Jumlah Haji yang Pernah Dilaksanakan Nabi Muhammad

Berapa kali Nabi Muhammad SAW  berhaji dalam hidupnya? Diriwayatkan dari Abu Ishaq, ia berkata, Aku pernah bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Berapa kali kamu berperang menyertai Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Tujuh belas kali.” Kata Abu Ishaq, “Kemudian Zaid bin Arqam bercerita kepadaku bahwa Rasulullah SAW

pernah berperang sembilan belas kali, dan beliau berhaji sekali setelah beliau berhijrah, yaitu haji wada’.” (Muslim bab Haji Nabi SAW).

Sementara itu Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah tinggal di Madinah selama sembilan tahun namun beliau belum berhaji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan bahwa beliau akan berhaji, sehingga banyak orang yang hadir ke Madinah yang kesemuanya ingin turut serta bersama Rasulullah SAW dan melakukan amal ibadah seperti beliau.” (Muslim bab haji Nabi SAW)

Inilah haji Wada’ atau haji perpisahan. Beliau melakukannya di akhir hayatnya seolah-olah menjadi isyarat bahwa tugas beliau menemani dan membimbing umat akan segera selesai. Rasul yang penuh kasih akan segera bertemu Sang Kekasih. Dengan diikuti kurang lebih 90.000 orang, Rasulullah SAW berangkat dari Madinah pada lima atau empat hari terakhir dari bulan Dzulqa’dah.

Haji Wada’ merupakan kesempatan yang penting bagi Rasulullah SAW untuk mengajarkan manasik haji kepada umatnya. Kaum muslimin telah belajar tata cara shalat, puasa, zakat dan segala hal yang berkaitan dengan ibadah, hak dan kewajiban. Kini saatnya bagi beliau untuk menjelaskan kepada mereka tata cara pelaksanaan ibadah haji. Mulai dari apa itu haji tamattu, qiran dan ifrad. Menjelaskan mana yang rukun, wajib dan sunah haji. Mana larangan dan apa saja hukumannya.

Penjelasan tentang hal ini bisa kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah RA yang terdapat dalam Shahih Muslim. Haji Wada’ memiliki nilai yang agung berkaitan dengan dakwah Islam dan nilai-nilai hidup bagi seorang muslim. Hal ini bisa kita simak dalam khutbah yang beliau sampaikan ketika wukuf di Arafah. Di antara nilai-nilai penting tersebut adalah: Pertama, Terjaganya darah, nyawa, harta dan kehormatan manusia. Kedua, Dihapusnya segala macam bentuk riba dan tingkah laku jahiliyah.

Ketiga, Peringatan agar waspada terhadap bujuk rayu setan. Keempat, Perintah berbuat baik kepada wanita. Kelima, Perintah berpegang kepada Al-Qurían dan Sunnah. Keenam, Hubungan penguasa dan rakyat. Keagungan yang lain dari haji Wada’ ini adalah dengan turunnya ayat 3 Surat Al-Maidah, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Ayat yang menjelaskan tentang paripurnanya risalah Islam?

Oleh Ustaz H Bobby Herwibowo, Lc

IHRAM

Masa tak Lagi Peduli Halal Haram dan Kisah Salman Al-Farisi

Halal dan haram tak lagi menjadi perhatian umat Islam era sekarang.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ ، لاَ يُبَالِي المَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ ، أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ

“Bakal datang kepada manusia suatu masa, di mana orang tiada peduli akan apa yang diambilnya; apakah dari yang halal ataukah dari yang haram. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah RA). 

Maraknya perilaku yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan dewasa ini apakah merupakan pertanda bahwa zaman yang diisyaratkan Nabi SAW itu sudah datang? Para ustadz, guru, dan cendekiawan sudah mensinyalir hadirnya zaman itu dalam khutbah-khutbahnya. Di masjid, di pengajian, di kantor, di sekolah, di ruang diskusi, semua orang membicarakan tentang penghalalan segala cara dalam mencapai cita-cita. 

