Ibu, Pekerjaan Rumah Tangga Membuatmu Lelah, Jangan Lupakan Membaca Ini!

Pepatah mengatakan bahwa seorang istri dan ibu rumah tangga akan bangun paling pagi dan tidur paling malam.

Hal tersebut berarti,  seorang ibu jam kerjanya lebih panjang dari anggota keluarga yang lain. Mungkin terlihat sepele dan tak menghasilkan,  namun seorang ibu tidak hanya lelah secara fisik namun kadang juga psikis.

Membersihkan rumah,  mencuci pakaian dan merapikannya,  memasak,  menjaga anak-anak dan mendidiknya, mengajak bermain semua harus dilakukan setiap hari.

Lelah? Tentu,  terlebih jika anak-anak masih kecil dan tengah masanya berekspolarasi dengan lingkungannya. Rumah yang baru dibersihkan,  tak akan bertahan lama,  lima menit saja rumah kan kembali seperti kapal pecah.

Saat rasanya ingin istirahat, anak bisa saja meminta ini dan itu yang kadang menimbulkan emosi.

Memiliki asisten rumah tangga menjadi salah satu pilihan, bagi mereka yang mampu. Tetapi terkadang memiliki asisten tidak banyak membantu dan malah menimbulkan masalah baru.

Tak jarang asisten rumah tangga memiliki berbagai karakteristik yang bisa jadi tak sesuai dengan apa yang diharapkan keluarga.

Atau jika asisten rumah tangga masih sangat belia, banyak sekali yang harus diajarkan dan belum lagi misalnya asisten belum memahami mengenai aurat dan mahram, ini tentu akan menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi keluarga muslim.

Ibu, Pekerjaan Rumah Tangga Membuatmu Lelah, Jangan Lupakan Membaca Ini!

Kelelahan dalam pekerjaan rumah tangga pernah juga dikeluhkan oleh putri Rasulullah Fatimah. Mari simak bagaimana Ali bin Abi Thalib menuturkan kisahnya. Ali menuturkan bahwa Fatimah pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya. Suatu ketika, Fatimah mendengar bahwa Rasulullah mendapat seorang budak. Fatimah pun mendatangi rumah ayahnya dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi, Rasulullah sedang tidak ada di rumah. Fatimah lantas mendatangi Ummul Mukminin Aisyah dan menyampaikan hajatnya.

Ketika Rasulullah berada di rumah Aisyah, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah lantas mendatangi kami (Ali dan Fatimah) saat kami telah berbaring di tempat tidur.

Mulanya, kami hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun beliau menyuruh kami tetap berada di tempat.

Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau.

Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.” lanjut Nabi (HR. Bukhari dan Muslim).

Semenjak mendengar petuah Rasulullah tadi, Ali tak pernah lalai meninggalkan wirid tadi. Ia selalu membacanya, bahkan di malam perang Shiffin; sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu riwayat Imam Bukhari.

Tahukah kamu, apa yang sebenarnya dikeluhkan oleh Fatimah? Beliau mengeluh karena kedua tangannya bengkak akibat terlalu sering memutar batu penggiling gandum yang demikian berat.

Subhanallah, ternyata putri tercinta Rasulullah demikian berat ujiannya. Pun begitu, beliau tak segera memenuhi keinginan puterinya tadi.

Namun beliau mengajarkan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya dari seorang pembantu. Sesuatu yang menjadikannya semakin dekat dan bertawakkal kepada Allah. Itulah wirid pelepas lelah.

Mengapa wirid tadi lebih baik dari pembantu? Menurut al-Hafizh Badruddien al-‘Aini, alasannya ialah karena wirid berkaitan dengan akhirat, sedangkan pembantu berkaitan dengan dunia.

Dan tentunya, akhirat lebih kekal dan lebih afdhal dari dunia. Atau, boleh jadi maksudnya ialah bahwa dengan merutinkan bacaan wirid tadi, keduanya akan mendapat kekuatan lebih besar untuk melakukan berbagai pekerjaan; melebihi kekuatan seorang pembantu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berpendapat senada. Menurut beliau, siapa yang rajin membaca wirid tadi di waktu malam, niscaya tidak akan kelelahan.

Alasannya karena Fatimah mengeluh kecapaian kepada Rasulullah, lalu Rasulullah mengarahkannya agar membaca wirid tadi.

Akan tetapi, menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, penafsirannya tidak harus seperti itu. Hadis ini tidak berarti bahwa rasa lelah pasti hilang bila seseorang rutin membacanya.

Namun boleh jadi maksudnya ialah bila seseorang rutin mengamalkannya, maka ia tidak akan terkena madharat walaupun banyak bekerja. Pekerjaan itu juga takkan terasa berat walaupun ia merasa lelah karenanya.

Hadis ini juga bisa berarti bahwa orang yang membaca wirid tadi, kelak akan bangun pagi dalam keadaan segar-bugar dan penuh semangat.

Tentunya, ini lebih baik daripada menyewa pembantu yang meringankan pekerjaan, namun tidak menjadikan badan segar-bugar.

Nah, inilah salah satu solusi penghilang lelah yang mendatangkan pahala.

Tentunya jika kita mampu untuk membayar khadimat (asisten rumah tangga)  dan mendapatkan khadimat yang amanah, Islam pun tak melarangnya karena bisa manjadi bagian dari ta’awwun (saling tolong menolong).

Jangan lupa untuk selalu membaca dzikir pelepas lelah ini wahai para ibu. [w/ind]

Sumber: https://konsultasisyariah.com/15007-dzikir-pelepas-lelah.html

CHANEL MUSLIM

Muliakan Ibumu

Selama ibu kita masih hidup, muliakanlah, bahagiakan hatinya.

Manusia terbentuk dalam balutan kehangatan rahim seorang ibu. Mulai dari pembuahan sel sperma bertemu ovum yang menjadi segumpal darah, lalu membentuk daging berupa organ anatomi manusia dan berkembang menjadi kerangka tulang belulang yang dibungkus kembali dengan daging.

