Jamaah Haji Harus Makan Sebelum Keluar Kamar

Kepala Seksi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) meminta jamaah haji gelombang dua di Madinah makan dan minum dahulu sebelum beraktivitas di luar kamar.

“Jamaah dari Makkah sudah kelelahan usai ritual haji. Harus makan dan minum sebelum keluar kamar sebagai antisipasi kelelahan agar penyakitnya tidak tercetus,” katanya saat menyambut kedatangan jamaah SUB 44 yang datang, Selasa (12/9).

Suhu udara di Madinah berkisar antara 40 hingga 42 derajat Celsius sehingga terpapar udara yang cukup panas. Dia mengimbau jamaah ketika keluar kamar sudah membawa bekal air minum, membawa semprotan air, payung dan memakai masker.

Pada penerimaan jamaah haji gelombang dua ini, menurutnya, petugas dari Tim Promotif Preventif (TPP) lebih konkrit melakukan propaganda pada jamaah haji. Contohnya, petugas TPP menyediakan masker, sandal dan membawa semprotan air sebagi antisipasi jika jamaah lupa membawanya.

Dia menambahkan telah ada pemetaan jamaah yang risti (berisiko tinggi). Petugas kesehatan harus mengetahui di kamar berapa saja jamaah yang risti sehingga jika terjadi kondisi darurat, petugas bisa cepat menangani.

“KKHI siap melayani. Kita berharap jamaah sehat semua,” ujar Edi.

Jamaah haji gelombang dua mulai berdatangan dari Makkah ke Madinah sejak Selasa (12/9). Kedatangan jamaah akan berlangsung hingga 21 September.

Selama di Madinah, jamaah melaksanakan shalat arbain atau shalat fardhu selama 40 waktu tanpa terputus di Masjid Nabawi. Selain melakukan arbain, jamaah juga berziarah ke Makam Rasulullah (Raudhah), Masjid Quba, Pemakaman Syuhada Uhud, Pemakaman Baqi dan lokasi lain.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diimbau Mandi dan Pakai Ihram di Embarkasi

Jamaah calon haji gelombang kedua mulai tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi pada Senin (30/7) waktu setempat. Namun sejumlah jamaah calon haji masih ada yang belum mengenakan pakaian ihram saat tiba di bandara sehingga membuat proses keberangkatan ke Makkah sedikit terlambat.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/ Debarkasi Jakarta Pondok Gede, Saiful Mujab mengatakan, semua jamaah calon haji sudah diimbau untuk melakukan mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Direktur Bina Haji Kementerian Agama RI sudah memberi surat edaran untuk jamaah calon haji keberangkatan gelombang kedua.

Ia menerangkan, melalui surat edaran tersebut jamaah calon haji diimbau supaya mandi dan mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi. Tujuannya agar jamaah calon haji bisa bergerak lebih cepat dari Jeddah ke Makkah. “Untuk mempersingkat kedatangan di sana yang begitu cepat jadi (jamaah haji) diimbau seperti itu (mengenakan pakaian ihram di tanah air-red), dan itu ada surat edarannya,” kata Saiful kepada Republika.co.id, Selasa (31/7).

Sebelumnya, pada kedatangan kelompok terbang (kloter) 30 dari Embarkasi Jakarta Pondok Gede di Jeddah, nampak sebagian besar jamaah laki-laki sudah mengenakan pakaian ihram. Namun tidak sedikit pula yang belum mengenakan pakaian ihram. Akibatnya jamaah haji yang mestinya bisa diberangkatkan sekitar pukul 06.00 ke pemondokan di Makkah harus terhambat jamaah lain yang masih harus mandi, sholat sunah dan mengenakan pakaian ihram.

Menanggapi hal tersebut, Saiful mengatakan, hal tersebut kembali kepada keyakinan masing-masing jamaah calon haji. Ada jamaah yang ingin tidak merasa rumit dengan pakaian ihram selama di perjalanan. Jamaah juga ada yang beranggapan di dalam pesawat akan terasa dingin jika mengenakan pakaian ihram sejak di Embarkasi.