Jika memang benar, alangkah berbahayanya zaman ini. Suatu zaman yang tak menentu, yang selalu goyah seperti sedang ditimpa gempa. Kita yang hidup di zaman seperti ini menjadi penuh tanda tanya. Apakah sepak-terjang kita dalam mencari nafkah sehari-harinya sudah terimbas oleh zaman itu pula?

Hadits riwayat Bukhari di atas memperingatkan kita betapa tata nilai telah bergeser sangat cepat yang mengakibatkan kita merespon zaman dengan persepsi yang sangat berbeda. Ketika tangan kita melindungi harta kita sendiri, bisa jadi tangan kita itu tiba-tiba ditepiskan tangan orang lain yang ingin merebut kekayaan kita itu. 

Rupanya batas-batas kekayaan kita dengan kekayaan orang lain sudah dianggap kabur. Jika kita tak mampu membedakan lagi barang halal dengan barang haram, sesungguhnya dunia kita sudah ”kiamat”. Lalu kepada siapa masyarakat mengadu untuk menuntut keadilan, kemakmuran, kebenaran? Mampukah masyarakat menolong dirinya sendiri untuk melindungi kekayaannya?

Agaknya perjuangan para ustadz, guru, dan cendekiawan dewasa ini sudah bergeser ke arah penegakan akhlak. Tegaknya akhlak yang baik mampu menerbitkan keadilan, kemakmuran, dan kebenaran. Ketiga martabat kearifan yang diperjuangkan manusia berabad-abad lamanya atas sesamanya itu sungguh selaras dengan kehendak Tuhan.

Sebuah kisah diceritakan dalam buku Kasyful Mahjub karya Ali ibn Utsman Al-Hujwiri tentang Abu Halim Habib bin Salim Al-Ra’i, seorang sufi sahabat Salman Al-Farisi. Ia bisa menjinakkan segerombolan serigala yang sebenarnya meneteskan air liur ketika melihat biri-birinya yang ia gembalakan di tepi Sungai Eufrat. 

Ia juga mampu memancurkan air susu dan air madu dari sebongkah batu yang ia suguhkan bagi tamunya. Menurut sang sufi, hal itu mampu dikerjakannya karena hasratnya selaras dengan kehendak Allah dan taat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ketika seorang syekh memintanya memberi wejangan, Al-Ra’i berkata: ”Jangan jadikan hatimu keranjang keinginan hawa nafsu dan perutmu periuk barang-barang haram.

KHAZANAH REPUBLIKA


Harapan adalah Motivasi Terkuat

KEMARIN Saya menghabiskan waktu di jalan raya lumayan berdurasi panjang sekali. Berangkat pagi jam 05.15 WIB dari Surabaya ke Jember untuk kemudian tiba jam 16.15 WIB sore. Iya benar, perjalanan 11 jam tanpa rebahan.

Lalu, jam 18.00 WIB setelah maghrib berangkat lagi menuju Sampang Madura dan baru tiba kembali di Surabaya jam 00.00 WIB. Iya, benar, perjalanan 6 jam. Ini saya baru tiba di pondok. Total perjalanan hari ini adalah 17 jam. Naik pesawat dari Surabaya menuju Madinah Saudi Arabia hanya sekitar 10 jam tanpa jalan berlubang.

Ada seorang kiai desa yang tadi merangkul saya sambil berbisik “semoga sehat terus.” Sepertinya beliau bisa menerawang rasa capek tubuh saya, atau mungkin saya memang terlihat capek dan loyo. Beliau kemudian bertanya kepada saya apa tidak capek jalan terus, berapa lama berdakwah dan sudah sampai ke mana saja. Saya jawab bahwa jalan dakwah Rasulullah, para sahabat dan ulama itu jauh lebih berat dan dahsyat melelahkan. Yang saya lakukan adalah tidak seujung kuku dibandingkan dakwah mereka.

Sebelum saya naik panggung, kami bertukar dalil sebagai pengingat bagi kami sendiri. Ada kiai yang menyampaikan hadits Nabi: “Paling baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Lalu ada yang menyebut hadits lainnya: “Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”

Ada lagi yang mengeluarkan hadits: “Barangsiapa membantu menunaikan hajat saudaranya, maka Allah yang akan membantu memenuhi apa yang menjadi hajatnya.” Saya senang dan percaya 100 persen terhadap dawuh Rasulullah itu sambil berdoa dalam hati semoga saya bisa melaksanakannya.