Demikianlah proses ini menjadi kesatuan fisik dalam wujud bayi. Mahasuci Allah atas segala ciptaan-Nya (QS al-Mukminun: 12-14).

Dalam Alquran, kata “rahim” disebut dengan qararin makin, yaitu tempat yang kokoh. Allah titipkan rahim itu dalam tubuh seorang wanita. Sejatinya organ reproduksi merupakan tempat yang kokoh yang mampu menampung proses terbentuknya manusia sampai sempurna dilahirkan ke muka bumi dengan berat bayi di atas dua sampai empat kilogram atau lebih, ditambah dengan berat plasenta dan air ketuban yang ditampungnya sampai waktu yang Allah tentukan kelahirannya mulai tujuh sampai sembilan bulan (QS al-Mursalat: 21-23).

Pada masa kehamilan ini hanya seorang ibu yang dapat merasakan lelah dan sakitnya. Peran wanita yang tak bisa digantikan oleh seorang laki-laki selain mengandung, yaitu melahirkan dan menyusui. Tiga proses beruntun ini adalah masa-masa kepayahan seorang wanita yang bergelar ibu.

Allah gambarkan lemah dan lelah seorang ibu dalam Alquran, “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu.” (QS Luqman: 14). 

Masa kepayahan seorang ibu melewati fase mengandung selama sembilan bulan, melahirkan dengan pertaruhan nyawanya, juga masa menyusui selama dua tahun. Masa kelekatan seorang anak dengan ibunya yang tak bisa lepas.

Sifat ar-Rahim-Nya, Maha Penyayang-Nya yang Allah titipkan dalam bentuk wujud seorang ibu. Ketika dirinya dan janin di kandungannya dalam satu tubuh, ketika ia meringis kesakitan melahirkan, dan ketika air susunya mengalir menjadi darah daging di tubuh seorang anak, begitu banyak titipan Sang Maha Penyayang yang dititipkan dalam sosok seorang ibu.

Maka ketika seorang sahabat bertanya pada Rasul, “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak saya hormati di dunia ini?” Rasulullah menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu.” (HR at-Tirmidzi No 1.897).

Teringat kisah Khalifah Umar bin Khattab yang diamanahkan Rasulullah SAW untuk meminta doa kepada seseorang yang dijamin mustajab doanya. Beliau orang biasa yang tak dikenal di bumi tapi masyhur di langit.

Adalah Uwais al-Qarni, seorang penggembala kambing miskin yang tinggal berdua dengan ibunya. Dengan kesabarannya ia merawat ibunya sampai wafat. Bahkan, Uwais rela menggendong ibunda yang tua renta menunaikan ibadah haji dari negeri Yaman ke Makkah al-Mukarramah. Betapa mulia baktinya pada seorang ibu.

Oleh karena itu, hidup di dunia yang singkat ini, selama ibu kita masih hidup, muliakanlah, bahagiakan hatinya, jenguk dan kabulkan keinginannya selama bukan maksiat. Sebab, ridha Allah bergantung pada ridha orang tua, pun surga-Nya berada di bawah telapak kaki ibu.

Wallahu a’lam.

OLEH KURNIA NINGSIH

REPUBLIKA ID

Kiat Makan Bersama di Masa Pandemi

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama, MKM memberikan kiat kepada masyarakat yang ingin makan bersama di masa pandemi Covid-19.

“Kalau mau makan bersama lepas maksernya bergantian. Kita tetap bisa bercengkerama dengan teman. Saat teman makan, kita bisa pakai masker (bergantian),” kata dia dalam acara daring kesehatan, Senin (13/12).

Ngabila menyarankan orang-orang tetap meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap risiko terkena Covid-19 antara lain dengan menerapkan protokol kesehatan 6M yang meliputi mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitasi dan menghindari makan bersama.

“Menjaga ventilasi, durasi, jarak karena Covid-19 bisa menular secara airborne, lokasi indoor itu menjadi potensi yang cukup besar. Tetapi kita bisa mengantisipasinya dengan 6M,” tutur dia.

Ngabila juga mengingatkan pentingnya mendapatkan vaksinasi bagi mereka yang belum divaksinasi. Saat ini, berbagai merek vaksin yang tersedia aman digunakan termasuk untuk mereka dengan kondisi medis tertentu seperti autoimun. Walau begitu, orang-orang ini tetap disarankan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan persetujuan agar segera bisa divaksinasi.

“Tetapi harus dibuat terkontrol, tidak ada gejala dulu, tidak muncul reaksi dulu sehingga memang dipastikan lebih aman. Atau dilakukan vaksinasi di tempat yang punya fasilitas emergency yang baik misalnya di rumah sakit,” kata dia.

Terkait makan bersama pada masa pandemi, Ketua departemen kedokteran penyakit menular di Mount Sinai South Nassau di Oceanside, New York Aaron E. Glatt, MD mengatakan, masalah terbesar berkumpul untuk makan yakni setiap orang harus melepas masker mereka. Selain itu, percakapan yang biasanya menyertai makan dapat dengan mudah menyebarkan virus corona ke udara.

Asosiasi medis di The Texas, seperti dikutip dari Everyday Health, menyatakan makan di dalam restoran masuk kategori risiko sedang-tinggi Covid-19, dan makan malam di rumah atau menghadiri barbekyu di luar ruangan termasuk risiko sedang.

IHRAM

Panduan Melakukan Ibadah Umroh

Umroh disebut juga sebagai haji kecil. Ibadah ini melibut serangkaian ritual seperti ihram, tawaf, sa’i, dan mencukur atau memotong rambut.

Dilansir di About Islam, ada empat ritual utama umroh. Berikut panduan dan empat ibadah tersebut.