Ia menyampaikan, mungkin masih ada jamaah calon haji yang beranggapan memiliki banyak waktu untuk mengenakan pakaian ihram saat tiba di Jeddah. Padahal PPIH sudah memberikan sosialisasi, menyampaikan surat edaran dan imbauan untuk jamaah calon haji di Embarkasi. PPIH Embarkasi sudah menekankan kepada semuanya agar terus mengingatkan jamaah supaya mengikuti instruksi surat edaran tersebut.

“Tapi prinsipnya kita memberikan penekanan kepada petugas yang menyertai kloter itu, baik ketua kloter, pembimbing, termasuk ketua rombongan, ketua regu, dan KBIH yang ikut, sudah kita sampaikan bahwa di sana prosesnya sudah cepat dan tidak ada transit lagi,” ujarnya.

Saiful juga menerangkan, di dalam pesawat ada petugas yang menyertai jamaah calon haji. Saat waktu solat, jamaah diingatkan. Petugas juga memberikan bimbingan tayamum dan ada sholat berjamaah di atas pesawat. Jamaah calon haji betul-betul diimbau, ketika pesawat mendekat ke Jeddah, biasanya  jamaah yang belum mengenakan pakaian ihram di Embarkasi disuruh pakai ihram di atas pesawat. Tapi prinsipnya jamaah tersebut sudah mandi semua.

IHRAM

Kemenag Pastikan Berita Masjidil Haram Ditutupi Payung Raksasa, Hoax

Makkah (Kemenag) — Satu lagi kabar bohong (hoax) menerpa terkait haji di Tanah Suci. Kalau kemarin tentang bus jemaah kecelakaan—kabar beredar bus jemaah Indonesia, faktanya jemaah Turki—kali ini dikabarkan Masjidil Haram ditutupi payung raksasa.

“Masjidil Haram memasang payung seperti Nabawi itu hoax,” tandas Kepala Daerah Kerja Makkah Endang Jumali di kantornya, Syisyah, Senin (30/7) siang waktu Saudi.

Kabar bohong akan semakin ramai menjelang puncak haji. Misalnya hoax terkait jemaah keracunan katering, jemaah telantar, biaya dam naik, angin puyuh robohkan tenda di Arafah, ataupun paket ziarah yang seharusnya gratis dikabarkan bayar.

“Insya Allah jemaah tidak sembarangan menanggapi berbagai informasi. Kami di sini juga sering menerima telepon dari Tanah Air menanyakan kondisi jemaah haji. Kami sampaikan kepada mereka tentang kondisi sebenarnya. Mereka paham,” kata Endang.

Dia mengimbau masyarakat tidak sembarangan mencerna berbagai informasi yang tersebar luas. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama adalah memverifikasi info yang didapat. “Fakta harus menjadi acuan,” imbuhnya.

Untuk layanan pengaduan juga memastikan kebenaran informasi masyarakat bisa hubungi WhatsApp Center Haji pada nomor 050 350 0017 atau Call Center Haji 9200 13210. Selain itu juga mengikuti perkembangan berita haji melalui laman resmi Kemenag RI: kemenag.go.id.

Di sisi lain, masyarakat diimbau tidak mudah menyebarkan informasi yang belum terverifikasi melalui media sosial. “Kita ingin penyelenggaraan haji berjalan lancar, semua jemaah mendapat predikat mabrur,”  pungkas Endang.

Sumber : MCH
Penulis : Bramma Aji Putra
Editor : Bramma Aji Putra
Keterangan Foto: Kadaker Makkah Endang Jumali 

68 Persen Jamaah Haji Indonesia Terserang Penyakit Bawaan

Sebanyak 80.973 jamaah dari 201 kloter telah tiba di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut 68,77 persen atau 55.685 orang diantaranya adalah jamaah dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan.

