi. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Satu hari, Aa kemungkinan besar tidak bisa sampai di masjid Daarut Tauhiid Bandung tepat waktu disebabkan kendala penerbangan yang menurut perhitungan manusia tidak akan terkejar. Maka sahabat-sahabat mengundang Syaikh Ali untuk mengisi pengajian di Bandung, dan beliau pun bersedia. Namun, takdir Allah, justru Aa yang akhirnya bisa sampai satu jam sebelum acara di mulai, dan Syaikh Ali tidak bisa datang dikarenakan pewasatnya delay.

Ketika transit di bandara Bali, ada seorang penumpang yang membatalkan keberangkatannya ke Bandung sehingga satu kursi kosong. Maka, atas kehendak Allah, Aa akhirnya bisa pulang dan bisa mengisi jadwal di Bandung. Maasyaa Allah.

Dari peristiwa sederhana ini, kita bisa memetik hikmah bahwa kalai Allah menghendaki pasti ada jalan. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, mustahil itu hanya bagi kita sebagai makhluk. Maka, jangan pernah berputus asa dengan pertolongan Allah karena Allah Maha Kuasa mengatur segalanya, walaupun tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Langit, bumi beserta segala isinya mutlak hanya milik Allah, dan setiap kejadian mutlak hanya terjadi atas izin Allah.

Allah Swt. berfirman, “Allah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”(QS. At Tholaq, (65):12)

Semoga kita semakin yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semeta ini ada dalam genggaman-Nya. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan. WAllahualam bishowab.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Menahan Lapar Untuk Memuliakan Tamu

RASULULLAH sedang berkumpul bersama para sahabat saat ada seorang yang kelaparan datang berkunjung. Rasulullah pun bertanya kepada istrinya, apakah ada makanan yang bisa mereka hidangkan untuk tamu tersebut. Karena sedang tidak memiliki persediaan makanan, beliau menawarkan kepada para sahabat apakah ada yang bersedia menjamu sang tamu. Kemudian, salah satu sahabat dari kalangan Anshor berdiri sambil menjawab bahwa ia bersedia. Setelah itu, orang Anshor tersebut pun pergi menuju rumahnya bersama sang tamu.

“Beristirahatlah dulu, saudara. Aku akan meminta istriku menyiapkan makanan,” ucap sang Anshor mempersilakan tamu tersebut.

“Terima kasih. Semoga Allah swt. membalas semua kebaikanmu dan memuliakanmu.”

Di belakang, sang Anshor berkata pada istrinya. “Aku membawa tamu Rasulullah. Aku sungguh ingin menjamunya dengan baik. Apa kau menyimpan makanan?”

Istrinya menjawab, “Demi Allah kita tidak mempunyai banyak makanan. Mungkin hanya cukup untuk makan anak-anak.”

“Kalau begitu, tidurkan dulu anak-anak. Setelah itu, sementara kau memasak, aku akan mengajaknya berbincang. Aku minta tolong agar nanti kau memadamkan lampu saat menghidangkan makanan tersebut. Dengan demikian ia tidak akan tahu bahwa kita tidak punya makanan lagi.”

“Tapi bukankah kita harus menghormati tamu dengan menemaninya makan?” Tanya sang istri.

“Benar. Aku akan berpura-pura mengunyah makanan. Ia tidak akan tahu karena ruangan gelap. Katakana juga bahwa kau nanti akan pergi memperbaiki lampu.”

Istrinya mengangguk mengerti. Dan pada malam itu, demi sang tamu, keluarga Anshor tersebut pun menahan lapar. Kejadian yang mulia ini lalu diabadikan oleh Allah swt melalui firmannya berikut:

“Dan orang-orang (Anshor) yang telah menempati Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al Hasyr: 9)

Rasulullah pun menyampaikan penghargaan Allah swt atas apa yang dilakukannya. Sang Anshor pun sangat bahagia, karena apa yang ia lakukan telah mendapat ridha dari Alla swt. [An Nisaa Gettar]

 

INILAH MOZAIK

Berwudu di WC Umum yang Jorok, Sahkah?

PADA dasarnya tidak ada ketentuan khusus yang mengatur tempat untuk berwudu. Berwudu boleh dilakukan di mana saja, baik di dalam kamar mandi, tempat wudu, sumur, sungai, laut dan lainnya. Kita tidak menemukan dalil yang melarang tempat tertentu untuk berwudu. Kecuali bila tempat itu memang najis sehingga tidak dimungkinkan terlaksananya wudu, maka tempat itu memang tidak bisa dijadikan tempat wudu.