1. Ihram

Langkah pertama dalam umroh adalah mengenakan pakaian ihram dan niat umroh. Setelah niat ihram, luangkan waktu untuk mengingat Allah, membaca Alquran, dan berdoa. Dianjurkan juga untuk sering melantunkan talbiyah.

Kata-kata Talbiyah yang dapat dibaca:

Labbaika Allahumma labbaik. Labbaika la shariika laka labbaik. Inna al-hamda wa-n-ni`mata laka wal-mulk. La shariika lak.

Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Jamaah haji laki-laki dianjurkan meninggikan suara mereka ketika mengulangi kata-kata talbiyah. Laki-laki dan perempuan mengulangi talbiyah sampai mereka memulai tawaf.

2. Tawaf

Ritual pertama yang dilakukan setelah tiba di Makkah adalah tawaf. Dibolehkan beristirahat sebelum pergi tawaf jika Anda merasa lelah.

Ketika mencapai Makkah, tinggalkan bagasi Anda di hotel atau di tempat yang aman. Persiapkan diri Anda untuk tawaf dengan melakukan ghusl (mandi ritual), jika memungkinkan, atau setidaknya wudhu.

Ulama memiliki dua pendapat tentang perlunya bersuci untuk tawaf. Beberapa ulama berpendapat harus berwudhu sebelum tawaf dan yang lain menganggapnya tidak perlu.

Pendapat terakhir ini lebih kuat karena Nabi SAW tidak meminta orang-orang yang menemaninya dalam ziarahnya berwudhu untuk tawaf. Menurut pendapat ini, seseorang yang kehilangan wudhu sebelum atau di tengah tawaf tidak perlu memperbaruinya. Mereka dapat melakukan tawaf tanpa wudhu. Terserah Anda untuk memilih salah satu dari pendapat tersebut.

Wanita yang sedang haid tidak dapat melakukan tawaf sampai mereka suci dan telah mandi. Untuk laki-laki, dianjurkan menggantungkan bagian atas ihram di atas bahu kiri dan memperlihatkan yang kanan. Ini disebut idtiba’. Hal ini dipraktikkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya ketika mereka melakukan umroh pada tahun 7 Hijriyah.

Pada saat itu, orang-orang musyrik mengklaim demam Madinah melemahkan umat Islam sehingga Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya membuka bahu kanan mereka dan berlari di tiga putaran pertama untuk menunjukkan kekuatan mereka kepada orang-orang musyrik.

Doa Saat Memasuki Masjidil Haram

Saat memasuki Masjidil Haram (Al-Masjid Al-Haram) dianjurkan mengucapkan doa:

A`udzu billahi al-`azheem, wa bi-wajhihi al-kariim, wa sultonihi al-qadiim, mina ash-syaitoni ar-rajiim. Allahumma solli ‘ala Muhammad.  Allahumma ighifirli zhunubi waftah li abwaba rohmatik.

Artinya: Aku berlindung kepada Allah Yang Mahakuasa, aku berlindung dengan wajah-Nya yang mulia, dengan kekuasaan-Nya yang kekal, dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah. Ya Allah, berkahilah Muhammad! Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku dan bukakan pintu rahmat-Mu untukku.

Apa Itu Tawaf?

Tawaf adalah berjalan mengelilingi Ka’bah tujuh kali.  Setiap putaran dimulai dan diakhiri dengan Hajar Aswad, dengan Ka’bah berada di sisi kiri Anda. 

Jika mungkin untuk mencapai Hajar Aswad, ciumlah dengan tenang. Jika tidak, Anda dapat menyentuhnya dan mencium tangan Anda atau hanya menghadapnya dan menunjuknya sambil berkata “Bismillah, Allahu Akbar” (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar).

Pada tiga putaran pertama, laki-laki dianjurkan berlari dari Hajar Aswad ke miqat Yamani (sepertiga dari sudut Ka`bah dan yang mendahului Hajar Aswad). Saat melakukan tawaf, sibukkan diri Anda dengan dzikir (mengingat Allah) dan permohonan. Anda berada di waktu yang sangat diberkati dan tempat yang sangat diberkati, jadi jangan lewatkan kesempatan ini.

Berdoalah agar Allah mengampuni dosa-dosa, menghilangkan kekhawatiran, memberi Anda manfaat dunia dan akhirat, dan memberi nikmat apa pun yang Anda inginkan. Tunjukkan kerendahan hati dan kebutuhan yang tulus kepada Allah, dan mintalah kepada-Nya Yang Mahakuasa untuk Anda, orang tua, keluarga, dan seluruh umat Islam.

Ketika Anda mencapai sudut Yaman, cobalah untuk menyentuhnya jika memungkinkan. Jika Anda tidak bisa, Anda tidak perlu menunjuknya atau melakukan apa pun. Berdoalah kepada Allah sampai Anda mencapai Hajar Aswad sambil berkata:

“Rabbana a`tina fi ad-dunya hasanatan wa fi al-akhirati hasanatan wa qina `adhaba an-nar.”

Artinya: “Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Setelah selesai tawaf, sholat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (Mazmur Ibrahim) atau agak jauh darinya. Bacalah Surat Al-Kafirun (Surat 109) pada rakaat pertama dan Surat Al-Ikhlas (Surat 112) pada rakaat kedua. Air zamzam dianjurkan diminum setelah selesai tawaf dan sholat dua rakaat.

Selain itu, berhati-hatilah dengan hal-hal berikut.

Doa-doa yang disebutkan di atas, mencium Hajar Aswad atau menunjuknya, menyentuh sudut Yaman, berdoa dua rakaat setelah tawaf, dan sebagainya dianjurkan. Tawaf Anda tidak rusak jika Anda melewatkan salah satunya.

3. Sa’i

Langkah selanjutnya dalam umroh Anda adalah sa’i antara gunung As-Safa dan Al-Marwah. Jika Anda merasa lelah setelah melakukan tawaf, Anda dapat beristirahat sejenak sebelum menuju As-Safa untuk memulai sa’i. Wudhu tidak diperlukan untuk sa’i.

