Agar Berkomunikasi Lebih Hemat

Berkomunikasi dengan kerabat di Tanah Air saat berada di Tanah Suci sudah bisa dilakukan dengan mudah. Ada yang memakai fasilitas sambungan internet (e-mail, chatting, Facebook, atau video call). Ada pula yang menggunakan piranti telepon genggam. Berkat teknologi, semua menjadi mudah.

Komunikasi seperlunya

Pertama, lakukanlah komunikasi seperlunya. Jamaah hendaknya menahan diri untuk menelepon jika hanya untuk bersenda gurau atau hal-hal tidak penting lainnya. Tak jarang jamaah harus keluar uang banyak lantaran tak bisa menahan kebiasaan ngobrol ngalor-ngidul bersama teman atau kerabat.

Batasi tema pembicaraan

Untuk tips kedua, masih soal berkomunikasi. Jamaah hendaknya membatasi tema pembicaraan. Jamaah tidak perlu berbicara panjang lebar tentang kabar yang ingin disampaikan atau didengar.

Pilih waktu

Berikutnya, pilihlah waktu yang tepat agar tidak mengganggu kegiatan ibadah selama di Tanah Suci. Ingat, hal utama dari berhaji, yakni beribadah. Memaksimalkan waktu untuk beribadah tentu lebih baik daripada membuang waktu untuk mengobrol di telepon. Intinya, berkomunikasilah seperlunya.

Ganti nomor

Keempat, jamaah yang membawa telepon genggam lebih baik segera mengganti nomor seluler Arab sesampainya di Tanah Suci. Mengganti nomor lebih murah daripada tetap menggunakan nomor seluler dari Tanah Air. Setelah melakukan pergantian nomor, segeralah memberitahukan nomor terbaru kepada sanak saudara di Tanah Air. Kalau tidak terlalu mendesak, komunikasi hendaknya dilakukan melalui layanan pesan singkat (SMS) lantaran tarifnya lebih murah.

 

sumber: Republika Online

Mengenal Ragam Pintu Masjidil Haram Agar tak Tersesat

Kemegahan Masjidil Haram, Mekkah, menyambut para tamu Allah. Lantai marmer mewah, tiang-tiang besar, pendingin udara di setiap sudut, serta papan informasi yang cukup terang mengantar jemaah menuju kakbah yang terletak persis di tengah-tengah.

Untuk bisa bertawaf dan bermunajat di Masjidil Haram, jemaaah terlebih dahulu mesti melewati beragam pintu. Pintu-pintu yang berjumlah banyak dan hampir serupa ini kerap memecah konsentrasi para calon haji, terutama yang berasal dari Indonesia lantaran bercampur dengan jutaan Muslim lainnya yang datang dari segala penjuru dunia. Jika tak bisa mengingatnya dengan baik dari pintumana ia masuk, maka seseorang bisa tercerai dari rombongannya dan bahkan tersesat.

Sebelum dilakukan pemugaran, keseluruhan pintu masuk Masjidil Haram berjumlah 120 buah. Masing-masing pintu memiliki nama. Yang masyhur dan cukup mudah diingat di antaranya adalah Bab (pintu) Shafa, Ali, Alfath, Marwah, Umrah, dan Abu Bakar Shidiq. Penamaan pintu ini sebenarnya ditujukanagar mudah dihafal jemaah. Namun masjid dengan luas lebih dari 388.375 meter ini tampaknya tetap menyulitkan jemaah haji dalam memetakan arah dan mengenali pintu sebagai patokan.


Denah pintu Masjidil Haram

Beruntung dalam musim haji tahun ini sebagian besar pemugaran tuntas dilakukan. Termasuk pintu-pintu di Masjidil Haram. Perbedaan keberadaan pintu sebelum dan sesudah pemugaran ini cukup mencolok. Salah satu pekerja renovasi asal Indonesia, Herman, mengatakan meski pintu yang dibangun bertambah banyak namun pengelompokkan namanya semakin sederhana dan mudah diingat.

Herman delapan tahun bekerja di Arab Saudi. Dia bertugas sebagai teknisi AC di Masjidil Haram tiga tahun terakhir. Pria asal Purwakarta, Jawa Barat, itu berulangkali menolong dan memberi petunjuk arah pulang jemaah haji asal Indonesia yang tersesat. Agar jemaah tidak tersesat, Herman memberi petunjuk kunci, “Meskipun pintu semakin banyak, semua mengarah ke King Fahd. Yang perlu dipahamipintu masuk utama saja.”

