Gangguan Pernapasan Jadi Masalah Kesehatan Utama Jamah Haji

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat beberapa tahun terakhir, gangguan pernapasan menjadi penyakit paling banyak dialami jamaah haji Indonesia. Lebih dari 50 persen jamaah haji terkena keluhan saluran pernapasan, antara lain asma, pneumonia, bronchitis, TB paru, dan lainnya.

Kepala KKIH Madinah dr. Yanuar Fajar, mengatakan mayoritas jamaah haji yang mengalami gangguan pernapasan adalah perokok. “Jamaah haji Indonesia yang sakit rata-rata perokok. Kebiasaan tersebut menjadi pemicu timbulnya gangguan saluran pernapasan, apalagi iklim dan cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/6).

Untuk mengatasinya, dokter spesial paru ini berbagi tips kepada jamaah haji Indonesia agar dapat menjaga kesehatannya selama beribadah haji. Pertama, perbanyak minum. Kondisi panas dengan tingkat kelembaban rendah membuat tubuh mudah kehilangan cairan. Maka, jamaah haji harus banyak minum dengan jumlah minimal delapan gelas sehari.

“Banyak lah minum air putih. Tidak perlu takut sering buang air kecil karena di sana tersedia banyak toilet,” imbau Yanuar.

Kedua, makan dengan teratur. Haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu diperlukan banyak energi yang bisa diperoleh dari makan. Apalagi sekarang Kemenag sudah menambah jumlah konsumsi, pergunakan fasilitas itu dengan baik.

Ketiga, istirahat yang cukup. Selain makan dan minum, istirahat yang cukup sangat diperlukan jamaah haji. Boleh ibadah, tapi harus pandai pula mengatur waktu istirahat.

Keempat, buat sirkulasi udara yang baik. Membuka jendela kamar/pondok di pagi hari akan membuat sirkulasi udara menjadi baik. Cukup buka jendela hingga pukul 07.00. Biarkan udara segar di luar masuk ke kamar.

Kelima, hentikan kebiasaan merokok sebelum keberangkatan sampai selesai proses ibadah haji. Jamaah diimbau untuk menghentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat memperparah kondisi gangguan pernapasan. Karena itu, menghentikan kebiasaan merokok dapat membantu jamaah menjaga kondisi kesehatan selama ibadah haji berlangsung.

Terakhir, bawa obat-obatan pribadi. Jamaah yang memiliki riwayat penyakit dengan obat khusus diharapkan membawa obat-obatan pribadi. “Dikhawatirkan obat tersebut tidak tersedia di layanan kesehatan jamaah,” ucapnya.

IHRAM

Aturan Daftar Haji Setelah 10 Tahun Tidak bagi Pembimbing Ibadah

Kementerian Agama telah menerbitkan aturan bahwa jamaah yang sudah pernah berhaji, tidak diperkenankan mendaftar lagi, kecuali setelah 10 tahun. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi pembimbing ibadah haji.

Hal ini disampaikan Kasubdit Dokumen Haji Nasrullah Jassam saat Sosialisasi Peningkatan Pelayanan Jamaah Haji di Arab Saudi 1439H/2018M di Medan, Sumatera Utara.

“Jamaah pernah haji, baru boleh daftar lagi setelah 10 tahun. Aturan ini tidak berlaku bagi pembimbing,” tegasnya di Medan, Jumat (29/06/2018) lansir Kemenag.

Meski demikian, lanjut Nasrullah, sejumlah ada persyaratan yang harus dipenuhi bagi pembimbing ibadah haji. Pertama, pembimbing ibadah mendapat rekomendasi dari KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang berizin dan masih berlaku.

Kedua, memiliki sertifikat pembimbing yang dikeluarkan oleh Kemenag. “Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah menargetkan melakukan sertifikasi bagi 5.000 pembimbing haji,” ujarnya.

Ketiga, calon pembimbing itu memiliki jamaah yang akan dibimbing minimal 45 orang. “Itu dibuktikan dengan daftar nominatif yang dilegalisir Kemenag Kab/Kota,” ujarnya.

Keempat, nama pembimbing telah ditetapkan dalam SK Kepala Kankemenag Kab/Kota.