Saat Anda siap, lakukan langkah-langkah berikut.

Menuju As-Safa

Ketika Anda akan mencapainya, bacalah ayat berikut: “Innas-Safa wal-Marwata min sya`airi-llah.” (Al-Baqarah 2:158)

Artinya: Sesungguhnya As-Safa dan Al-Marwah termasuk di antara tanda-tanda yang ditunjuk oleh Allah

Kemudian katakan, “Saya memulai sa’i saya dari tempat yang disebutkan Allah terlebih dahulu” (yaitu, As-Safa yang disebutkan dalam ayat di atas).

Naik As-Safa

Sangat mudah saat ini untuk naik ke As-Safa dan Al-Marwah karena sudah diaspal dan ditutupi dengan marmer. Anda hanya perlu berjalan bolak-balik dengan jarak penuh antara dua titik ini.

Jika ada bagian dari jarak ini yang tidak dilalui, sa’i tetap tidak lengkap. Ini membutuhkan pendakian sebagian kecil dari kedua gunung, tetapi disarankan agar Anda naik sampai Anda dapat melihat Ka`bah.

Menghadap Ka`bah dan katakan, “La ilaha illa Allah, Allahu Akbar.”

“La ilaha illa Allah wahdahu la shareeka lah, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa `ala kulli shai’in qadir.”

“La ilaha illa Allah wahdah, anjaz wa`dah, wa nasar `abdah, wa a`az jundah wa hazam al-ahzab wahdah.”

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah.  Tiada sekutu bagi-Mu. Kepunyaan-Nya kekuasaan dan segala puji.  Dia memiliki kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan selain Allah.  Dia telah memenuhi janji-Nya, memberikan kemenangan kepada hamba-Nya, dan Dia sendiri mengalahkan sekutu.

Lalu mulailah melakukan sa’i dengan berjalan kaki dari As-Safa ke Al-Marwah. Jarak antara kedua gunung tersebut sekitar 420 meter. 

Jika Anda seorang pria, disarankan Anda berlari kecil di antara dua tanda hijau. Saat mencapai Al-Marwah, naiklah, menghadap Ka`bah, dan ulangi apa yang Anda katakan di As-Safa. Anda sekarang telah menyelesaikan salah satu dari tujuh bagian sa’i.

Teruslah mengingat Allah dan berdoa kepada-Nya saat berada di antara As-Safa dan Al-Marwah. Ulangi langkah yang sama di masing-masing dari tujuh bagian. 

Pergi dari As-Safa ke Al-Marwah dihitung sebagai satu bagian, dan kembali ke Al-Safa adalah bagian lain. Sa’i dimulai dengan Al-Safa dan berakhir di Al-Marwah.

4. Mencukur atau memotong rambut

Tinggal satu langkah lagi, yaitu mencukur atau memotong rambut di kepala. Jika Anda seorang pria, Anda harus mencukur habis atau memendekkan rambut. 

Anda disarankan memendekkan rambut jika Anda berniat melakukan haji sesaat setelah umroh (tamattu’). Itu karena Anda akan mencukur atau memperpendeknya sebagai bagian dari haji. Jika Anda seorang wanita, Anda harus memotong sedikit rambut Anda. 

IHRAM

Bersedekah Tapi Masih Punya Utang, Bolehkah?

Utang adalah tanggungan yang wajib dipenuhi. Kewajibannya bahkan mengikat sampai mati. Ketika seseorang punya tanggungan utang, maka hanya ada dua kemungkinan yang bisa menggugurkan tanggungan tersebut: 1) hutangnya sudah terlunasi, atau 2) dibebaskan/direlakan oleh orang yang punya hak (ibrā`)

Bagi banyak orang, memiliki tanggungan utang adalah hal biasa, karena orang tidak selalu memiliki apa yang dia butuhkan. Dalam keadaan yang sama, kadang ia ingin berbagi dan bersedekah kepada sesama, padahal ia punya tanggungan utang yang harus dibayarkan pada orang lain.

Bagaimanakah hukum bersedekah bagi orang yang punya utang, mengingat status hukum membayar utang adalah wajib sedang bersedekah hanyalah sunah? Syaikh Bafadhal al-Hadhrami dalam kitab al-Muqaddimah al-Hadhramiyah mengatakan,

ولا يحل التصدق بما يحتاج إليه لنفقته أو نفقة من عليه نفقته في يومه وليلته أو لدين لا يرجو له وفاء

“Tidak halal bersedekah menggunakan harta yang dibutuhkan, untuk sehari semalam, guna menafkahi dirinya dan orang-orang yang wajib dinafkahinya. Atau, dibutuhkan guna membayar utang yang tidak ada harapan bisa dilunasi lain waktu.”

Artinya, bersedekah memang sunah namun jika kita dalam kondisi masih membutuhkan harta tersebut sebagai bagian dari kebutuhan pokok (misal membayar utang), maka bersedekah yang sunah tadi hukumnya menjadi haram. Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Minhaj al-Qawim menambahkan soal haramnya menunda membayar utang,

لأن أداءه واجب لحق الآدمي فلا يجوز تفويته أو تأخيره بسبب التطوع بالصدقة، ومحله إن لم يغلب على ظنه وفاؤه من جهة أخرى ظاهرة

“Karena, membayar hutang adalah wajib, sehingga tidak boleh digagalkan atau ditunda karena berbuat sunah dengan bersedekah. Hukumnya demikian ini apabila ia tidak memiliki dugaan kuat dapat membayar hutangnya dari harta lain.”

Dan dalam Tuhfatu al-Muhtaj, al-Haitami berkata,

إن وجب أداؤه فورا لطلب صاحبه له، أو لعصيانه بسببه مع عدم علم رضا صاحبه بالتأخير حرمت الصدقة قبل وفائه مطلقا.