Saya akhirnya ikut bicara bahwa saya ini adalah manusia lemah dengan beragam keterbatasan. Hadirnya saya ke beberapa undangan meskipun jauh adalah karena termotivasi harapan indah yang pernah disampaikan oleh guru saya kepada saya pada masa yang sudah lampau. Salah satu guru saya yang sekaligus orang tua saya berkata: “Nak, siapapun yang hidup untuk melayani kebutuhan atau hajat orang lain, maka pasti Allah mempermudah pencapaian hajat atau kebutuhan dia sendiri.”

Saya ingin sekali hajat saya dimudahkan keterwujudannya oleh Allah. Harapan ini sungguh menjadi motivasi bagi saya untuk ikut berpikir tentang hajat kebutuhan orang lain, untuk bisa membantu medeka walau dengan sesuatu yang tak memiliki harga di mata sebagian orang. Rasulullah dan para sahabat serta keluarganya adalah contoh teladan bagi kita betapa hidup mereka mulia dengan memiliki hati yang mudah memenuhi dn membantu hajat orang lain. Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Ulama Kharismatik Aceh Sembuh Covid-19, Begini Resepnya

Ulama kharismatik Aceh brbagi pengalaman sembuh dari Covid-19..

Seorang ulama karismatik di Provinsi Aceh HB (71 tahun) yang sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh karena terinfeksi Covid-19 dinyatakan sembuh, dan kini sudah dipulangkan ke rumahnya.

Direktur RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, dr Azharuddin, di Banda Aceh, Ahad (2/8) membenarkan informasi kesembuhan ulama tersebut, dan bahkan menegaskan bahwa ulama terkemuka itu telah dipulangkan kembali bersama keluarganya di Kabupaten Bireuen.

“Iya benar sudah sembuh, pada Jumat (31/7) kemarin sore dipulangkan,” kata Azharuddin melalui Koordinator Pelayanan Tim Penyakit Infeksi Emerging (PIE) RSUDZainoel Abidin dr Novina Rahmawati.

Dia menjelaskan, ulama Aceh itu berinisial HB itu merupakan salah satu pimpinan dayah (pesantren) di kawasan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Pasien ini dirujuk dari Bireuen ke RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, Selasa (21/7) malam.

Setelah sekitar 10 hari menjalani perawatan medis di ruang respiratory intensive care unit (RICU) rumah sakit setempat, akhirnya pasien Covid-19 ke-151 di Aceh itu dinyatakan terbebas dari virus corona. “Saat dipulangkan kondisi klinisnya membaik, baliau sudah tidak lemas lagi, dan tidak sesak nafas lagi,” katanya.

Sementara itu, ulama Aceh HB bersyukur dirinya diberi kesembuhan oleh Allah SWT, berkat doa yang tulus dari seluruh masyarakat, sehingga telah dibolehkan pulang dan melanjutkan isolasi mandiri selama 14 hari di rumahnya.

“Alhamdulillah atas izin dari Allah SWT dan doa yang tulus tidak henti-hentinya dari semua masyarakat, saya sudah dibolehkan pulang dari ruang isolasi RICU RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh,” katanya, dalam keterangan video yang direkam oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Aceh.

Dia menyebutkan bahwa wabah Covid-19 itu nyata adanya. Apa yang dirinya alami sejak hari pertama dirawat di rumah sakit bukan sebuah rekayasa.

“Gejala lemas, pusing, dan penurunan nafsu makan adalah salah satu dari gejala yang mengarahkan kepada Covid-19, pada orang diabetes seperti saya, begitulah yang dokter ahli jelaskan,” katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskansetelah dinyatakan positif Covid-19 dirinya langsung mengikuti anjuran dokter. Hal itu merupakan sebuah wujud ikhtiar terbaik yang harus dijalani saat kita dinyatakan positif Covid-19.