“Jika keempat syarat ini terpenuhi, pembimbing ibadah bisa langsung mendaftar tanpa harus menunggu 10 tahun dari hajinya yang terakhir,” tandasnya.*

 

HIDAYATULAH

Kriteria Sosok Penjaga Hajar Aswad

Setiap tahunnya, ribuan jamaah mengunjungi kota Makkah di Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Jamaah yang memadati Masjid Al Haram di Makkah berharap mereka akan mampu melewati kerumunan orang untuk mencium atau menyentuh Batu Hitam (Hajar Aswad) yang terletak di sudut sebelah tenggara Ka’bah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai.

Di depan Hajar Aswad itulah, berdiri seorang penjaga yang mengawasi dan membantu jamaah yang ingin menjangkau batu tersebut. Setiap jam berlalu, seorang penjaga baru bergantian mengambil alih tanggung jawab untuk menjaga Hajar Aswad dan jamaah yang begitu semangat agar aman.

Dilansir di Saudi Gazette, Jumat (29/6), pejabat keamanan masjid mengatakan kepada Al-Arabiya English bahwa 24 penjaga yang melindungi Hajar Aswad dipilih berdasarkan daftar kriteria tertentu. Kriteria tersebut memastikan mereka adalah sosok yang tepat untuk pekerjaan tersebut, seperti secara fisik sehat dan mampu mengatasi di tengah cuaca panas.

  • Menjaga Amarah

Para pejabat Presidensi Umum untuk Urusan Masjid Al Haram memurnikan area Hajar Aswad setiap setelah shalat dengan pembersih, air mawar, Oud (parfum), dan alat pembersih yang dibuat khusus.

Banyak orang yang mungkin menganggap bahwa Hajar Aswad adalah satu batu yang utuh. Namun, Hajar Aswad sebenarnya terdiri dari delapan batu kecil, yang terbesar di antaranya adalah ukuran tanggal, yang dibentuk bersama.

Batu Hitam terletak di sudut timur Ka’bah dan sekitar satu setengah meter dari lantai. Batu tersebut dikelilingi oleh bingkai perak yang diikat oleh paku perak ke dinding luar Ka’bah. Hajar Aswad ini menandakan permulaan dan akhir dari setiap ritual ibadah Tawaf di sekitar Ka’bah. Karena jamaah kerap melambai atau mencoba untuk menyentuh batu dengan setiap putaran tawaf.

 

REPUBLIKA

Istana Al-Zaher: Museum Sejarah dan Warisan dari Makkah

Istana Al-Zaher adalah salah satu jejak sejarah di Makkah. Bangunan ini adalah salah satu museum penting yang didedikasikan untuk sejarah kota suci ini.

Istana ini dibangun pada 1944. Kala itu bangunan ini menjadi salah satu markas bagi Raja Abdul Aziz ketika di Makkah. Para delegasi menggunakannya bertemu para pemimpin peziarah yang datang dari berbagai negara Islam.

Seperti dilansir Saudigazette, bangunan istana ini terdiri dari ruang bawah tanah dan terdiri dari dua lantai, di samping berbagai area lain untuk beragam penggunaan. Luas istana adalah 2.700 meter persegi yang 2.200 meter persegi dianytaranya adalah lantai dasar. Dan area yang tersisa yakni 500 meter persegi dipergunakannya sebagai taman yang mengelilingi bangunan utama. Taman ini terletak di pintu masuk utama depan yang dikelilingi oleh air mancur dan area yang ditanami pepohonan dan tanaman hijau.

Istana ini dibangun dengan batu berukir serta bergaya arsitektur Islam. Pengaruh ini tercermin dari berbagai segi, mulai distribusi internal kamar, balai, dan villa, bahkan hingga konfigurasi eksternal bangunan.

Langit-langit istana diperkuat dengan beton untuk membantu mempertahankan kekuatan dan daya tahannya. Meskipun beberapa dinding dipengaruhi oleh faktor waktu, bangunan ini masih menunjukkan kemunculan kemewahan dan keindahan yang menjadi ciri khas hari-hari yang membuat istana terkesan dibangun dengan kecemerlangan.