“Apabila hutangnya wajib segera dibayarkan—karena pemilik hak sudah menagih atau karena tanggungan hutangnya disebabkan maksiat (karena gasab, dsb)—serta tidak diketahui apakah pemilik hak rela akan penundaan tersebut, maka secara mutlak haram bersedekah sebelum melunasi hutangnya.”

Dari tiga referensi di atas ada beberapa poin yang dapat kita simpulkan:

  1. Tidak boleh bersedekah menggunakan harta yang diperlukan untuk kebutuhan sendiri dan keluarga di hari tersebut.
  2. Tidak boleh bersedekah menggunakan harta yang diperlukan untuk melunasi tanggungan hutang, kecuali ada dugaan kuat bisa melunasinya dengan harta lain.
  3. Hutang yang wajib segera dilunasi (karena jatuh tempo dan sudah ditagih atau karena tanggungan hutangnya disebabkan maksiat [karena gasab, dsb.]) tidak boleh ditunda (dengan cara apapun, termasuk bersedekah), kecuali jika diketahui bahwa pemilik hak akan merelakan penundaan tersebut. Wallahu A’lam. 

BINCANG SYARIAH

Kemudahan bagi Umat Nabi Muhammad dalam Beragama

Dalam jurnal yang ditulis oleh Rabiatul Adawiyah (Adawiyah, 2019:129) Islam dicirikan sebagai agama yang memiliki sifat universal, dinamis, dan humanis. Islam juga dipercaya sebagai agama yang akan kekal sepanjang waktu. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada suatu kelompok atau wilayah saja, melainkan ajaran Islam untuk seluruh umat manusia yang berada di alam semesta ini. Islam juga memberikan kemudahan bagi umat Nabi Muhammad dalam beragama.

Dalam uraian yang lain juga disebutkan bahwa Islam is Not Only for Muslim (Islam bukan hanya untuk umat Islam semata), yang terakhir bahkan menjadi judul buku yang ditulis oleh tokoh Islam di Indonesia, KH. Ali Mustafa Yaqub (1952-2016), yang isinya mengandung uraian-uraian bahwa ajaran Islam memiliki spektrum yang luas, yang bukan hanya berisi seruan agar orang lain menikmati Indahnya agama ini, lebih dari itu, ajaran-ajaran yang dikandung Islam mampu diterapkan oleh siapapun yang menginginkan mewujudkan luhurnya peradaban.

Termasuk di antara ciri khas agama Islam adalah karakternya yang mudah untuk dipraktikkan dalam keseharian dan tidak memberatkan.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari disebutkan oleh Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ

“Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, dari Rasulullah Saw bahwasanya beliau bersabda : Sesungguhnya agama itu mudah dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlaku luruslah kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira, manfaatkanlah (untuk memohon pertolongan) pada pagi dan sebagian dari malam hari.”

Dalam satu bukunya yang berjudul Khasaish al-Ummat al-Muhammadiyyah (Kekhususan-kekhususan umat nabi Muhammad), Syaikh al-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky menjelaskan bahwa di antara kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada kita umat Islam adalah ditiadakannya unsur-unsur yang memberatkan dalam beragama. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.,

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka..” (Al-A’raf : 157)

Sayyid Alawi al-Maliky al-Makky memberikan beberapa contoh yang menjadi kekhususan agama Islam dibanding ajaran agama-agama sebelumnya, yang keseluruhnya merupakan bukti peringanan dari syariat-syariat sebelumnya.

Yang pertama adalah dihapuskannya syariat pemotongan baju atau barang yang dikenai najis. Umat-umat terdahulu, manakala pakaian mereka terkena najis, kendati disengaja atau tidak disengaja, maka mereka akan memotongnya dan membersihkannya. Hal ini sebagaimana dinarasikan dalam hadis riwayat Abu Daud bahwasanya Rasulullah Saw menceritakan,

كانوا إذا أصابهم البول قطعوا ما أصابه البول منهم

“Manakala pakaian mereka dikenai air kencing, maka mereka akan memotong bagian yang dikenai najis tersebut.”

Sedangkan jika umat Nabi Muhammad (baca: umat Islam) terkena najis maka cukup dibasuh dan dibersihkan bagian yang kena najis saja, baik itu yang terkena pakaian atau yang lain.

Yang kedua adalah penghapusan aturan dikucilkannya orang yang sedang haid. Hal ini terjadi pada umat Yahudi di mana apabila perempuan-perempuan dari kalangan mereka mengalami haid maka mereka tidak akan mengajaknya makan, tidak mengajaknya berinteraksi, bahkan menjauhi mereka dengan ditinggalkan di rumah secara sendirian. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih riwayat Imam Muslim dan Ahmad.

عن أنس -رضي الله عنه-: أن اليَهُود كانوا إذا حَاضَت المرأة فيهم لم يؤَاكِلُوها، ولم يُجَامِعُوهُن في البيوت فسأل أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- النبي -صلى الله عليه وسلم- فأنزل الله تعالى: {ويسألونك عن المحيض قل هو أذى فاعتزلوا النساء في المحيض} [البقرة: 222] إلى آخر الآية، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اصْنَعُوا كلَّ شيء إلا النكاح»

”Dari Anas radiyallahu anhu bahwasanya dahulu jika perempuan dari kalangan Yahudi mengalami haid maka mereka tidak akan mengajaknya makan dan tidak akan menggaulinya di rumah. Kemudia para sahabat bertanya kepada Nabi Saw mengenai hal ini, maka turunlah ayat (Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid, maka katakanlah bahwa haid itu merupakan penyakit, maka jauhilah mereka selagi mereka dalam kondisi haid). Maka kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Lakukan segala sesuatu (pada isteri-isterimu) kecuali nikah (yakni berhubungan intim.”

Sedangkan dalam Islam jika ada perempuan yang mengalami haid maka diperbolehkan bagi seorang suami untuk berinteraksi terhadapnya, mengajaknya makan dan santai-santai bahkan dalam melakukan hubungan badan (asal tidak melakukan tindakan intim). Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadis yang disebutkan di awal.

