Lebih 2.500 Jamaah Haji akan Laksanakan Tarwiyah

Lebih dari 2.500 calon haji dari Indonesia berencana melaksanakan sunah tarwiyahpada 8 Dzulhijjah, sebelum puncak pelaksanaan ibadah haji 1443 Hijriah.

“Saat ini baru terdaftar 2.536 jamaah yang akan ikut tarwiyah,” kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji Daerah Kerja Makkah Ansor di Makkah, Arab Saudi, Sabtu.

Dia mengatakan bahwa pada pelaksanaan ibadah haji tahun 2019, saat Indonesia mendapat kuota haji penuh untuk sekitar 218 ribu orang, hingga menjelang Hari Tarwiyah(8 Dzulhijjah) ada 6.000 anggota jamaah yang terdata hendak melaksanakan sunah tarwiyah.

“Karena (kuota haji tahun ini)persentasenya hanya 46 persen, ini sudah mendekati puncak, kita pikir mungkin di bawah 4.000 (yang tahun ini melaksanakan ibadah sunah tarwiyah),” kata Ansor.

Pada masa Rasulullah SAW, jamaah haji mengisi perbekalan air di Minapada Hari Tarwiyah, tanggal 8 Dzulhijjah, untuk melakukan perjalanan menuju ke tempat wukuf di Arafahpada 9 Dzulhijjah. Pada masa ini, sebagian jamaah haji mengikuti sunah tersebut dengan berangkat dari penginapan menuju ke Minapada 7 Dzulhijjah kemudian berdiam di Minapada8 Dzulhijjah dan melanjutkan perjalanan menuju ke Arafah pada 9 Dzulhijjah.

Namun, sunah tarwiyahtidak tidak termasuk rukun dan wajibhaji.Ansor mengatakan bahwa pemerintah tidak melarang jamaah haji melaksanakan sunahtarwiyah, tapi juga tidak memberikan fasilitasi.

Anggota jamaah Indonesiayang hendak melaksanakan sunah tarwiyahdiwajibkan membuat pernyataan berkenaan dengan penanggungjawab keselamatan mereka.”Mereka diminta membuat pernyataan, surat pernyataan tarwiyah. Untuk memudahkan mereka dapat mengisi google form, ditandatangani yang bersangkutan, ada juga surat dalam bentuk fisik bermaterai,” kata Ansor.

Meski tidak memfasilitasi jamaah melaksanakan sunah tarwiyah, pemerintah akan menempatkan beberapa petugas untuk memantaukondisi jamaah yang melaksanakan amalan tersebut.

IHRAM

10 Kemuliaan Orang yang Berpuasa Dzulhijjah

Terdapat banyak riwayat, baik hadis Nabi Saw., perkataan sahabat dan ulama salaf yang menjelaskan keutamaan berpuasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Dalam kitab Kanzun Najah Was Surur terdapat keterangan, hari Tarwiyah, hari Arafah dan hari Idul Adha menjadi sebab kemulian sepuluh hari pertama Dzulhijjah daripada hari-hari yang lain. Apa saja kemuliaan orang yang berpuasa Dzulhijjah?

Karena itu, Syaikh Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam kitabnya Alfatawa Alkubra;

أَيَّامُ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ أَفْضَلُ مِنْ أَيَّامِ الْعَشْرِ مِنْ رَمَضَانَ، وَاللَّيَالِي الْعَشْرُ الْأَوَاخِرُ مِنْ رَمَضَانَ أَفْضَلُ مِنْ لَيَالِي عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ

“Sepuluh hari-hari pertama Dzulhijjah lebih utama daripada sepuluh hari-hari terakhir Ramadan. Sepuluh malam-malam terakhir Ramadan lebih utama daripada sepuluh malam-malam pertama Dzulhijjah.”