Misalnya, berwudu di dalam kubangan najis, seperti septik tank, comberan, genangan darah atau saluran air limbah/ tinja. Jelas tidak dimungkinkan untuk melakukan wudu di sana, karena tubuh kita pasti bercampur terus menerus dengan benda-benda najis. Ada pun kamar mandi yang ada WC-nya, tidak bisa dikatakan sebagai benda yang selalu najis. WC memang najis bila sedang digunakan untuk buang air. Namun setelah disiram, tentu sudah tidak najis lagi. Lantai kamar mandi mungkin ada najisnya, tetapi setelah disiram tentu sudah tidak najis lagi.

Walhasil, tidak ada najis yang akan melekat saat sedang berwudu. Sehingga tidak ada halangan untuk berwudu. Akan tetapi manakala sebuah kamar mandi yang ada WC-nya dikelola dengan sangat jorok, sehingga ada najis di mana-mana, bahkan sulit dibersihkan, maka memang sebaiknya kita tidak berwudu di dalamnya. Sebab keadaannya mengkhawatirkan. Demikian semoga menjadi lebih jelas.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

INILAH MOZAIK

2 Kalimat Syahadat, Kunci Surga Anak Adam

KUNCI surga tentu bukan kunci seperti yang kita bayangkan. Menurut banyak ulama, yang dimaksud dengan kunci surga adalah pernyataan dua kalimat syahadat dari seorang anak manusia. Yang dengan dua kalimat syahadat itu, dia berhak untuk masuk surga.

Jadi kunci itu berupa ikrar dan keyakinan di dalam hati bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi dan utusan Allah. Tidak cukup bahwa seseorang itu bertuhan, atau mengaku percaya pada tuhan. Atau sekedar mengakui bahwa alam semesta itu punya pencipta. Atau sekedar mengakui adanya Causa Prima, penyebab dari segala.

Tidak cukup seseorang hanya bertuhan kepada Allah Ta’ala, sementara dia masih saja menuhankan benda-benda lain seperti kuburan, keramat, orang sakti, keris, arwah nenek moyang dan seterusnya. Inti dari kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah adalah bahwa seseorang tidak mengakui adanya segala macam tuhan dalam arti yang seluas-luasnya, kecuali hanya Allah saja.

Yang kedua dari konsep syahadat adalah bahwa seseorang tidak cukup hanya kagum dan memuji seorang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi harus mengakui bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah seorang manusia yang mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala. Dan isi wahyu itu adalah sebuah aturan hidup yang harus dijadikan sebagai the way of life. Tanpa keyakinan atas esensi syahadatain, maka surga tidak bisa dimasuki oleh siapa pun, karena kunci surga adalah syahadatain.

 

INILAH MOZAIK

Manusia Bangkai Hidup

Gambaran hebat dan rendahnya manusia telah digambarkan dengan lugas oleh Tuhan dalam Alquran. Kecanggihan manusia digambarkan dalam Alquran sebagai jasad yang berkonstruksi tegak lurus (QS at-Tiin [95]: 4). Ia berbeda dengan makhluk apa pun di dunia, apalagi dilengkapi dengan perangkat ruh yang ditiupkan Tuhan kepadanya. Gambaran karakter manusia yang terkesan antagonis ini sengaja didesain Tuhan agar umat manusia menentukan pilihan mana yang produktif dan tidak dalam menjalani misi kehidupannya.

Bagi yang produktif dengan karya salehnya, ia tidak akan pernah terganggu menapaki ke segenap jejak kehidupannya. Apalagi, regukan keterampilan telah sedemikian rupa mengayomi percikan dan dinamika psikologisnya. Dalam kondisi ini manusia menjadi normal dan berimbang dalam menyikapi setiap lekuk dan beragam lecutan kompetisi kehidupan.

Sebaliknya, umat manusia yang niraktiva dan nirproduk selamanya akan terhantui kekidalan jalan hidup yang membuatnya terkungkung dalam ketidakberdayaan mempertahankan identitasnya di tengah kompetisi kehidupan. Ia mulai hilang dalam dirinya sikap percaya diri dan komptensi yang begitu mudahnya menyepelekan kelebihan orang lain.