“Bukan menghindari, mencari-cari kesalahan ataupun mencari pembenaran. Hal demikian akan mengganggu kinerja dokter dan pemerintah dalam menekan angka penularan wabah ini,” katanya.

Ia juga berterima kasih kepada Pemerintah Aceh dan seluruh tenaga kesehatan yang telah memonitor perkembangan kesehatannya setiap saat selama dirawat di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh. “Saya berpesan pandemi ini jangan dianggap remeh, protokol kesehatan jangan diabaikan. Semuanya demi kemaslahatan kita semua,” katanya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Selaras Rotasi di Alam Semesta, Inilah Keistimewaan Putaran Tawaf

TAWAF atau mengelilingi Kabah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji. Tawaf dilakukan sebanyak tujuh putaran, yakni dimulai dari Hajar Aswad (Batu Hitam) dan kembali pada titik awal.

Ternyata tawaf bukan sekadar ritual dalam syariat, namun mengandung keistimewaan dari segi hakikat.

Dikutip dari Buku Pintar Sains dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah karya Dr Nadiah Thayyarah, putaran tawaf yang berlawanan dengan arah jarum jam, rupanya searah dengan rotasi unsur anggota alam semesta seluruhnya, mulai dari atom sampai galaksi.

Bola bumi pun berotasi, demikian pula bulan yang mengelilingi bumi dan keduanya berotasi mengelilingi matahari. Tata surya juga bergerak mengelilingi pusat galaksi, sementara galaksi bergerak mengitari kumpulan galaksi yang lebih besar. Kumpulan galaksi raksasa tersebut bergerak mengitari sesuatu, dan itu adalah rahasia Allah SWT. Semua rotasi itu bergerak sejalan dengan arah tawaf yang berlawanan arah dengan jarum jam.

Demikian juga dengan protein yang terkandung di dalam makhluk hidup. Protein tersebut terdiri atas lima unsur, yaitu karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan sulfur. Unsur-unsur tersebut menyatu dalam atom karbon secara rapi terstruktur, yaitu bergerak searah putaran tawaf. 

Secara lazim diketahui, bahwa yang menjadi pusat rotasi hanya satu. Demikian pula dengan Kabah, yang dikelilingi oleh manusia. Begitu juga inti atom, hanya satu yang dikelilingi oleh elektron. Matahari pun satu, dikelilingi oleh planet anggota tata surya dan demikian seterusnya.

Jadi putaran tawaf tersebut sejalan dengan bergeraknya rotasi planet-planet di alam semesta. Oleh karenanya Allah SWT menciptakan sesuatu berhubungan antara alam dengan manusia, dan sebagai bukti kuasa-Nya.

Keagungan Allah dalam keselarasan pencipataan dan pengaturan-Nya telah disebutkan dalam Alquran. Allah SWT berfirman:

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Yunus: 61) []

Referensi: Buku Pintar Sains dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah/ karya: Dr Nadiah Thayyarah/ Penerbit: Zaman/ Tahun: 2013

ISLAMPOS



Alquran Ungkap Rahasia Kenapa Tubuh Ashabul Kahfi Awet setelah Tidur 309 Tahun

KISAH Ashabul Kahfi begitu menakjubkan. Bukti pertolongan Allah SWT kepada hambanya yang beriman bisa terjadi di luar nalar manusia. Allah SWT selamatkan tujuh pemuda beriman dari kekejaman raja Dikyanus dengan menidurkan mereka selama ratusan tahun di dalam gua. Kisah mereka termaktub dalam Alquran, bahkan menjadi nama sebuah surat yakni surat Al Kahfi.

وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ ۚ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ ۚ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا

“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (QS Al Kahfi: 18)

Pertanyaan yang mungkin muncul dari orang awam adalah bagaimana tubuh mereka tidak hancur meski sudah tertidur selama 309 tahun? 

Tak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Dan menidurkan tujuh pemuda selama ratusan tahun bukan hal sulit bagi Allah Sang Penguasa Alam Semesta.

Allah menjaga tubuh para pemuda Ashabul Kahfi dengan memberikan sinar matahari.