Ini dilihat diantaranya dari jamaah yang umurnya lebih dari 60 tahun dan penyakit yang telah ada sejak di Tanah Air.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan, “Tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikianlah kondisi kesehatan jamaah kita yang mayoritas sudah Usila dan umumnya usia lanjut (Usila) sudah disertai dengan penyakit penyerta,” ujar Dr. Eka Jusuf, di Madinah, Senin (30/7/2018).

Menurut Eka, fakta ini harus dihadapi bersama sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jemaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji Mabrur.

Eka menambahkan, kita harus pro Rakyat. Harus pro Jemaah. “Saya mengajak semua pihak untuk mensukseskan program kesehatan jamaah haji yang merupakan bagian dari upaya perlindungan jemaah secara menyeluruh. Kita sebagai petugas haji harus memiliki satu target. Satu kepentingan, yaitu melindungi jamaah,” tegas Eka.

Kepada jemaah Kepala Pusat Kesehatan Haji mengingatkan jemaah untuk menghemat tenaga menjelang Armina.

“Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan, dan banyak minum,” tegas Eka.

Data Kesehatan Haji

Hingga hari ke 13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jemaah diberikan di 3 tempat, yaitu di Kloter oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), di Bandara oleh Tim Mobile dan di Klinik Kesehatan Haji Indinesia (KKHI).

Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah).

“Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah Hypertension sebanyak 3.727 orang,” kata Eka.

Tim Mobile di Bandara mendata 160 jemaah mengalami masalah kesehatan.

Di KKHI Madinah menerima 14 Rujukan merawat inap 41 jemaah dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, masih dirawat inap 7 jemaah, dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.

Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, Tim Promotif Preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 Kloter.

“Penyuluhan mulai diberikan ketika jamaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan dan di masjid Nabawi setelah sholat subuh,” kata Eka.

Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air, dan sandal.

Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jamaah haji. Sementara masker, sandal dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10 persen dari jumlah jamaah, dibagikan kepada jamaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang, dan tidak memakai alas kaki.

Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jamaah.

“Sampai hari ini sebanyak 15 jamaah wafat. Penyebab wafat terbanyak dipicu oleh penyakit jantung (11 orang). Lokasi wafat terbanyak di pondokan sebanyak 6 orang,” jelas Eka.

Eka mengingatkan jamaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti. “Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,” tegas EKa.

OKEZONE

 

Bikin Haru, Kakek Penambal Ban di Semarang Ini Akhirnya Naik Haji

Semarang – Asal ada niat pasti akan tercapai. Barangkali itu menggambarkan perjuangan Safuan Aziz (64), seorang kakek penambal ban yang akhirnya akan berangkat haji 7 hari lagi.

Di bengkel tambal bannya yang sederhana di depan rumah, Safuan terlihat sibuk menambal ban pelanggannya. Pria beralamat di Mangunharjo RT 02 RW 02 Kecamatan Tugu, Kota Semarang itu memang masih bersemangat bekerja meski usia sudah senja.

“Saya dulu tukang batu, terus tidak boleh lagi sama anak-anak, istri tidak mengijinkan, ya nambal-nambal ban,” kata Safuan saat ditemui di bengkelnya beberapa waktu lalu.

Senyum sering tersungging di wajahnya ketika mengingat tanggal 6 Agustus 2018 mendatang ia akan berangkat ke Tanah Suci.

Ia pun bercerita, niatnya ke tanah suci ada sejak tahun 2008 silam. Dengan niat kuat itu, Safuan selalu menyisihkan uang hasil tambal ban dan menjual bensin eceran kemudian diberikan ke istri untuk di simpan.

“Seger gitu hawanya tahu mau berangkat, pesiapannya ya iman dan taqwa sama bekal,” tandasnya.