Oleh karena itu, sunah memuliakan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dengan berbagai ibadah, di antaranya dengan puasa. Terdapat ketarangan dalam kitab Durratun Nashihin, sebagian ulama mengatakan bahwa jika seseorang memuliakan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dengan puasa, maka Allah akan memuliakan dengan 10 kemulian orang yang berpuasa Dzulhijjah berikut.

Pertama, keberkahan dalam umur.

Kedua, tambahan harta.

Ketiga, dosa-dosa terhapus.

Keempat, kebaikan terlipatgandakan.

Kelima, mudah dalam menghadapi sakaratul maut.

Keenam, kuburan bercahaya.

Ketujuh, amal timbangan berat nanti di hari kiamat.

Kedelapan, selamat dari siksa neraka.

Kesembilan, keluarganya dilindungi.

Kesepuluh, ditempatkan di surga yang tinggi.

BINCANG SYARIAH

Apakah Puasa Arafah Harus Sesuai dengan Wukuf di Arab Saudi?

Kebingungan masyarakat mengenai waktu pelaksanaan puasa Arafah dimulai dari anggapan bahwa puasa Arafah itu baru bisa dilaksanakan apabila jemaah haji di Makkah sudah melakukan wukuf di Arafah. Benarkah anggapan bahwa puasa Arafah harus sesuai dengan wukuf di Arab Saudi tersebut? Kiai Ma’ruf Khozin, konsultan di Aswaja Center menguraikan kebingungan masyarakat tersebut sebagai berikut:

Nabi Saw. hanya melaksanakan ibadah haji satu kali, sekaligus disebut haji wada. Maka wukuf Arafah yang dilakukan oleh Nabi juga hanya sekali. Tahun-tahun sebelum Nabi haji wada sudah diketahui oleh para Sahabat bahwa Nabi berpuasa pada 9 Dzulhijjah:

ﻋﻦ ﺃﻡ اﻟﻔﻀﻞ ﺑﻨﺖ اﻟﺤﺎﺭﺙ، ﺃﻥ ﻧﺎﺳﺎ اﺧﺘﻠﻔﻮا ﻋﻨﺪﻫﺎ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻓﻲ ﺻﻮﻡ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ: ﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ، ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ: ﻟﻴﺲ ﺑﺼﺎﺋﻢ، «ﻓﺄﺭﺳﻠﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻘﺪﺡ ﻟﺒﻦ ﻭﻫﻮ ﻭاﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻴﺮﻩ، ﻓﺸﺮﺑﻪ»

Dari Ummu Fadl binti Harits Sahabat berbeda pendapat di sisi Ummu Fadl pada hari Arafah tentang puasa Nabi Saw. Sebagian sahabat mengatakan berpuasa, sebagian lagi mengatakan tidak. Lalu saya kirimkan segelas susu kepada Nabi saat beliau Wukuf di atas untanya, lalu Nabi meminumnya” (HR Bukhari)

Oleh karena itu Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

اﺧﺘﻠﻒ ﻧﺎﺱ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻮﻟﻪ ﻓﻲ ﺻﻮﻡ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﺬا ﻳﺸﻌﺮ ﺑﺄﻥ ﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﺮﻭﻓﺎ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻣﻌﺘﺎﺩا ﻟﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﺤﻀﺮ

Para Sahabat Nabi saw. berbeda pendapat dalam puasa Nabi shalallahu alaihi wasallam. Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah sudah diketahui di kalangan Sahabat dan menjadi kebiasaan mereka saat tidak bepergian (Fathul Bari 4/237)

Hadis ini, juga yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar, menunjukkan bahwa pada 9 Dzulhijah Nabi dan para Sahabat sudah berpuasa di hari itu meskipun belum disyariatkan ibadah haji dan Wukuf di Arafah.

Arafah nama tempat atau nama hari?