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Al-Kahfi: 17)

Tentang ayat ini, Ibnu Katsir ra menjelaskan beberapa faidah yang bisa diambil darinya:

Pertama, sinar matahari tidak menyinari mereka secara langsung. Pada saat terbit, matahari berada di arah kanan. Pada saat tenggelam, matahari berada di sebelah kiri.

Hal ini menunjukkan pintu gua tersebut berada di arah utara sebagaimana penjelasan Ibnu Abbas, Said bin Jubair, dan Qatadah.

Gua yang mereka tempati, menghadap sinar mentari dengan kadar yang seimbang dan memadai.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 17,

Kedua, mereka berada di tempat yang luas di dalam gua (wa hum fii fajwatin minhu). Sehingga sirkulasi udara di dalam gua, berjalan dengan baik dan nyaman.

Para mufasir menjelaskan lebih lanjut bahwa bagian kiri tubuh Ashabul Kahfi, terkena siraman lembut sinar mentari pagi yang bias cahayanya condong ke arah mereka. Dengan demikian, tubuh mereka terlindungi dari kadar basah dan suasana pengap di dalam gua

Inilah bukti kekuasaan Allah.

BACA JUGA: Memahami Tujuan Surat Al Kahfi (1)

Detil kisah tujuh pemuda yang bersembunyi di dalam gua, sungguh sangat ilmiah dan masuk akal.

Sebagaimana telah jamak diketahui, secara medis, kita dianjurkan berjemur beberapa saat untuk merasakan hangatnya matahari pagi. Tujuannya, agar sinar ultra violet mengenai tubuh kita.

Sinar ini sangat penting sebagai sumber pembentukan vitamin D yang berfungsi sebagai metabolisme kalsium, imunitas tubuh, serta mentransmisi kerja otot dengan saraf.

Namun jika berlebihan, sinar matahari dapat merusak kulit dan membakar tubuh. Maka dari itu, dalam ayat ini disebutkan, ketika panasnya semakin terik sebelum tenggelam, matahari melewati mereka dari arah kiri.

Artinya, saat sedang mendidih, sinar matahari tidak akan masuk ke dalam gua. Jadi, tubuh mereka tidak tersengat. Sebaliknya, mereka merasakan kesejukan angin yang menyelinap masuk melalui celah di gua itu. Seubhanallah. []

SUMBER: DAKWAH.ID

ISLAMPOS





3 Permintaan Rasulullah dalam Doa yang Dipanjatkan Tiap Pagi

Rasulullah SAW rutin meminta tiga permintaan dalam munajat pagi.

Rasulullah SAW meneladankan dalam berdoa. Ada tiga permohonan yang Rasul SAW selalu lakukan di waktu pagi selepas sholat Subuh.

– أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان إذا أصبَح قال: اللَّهمَّ إنِّي أسأَلُكَ عِلمًا نافعًا، ورِزْقًا طيِّبًا، وعمَلًا مُتقَبَّلًا  

“Allahumma innii asaluka ‘ilman naafi’a, wa rizqan thayyibaa, wa ‘amalan mutaqabbalaa” (Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amal yang diterima). (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Dalam doa itu, tiga permintaan yang senantiasa dimohonkan selepas Subuh. Subuh adalah waktu seseorang memulai aktivitas, juga menunjukkan bahwa ketiga hal yang diminta itu sesuatu yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

Pertama, ilmu bermanfaat (ilman naafi’a). Ilmu yang bermanfaat merupakan hal yang perlu didahulukan dan diutamakan sebagai bekal hidup bagi manusia. Ilmu yang bermanfaat akan mengantarkan kepada kesuksesan hidup di dunia bahagia, di akhirat masuk surga. Nabi SAW bersabda sebagaimana dinukilkan Abu Hurairah RA:   

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim).

Berkaitan ilmu bermanfaat, Nabi SAW bersabda: 

عن عبدالله بن عمرو بن العاص أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يتعوذ من أربع، وكان يقول: (اللهم إني أعوذ بك من قلبٍ لا يخشع، ونداء لا يسمع، ومن نفس لا تشبع، ومن علم لا ينفع

Dari Abdullah  bin Al-Ash, bahwa Rasulullah SAW berlindung dari empat perkara yaitu: “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari hati yang tidak khusyuk, doa yang tidak terkabul, nafsu yang tidak puas, dan ilmu yang tak bermanfaat.” 