DETIK

 

Cek Keberangkatan Haji sudah bisa via Android, Download Aplikasi ini! Sebarkan info ini ke teman, kerabat dan lainnya!

Agar Nyaman Beriktikaf

Saat musim haji, Masjidil Haram akan dipenuhi oleh para jamaah yang beriktikaf dan menginap di sana. Jika mereka datang untuk shalat Zhuhur, biasanya beriktikaf menunggu Ashar. Jika datang Maghrib, mereka sekalian beriktikaf menunggu Isya. Bahkan, ada juga yang menginap hingga subuh. Menginap di Masjidil Haram menjadi pilihan yang efektif daripada harus pulang ke pemondokan yang jaraknya jauh.

Nah, bagi jamaah yang ingin beriktikaf, ada beberapa tips agar lebih nyaman dan aman. Pertama, pastikan kondisi kesehatan fisik jamaah berada da lam keadaan prima. Bagi jamaah yang kurang sehat atau memiliki daya tahan fisik lemah, disarankan tidak menginap di Masjidil Haram.

Lagipula, menginap di Masjidil Haram seyogianya bukanlah untuk tidur, tapi lebih sibuk dengan ibadah. Sehingga, jamaah akan kurang tidur. Ditambah lagi, suara jamaah yang sedang tawaf dan deru mesin dari alatalat berat yang tengah merenovasi Mas jidil Haram membuat jamaah akan kesulitan untuk terlelap. Padahal, Jamaah yang kurang sehat dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak kelelahan.

Selanjutnya, ketika beriktikaf sebaik nya tidak pergi sendirian. Pergilah dengan ketua regu atau ketua rombongan. Atau, dengan mereka yang masih muda dan bisa mengawasi jamaah sehingga bisa saling menjaga. Selain itu, sebaik nya jamaah beriktikaf di lantai bawah tanah Masjidil Haram karena relatif lebih hangat dibanding lokasi yang lain.

Namun, bila jamaah ingin beriktikaf sambil memandangi Ka’bah, jamaah bisa memilih untuk tidur di pelataran tempat berwudhu karena hawanya yang hangat dibanding di udara ter buka. Jangan khawatir, tempat wudhu di masjid besar ini sangat bersih dan nyaman.

Sebelum renovasi, biasanya jamaah yang beriktikaf terkonsentrasi di lantai dua dan tiga masjid. Karpet Masjidil Haram yang tebal membuat jamaah lebih nyaman untuk tidur dan aman dari hawa dingin marmer. Selain itu, air zamzam untuk minum selalu tersedia di beberapa sudut masjid.

Carilah tempat yang tidak terlalu jauh dari kamar mandi, sehingga lebih mudah kalau ada keperluan ke kamar mandi. Jamaah tidak perlu menunggu atau mengantre lama. Selanjutnya, alaslah tempat untuk tidur dengan sajadah dan serban agar hawa dingin lantai marmer tidak langsung merasuk ke tubuh.

Bawalah barang bawaan secukupnya dalam satu tas berukuran sedang. Membawa barang bawaan dalam jumlah banyak selain tidak efektif, juga dapat memancing perhatian orang lain atau orang jahat.

Makanan dan minuman cukup mudah diperoleh di luar Masjidil Haram. Hanya untuk makan pagi, pastikan tidak terlambat atau kesiangan. Terkadang, persediaan makanan pagi yang dijajakan cepat sekali habis karena diserbu jamaah yang kelaparan setelah shalat Subuh.

Pedagang kaki lima di luar Masjidil Haram juga berasal dari Indone sia. Kebanyakan mereka me nye diakan nasi bungkus, mulai dari na si rames sampai nasi goreng. Air zam zam disediakan dalam termos-termos besar dengan gelas plastik yang sekali pakai di dalam masjid. Namun, sebaik nya bawalah tempat minum sendiri agar tidak bolakbalik mengambil air zamzam.