Istana King Abdul Aziz direnovasi di Al-Zaher di Makkah setelah keputusan dari Antiquities and Museums Agency. Bangunan lama  diubah dan dipulihkan kembali dengan memperbaiki semua yang dihancurkan untuk kemudian menjadikannya sebagai Museum Islam di Makkah.

Museum ini adalah salah satu yang paling penting di Arab Saudi. Ini berisi aula utama Arab Saudi, yang mencakup ruang koleksi untuk daerah Hijaz pada umumnya dan untuk Makkah pada khususnya. Selain itu terdapat aula untuk menggelar berbagai koleksi arkeologi dari sejarah Islam serta berbagai kaligrafi Arab sebagai nilai seni dan budaya Islam yang penting.

Baru-baru ini, museum bergabung dengan Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional dan didedikasikan untuk sejarah Mekkah. Komisi memasukkannya ke dalam sistem pembangunan proyek museum baru, yang meliputi: Museum Sejarah Islam di Istana Khuzam di Jeddah, Museum sejarah Mekah di Istana Al-Zaher, museum sejarah pemerintah Saudi di istana Raja Faisal di Makkah, serta museum sejarah pertempuran Islam.

Raja Salman telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk membangun istana ini dengan berkoordinasi dengan komisi yang akan membangun sebuah museum di lokasi Pertempuran Badar. Museum-museum tersebut diharapkan menjadi pusat perhatian pengunjung ketika melihat berbagai situs penting dalam sejarah Islam.

 

IHRAM

Imam Asal Indonesia Bantah Jadi Imam Masjidil Haram

Imam shalat asal Indonesia di Makkah yang viral di media sosial, Asal bin Yanto Albanjari membantah bahwa dirinya telah menjadi imam tetap di Masjidil Haram, Makkah. Hal ini disampaikan Asal Albanjari saat ditemui Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Kantor Daker Makkah, Ahad (10/6).

Hafidz asal Kalimantan ini mengakui bahwa dirinya memang menjadi imam shalat di sejumlah masjid di Makkah. Namun, dia membantah keras terkait beredarnya berita bahwa dia menjadi salah satu Imam di Masjidil Haram.

“Cerita tentang kalau saya menjadi imam di Haram itu tidak benar. Tapi kalau menjadi imam di beberapa masjid di Makkah itu benar,” ujar Asal saat berbincang dengan Lukman di Kantor Daker Makkah, Ahad (10/06).

Kendati demikian, Asal bersyukur selama ini telah menjadi imam shalat di sejumlah masjid di Makkah. Yanto berhasil menjadi Imam di kota suci itu lantaran bisa menghafal Alquran dan memikili suara merdu yang tak kalah dengan imam Masjidil Haram.

“Alhamdulillah sudah terbiasa menjadi imam di beberapa masjid di Makkah,” kata pemuda berdarah Banjar ini.

Dalam pertemuan dengan Lukman, Asal Al Banjari sempat diminta membacakan Alquran Surat Ibrahim ayat 35-37. Lukman pun mengapresiasi kefasihan dan keindahan suara Asal dalam melantunkan ayat Alquran. Lukmam berharap Asal terus maju mengharumkan nama Indonesia dalam kiprahnya sebagai imam di banyak masjid di Makkah Al Mukarramah.

Untuk diketahui, meskipun berpaspor Indonesia, Asal lahir di Makkah pada 1997 dan mulai menghafal Alquran sejak 2006. Kemudian, dia mengkhatamkan hafalannya dalam qiraat Ashim riwayat Hafs pada 2012.

Pada acara haflah tahunan santri tahfidz (penghafal Alquran), Asal pun mendapat tugas membaca beberapa ayat Alquran tentang kewajiban puasa, yang kemudian videonya viral di media sosial.

Asal saat ini sedang berusaha mengkhatamkan hafalan Alquran-nya dalam dua riwayat lagi, selain qiraat Ashim riwayat Hafs. Dia berguru pada salah satu imam Masjidil Haram, yaitu Syekh Abdurrahman Syirazi.

Ayah Asal Al Banjari yaitu Yanto berasal dari Kalimantan Selatan yang sudah puluhan tahun bermukim di Arab Saudi. Tahun ini, Yanto ikut bergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dari unsur tenaga musiman. Yanto bertugas di bagian layanan transportasi jamaah haji Indonesia di wilayah Syib Amir, Makkah.