Manusia sejenis ini sedikit pun tak menoleh untuk memartabati dan menghargai potensi yang terkandung dalam dirinya. Ia melimbungkan diri dengan segala kelemahan dan kepanikan. Lalu menatapi dan membayangi kelebihan orang lain sebagai harimau yang kapan saja bisa menerkamnya. Ia bagai sudah terjungkal dari tangga kehidupannya karena kesuksesan orang lain ditatap sebagai mesin pembunuh sadis, bukan mitra pembangkit kehidupannya.

Dalam kondisi tak berdaya ini manusia kemudian menjelma menjadi pribadi yang terbelah. Potensi diri dinihilkan dan dikontradisikan dengan pribadi orang lain yang sukses sebagai musuh berbahaya yang harus disingkirkan dengan aneka cara. Pribadi terbelah berprofesi sejak sebagai penyuka emosi dan caci hingga menjadi penebar kebencian dan kedengkian. Bahkan menjadi pekerja kekerasan yang berujung pada dua titik zero antara membunuh dirinya dan membunuh sesama anak Adam.

Tuhan menyeru umat manusa agar bekerja gigih (beriman dan beramal saleh) untuk meraih hidup yang produktif, profesional, dan kompetensional. Capaian ini diperlukan agar manusia mampu berdiri tegak dan mandiri mengatasi sebesar apa pun tantangan. Dengan begitu manusia sukses, seiring prestasi dan mental akhlak yang diraihnya ia tidak akan goyah untuk turut memperkeruh situasi lingkungannya berupa caci dan dengki, tetapi sebanyak mungkin ia akan membangun harmoni dengan memberikan sebesar-besarnya manfaat untuk lingkungannya.

Manusia bermanfaat adalah manusia yang berupaya menanamkan keharuman dan memberikan sesuatu yang dibutuhkan di tengah tengah masyarakat. Manusia bermanfaat bukanlah manusia penebar kebencian dan penyuka kedengkian yang membuat pribadinya menjadi bau bagai bangkai busuk.

Alquran dengan tegas menyindir betapa masih banyaknya umat manusia yang tak pernah berhenti mempermalukan dirinya untuk menjadi bangkai hidup. Mereka saling mencerca antarsesamanya. Bahkan tanpa kontrol mereka tega menebar aib dan mengungkapungkap kejelekan orang lain. Padahal, tanpa disadari yang bersangkutan sesungguhnya sedang memakan bangkai temannya sendiri (QS al-Hujurat [49]: 12). Dengan kata lain, mereka sendirilah sesungguhnya yang telah menjadi bangkai hidup yang amat busuk rasa baunya.

Akhir-akhir ini, tipe manusia bangkai busuk menyeruak di halaman kehidupan teknologi digital hampir tak dapat dibendung lagi. Fanomena menyebarkan hoaks yang memenuhi ruang media daring begitu mudahnya tanpa dikenalikan oleh nalar yang arif dan objektif. Ruang digital yang sejatinya menjadi misi jari-jemari guna kemaslahatan umat menjadi tidak manusiawi lagi karena nalar dan emosi manusia terseret dalam ruang artificial yang mencemaskan dan membahayakan kemanuisaan.

Oleh karena itu, di era disrupsi ini sudah saatnya umat manusia melakukan ulang relung (rekontemplasi) potensi dirinya seperti disebut Alquran sebagai manusia yang berkonstruksi tegak lurus.

 

Oleh: Fauzul Iman

REPUBLIKA

Batas Usia Prioritas Calhaj Dinaikkan Jadi 80 Tahun

Kementerian Agama (Kemenag) menaikkan batas usia prioritas calon jamaah haji (calhaj) yang diberangkatkan ke Tanah Suci dari 75 tahun menjadi 80 tahun. Kebijakan ini dilakukan karena masih ada 20 ribu orang dalam daftar tunggu haji yang berusia lebih dari 80 tahun. Jumlah tersebut setara dengan 10 persen dari total kuota haji nasional.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali menjelaskan, secara bertahap batas usia prioritas akan diturunkan bila calhaj berusia 80 tahun ke atas sudah dimasukkan dalam daftar estimasi keberangkatan haji. Misalnya, 2019 batas usia prioritas diturunkan lagi menjadi 75 tahun.

 

“Jadi, kalau pada tahap pelunasan awal masih ada sisa kuota, nanti dibuka tahap kedua dan usia lanjut akan diprioritaskan,” kata Nizar saat meresmikan revitalisasi Asrama Haji Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Rabu (7/3).