Hal terakhir yang perlu diingat adalah perubahan udara Makkah tergolong ekstrem. Cuaca siang dan malam hari terkadang berbeda jauh. Sebaiknya, siapkanlah baju hangat. Untuk mengantisipasi pulang di malam hari.

REPUBLIKA

Pemerintah Gratiskan Biaya Badal Jamaah Haji yang Meninggal di Tanah Suci

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan mempersiapkan tenaga musiman (temus) untuk membadalhajikan para jamaah haji yang meninggal sebelum wukuf Arafah (Armina, Mina dan Muzdalifah).

Hingga Kamis (26/7/2018) jamaah haji yang meninggal dunia di Madinah sudah mencapai tujuh orang.

Mereka adalah Sukardi Ratmo Diharjo (59 tahun), Hadia Daeng Saming (73), Ade Akum Dachyudi (67), Sunarto Sueb Sahad (57), Siti Aminah Rasyip (57), Sanusi bin Musthofa (73), dan Katio Simanjutak (59).

Jamaah yang meninggal tersebut nantinya akan dibadalkan dan biayanya akan ditanggung oleh negara dalam hal ini Kementerian Agama.

Konsultan Pembimbing Ibadah Haji Daker Madinah, Ahmad Kartono mengatakan, pembadalan akan dilakukan petugas yang ditunjuk oleh pemerintah dan biasanya oleh temus.

Adapun tahapannya, jamaah haji yang meninggal akan didata identitasnya terlebih dahulu secara lengkap. Lalu, PPIH Arab Saudi menunjuk beberapa orang, biasanya dari temus, untuk membadalhajikan jamaah yang meninggal itu.

Temus yang direkrut biasanya diambilkan dari para petugas haji. Dengan begitu, identitas mereka sudah jelas dan tercatat.

Satu temus akan mengerjakan haji untuk satu jamaah yang meninggal. ’’Jadi tidak boleh dobel. Temusnya juga harus sudah pernah berhaji,’’ terangnya. Setelah selesai, PPIH akan menerbitkan sertifikat badal haji dan diserahkan kepada ahli waris. ’’Tidak ada biayanya, ditanggung negara, ’’ katanya.

Sementara untuk jamaah haji yang ingin membadalhajikan keluarganya, menurut Kartono, di luar kewenangan pemerintah.

Namun, dia berpesan agar berhati-hati memilih orang yang akan diserahi tugas badal haji. ’’Harus cari orang yang amanah, sudah pernah berhaji, dan paham aturan badal haji,’’ katanya.

Orang yang melakukan badal haji akan mendapat upah. Namun ketika ditanya berapa besaran rupiahnya, ia enggan menyebut nominal. ’’Tergantung kesepakatan saja. Kalau ada temus yang tidak mau diberi upah ya silakan,’’ katanya.

OKEZONE

Saat Wukuf, Suhu Diprediksi Capai 51 Derajat Celcius

Wukuf di Arafah adalah inti dari perjalanan ibadah haji. Sehingga jika tak wukuf di Arafah maka haji seseorang tidak sah.

Maka dari itu, jamaah harus berjuang melakukan wukuf meski suhu nanti diperkirakan akan menyentuh angka 51 derajat celsius.

Jemaah haji diminta menjaga kesehatan diri dan rajin menyemprotkan air ke wajah selain minum air putih yang banyak.

“Diperkirakan panasnya mencapai 51 derajat celsius. Jemaah meski menyiapkan diri untuk menghadapinya,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Endang Jumali saat ditemui Media Center Haji (MCH) di Kantor Daker Makkah, seperti dilansir dari laman resmi Kemenag.

Endang mengatakan jemaah haji tetap mengenakan alas kaki ke mana pun berpergian.

“Kalau tak pakai sandal, kaki akan melepuh. Kadang yang sakit diabetes tak merasakan panas padahal kakinya sudah melepuh,” kata Endang.