Di samping 9 Dzulhijjah bertepatan dengan hari Wukuf di Arafah, ternyata tanggal 9 Dzulhijjah juga disebut hari Arafah berdasarkan kisah mimpi penyembelihan di masa Nabi Ibrahim:

ﺇﻥ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺭﺃﻯ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻛﺄﻥ ﻗﺎﺋﻼ ﻳﻘﻮﻝ: ﺇﻥ اﻟﻠﻪ ﻳﺄﻣﺮﻙ ﺑﺬﺑﺢ اﺑﻨﻚ، ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﺭﻭﻯ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﺃﻱ ﻓﻜﺮ ﺃﻫﺬا اﻟﺤﻠﻢ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺃﻡ ﻣﻦ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ؟ ﻓﺴﻤﻲ ﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ. ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ اﻟﻠﻴﻠﺔ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺭﺃﻯ ﺫﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﻗﻴﻞ ﻟﻪ اﻟﻮﻋﺪ، ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﻋﺮﻑ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﻓﺴﻤﻲ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ. ﺛﻢ ﺭﺃﻯ ﻣﺜﻠﻪ ﻓﻲ اﻟﻠﻴﻠﺔ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻬﻢ ﺑﻨﺤﺮﻩ ﻓﺴﻤﻲ ﻳﻮﻡ اﻟﻨﺤﺮ

Ibrahim bermimpi di malam Tarwiyah (8 Dzulhijjah) seolah ada yang berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu”. Di pagi harinya Nabi Ibrahim berfikir apakah mimpi ini dari Allah atau dari syetan? Maka hari itu disebut Hari Tarwiyah.

Pada malam kedua Nabi Ibrahim bermimpi seperti malam sebelumnya. Di pagi hari Nabi Ibrahim tahu (bahasa Arabnya ‘Arofa) bahwa mimpi itu dari Allah. Maka hari itu disebut Hari Arafah. Pada malam ketiga Nabi Ibrahim bermimpi lagi lalu beliau bertekad akan menyembelih putranya pada hari Qurban [10 Dzulhijjah]” (Al-Qurthubi 5/102)

Kesimpulan, berpuasa 9 Dzulhijjah tidak harus bertepatan dengan hari Wukuf di Arafah. Sebab 9 Dzulhijjah juga disebut sebagai nama Arafah sejak masa Nabi Ibrahim. Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sudah melakukan puasa 9 Dzulhijjah jauh sebelum dilaksanakan Wukuf di Arafah.

BINCANG SYARIAH

Adab Ziarah ke Makam Rasulullah di Madinah

Saat melaksanakan ibadah haji, jamaah pasti akan mengunjungi Kota Madinah. Setelah tinggal selama 8-9 hari di Madinah, baru jamaah haji menuju Makkah. Saat berkunjung ke Madinah, satu tempat yang paling penting di kunjungi adalah Masjid Nabawi di mana terdapat makam Rasulullah SAW.

Namun, saat akan ziarah ke Kota Madinah, ada beberapa adab yang perlu diketahui jamaah. Di antaranya, hendaknya memperbanyak shalawat.

Seperti dijelaskan dalam buku Haji: Rahasia dan Keutamaannya terjemahan dari kitab Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali menjelaskan saat ingin berziarah ke Madinah, hendaklah dalam perjalanannya memperbanyak shalawat kepada Rasulullah SAW. Apabila pandangan matanya melihat dinding dan pepohonan di Madinah, hendaklah dia membaca doa,

اللَّهُمَّ هَذَا حَرَامُ رَسُولِكَ وَاجْعَلْهُ وِقَايَةً مِنَ النَّارِ َوأَمَنَةً مِنَ الْعَذَابِ وَسُوءَ الحِسَابِ

Allahumma haadzaa haraamu rasuulila waj’alhu waqaayatan minan naari wa amanatan minal ‘adzaabi wa suu’al hisaabi.

Artinya: “Ya Allah, Tuhanku, inilah Tanah Suci Rasul-Mu Muhammad SAW, maka jadikanlah dia (Rasul) penyelamat bagiku dari neraka dan penyelamat dari azab dan hisab yang jelek.”