Terkait hal itu, lanjut dia, Kemenag kemungkinan akan menerapkan afirmasi atau penegasan dalam bentuk regulasi bahwa usia 80 tahun ke atas akan menjadi prioritas keberangkatan haji. Menurut dia, upaya ini dilakukan untuk menjawab keluhan bahwa daftar tunggu haji di Indonesia semakin panjang. Pada saat bersamaan, tak sedikit calhaj berusia lanjut yang juga menunggu diberangkatkan.

 

“Tahun 2018-2019 usia 80 tahun ke atas akan kami selesaikan sehingga nantinya, kalau semua beres, yang berangkat haji usia-usia muda,” kata Nizar.

Selain itu, Kemenag juga mulai memberlakukan kebijakan baru tentang penggantian calhaj yang wafat. Nizar menjelaskan, calhaj yang wafat dan telah masuk dalam daftar estimasi keberangkatan bisa digantikan oleh ahli warisnya. Proses penggantiannya pun bisa langsung dilakukan tanpa mendaftar ulang.

 

“Karena ini bagian dari porsi warisan. Kalau dikembalikan biaya hajinya kan eman-eman(sayang). Rasanya tidak adil kalau tak bisa digantikan,” ujar dia.

Penerapan kebijakan ini, menurut Nizar, sudah melalui pembahasan dengan Komisi VIII DPR. Jika tak ada halangan, kebijakan penggantian calhaj yang wafat bisa mulai diterapkan pada 2018.

 

Pembahasan soal penggantian calhaj yang wafat sebetulnya sudah dilakukan sejak lama. Kebijakan ini bermula dari kepedulian kepada keluarga calhaj yang wafat. Dikhawatirkan, kesedihan anggota keluarga semakin bertambah bila kuota haji yang sudah dibayar lunas terpaksa dikembalikan.

Saat meresmikan gedung baru hasil revitalisasi di Asrama Haji Kota Padang, Sumbar, Nizar juga mengatakan, pemerintah pusat mencanangkan revitalisasi untuk seluruh asrama haji di Indonesia, termasuk di Padang. Seluruh proyek dibiayai melalui surat berharga syariah negara (SBSN) yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.

 

Hingga 2006, Asrama Haji Tabing di Padang hanya berfungsi sebagai asrama haji transit. Namun, saat ini Asrama Haji Tabing sudah berfungsi sebagai asrama haji pemberangkatan dan pemulangan bagi jamaah haji asal Sumbar, Bengkulu, dan daerah lainnya. Di luar musim haji, asrama haji ini difungsikan untuk keperluan masyarakat umum dan pemerintahan.

Kemenag, menurut Nizar, terus memperbaiki pelayanan untuk jamaah haji. Pelayanan yang ia maksud terdiri dari pelayanan dalam negeri dan pelayanan di luar negeri atau di Tanah Suci. Revitalisasi di kompleks Asrama Haji Tabing, Padang, tersebut menelan biaya hingga Rp 11 miliar.

 

Sementara di Padang Pariaman, tak jauh dari Bandara Internasional Minangkabau, pemerintah juga merampungkan pembangunan asrama haji senilai Rp 48 miliar. Seluruh fasilitas di asrama haji akan disamakan standarnya dengan hotel bintang tiga dan empat.

Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menilai, revitalisasi asrama haji bisa ikut mendongkrak perputaran uang di wilayah yang ia pimpin. Setiap tahunnya, Asrama Haji Tabing melayani sekitar 4.000 jamaah haji dari Sumbar, Bengkulu, dan daerah lainnya. Menurut dia, secara tak langsung kunjungan jamaah haji di Kota Padang ikut menggerakkan ekonomi, minimal dari pemanfaatan fasilitas di asrama haji. “Tak hanya itu, adanya pelayanan yang baik membawa nama Padang menjadi baik.’’ ed: wachidah handasah

 

IHRAM

Ribut-Ribut Ongkos Haji

Kementerian Agama (Kemenag) memastikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) tahun 1439 H/2018 M sudah rasional. Kemenag juga meyakinkan, tidak ada kekurangan ongkos haji, baik dari BPIH yang disetor oleh jamaah maupun dana optimalisasi.