Kelompok pintu masuk utama yang dimaksud Herman berjumlah empat. Perinciannya bisa dipaham mulai dari pintu bernama Bab King Fahad, nama ini mencakup pintu masuk nomor 70 hingga 93. Berikutnya nama King Abdul Aziz, King Abdullah, dan Safa Marwah mencakup pintu-pintu bernomor 20 sampai 25. Kelompok pintu King Fahd, King Abdul Aziz dan King Abdullah akan mengarahkan pada masjid baru hasil pemugaran. Posisinya tepat menghadap Hotel Dar at Tauhid Continental serta Zam-zam Tower.

Sementara kelompok pintu Shafa Marwah akan mengarahkan jemaah yang memilih tinggal yang cukup jauh dari Masjidil Haram. Sebagian jemaah haji Indonesia termasuk yang banyak menggunakan jalur ini. Mereka biasanya menetap di Mafazin, Aziziyah, dan Raudhah. Meski begitu, untuk menujuMasjidil Haram jemaah bisa mengakses kendaraan yang disediakan berupa bus berwarna merah maupun hijau.

 

sumber: MetroTVNews

Menghadapi Nyamuk, Cuaca Terik dan Potensi Gangguan Kesehatan di Armina

Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) menemukan sejumlah hal yang berpotensi mengganggu kesehatan jemaah selama di Arafah, Muzdalifah sampai Mina. Mulai dari cuaca yang sangat terik, nyamuk sampai masalah penyakit lainnya. Bagaimana tips mengantisipasinya?

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono melaporkan, tim yang survei ke Arafah dua hari lalu menemukan setidaknya dua hal yang perlu mendapat penanganan sebelum puncak haji tiba. Pertama, adalah nyamuk di Arafah, lalu toilet di Mina.

“Nyamuk di Arafah banyak banget kemarin, ini perlu diantisipasi. Yang kedua di Mina, itu posisi toilet itu kan lebih tinggi dari posisi tenda harus naik ini juga kami sudah komunikasikan karena jemaah Indonesia banyak yang lansia,” terang Anung saat diwawancarai di kantor Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Selasa (30/8/2016).

Persoalan ini langsung dikomunikasikan pada pihak Kementerian Kesehatan Arab Saudi yang berkunjung ke KKHI. Untuk nyamuk, pihak kesehatan Saudi berjanji akan melakukan fogging setelah semua tenda berdiri di Arafah. Saat ini, memang proses pembangunan tenda masih berjalan.

“Mudah-mudahan ini mengurangi risiko yang tadi terjadi di lapangan, dan saya percaya ini sebenarnya bagian yang biasa dilakukan pemerintah Arab Saudi tapi kita memang perlu mengkomunikasikan hal-hal semacam ini,” urainya. Sementara terkait toilet saat ini masih dicarikan jalan keluarnya.

Hal lain yang menjadi potensi gangguan kesehatan adalah penggunaan eskalator berjalan di terowongan Mina. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, banyak jemaah cedera ketika berdesakan di eskalator berjalan datar tersebut. Karena itu, tim kesehatan akan melakukan pemantauan dan mengimbau jemaah agar berhati-hati saat memakai eskalator, terutama saat akan turun.

“Sebenarnya bukan barang salah, tapi di eskalator biasanya orang kan enggak jalan begitu pindah ke jalur normal kalau kita nggak melangkah yang belakang dorong itu ada potensi jatuh,” paparnya.

Dokter Muchtaruddin Mansur, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes menambahkan, faktor cuaca ekstrem juga akan mempengaruhi kondisi jemaah. Karena itu, dia memilustrasi pemerkosaanberikan sejumlah tips bagi jemaah agar tetap sehat selama proses Arafah Mina (Armina). Berikut imbauannyaa:

 

  1. Selalu jaga hidrasi dengan banyak minum.
  2. Hindari keluar dari tenda selama Arafah saat siang hari. Suhu diprediksi bakal mencapai 50 sampai 52 derajat celcius pada puncak nanti.
  3. Tati jadwal kegiatan-kegiatan ibadah termasuk jadwal melontar.
  4. Gunakan pelindung seperti kacamata anti surya dan alas kaki. Pentingnya alas kaki karena banyak jemaah kakinya melepuh ketika terlepas.
  5. Banyak makan bergizi dan buah.
  6. Cukup istirahat dan kendalikan emosi.

 
sumber: Detikcom

Cuaca Panas Ekstrem, Ini Tips Bagi Jemaah Haji Saat Ibadah Armina

Cuaca di Arab Saudi saat puncak haji pada 10 September 2016 atau bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1437 Hijriah diprediksi bisa mencapai 50 derajat celcius. Para jemaah diimbau untuk selalu menjaga kesehatan agar bisa menjalankan ibadah Arafah Mina (Armina).

Berikut beberapa tips untuk para jemaah haji agar stamina tetap terjadi selama ibadah Armina.