Yang ketiga adalah ditiadakannya kewajiban penetapan qisash bagi seorang yang melakukan kesalahan, baik disengaja atau tidak. Jika umat sebelum Nabi Muhammad (baik itu Yahudi ataupun Nasrani) melakukan sebuah kesalahan seperti membunuh maka ia wajib dibalas dengan dibunuh juga, baik ia melakukan hal tersebut secara sengaja atau tidak. Hal ini berbeda dengan umat Islam yang melakukan kesalahan, jika ia melakukannya secara khilaf maka hanya dikenai diyat (denda atas perbuatannya) sedanhkan jika ia melakukannya secara sengaja maka ia bisa dikenakan qishosh (pembalasan dengan hal setimpal) atau bisa dikenakan diyat (denda sebagai ganti dari qishosh, hal ini jika pihak korban memaafkan pelaku).

Demikianlah, Islam dengan syariatnya, menjaga dan melindungi hak asasi manusia dan segala fitrahnya, menggabungkan antara kebutuhan basyariyah (kemanusiaan) dengan hakikat ruh dan tujuan beragama. Hal ini merupakan metode kehidupan yang agung dalam hal interaksi sosial manusia, sesuai dengan jalannya fitrah. Demikian tulis Sayyid Alawi al-Maliky al-Makky mengenai kekhususan umat Muhammad Saw.

BINCANG SYARIAH

Hari Ibu; Belajar Jadi Ibu Terbaik dari Sosok Maryam

Maryam adalah sosok perempuan yang dipuji di bumi. Pun dicintai di langit. Kemasyhuran namanya diabadikan dalam Al-Qur’an yang mulia. Ia  digambarkan sebagai perempuan mulia, terbaik, suci, dan taat beribadah.

Sebagai bukti, dalam Q.S Ali Imran/3;42, dijelaskan secara gamblang bahwa Maryam tergolong perempuan yang terpilih. Putri dari Imran ini merupakan perempuan yang mampu menjaga diri dan kehormatannya dari keburukan. Sehingga Allah menyematkan titel sebagai perempuan suci.  Allah berfirman;

 وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ – ٤٢

Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).

Pada sisi lain, Maryam merupakan seorang ibu. Orang tua dari seorang lelaki yang mulia pula. Dinobatkan sebagai utusan Tuhan, Isa alaihi salam. Yang keagungannya diakui di agama Kristen, pun diagungkan dalam agama Islam.

Sebagai seorang ibu, Maryam merupakan sosok ibu yang baik. Taat beribadah pada Tuhan. Pun menyayangi anaknya. Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa kemuliaan akhlak dari Maryam sudah terbentuk sejak belia.

Dalam sejarah dikatakan, sejak awal Maryam sudah dididik langsung oleh seorang guru yang mulia, Nabi Zakaria. Pasalnya, sejak mengandung Hannah, ibunda dari Maryam sudah bernadzar, bahwa jika anaknya lahir akan dikirimnya ke Rumah Suci (Baitul Muqaddas) agar menjadi penjaga rumah tempat beribadah kepada Allah.

Akhirnya nadzar itu ditunaikan, kendatipun anak tersebut bukan laki-laki. Penjaga rumah suci itu, yaitu Nabi Zakariya. Nabi Zakariya itulah yang mengasuh dan mendidiknya di rumah suci sejak dia lahir sampai dewasa. Berkat itu, Maryam senantiasa terpelihara kesuciannya, dari kejahatan manusia dan setan yang terkutuk.

Wajar saja, ketika ia mempunyai anak—dari rahim yang suci itu—, lahir anak yang shaleh juga. Yang ia didik dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tak lupa ia ajarkan, akhlak dan norma kebajikan.  Terlebih untuk taat dan beribadah pada Allah, yang menciptakan dirinya, kendatipun tak memiliki seorang ayah.

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا – ١٩

Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”

Pada sisi lain, Maryam merupakan seorang ibu yang pembarani. Jamak diketahui, ia hamil tanpa seorang suami, sehingga marak isu ia perempuan tak benar. Sebab mengandung tanpa seorang suami yang sah. Sehingga ia dikucilkan dan dihujat secara brutal oleh kaumnya.

Pada suatu hari, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al Misbah, Volume VII, halaman 435, Maryam datang menemui kaumnya. Setelah 40 hari pasca melahirkan, Ia mengendong anaknya, Isa yang masih bayi. Ia datang dengan berani, tanpa ada rasa malu,  dan percaya diri.

Dalam forum itu, kaumnya memburunya dengan pelbagai pertanyaan.Yang tidak beraturan, dan penuh penghakiman. Tetapi ia tetap diam. Quraish Shihab menyebutkan, diamnya Maryam sebagai nadzar yang jamak dijumpai pada masa lalu. Kendati demikian, Allah menurunkan mukjizat—Bayi, Nabi Isa menjelaskan pada kaummya tentang identitas dirinya.

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ – ٣٠

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ  وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا

 Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Dengan demikian, di era sekarang, kisah Maryam tersebut dapat diambil ikhibar dan manfaat. Ia adalah orang tua yang menyayangi anaknya. Momentum hari iu ini, seyogianya sosok Maryam mampu dijadikan sebagai suri teladan bagi generasi hari ini.

BINCANG SYARIAH

Keistimewaan Umar Kecil

Muhammad Husain Haekal dalam buku Umar bin Khattab menyampaikan, yang membedakan Sayyidina Umar bin Khattab kala kecil dengan kawanan seusianya adalah ia sempat belajar membaca dan menulis. Hal ini jarang sekali terjadi di kalangan anak-anak kaum Quraisy pada masa itu.

Dari semua suku Quraisy ketika Nabi diutus, hanya 17 orang yang pandai membaca dan menulis. Sehingga Sayyidina Umar kecil merupakan orang yang cukup istimewa yang mampu belajar baca-tulis meski bukan berasal dari keluarga kaya raya.