OKEZONE

Pesan Terakhir Jamaah Haji Indonesia yang Meninggal saat Sujud di Masjid Nabawi kepada Anaknya

Malam itu Rabu 18 Juli 2019 sekira pukul 21.30 WIB sebuah kabar datang dari Madina, Arab Saudi, yang menggetarkan hati Desy Ika Setyawati (32). Ia tak kuasa menahan tangis mendengar kabar ayahnya meninggal dunia di Tanah Suci.

Kabar itu datang dari salah seorang tetangganya Rini yang merupakan calon jamaah haji dari yayasan tempat ayahnya Sukardi Ratmo Dihardjo (59) berangkat ke Tanah Suci Makkah.

Ia pun akhirnya berkomunikasi dengan ibunya Sugiarti yang saat itu juga berada di Makkah bersama-sama sang suami menunaikan ibadah haji. Percakapan singkat itu diwarnai suasana haru dan tangis. Dari cerita ibunya, dia tahu bahwa ayahnya meninggal saat melaksanakan salat Ashar di Masjid Nabawi, Madina, pada, Rabu 18 Juli 2018.

“Tahu (meninggal waktu salat Asar) dari ibu komunikasi,” kata Desy menceritakan dengan mata berkaca-kaca, saat ditenui di kediamannya, di Kawasan Cakung, Kelurahan Ujung Menteng, RT 011 RW 02, Kamis 19 Juli 2018 malam.

Berangkat untuk melaksanakan rukun Islam ke lima itu memang sudah lama menjadi keinginan Sukardi. Sejak 7 tahun lalu atau 2011 dirinya sudah mendaftar dan baru mendapat kesempatan pada 2018.

Rencana Sukardi untuk berangkat ke Makkah sempat khawatir. Setelah pensiun dari sebuah perusahaan swasta di 2014 dokter menyatakan dirinya mengidap penyakit jantung. Kondisi itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berangkat.

Jelang keberangkatannya Sukardi menanyakan kondisinya kepada dokter di RS Omni untuk meminta izin agar tetap bisa berangkat. Saat itu dokter menolak dan tidak mengizinkan. Sukardi diminta untuk melakulan terapi untuk memungkinkan kondisinya.

Tak putus asa, Desy menceritakan, sang ayah didampingi keluarga pun mencari rumah sakit lain untuk memastikan agar mendapat izin berangkat Haji. Akhirnya dokter di sebuah RS Islam Jakarta mengizinkan kepergian Sukardi.

“Kan kemarin berobat ke RS Omni di cek jantung, sama dokter Omni sebenernya enggak boleh berangkat (haji), terus bapak bingung nunggunya sudah 7 tahun, terus dipanggilnya tahun ini, dia nyari rumah sakit akhirnya di RS Islam bisa berangkat aja pak kata dokternya,” terangnya.

Kenangan Sang Anak mengenai sosok Sukardi

Meski tengah berduka sang adik, Okki Setiyadi tahu betul naik haji memang sudah menjadi keinginan. Ia sadar ayahnya di ‘ambil’ sang Maha Kuasa dalam kondisi baik.

“Orang haji itu ibarat jihad, jadi segala sesuatu dalam berhaji itu semua ikhlas dunia akhirat untuk niat berhaji, jadi dia enggak mikirin mau balik mau pulang, tapi dia niatnya untuk berhaji jadi Alhamdulillah meninggal dalam keadaan seperti itu,” tuturnya.

Meski begitu Okki yang saat itu tengah mengenakan sarung untuk persiapan tahlilan ayahnya mengisahkan, sebelum berangkat Sukardi tak lupa berpesan untuk selalu saling menjaga silaturahmi keluarga, rumahnya, dan saling mendoakan.

Sejak kecil, Okki dididik dengan tegas, dan diajarkan untuk rajin dalam mengerjakan segala sesuatu. Oki kerap membantu pekerjaan di rumah. Di sisi lain sebagai imam rumah tangga dirinya menunjukkan bahwa kewajiban ibadah tak pernah ditinggalkan.