Kedua, rezeki yang baik (rizqan thayyibaa). Dengan ilmu yang bermanfaat, seseorang akan dapat memilah rezeki antara yang halal dan yang haram. 

 إنَّ الحَلالَ بَيِّنٌ وإنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ

“Sesungguhnya yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas pula.” (HR Bukhari dan Muslim).

Alquran memerintahkan agar kaum Muslimin memastikan diri mengonsumsi rezeki yang baik-baik. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allâh, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu beribadah.” (QS al-Baqarah [2]: 172).

Ketiga, amal yang diterima (amalan mutaqabbalaa), yaitu amalan yang diterima di sisi Allah dan mendatangkan pahala bagi orang yang mengerjakannya. Syarat amalan itu diterima adalah dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi SAW. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS al-Kahfi [18]: 110). 

KHAZANAH REPUBLIKA

Pahala Bangun Pagi

Bangun pagi jadi penanda waktu dimulainya semua kebaikan.

Pagi adalah masa awal sebuah hari. Bagi orang Indonesia waktu pagi terbentang mulai tengah malam hingga matahari terbit. Dalam Islam waktu pagi identik dengan waktu Subuh. Kata “Subuh” itu sendiri berarti pagi. Kata “Pagi” dalam Alquran diulang hingga sembilan belas kali. Terkait ini, tentu bangun pagi juga memiliki keistimewaan tersendiri.

Nabi SAW memberi informasi, “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang di antara kalian pada saat tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan.

Kemudian jika dia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Inilah pahala bagi yang bangun pagi. Pertama, terlepas dari belenggu setan. Kedua, merasa semangat dan bergembira.

Sementara bagi orang yang meneruskan tidurnya akan mendapatkan kerugian. Pertama dia akan suram mukanya dan tidak bergairah. Kedua, tidak shalat Subuh. Padahal shalat Subuh disaksikan oleh para malaikat. Allah SWT berfirman, “Dan dirikanlah shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh para malaikat)” (QS. al-Isra’/17: 78).

Menurut pengarang Tafsir Jalalain, malaikat yang menyaksikan shalat Subuh sangat banyak. Mereka adalah para malaikat yang berjaga pada malam hari dan para malaikat yang berjaga pada siang hari. Nabi SAW bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul di waktu Subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam keluarga, bangun pagi harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah, harus mampu membangunkan anaknya untuk shalat Subuh. Suami isteri harus saling berpesan untuk saling membangunkan  apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insya Allah keluarga yang bangun pagi akan mendapat pahala.

Nabi SAW bersabda ketika membangunkan Fatimah, puteri kesayangan beliau, ”Wahai anakku, bangunlah. Songsong rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk pribadi  yang lalai. Sebab Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya di antara terbit fajar dengan terbit matahari.” (HR. Ahmad dan Baihaki). Inilah pahala bangun pagi, beroleh rezeki.

Selanjutnya orang yang bangun pagi akan didoakan oleh Nabi SAW. Hal ini terkuak dalam hadits yang ditulis oleh Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Turmudzi dalam kitab induk hadits  mereka. Nabi SAW bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi”. Tentu ini adalah keberuntungan tiada tara bagi orang yang senantiasa bangun pagi.

Bangun pagi selain ditujukan untuk beribadah, harus juga didedikasikan untuk menolong sesama. Terkait hal ini, Syaikh Nawawi Banten dalam Nashaihul Ibad mengutip hadits Nabi SAW, “Barangsiapa yang di awal pagi mendedikasikan diri menolong orang yang dizalimi dan memberi yang orang Islam perlukan, maka ia mendapat pahala seperti haji mabrur.” 

Dari semua informasi di atas, maka dapat dimengerti bahwa bangun pagi jadi penanda waktu dimulainya semua kebaikan. Sementara pada setiap kebaikan yang dilakukan ada pahala tersendiri yang dijanjikan. Yang dijanjikan itu pasti akan diberikan. Allah SAW tegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imran/3: 9).

Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

KHAZANAH REPUBLIKA

Domba-domba Kematian

RASULULLAH shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Kelak, kematian akan didatangkan dalam bentuk domba yang berwarna putih campur hitam, lalu ada suara yang menyerukan, Wahai para penduduk surga! maka mereka pun melongok dan melihat. Selanjutnya ia berkata, Apakah kalian mengenal domba ini? Mereka menjawab, Ya. Ini adalah kematian.

Mereka semua melihatnya. Kemudian ia menyerukan, Wahai para penduduk neraka! Maka mereka pun melongok dan melihat. Selanjutnya ia berkata, Apakah kalian mengenal domba ini? Mereka menjawab, Ya. Ini adalah kematian. Semuanya melihatnya. Lalu domba tersebut disembelih. Kemudian ia berkata, Wahai penduduk surga, kalian kekal selamanya. Tidak ada matinya. Wahai penduduk neraka. Kalian kekal selamanya. Tidak ada matinya.”

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Maka, penduduk surga semakin bertambah bahagia sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sengsara.” Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam membaca:

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS Maryam: 39).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu dengan redaksi Imam Ahmad. Diriwayatkan pula oleh asy-Syaikhani dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu. Redaksi keduanya mirip dengan redaksi imam Ahmad.

Saat itulah, manusia akan hidup abadi selama-lamanya, mereka tidak akan mengalami kematian karena kematian telah Allah binasakan. Bahagialah penduduk surga dengan kebahagiaan yang abadi, sengsara dan binasalah penduduk neraka dengan siksaan yang tiada akhir.

Oleh karena itu kaum muslimin, janganlah kita tukar kehidupan di dunia ini yang sementara dengan derita yang tak berujung di akhirat sana. Pergunakanlah dunia untuk menjemput kebahagiaan abadi di surga.

[Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah/kisahmuslim]

INILAH MOZAIK

Bella, Seorang Ibu yang Jadi Mualaf Karena Putranya

Karena putranya, Bella menjadi mualaf.

Beberapa tahun yang lalu, Bella ingat ketika dia memiliki banyak masalah dengan putra-putranya. Ada yang keluar dari sekolah, dan menghabiskan hari-harinya tidur dan minum-minum serta mencari masalah di jalanan. Anaknya yang lain mengalami kesulitan besar dan menjalani hukuman dua tahun penjara.

Seperti dikutip dari About Islam, Rabu (22/7), Bella tidak tahu harus berbuat apa. Dia telah meninggalkan Kolombia lebih dari lima belas tahun yang lalu untuk mencari masa depan yang lebih baik bagi keluarganya di AS. Dia telah bekerja sangat keras dalam berbagai pekerjaan. Suatu hari, putranya, Jorge, pulang dan dia melihat di wajahnya bahwa sesuatu telah terjadi.

“Ketika Jorge pulang ke rumah pagi itu,” kata Bella, “dia tampak berbeda. Dia tampak lelah seperti biasa. Dia berbau seperti alkohol dan rokok. Tapi ada yang aneh. Saya mencari petunjuk di wajahnya.”

Tetapi Jorge saat itu tidak memandangi ibunya. Dia mandi dan kemudian pergi ke kamarnya. Keesokan paginya, dia merasakan pagi ini ada yang berbeda. Dia mengetuk pintu dan masuk. Jorge terlihat duduk di tempat tidurnya, sedang berpikir.

Bella bertanya pada putranya soal apakah semuanya baik-baik saja. Putranya mengaku baik-baik saja. Namun, Bella merasa ada ekspresi yang aneh di wajah anaknya itu. Kemudian dia duduk di sebelah Jorge, dan menyentuh punggungnya. Tiba-tiba, Jorge menyampaikan keinginannya untuk berhenti minum alkohol karena itu tidak baik.

“Saya senang mendengarnya. Bagaimanapun juga itulah yang telah saya doakan selama ini. Saya hanya mengatakan kepadanya bahwa itu adalah ide yang bagus. Saya pikir hanya itu yang mengganggunya. Namun, pengakuan ini hanyalah awal dari perubahan besar pada putra saya,” kata Bella.