Pada masa jahiliyah, orang-orang Arab masa itu tidak menganggap bahwa pandai membaca dan menulis merupakan sebuah keistimewaan. Bahkan mereka justru menghindari dan menghindarkan anak-anak mereka dari belajar membaca dan menulis.

Beranjak remaja, Sayyidina Umar tampak berkembang lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Beliau lebih tinggi dan lebih besar. Bahkan ketika Auf bin Malik melihat orang banyak berdiri sama tinggi, hanya ada seorang yang tingginya jauh melebihi yang lain sehingga sangat mencolok. Dialah Sayyidina Umar kala remaja.

Secara fisik, Sayyidina Umar remaja memiliki kulit wajah yang putih agak kemerahan. Tangannya kidal dengan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sejak muda beliau sudah mahir dalam berbagai jenis olahraga, seperti gulat dan menunggang kuda.

KHAZANAH REPUBLIKA

Putuskan Hubungan dengan Ibu Karena Curi Harta Anak, Ini Pendapat Ulama

Ulama asal Kanada Ahmas Kutty menjelaskan seorang anak tidak boleh memutuskan hubungan dengan ibunya, terlepas dari apa yang anak itu tuduhkan padanya. 

Meskipun tindakan pencurian tidak dapat dibenarkan oleh Islam. Jika seorang ibu mengambil uang itu dan tidak mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan, maka seorang anak tidak perlu menyalahkannya karena dia berhak atas uang anak jika dia membutuhkannya.

 عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ

أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي فَقَالَ أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ

Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Seseorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta dan anak, sementara ayahku juga membutuhkan hartaku.” Maka beliau bersabda: “Engkau dan hartamu milik ayahmu.”  (HR Ibnu Majah ).

Melansir laman askscholar.com, Rabu (22/12), para ulama telah menyimpulkan dari hadits ini bahwa orang tua memiliki hak untuk mengambil dari uang anak-anak mereka jika mereka membutuhkan. Mereka tidak perlu menunggu izin untuk melakukan itu.

Perlu ditanyakan perihal masalah ini, jika seorang ibu mengambil uang karena kebutuhannya atau apakah dia menggunakannya untuk menghambur-hamburkan atau menyia-nyiakannya sementara anak tidak menggunakannya secara sah?Jika dia mengambilnya secara tidak adil, anak harus berbicara kepadanya bahwa tidak menyukai apa yang dia lakukan.

Sebaliknya, jika dia melakukannya untuk kebutuhannya tanpa bersikap tidak adil kepada anaknya, maka  tidak perlu menyalahkannya. Dia punya hak untuk melakukan itu. Bagaimanapun, dia adalah ibu kandungnya, dan dia memiliki hak atas anaknya. 

Allah berfirman, dalam surat Al Isra  23-24,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.

Dalam ayat ini dan ayat lainnya, Allah mengajarkan kita bahwa perintah utama dalam Islam adalah menghormati orang tua kita. Kita juga diperintahkan untuk tidak pernah bertindak kasar terhadap mereka bahkan jika mereka menjadi tidak sabar atau membuat kita kesal. 

Karena itu, seorang anak tidak boleh memutuskan hubungan dengan ibu, apa pun yang terjadi. Akan lebih baik jika seorang anak mengingatkan diri sendiri tentang rasa sakit yang dia tanggung saat merawatnya.

IHRAM

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 7)

SEBAB KEDELAPAN :

Menjauhkan Diri dari Penyakit Hati maupun Racunnya

Penyakit hati dan racunnya serta hal-hal yang dapat merusaknya sangatlah banyak. Sungguh hati ini bisa sakit sebagaimana anggota badan lainnya. Bahkan, penyakit-penyakit hati memiliki pengaruh buruk yang sangat besar terhadap pemiliknya, seperti hasad, iri, dan dengki, dan penyakit-penyakit lainnya yang menimpa hati. Sifat-sifat tercela dan penyakit-penyakit buruk apabila masuk ke dalam hati, maka akan merusaknya. Dan apabila telah sampai ke dalam dada, maka ia akan membuatnya gelap dan akan membuat dada menjadi sempit serta membuat keadaannya menjadi suram bahkan akan memperburuk tempat kembalinya, yaitu akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ألَا وإن في الجسد مضغةً، إذا صلَحت صلَح الجسد كلُّه، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب

“Sesungguhnya pada tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka menjadi baiklah seluruh anggota badan. Dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh anggota badan. Sesungguhnya segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dengan gamblang akan bahayanya hati yang rusak karena penyakit dan racun yang masuk ke dalamnya. Apabila hati ini sudah rusak, maka rusak pula anggota tubuh lainnya. Adapun orang-orang yang selamat dari penyakit-penyakit ini dan hatinya dipenuhi dengan sifat-sifat yang bertolak belakang dari penyakit-penyakit hati, seperti amanah, memenuhi janji, kejujuran, dan mengutamakan orang lain, maka sifat-sifat tersebut akan membuat pemiliknya merasa lapang dada, membuat nyaman hatinya, dan memberikan ketenangan pada jiwanya.

Di antara doa yang sering dipanjatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah meminta diberikan hati yang selamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa di dalam sebuah hadis,

أسألك قلبًا سليمًا

“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu untuk diberikan hati yang lurus dan selamat.” (HR. Nasa’i)

Yaitu hati yang selamat dari rasa ragu terhadap keesaan Allah Ta’ala dan keberadaan kehidupan setelah kematian. Karena sejatinya, hati yang telah dipenuhi keimanan pun jika setan membisikkan dan membuatnya was-was, maka sangat mungkin akan terjatuh ke dalam kesalahan dan kesesatan. Namun, jika diri kita terbiasa berdoa meminta hati yang selamat, setidaknya hati ini mudah kembali dan cepat di dalam menyadari bahwa ia telah terjatuh dalam kesalahan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata di dalam kitabnya (penyakit hati serta obatnya),

“Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada, baik itu penyakit syubhat maupun syahwat. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan mengenai kebenaran yang dapat menghapus kebatilan yang mana penyakit syubhat ini dapat terobati dengan ilmu, penjabaran, dan pengetahuan. Dan dengan berbekal semua hal itu ia dapat melihat segala hal sebagaimana mestinya.