Selain itu, menurut al-Ghazali, saat memasuki Mandinah hendaklah umat Islam merendahkan diri (tawadhu) seraya mengagungkan Madinah dan membaca doa berikut:

  بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

Artinya: “Dengan nama Allah dan atas nama agama Rasulullah SAW, ya Tuhanku, masukkanlah aku pada tempat masuk yang benar dan keluarkanlah aku pada tempat keluar yang benar dan turunkanlah kepadaku pertolongan dari-Mu.”

Setelah itu, jamaah hendaknya masuk ke dalam masjid dan mengerjakan sholat dua rakaat, lalu datang ke makam Rasulullah SAW dan berhenti di sisi muka atau kepala Rasulullah SAW antara makam dan tiang, serta menghadap kiblat.

Kemudian, hendaklah jamaah mengagungkan dan memuji-muji Allah SWT serta memperbanyak shalawat kepada Nabi SAW sebagaimana seharusnya. Lalu, jamaah datang ke ar-Raudhah, yaitu suatu tempat di antara mimbar dan makam Nabi SAW di dalam Masjid Madinah. Kemudian, di sana mengerjakan sholat dua rakaat dan berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, “Tempat yang berada di antara makamku dan mimbarku adalah salah satu taman (Raudhah) surgawi, dan mimbarku berada di atas telagaku.”

Selanjutnya, jamaah disunnahkan datang ke Bukit Uhud pada Kamis, lalu berziarah kepada para syuhada di pekuburan Baqi’. Kemudian, disunnahkan pula datang ke Masjid Quba’ setiap Sabtu dan melaksanakan sholat di dalamnya.

Kemudian, setelah semuanya dijalankan dan akan keluar dari Madinah, maka seharusnya jamaah mendatangi lagi makam Rasulullah SAW dan mengulangi doa ziarah kepada-Nya seperti yang telah Imam Ghazali jelaskan sebelumnya.

IHRAM

Cara Mencegah Penyakit Kulit pada Jamaah Haji

Suhu panas dan kelembaban yang rendah selain menyebabkan dehidrasi, juga membuat kulit kering dan pecah-pecah. Kondisi kulit kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

Dokter spesialis dermatologi dan venereologi KKHI Makkah, Milany Harirahmawati mengatakan, penyakit kulit yang sering terjadi pada jamaah haji di antaranya xerosis kutis, dermatitis atopik, dan selulitis. Penyakit kulit ini, kata dia dapat dicegah dengan senantiasa menjaga kesehatan kulit antara lain dengan menjaga kelembabannya.

Milany menjelaskan xerosis kutis ciri-cirinya kulit teraba kasar, kering, terlihat bersisik dan pecah-pecah. Jika jamaah mengalami gejala ini maka segera perhatikan kembali intake cairan, mengoleskan pelembab dan selalu menggunakan alat pelindung diri dari paparan sinar matahari langsung.

“Jamaah disarankan senantiasa memperhatikan tiga hal ini untuk menjaga kesehatan kulitnya selama di tanah suci,” kata Milany Harirahmawati seperti dilaporkan Republika,  Jumat (1/7/2022).

Sementara itu dermatitis atopik, kata Milany adalah kelainan kulit yang didasari oleh adanya riwayat atopi atau alergi. Jika jamaah mengalami kasus seperti ini maka yang harus dilakukan adalah, selain menggunakan pelembab, diberikan juga zat yang bersifat anti inflamasi.

“Anti inflamasi ini untuk mengurangi rasa gatal akibat pelepasan histamin dari dalam tubuh yang mengalami alergi,” katanya.

Milany menyarankan, jamaah haji tidak membiarkan kulitnya kering, agar tidak terjadi luka pada kulit yang berakibat timbulnya selulitis. Selulitis merupakan peradangan jaring sub kutis akibat infeksi bakteri.