Pada Senin (12/3), Kemenag dan Komisi VIII DPR secara resmi menetapkan BPIH tahun 1439 H/2018 M sebesar Rp 35.235.602 per jamaah haji. Nilainya meningkat sekitar Rp 345 ribu atau sekitar 0,99 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun, sejumlah pihak, termasuk Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), menilai ada persoalan dari sisi dana optimalisasi. Dana optimalisasi sudah ditetapkan Kemenag dan Komisi VII DPR sebesar Rp 6.327.941.577.970. Dengan begitu, masing-masing jamaah dari total kuota 221 ribu orang memperoleh Rp 28.633.219,8.

Menurut informasi yang diperoleh Republika, anggaran dana optimalisasi yang disediakan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji tidak mencukupi.

Berdasarkan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 5/2018, pengeluaran penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf (a) bersumber dari saldo BPIH dan/atau BPIH khusus dari jamaah haji yang menunaikan ibadah haji pada tahun berjalan dan perolehan nilai manfaat tahun berjalan.

BPKH menargetkan nilai manfaat tahun berjalan sepanjang 2018 mencapai Rp 6,1 triliun. Namun, sebanyak Rp 1 triliun dibagikan secara merata kepada 3,5 juta orang calon jamaah yang masuk ke dalam daftar tunggu. Dengan demikian, hanya Rp 5 triliun dana optimalisasi yang tersedia sehingga ada gap Rp 1,3 triliun dengan dana optimalisasi yang ditetapkan pemerintah dan DPR.

“Tidak, bukan begitu. Dananya ada. Kalau tidak ada, tidak akan diputuskan kemarin (dalam rapat antara Kemenag dan Komisi VII DPR pada 12 Maret 2018—Red),” kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar, kemarin.

Menurut dia, BPIH yang diputuskan bersama Komisi VIII DPR juga sudah rasional. Pengesahan itu telah melalui proses pembicaraan dan diskusi yang panjang. “Dana optimalisasi haji sudah bisa digunakan. Semuanya Rp 6,3 triliun,” ujar Nizar.

Ditemui seusai acara Rapat Koordinasi Nasional Pendidikan Islam di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, kemarin, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin turut merespons permasalahan ini. Menurut dia, dana penyelenggaraan ibadah haji ada yang berasal dari nilai manfaat maupun hasil efisiensi dari pelaksanaan haji tahun-tahun lalu.

“Sehingga ongkos haji yang hakikat normalnya Rp 66 juta, dibayar oleh jamaah hanya Rp 35 juta. Selebihnya dibayarkan dari dana optimalisasi,” ujar Lukman.

Ketua Panitia Kerja BPIH dari Komisi VIII DPR Noor Achmad mengonfirmasi mengenai sisa dana optimalisasi dari penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun sebelumnya. Nominalnya mencapai Rp 3,02 triliun. “Tentu saja yang menyimpan adalah Kemenag,” kata Noor.

Menurut dia, sisa dana itu disediakan Kemenag untuk memenuhi kebutuhan menutup kekurangan dana optimalisasi. Dia menambahkan, dalam rapat antara pemerintah dan Komisi VIII DPR, dana tersebut disepakati digunakan sebagian dan tahun-tahun yang akan datang.

Lebih lanjut, politikus Partai Golongan Karya itu memastikan, sisa dana itu untuk tahun ini tidak dilimpahkan ke BPKH. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji mengamanatkan agar BPKH wajib menyediakan cadangan dana haji untuk dua kali penyelenggaraan.

Sudah final

Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam memastikan BPIH tahun 1439 H/2018 M sudah final. “Setelah ini, prosesnya Pak Menteri Agama lalu akan menyampaikan hasil pembicaraan panitia kerja pemerintah dan DPR itu ke Presiden Joko Widodo,” katanya.

Menurut Nur Syam, Presiden selalu memperhatikan hasil rapat antara pemerintah dan DPR terkait ongkos haji. “Sebab, kalau misalnya ada perubahan maka itu harus kembali ke DPR dulu,” dia menjelaskan.

Nur Syam menjelaskan, kenaikan BPIH tahun 1439 H/2018 yang hanya Rp 345 ribu tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan tambahan layanan yang diterima jamaah. Ditambah lagi ada faktor berupa fluktuatifnya harga avtur dan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) di Arab Saudi. “Artinya memang harus ada kenaikan,” kata Nur Syam.

(novita intan/febrianto adi saputro, Pengolah: muhammad iqbal).