Bagi sang kakak Desy, satu hal yang paling diingat dari sosok ayahnya adalah sangat perhatian kepada keluarga. Suatu hari ayahnya itu belum mengirim uang bulanan ke neneknya di Klaten, Jawa Tengah. Sukardi kepikiran akan ibunya itu dan meminta untuk segera mengirim uang.

“Kalau belum ngirim uang bulanan itu suruh dikirim. Mama saya nanti makan apa,” kata Desy menirukan sang ayah dengan nada parau.

Sukardi dikabarkan meninggal saat sujud kedua rakaat ketiga salat Asar di Masjid Nabawi, Madina. Kepergian Sukardi tentu membuat duka bagi kerabat, tetangga, dan keluarganya yang ditinggalkan.(fid)

OKEZONE

Jamaah Indonesia Wafat Saat Shalat Ashar di Masjid Nabawi

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

 

SUKARDI Ratmo Diharjo, 59 tahun, baru beberapa hari tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji.

Ternyata, Allah tak hanya memanggilnya untuk berhaji, tapi juga memanggilnya untuk menghadap-Nya. Ya, jamaah calon haji kloter 1-JKG (Embarkasi Jakarta) ini telah berpulang ke Rahmatullah.

Kepergian pria asal Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu begitu spesial. Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com dari Kementerian Agama, Sukardi menghembuskan napas terakhirnya saat sedang bersujud, kala menunaikan shalat ashar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/07/2018) lalu.

Berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah haji pertama yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 1439H/2018 ini.

Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada Rabu pukul 23.00 WAS.

“Berdasar COD, penyebab kematiannya adalah cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya kepada Media Center Haji (MCH) Daker Madinah kutip laman resmi Kemenag.

COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha’ah(mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan, dia berhaji didampingi istri,” ujarnya.

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

Jamaah Kedua

Sementara itu, kepergian Sukardi disusul jamaah calon haji Indonesia lainnya. Adalah Hadia Daeng Saming (73), yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Makassar. Ia wafat sesaat setelah mendarat di Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Jumat (20/07/2018). Ia terbang dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-1203.

Hadia menjadi jamaah asal Indonesia kedua yang meninggal di Tanah Suci. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, Hadia berangkat dari Embarkasi Makassar bersama rombongan dari Kabupaten Gowa dan Barru.

Hadia mula-mula tak sadarkan diri saat menuju antrean keimigrasian menuju Gerbang Zero Bandara AMMA saat dibopong putrinya, Asmia Hadi Hasan, yang berusia sekitar 50 tahun.

Andi Marolla, petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi rombongan Hadia dari Embarkasi Makassar menuturkan, di atas pesawat, sekitar 2-3 jam sebelum pendaratan, Hadia sudah tak sehat. Ia sesak napas dan diketahui memang memiliki riwayat bronkitis.

Hadia menolak diangkut memakai mobil khusus untuk pasien pengguna kursi roda setelah turun dari pesawat. Saat mengantre untuk imigrasi, ia pingsan kala dipapah Asmia Hadi, lalu dibawa ke klinik bandara.

Di klinik bandara, Hadia mengalami asistol alias henti jantung. Petugas paramedis coba melakukan Cardiopulmonary Resusication (CPR) atau usaha untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi serta penanganan akibat terhentinya denyut jantung. Namun tidak berhasil. Hadia dinyatakan wafat sekitar pukul 15.04 WAS di Klinik Bandara AMMA.

Kadaker Bandara Arsyad Hidayat yang berada di lokasi tampak terus menenangkan sang putri, Asmia, yang terpukul atas wafatnya sang ibu. Sembari menenangkan Asmia, Arsyad pun mendorongnya dengan kursi roda. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…*

HIDAYATULLAH