 

IHRAM

Kawasan Jabal Nur akan Ditata Sebagai Pusat Wisatawan

Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional akan mendirikan pusat wisatawan di Jabal Nur di Makkah. Komisi tersebut selama ini telah menjalankan beberapa proyek untuk melestarikan situs-situs penting dalam sejarah Islam.

Pusat wisatawan ini nantinya akan memiliki pemandu wisata dan dokumentasi tentang sejarah Jabal Nur dan signifikansinya dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Wilayah ini akan memiliki 230 proyek yang didanai dengan anggaran sebesar 5 miliar real Saudi. Proyek-proyek sangat didukung oleh Raja Saudi Moh Salman.

Desain arsitektur proyek ini pun sudah selesai. Menurut catatan sejarah, gunung itu berada di timur laut Masjidil Haram, yakni di Jalan al-Adl. Tempat itu disebut Jabal al-Nur karena kata nur berarti cahaya dalam bahasa Arab. Ini juga menandakan ada cahaya yang menimpa Nabi (SAW) ketika ia beribadah dengan menyendiri di Ghar (Gua) Hira.

Gunung ini setinggi 642 meter dengan kemiringan 380 meter panjang mencapai 500 meter. Luas puncak gunung adalah 5,2 meter persegi. Gunung tampak seperti punuk unta. Gua Hira adalah salah satu situs suci paling penting dalam Islam. Di sinilah Nabi (SAW) mendengar Malaikat Jibril untuk pertama kalinya dan di mana kenabian dianugerahkan kepadanya.

Komisi telah bekerja untuk merenovasi beberapa tempat suci di Makkah dan Madinah dan mendokumentasikan sejarahnya. Proyek-proyek telah diluncurkan untuk mengatur pariwisata Islam di dua kota. Proyek-proyek ini didukung oleh perusahaan publik dan swasta serta direktorat untuk memastikan keberlanjutannya.

 

IHRAM

MUI-Kemkes Rumuskan Istitha’ah Kesehatan Haji

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan merumuskan deskripsi, kriteria, dan syarat yang berkaitan dengan istitha’ah kesehatan atau kemampuan fisik dalam berhaji. Dengan ini nantinya dirapkan layanan kepada jamaah haji akan bisa lebih baik.

“Istitha’ah kesehatan akan memberikan nilai positif bagi penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia. Untuk itu perlu dukungan fikih dari para ulama, khususnya dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemkes Eka Jusup Singka dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (28/4).

Menurut Eka, kesehatan haji akan optimal apabila mendapat berbagai dukungan yang mempengaruhi terciptanya istitha’ah kesehatan haji bagi jamaah haji. Salah satu di antaranya adalah komitmen politik dalam mendukung kesehatan haji, terutama dari Kementerian Agama sebagai koordinator penyelenggara haji.

“Alhamdulillah tahun ini Kementerian Agama telah mengeluarkan edaran tentang pentingnya istitha’ah kesehatan  bagi jamaah haji,” kata Eka.

Menurut dia, hal tersebut sebagai bukti bahwa Kementerian Agama memiliki komitmen yg baik terhadap kesehatan.Penyelanggaraan haji juga memerlukan dukungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dari jamaah haji yang sesuai dengan kaidah kesehatan.

Jamaah secara sadar harus selalu menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga kesehatan, serta berperilaku hidup bersih dan sehat selama di Tanah Air guna mempersiapkan kesehatan diri sebelum keberangkatan ke tanah suci.

Selain itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji juga menyebutkan adanya integrasi antara sistem kesehatan haji dengan sistem pelayanan umum. Integrasi ini akan memudahkan dan saling menguatkan optimalisasi pelayanan jamaah haji.

“Guna memastikan istitha’ah kesehatan jamaah haji, perlu melakukan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jamaah haji,” tegasnya.

 

HRAM

Hajar Aswad Bukan Batu Biasa atau Batu Meteor

Sebagaimana diterangkan dalam sejumlah hadis yang diriwayatkan dari berbagai perawi hadis tepercaya, Hajar Aswad adalah sebuah batu mulai yang berasal dari surga. Dahulu, saat pertama kali diturunkan, batu ini berwarna putih laksana susu. Namun, karena dosa-dosa manusia hingga ia menjadi hitam (aswad).