 

REPUBLIKA

Hadiya: Orang Tua Butuh Waktu untuk Menerima Saya Muslim

Hadiya, seorang mualaf yang tinggal di Kerala, negara bagian di Selatan India, harus menghadapi berbagai penentangan dari keyakinan dan pernikahannya dengan seorang pria Muslim bernama Shafin Jahan. Perempuan yang lahir dari pasangan Hindu ini menjadi berita utama di India, setelah ia memutuskan untuk memeluk Islam dan menikahi seorang Muslim. Perempuan berusia 24 tahun ini dianggap menentang harapan dari orang tuanya.

Pada Mei 2017 lalu, Pengadilan Tinggi Kerala membatalkan pernikahan yang dikeluhkan ayahnya sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’. Pengadilan tinggi saat itu menyatakan, bahwa pernikahan Hadiya dengan Shafin batal dan tidak berlaku. Mereka juga menggambarkan kasus itu sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’ dan meminta pihak kepolisian negara setempat untuk melakukan penyelidikan ke dalam kasus semacam itu.

Saat itu, Hadiya tengah menjalani magang wajib sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Medis dan Laboratorium Penelitian Sivaraj Homeophaty di distrik Salem Tamil Nadu. Ia tengah menyelesaikan gelar sarjana muda (Bachelor) pada bidang Bedah dan Obat-obatan Homeopathy (BHMS).

Selain membatalkan pernikahannya, pengadilan tinggi juga membuat Hadiya menjadi tahanan rumah di bawah pengawasan orang tuanya. Masalah muncul, saat sang suami Jahan menantang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala yang membatalkan pernikahannya dengan Hadiya.

Pada Agustus tahun lalu, Mahkamah Agung India meminta Badan Investigasi Nasional untuk menyelidiki kasus berpindah keyakinannya Hadiya dan pernikahannya. Kemudian pada 27 November lalu, Mahkamah Agung membebaskan Hadiya dari status tahanan orang tuanya dan mengirimnya ke perguruan tinggi untuk melanjutkan studinya. Akhirnya, pada 8 Maret lalu Mahkamah Agung membatalkan perintah Pengadilan Tertinggi Kerala. Tidak hanya itu, pengadilan tertinggi tersebut juga mengizinkan pasangan ini untuk kembali bersatu. Hadiya merasa terharu setelah masa-masa sulit yang ia habiskan selama menjadi tahanan rumah orang tuanya.

“Perjuangan hukum saya berlangsung selama kira-kira selama dua tahun enam bulan, yang saya habiskan bersama orang tua saya sangat mengerikan. Saya benar-benar berada di bawah tahanan rumah. Saya kehilangan masa dua tahun yang berharga dalam hidup saya,” kata Hadiya, dilansir di Outlook India, Selasa (13/3).

Hadiya mengatakan, bahwa keputusan Mahkamah Agung tersebut adalah tindakan yang memberi kebebasan kepadanya untuk berdiri dengan keyakinan yang ia percayai benar. Ia mengatakan, tidak ada orang lain di negaranya yang mengalami rasa sakit dan penderitaan seperti yang dialaminya.

 

Diapit oleh sang suami, Hadiya lantas berterima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya saat ia berupaya menentang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala. “Seharusnya tidak ada lagi kontroversi mengenai saya,” lanjutnya.

Hadiya meyakini, bahwa orang tuanya tidak berpikir untuk menyakitinya. Namun, ia menilai, jika orang tuanya berada di bawah pengaruh kekuatan anti-nasional. Kendati, ia tidak menguraikan kekuatan anti-nasional yang dimaksud. Namun, dia mengatakan, bahwa mereka menggunakan orang tuanya untuk keuntungan politik.

“Orang tua saya sangat menyayangi saya. Saya juga sangat menyayangi mereka. Tidak bisakah semua orang memilih kebebasan mereka? Beberapa kekuatan anti-nasional menyesatkan orang tua saya. Orang tua saya dan saya memiliki hubungan darah. Lebih dari orang lain, saya tahu orang tua saya,” ujarnya.

Kendati demikian, Hadiya mengaku ia tidak bertemu dahulu dengan orang tuanya. Karena menurutnya, orang tuanya juga memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua yang telah terjadi.

“Saya tidak akan menemui mereka saat ini. Mereka membutuhkan waktu untuk menerima bahwa saya seorang Muslim,” tambahnya.

 

REPUBLIKA