“Untuk itu jamaah haji terutama yang memiliki risiko tinggi terhadap terjadi penyakit kulit seperti penderita diabetes dan gangguan imunitas lainnya, dia harus lebih peduli dengan kesehatan kulitnya. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati,” katanya.

Penderita diabetes sering kali mengalami kondisi diabetic foot. Di mana aliran darah perifer di sekitar kaki tidak lancar, sehingga kulit kaki menjadi sensitif dan tampak kehitaman. 

IHRAM

Saudi Tangkap 15 Orang yang Menawarkan Layanan Haji Palsu

Pihak berwenang Arab Saudi menangkap 15 orang dalam dua operasi terpisah karena menawarkan layanan palsu yang berkaitan dengan ibadah haji.

Polisi Makkah menangkap tujuh pemukim asal beberapa negara berbeda karena menawarkan layanan palsu lewat media sosial atas suruhan orang lain, lapor Saudi Press Agency Kamis (30/6/2022).

Iklan online ilegal itu juga menawarkan transportasi menuju tempat-tempat suci dan penginapan, serta memesankan dan membagikan qurban untuk jamaah haji.

Dalam operasi terpisah, polisi di Riyadh menahan tujuh orang pemukim karen menawarkan layanan palsu transportasi ke Makkah. Seorang pemukim lain juga ditangkap karena mengelola website di Riyadh yang mempromosikan layanan haji palsu.

Mereka ditahan dan akan diajukan ke pengadilan.

Kementerian Haji dan Umrah sebelumnya memperingatkan publik agar berhati-hati terhadap website yang mencurigakan dan pesan di media sosial yang menawarkan layanan berkaitan dengan haji. Kementerian menegaskan bahwa layanan haji untuk orang-orang di Saudi hanya bisa dipesan lewat website resminya.*

HIDAYATULLAH

Jaga Kebersihan Dapur Katering Jamaah Haji

Kebersihan dapur katering jamaah haji harus dijaga.

Anggota Komisi 8 DPR Abdul Wachid meminta agar higienitas dapur bisa terjaga selama proses produksi makanan dilakukan bagi jamaah Indonesia selama musim haji di Tanah Suci.

Sejauh ini, Ketua Tim 2 Rombongan DPR RI ini mengungkapkan, penyediaan bahan baku cukup baik karena sudah tersimpan di ruangan pendingin yang memadai sehingga kualitas sekaligus kebersihan makanan bisa terjaga. 

“Saya nitip pesan terutama kepada ownernya jagalah kebersihan dapur. Untuk higienitasnya dijaga karena ini tamu Allah yang harus kita muliakan,”ujar dia saat meninjau dapur katering Al Mutamayyizun di Makkah, Arab Saudi, Selasa (28/6/2022). 

Anggota Fraksi Partai Gerindra tersebut mengungkapkan, katering sudah berhasil menyediakan menu nusantara karena chefnya pun orang Indonesia. Dia pun mengungkapkan, katering agar memperhatikan selera jamaah yang berbeda-beda karena asalnya pun beragam. Jamaah dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat atau Sumatra pasti memiliki cita rasa berbeda terhadap makanan. 

Sementara itu,  Abdul Wachid mengungkapkan, masih ada jamaah yang mengungkapkan rasa makanan belum sepenuhnya rasa Indonesia. Ada juga beberapa katering yang cukup terlambat. Laporan lainnya, ujar dia, ukuran ikan yang kecil. 

“Tapi itu langsung saya sampaikan kepada petugas langsung ditindaklanjuti dan ada perubahan. Kateringnya juga ditegur ini bagus sekali sehingga kita melayani jamaah dengan baik,”ujar dia. 

Terkait akomodasi, dia menjelaskan, jamaah puas dengan fasilitas pemondokan yang diberikan. Dia menjelaskan, satu kamar memang diisi empat hingga lima orang. Kamar mandi yang disediakan juga cukup besar. Untuk transportasi, dia mengungkapkan, Bus Shalawat selalu mengakomodasi kebutuhan jamaah yang ingin beribadah ke Masjidil Haram. 