Dan di dalam Al-Qur’an terdapat pula hikmah maupun mauizah hasanah (nasehat dengan cara yang baik) baik itu dengan iming-iming imbalan maupun dengan cara menakuti, serta terdapat juga cerita-cerita yang terkandung di dalamnya ibrah dan contoh yang memberikan dampak pada sehatnya hati. Sehingga (dengan Al-Qur’an ini) hati  mencintai hal-hal yang bermanfaat baginya, membenci apa-apa yang membahayakannya, mencintai kebenaran, dan membenci kesesatan yang sebelumnya ingin ia lakukan. Maka, Al-Quran adalah penghapus penyakit-penyakit yang membuat hati menginginkan kerusakan dan merupakan wasilah untuk memperbaiki hati. Seiring dengan semua itu, keinginan hati pun ikut membaik, dan kembali kepada fitrah penciptaannya sebagaimana kembalinya tubuh ini ke keadaan yang sehat. Hati pun tersuplai dengan keimanan yang bersumber dari Al-Qur’an yang  menyucikannya dan membantunya sebagaimana tubuh ini terpenuhi gizinya dengan apa yang membantu pertumbuhannya dan menguatkannya. Dari sini bisa kita ketahui bahwa hakikat bersihnya dan sucinya hati itu layaknya pertumbuhan badan.”

Allah Ta’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. Al-Isra’: 82)

Zakaah di dalam bahasa artinya adalah tumbuh dan berkembang di dalam kebaikan. Dikatakan (zakaa asy-syai) jikalau ia berkembang di dalam kebaikan. Agar hati ini tumbuh dan berkembang, maka ia membutuhkan pemeliharaan dari pemiliknya, sehingga ia tumbuh dengan sempurna dan baik layaknya tubuh kita membutuhkan gizi yang mendukung kesehatannya.

Bersama semua hal itu, hati ini tidak boleh lepas dari menghindarkan diri terhadap hal-hal yang membahayakannya. Layaknya badan yang mana tidak tumbuh, kecuali dengan memenuhi apa-apa yang bermanfaat baginya dan menghindar dari hal-hal yang membahayakannya. Begitu pula dengan hati, tidaklah ia menjadi suci, bertumbuh dan menjadi baik, kecuali jika terpenuhi semua yang bermanfaat baginya lalu diiringi dengan penolakan terhadap hal-hal yang berbahaya baginya.

SEBAB KESEMBILAN :

Meninggalkan Hal-hal yang Tidak Bermanfaat

Termasuk salah satu sebab lapangnya dada adalah menjaga lidah dari banyak bicara, menjaga telinga dari mendengarkan yang tidak bermanfaat baginya, dan menjaga mata dari melihat yang tidak berguna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmizi)

Menyibukkan jiwa dan hati dengan sesuatu yang dapat memalingkan kita dari hal-hal yang urgen, yang dapat membahagiakan, serta menyukseskan kehidupan kita di dunia dan di akhirat memiliki pengaruh buruk dalam kehidupan manusia. Di mana hal tersebut akan menyempitkan dan menyusahkan hidup. Bahkan tidak menjaga pendengaran, penglihatan dan ucapan dari hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan sebab datangnya kesedihan dan kegalauan, serta mengakibatkan terjadinya hal-hal yang membebani. Di mana hal tersebut sangat tidak diinginkan manusia di kehidupan dunia ini maupun di akhirat kelak. Begitu pula, tidak menjaga pandangan dan pembicaraan dari hal-hal yang tidak bermanfaat akan menjerumuskan pelakunya ke dalam kesengsaraan dan kesedihan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam sebuah hadis setelah menjabarkan pintu-pintu kebaikan,

ألاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللهِ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ, وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلًّمُ بِهِ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يُكَبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟

“Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua itu?” Aku menjawab, ‘Tentu, wahai Nabi Allah.’ Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda, ‘Tahanlah(jagalah) ini!’ Aku bertanya, ‘Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Muadz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam neraka dengan wajah tersungkur tidak lain disebabkan hasil panen (apa yang mereka peroleh) dari lisan-lisan mereka?’” (HR. At-Tirmdzi)

Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh di dalam mendisiplinkan diri dan menghiasinya dengan perilaku terpuji, menjaga adab, menjaga jiwa, dan menjauhkan diri dari apa-apa yang dapat membahayakan dan menghancurkannya.

Syekh menutup sebab kesembilan ini dengan memberikan nasehat perihal bahaya terus menerus bermain handphone, “Dan salah satu ujian yang menimpa manusia pada zaman ini, yang mana dengannya  terbuka lebar pintu-pintu masuk bagi  hal-hal yang tidak bermanfaat adalah asiknya diri kita saat melihat hape, berpindah aplikasi, berseluncur di dunia maya hanya untuk menikmati hal-hal yang tidak bermanfaat, atau bahkan kadang yang kita lakukan itu merupakan keburukan dan suatu hal yang tercela. Maka, semua itu berimbas buruk dan membahayakan agama dan akhlak kaum muslimin, menyia-menyiakan waktu mereka, membuat mereka terperosok ke dalam berbagai macam dan ragam kesedihan dan kegalauan serta rasa sempit di dalam dada.”

[Bersambung]

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel: www.muslim.or.id

Sumber:

Asyratu Asbabin Linsyirahi As-sadr (10 Sebab Memperoleh Rasa Lapang Dada) Karya Syekh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzhohullah dengan beberapa perubahan.

Sumber: https://muslim.or.id/71107-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-7.html