Terkait dengan banyaknya riwayat yang menyebutkan bahwa batu hitam ini berasal dari surga, banyak pihak yang penasaran dengan hal tersebut. Ada yang berusaha mengambil atau mencurinya. Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan batu yang bukan berasal dari bumi. Kalangan ini menyebutnya dengan batu meteor. Namun, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadis, batu hitam tersebut adalah batu yang berasal dari surga.

Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai asal mula diturunkan. Ada yang menyebutkan, batu ini diturunkan oleh Allah SWT melalui perantaraan malaikat Jibril. Sebagian lagi berpendapat, ia dibawa oleh Nabi Adam AS ketika diturunkan dari surga. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Katsir, dalam bukunya Qishash al-Anbiyaa’ (Kisah Para Nabi dan Rasul). Wa Allahu A’lam.

Para pihak yang masih ‘penasaran’ dengan batu ini, berusaha mencari tahu asal sumbernya. Ada yang berusaha menelitinya, dan menyatakan batu ini memang batu yang bukan berasal dari bumi. Di antaranya menyatakan, batu ini adalah pecahan dari batu meteor.

Bahkan, seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Prof Dr Zaghlul An-Najjar, meminta dunia Islam untuk mengambil sampel satu atau dua mikro Hajar Aswad untuk bahan penelitian dan pembuktian dari hadis Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa batu tersebut itu tidak berasal dari bumi, tapi berasal dari surga.

Sebagaimana dikutip Muslimdaily.com, An-Najjar meyakinkan dunia Islam tujuan pengambilan sampel itu semata-mata untuk penelitian. Ia meyakinkan, pengambilan sampel itu tidak akan merusak Hajar Aswad.

An-Najjar menyatakan, Lembaga Geografi asal Inggris, pernah mengutus seorang perwira tinggi untuk mencermati Hajar Aswad. Dan sang perwira merasa takjub dengan pemandangan Ka’bah. Lebih lanjut An-Najjar menegaskan bahwa Makkah adalah pusat bumi.

 

REPUBLIKA

Tukang Tambal Ban Ini Menginspirasi Ketua MPR

Dalam perjalanannya ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan secara mengejutkan bertemu dengan sosok inspiratif bernama Ismail. Dia adalah tukang tambal ban yang menabung selama 10 tahun untuk bisa berangkat haji dan menghajikan ibunya.

Zulkifli menemui Ismail di pangkalan tambal bannya, di Jalan Cempaka Djok Mentaya, Kota Banjarmasin, Jumat, 3 November 2017. Ismail bercerita bagaimana ia berjuang mengumpulkan uang selama 10 tahun untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah bersama ibunya.

“Kalau dapat Rp 50 ribu, saya tabung Rp 30 ribu. Kalau dapatnya kurang dari itu, yang bisa disisihkan cuma Rp 10 ribu. Jadi, saya kerja hampir 24 jam sehari dan semua hasilnya saya tabung di bawah bantal, Pak,” ujarnya.

Zulkifli serius mendengarkan cerita Ismail. “Akhirnya pada 2012, saya bisa bayar setoran awal dan ternyata bisa cepat prosesnya oleh Kementerian Agama karena mendampingi ibu sebagai manula,” katanya.

Ismail juga menceritakan kalau ia merasakan banyak kemudahan dalam melunasi pembayaran hajinya, mulai usaha istrinya yang berkembang, semangat kerja 24 jam, hingga kerabat yang tiba-tiba datang membayar utang pada ibunya.

“Alhamdulillah pada 2017 saya dipanggil Allah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Saat itu, satu kloter dengan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina,” ucapnya.

Zulkifli yang mendengar cerita Ismail mengaku terinspirasi dengan kerja kerasnya agar bisa berangkat naik haji. “Inspirasi itu ada di sekitar kita, dekat dengan kita. Ismail memang tukang tambal ban, tapi perjuangannya untuk naik haji telah mengajarkan hasil tak akan khianati kerja keras,” tuturnya.