Abdul Wachid juga berpesan kepada jamaah agar menjaga kesehatan menjelang persiapan puncak haji. “Sekaligus kami apresiasi kepada petugas yang hari ini sudah melaksanakan tugas dengan cukup baik,”ujar dia. 

IHRAM

Cara Melaksanakan Badal Haji

Berikut ini cara melaksanakan badal haji?. Secara sederhana, badal haji adalah ibadah haji yang melakukannya adalah seseorang sebagai pengganti dari orang lain yang tidak mampu melaksanakannya.

Menurut para ulama, badal haji hukumnya adalah boleh dan sah.  Kebolehan itu dengan catatan apabila orang yang dibadalkan memiliki uzur sehingga tidak bisa berhaji sendiri. Baik karena sakit parah, sudah tua renta atau karena sudah wafat. Apa dalil badal haji? Bagaimana cara melaksanakan badal haji?

Dalil yang menjadi dasar oleh para ulama mengenai kebolehan dan keabsahan badal haji adalah hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim berikut;

كَانَ اَلْفَضْلُ بْنُ عَبَّاسٍ رَدِيفَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم. فَجَاءَتِ اِمْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ، فَجَعَلَ اَلْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ، وَجَعَلَ اَلنَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْرِفُ وَجْهَ اَلْفَضْلِ إِلَى الشِّقِّ اَلْآخَرِ. فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ، إِنَّ فَرِيضَةَ اَللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ فِي اَلْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا، لَا يَثْبُتُ عَلَى اَلرَّاحِلَةِ، أَفَأَحُجُّ عَنْهُ؟ قَالَ: نَعَمْ. وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ اَلْوَدَاعِ

Al-Fadhl bin Abbas menjadi pengawal Rasulullah Saw. Lalu datang perempuan dari Khats’am (salah satu kabilah dari Yaman). Sontak Al-Fadlu memandang perempuan itu dan perempuan itu pun memandangnya. Seketika itu pula Nabi Saw memalingkan wajah Al-Fadhl ke sisi lain (agar tidak melihatnya).

Lalu perempuan itu berkata; Wahai Rasulullah, sungguh kewajiban haji dari Allah kepada hamba-hambanya telah menjadi kewajiban bagi ayahku saat ia tua renta dan tidak mampu berkendara. Apakah aku boleh berhaji sebagai ganti darinya? Rasulullah Saw menjawab; Ya. Peristiwa itu terjadi dalam haji wada’.

Cara Melaksanakan Badal Haji

Adapun mengenai tata cara melaksanakan badal haji dan ketentuannya, maka semuanya sama dengan tata cara dan ketentuan haji pada umumnya.  Mulai dari rukun, syarat dan lainnya. Bedanya hanya terletak pada niat saja.

Di dalam niat badal haji, orang yang menjadi badal harus berniat haji dan ihram untuk orang yang dibadalkan, tidak boleh berniat haji dan ihram untuk dirinya sendiri.

Ini sebagaimana Syaikh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin menyebutkannya dalam kitab Busyral Karim berikut;

وإن حج أو اعتمر عن غيره قال نويت الحج أو العمرة عن فلان وأحرمت به لله تعالى ولو أخر لفظ عن فلان عن وأحرمت به لم يضر على المعتمد إن كان عازما عند نويت الحج مثلا أن يأتي به وإلا وقع للحاج نفسه

Jika seseorang melaksanakan ibadah haji atau umrah untuk membadalkan orang lain, maka ia mengatakan; Nawaitul hajja awil ‘umrata ‘an fulaan wa ahramtu bihii lillaahi ta’aalaa. Tetapi jika ia meletakkan kata ‘an fulaan’ setelah kata ‘wa ahramtu bihii’, maka tidak masalah menurut pandangan muktamad.