Mulai dari pagi itu, Jorge tidak minum lagi. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di kamarnya. Terkadang dia pergi dengan seorang teman yang menjemputnya. “Temannya sangat sopan. Dia selalu mengenakan kain putih cerah dan kopiah kecil. Dan ketika dia tersenyum, saya merasa seperti cahaya bersinar darinya,” cerita Bella.

Suatu hari, Bella mengundang teman baru Jorge ke rumah dan telah disiapkan makan malam sederhana. Jorge dan temannya duduk. Dan kemudian mereka mulai berbicara tentang Tuhan.

“Aku tidak ingat semua yang mereka katakan. Saya sangat terkejut karena anak saya belum pernah berbicara tentang Tuhan sebelumnya. Saya selalu berdoa dengan tenang di kamar saya. Tapi saya tidak pernah menjadikannya masalah besar di keluarga kami,” jelasnya.

Setelah itu Bella masih santai ketika putranya dan temannya berbicara tentang Tuhan. Tetapi kemudian Jorge menyampaikan kepada dirinya bahwa ia telah menjadi seorang Muslim. Bella terkejut.

“Bukankah Muslim itu teroris?,” Bella bertanya. “Saya benar-benar kewalahan dengan situasi ini. Saya hanya mengambil piring, membersihkan meja dan menyuruh mereka pergi.”

“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya pergi ke kamar saya dan saya berdoa. Ini sangat aneh. Dan rasanya seperti untuk pertama kalinya saya berbicara langsung kepada Tuhan dan meminta bantuan-Nya. Biasanya saya berdoa tetapi kali ini berbeda.”

Jorge tidak pulang selama berhari-hari. Bella pun khawatir dan berpikir telah mendorong anaknya kembali ke gaya hidupnya yang dulu. Namun, Jorge telah berubah. Dia sudah berhenti minum. Dia tidak keluar di malam hari. Dia tidak berkelahi lagi.

“Apakah ini semua karena dia menjadi Muslim? Saya mengenal banyak orang beragama di desa lama saya yang masih melakukan hal-hal buruk, minum dan kemudian pergi ke gereja. Tetapi agama yang disebut Islam ini hanya mengubah anak saya menjadi orang baik. Saya tidak bisa menunggu dia kembali ke rumah. Selama hari-hari ini, saya berdoa lebih dari biasanya. Saya meminta Tuhan untuk membawa Jorge pulang,” kata Bella.

Jorge pulang setelah pergi lebih dari dua pekan. Wajahnya bersinar dan dia memeluk ibunya seolah tidak pernah memelukku sebelumnya. “Saya sangat senang. Penuh dengan sukacita dan harapan,” ucap Bella.

Bella dan Jorge duduk bersama untuk berbicara dan berdiskusi. Jorge memberitahu ibunya soal Keesaan Allah dan Allah adalah tunggal tidak memiliki anak.

“Saya bisa menerimanya. Dia (Jorge) memberi tahu saya tentang sholat lima waktu dan hal-hal penting lainnya dalam Islam. Saya mengambil semuanya. Saya bisa menerima Jorge menjadi Muslim sekarang. Tetapi ketika dia bertanya kepada saya apakah saya ingin menerima Islam, saya mengatakan kepadanya bahwa saya perlu lebih banyak waktu,” ungkap Bella.

Setengah tahun berlalu, hingga akhirnya Bella menerima Islam dari tangan putranya itu. “Itu adalah momen yang indah. Alhamdulilah. Ketika putra saya yang lain dibebaskan dari penjara, tidak butuh waktu lama dan ia juga menerima Islam. Dan dia telah menghindari masalah sejak itu. Melalui Islam, Tuhan mengembalikan dua putra saya yang luar biasa. Dia menyelamatkan mereka dari kekerasan dan kehancuran di jalanan,” imbuh Bella.

sumber: https://aboutislam.net/reading-islam/my-journey-to-islam/i-embraced-islam-because-of-my-son/

KHAZANAH REPUBLIKA