Sebagai Ketua MPR, ia akan terus berusaha menemukan inspirasi baru di setiap perjalanannya. “Negeri ini butuh lebih banyak optimisme daripada pesimisme. Inspirasi adalah jawabannya,” ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli menghadiahkan satu buah kompresor terbaru untuk membantu usaha tambal ban Ismail. “Semoga dengan kompresor ini, tambal ban Ismail semakin berkah,” katanya. (*)

 

TEMPO

Ibrahim Call (1)

KETIKA sekitar 4.000 tahun lalu Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam diperintahkan untuk memanggil manusia untuk melaksanakan haji, dia bertanya kepada Allah “Ya Tuhanku, bagaimana saya bisa menyampaikan pesan ini kepada manusia, sedang suaraku tidak akan sampai kepada mereka ?”, dijawab oleh Allah “Panggillah mereka, Kami yang akan menyampaikannya !”. Maka Ibrahim-pun memanggil “Wahai manusia, Tuhanmu telah membangun rumah maka datanglah untuk beribadah kepadaNya”. Di jaman ini, dialog yang diceritakan dalam kitab tafsir Ibnu Katsir tersebut seharusnya dapat menginspirasi berbagai inovasi dan solusi.

Diceritakan pula dalam kitab tafsir tersebut bahwa Allah menurunkan tinggi gunung-gunung agar seruan tersebut sampai, bukan hanya sampai kepada manusia yang hidup saat panggilan tersebut dikumandangkan tetapi juga pada seluruh manusia yang hidup hingga kini dan hingga akhir jaman nanti.

Seruan tersebut telah sampai ke kita bahkan ketika ayah ibu kita belum bertemu satu sama lain, ketika kakek-nenek kitapun belum menikah – ketika kita masih berupa sesuatu yang belum bisa disebut!

Point-nya adalah panggilan tersebut telah sampai ke kita, tinggal apakah kita mampu meresponse-nya secara comprehensive  atau tidak. Comprehensive  responses ini penting sekali sepanjang jaman, karena sepanjang jaman ada permasalahannya tersendiri untuk memenuhi panggilan tersebut.

Hingga 2,500 tahun setelah seruan tersebut disampaikan – yaitu jaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam hidup bersama para sahabatnya, challenge untuk comprehensive  responses itu antara lain berupa beratnya perjalanan menuju dan pulang balik dari Makkah. Hingga lebih dari 1,000 tahun sesudah itu-pun perjalanan haji masih sungguh tidak mudah, bahkan hingga awal abad 20-pun perjalanan untuk pergi haji itu tetap tidak mudah.

Anda yang sudah beruntung mengunjungi tanah suci, pasti bisa membayangkan betapa beratnya perjalanan ke sana, seandainya Anda harus menempuhnya dengan berjalan kaki atau naik unta yang kurus. Dan ini yang antara lain  disampaikan Allah dalam dua rangkaian ayat berikut :

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS 22:27).

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan…” (QS 22:28).

Perhatikan kata ‘mereka’ yang saya tebalkan, siapa yang dimaksud Allah dengan ‘mereka’ ini ? Mereka yang disebut di ayat pertama adalah orang-orang yang mau bersusah payah menempuh perjalanan memenuhi panggilan nabi Ibrahim tersebut – untuk menempuh perjalanan haji. Mereka di ayat kedua – yaitu yang menyaksikan maupun yang menerima berbagai manfaat juga adalah orang-orang yang sama, yaitu orang-orang yang bersusah payah pergi berhaji di ayat yang pertama tersebut.

Kini setelah hampir 4. 000 tahun panggilan dikumandangkan, atau hampir 1.500 tahun setelah ditetapkannya syariat tata cara yang baku untuk pergi berhaji, kita justru tidak mampu untuk secara comprehensive  menjadi ‘mereka’ yang disebut khususnya di ayat kedua, yaitu ‘mereka’ yang menerima atau menikmati perbagai manfaat dari syariat berhaji ini.

Abul Ala Maududi menjelaskan tafsir ayat ini sebagai berbagai manfaat yang sifatnya duniawi maupun manfaat untuk agama ini. Karena kita ‘lupa’ adanya  manfaat duniawi yang terkait berhaji ini, maka manfaat terbesar justru dinikmati oleh orang lain di luar Islam yang cara hidupnya bertentangan dengan syariat Islam.>>>

Oleh: Muhaimin Iqbal

 

HIDAYATULLAH