Akan tetapi dengan catatan ia merencanakan pelafalannya di akhir. Tetapi jika tidak bermaksud melafalkannya, maka ibadah haji atau umrah yang dia lakukan jatuh untuk dirinya (bukan untuk orang yang dibadalkan).

BINCANG SYARIAH

Calhaj Termuda dari Padang Panjang Berangkat Haji Gantikan Ayah

Jamaah calon haji (JCH) termuda dari Kota Padang Panjang adalah Raihan Aufa Fakhri yang masih berusia 28 tahun. Raihan berangkat menunaikan ibadah rukun Islam ke lima ini untuk menggantikan ayahnya Maidi Erianto. Maidi meninggal dunia pada Oktober 2020 lalu. Sehingga slot haji miliknya bisa diserahkan kepada anak.

“Semangat ayah menjadi motivasi bagi saya menyempurnakan rukun Islam yang kelima. Semoga amalan ini akan mengalir pada ayah,” kata Raihan, Senin (27/6).

Sulung dari tiga bersaudara ini, berasal dari Kelurahan Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat. Saat ini bekerja di salah satu BUMN.

Raihan bersama JCH Kota Padang Panjang lainnya, dilepas secara resmi oleh Wali Kota, Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano, Senin (27/6) di Balai Kota.

Keberangkatan tahun ini merupakan jadwal yang tertunda lantaran pandemi Covid-19. “Doakan kami semoga jadi haji yang mabrur,” ujar Raihan.

Tahun ini ada 37 orang Jemaah Calon Haji (JCH) Kota Padang Panjang. Jamaah calon haji dari Padang Panjang akan bergabung ke dalam kelompok terbang (kloter) VIII. Mereka akan bergabung dengan beberapa jamaah cadangan dari berbagai kabupaten dan kota di Sumbar.

Jamaah kloter VIII ini akan diterbagkan ke Arab Saudi melalui Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

IHRAM

Doa Melihat Kabah yang Selalu Membuat Haru Jamaah Haji atau Umroh

Melihat Kabah menyisakan keharuan tersendiri bagi jamaah haji atau umroh

Ketika pertama kali melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Makkah, umat Islam pasti akan merasakan kebahagiaan. Bagi mereka, melihat Kabah adalah seolah-olah mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan.

Setelah memasuki Masjidil Haram, para jamaah akan bisa melihat Kabah berselimut kiswah hitam yang berdiri kokoh di antara arus jamaah yang sedang tawaf. Setelah melihat kiblat umat Islam itu, para jamaah pun membaca doa berikut:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ Allahumma antas salam, wa minka salam, wa hayyina rabbana bis salam

Artinya, “Ya Allah, Engkau adalah keselamatan. Dari-Mu keselamatan berasal. Wahai Tuhan kami, berikan kehormatan pada kami melalui keselamatan.”

Jamaah haji yang merasakan takjub biasanya akan terus mengulang doa-doa itu, tak memalingkan sedikit pun pandangannya ke rumah Allah SWT.

Ada beberapa versi dari doa saat melihat Ka’bah. Dikutip dari buku Kumpulan Do’a Sehari-Hari terbitan Kementerian Agama (Kemenag), berikut doa yang juga bisa dibaca umat Islam saat melihat Ka’bah.

اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً، وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وَبِرًّا 

Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan wibawa pada Bait (Ka’bah) ini. Dan tambahkan pula pada orang-orang yang memuliakan, mengagungkan dan menghormatinya di antara mereka yang berhaji atau yang berumroh dengan kemuliaan, keagugan, kehormatan dan kebaikan.”

Jika kita memuliakan, mengagungkan dan menghormati Ka’bah tatkala melaksanakan ibadah haji, maka kita tentu akan termasuk dalam orang-orang yang di doakan oleh siapapun yang membaca doa tersebut. Kita didoakan  orang dari berbagai penjuru dunia, dari masa lalu hingga masa depan. 

KHAZANAH REPUBLIKA