1. Minum yang cukup agar tidak dehidrasi
Cuaca panas ekstrem di Armina bisa membuat jemaah yang kekurangan cairan dehidrasi. Selama perjalanan baik itu dari Makkah menuju Arafah, Mudzalifah ke Mina disarankan untuk membawa botol minuman.

Pastikan membawa botol minuman sesuai kebutuhan, jangan sampai botol malah menjadi beban bagi jemaah. Bila terasa panas yang begitu menyengat, jemaah bisa mengguyur kepala dengan air agar panas di tubuh berkurang dan membuat kepala dingin.

2. Jangan makan sembarang
Jemaah diimbau tidak makan sembarang. Hal ini untuk menghindari sakit perut atau lainnya.

Sakit perut atau mules ingin buang hajat hingga berkali-kali akan membuat jemaah tidak nyaman. Apalagi harus menunggu antrean toilet umum yang cukup panjang karena banyak digunakan juga oleh jemaah yang lain.

 

3. Selalu bersama rombongan
Jemaah harus tetap berada dalam rombongannya. Jangan berjalan sendiri-sendiri agar tidak hilang dan tersasar di tengah lautan manusia. Selain itu selalu taati jadwal dan rute yang telah disepakati bersama.

4. Hindari kegiatan tidak perlu
Malam hari sebelum wukuf, jemaah akan bermalam di tenda. Disarankan para jemaah tidak melakukan kegiatan di luar tenda karena cuaca di luar sangat panas.

5. Bawa obat-obatan pribadi
Bagi jemaah yang punya penyakit khusus jangan lupa bawa obat-obatan pribadi. Selain itu bila perlu konsumsi vitamin agar stamina tetap terjaga.

sumber: Detikcom

Tips Naik Bus Taraddudi

Panitia bidang transportasi PPIH Arab Saudi menyiapkan bus taradudi (shuttle bus) yang akan mengantar jamaah haji Indonesia selama prosesi Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina).

Bus tersebut akan membawa jamaah dari pemondokan di Makkah ke Arafah, dari Arafah ke Muzdalifah dan dari Muzdalifah ke Mina.

Kepala Bidang Transportasi PPIH, Subhan Chalid, mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh jamaah. Pertama, Subhan mengimbau jamaah selalu membawa air minum di setiap tahapan pergerakan.

‘’Karena cuaca sangat panas, dalam setiap perpindahan, jamaah agar tidak lupa membawa minuman. Dari Makkah menuju Arafah, bawa minuman. Dari Arafah ke Mudzalifah bawa minuman. Dan Dari Mudzalifah ke Mina juga membawa minuman. Meski satu botol, itu untuk menghilangkan haus dan panas,” katanya.

Kedua, jamaah diimbau untuk tertib dan menaati jadwal yang sudah disepakati. Hal tersebut guna membantu kelancaran angkutan karena pada saat bersamaa seluruh jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang itu akan menuju tempat yang sama. ’’Kalau berebut, yang terjadi adalah angkutan tidak lancar dan malah tidak sampai ke tujuan,’’ katanya.

Tips terakhir, kata Subhan, jamaah tetap berada di regu dan rombongannya. Jamaah diimbau tidak mengambil inisiatif sendiri. Jamaah bergerak sesuai yang disepakati bersama sesuai dengan regu dan rombongan.

 

sumber: Republika Online

1.092 Taradudi Siap Antar Jamaah Indonesia ke Arafah

Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi, Subhan Chalid, mengatakan pihaknya telah melakukan pertemuan dengan muassasah(perwakilan Arab Saudi dalam urusan pelayanan haji) dan naqabah (perusahaan bus) terkait angkutan transportasi selama prosesi Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Pertemuan menyepakati setiap maktab jamaah haji Indonesia akan disediakan 21 bustaradudi (shuttle) yang akan beroperasi secara bolak balik.

Dilaporkan wartawan Republika.co.id, Didi Purwadi di Makkah, jamaah haji Indonesia berada di 52 maktab dengan masing-masing maktab terdiri atas 3.000an jamaah. Dengan 21 bus taradudi setiap maktab, maka ada 1.092 bus taradudi yang disiapkan untuk mengangkut jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Arafah.

“Angkutan ke Arafah dari Makkah itu setiap maktab akan disediakan 21 unit bus,’’ kata Subhan ditemui di Syisyah, Makkah, Kamis (1/9).

“Sekitar 50 persennya jenis city bus yang dipakai untuk bus salawat dengan kapasitas yang cukup banyak antara 70-80 orang,’’ katanya. ‘’Kemudian yang 50 persen lagi bus-bus antar kota yang kapasitasnya 45-49 orang.’’

Subhan juga mengatakan, layanan bus salawat akan berakhir beroperasi dalam beberapa hari ke depan. Bus yang selama ini setia mengantarkan jamaah hajiIndonesia ke Masjidil Haram ini akan berhenti beroperasi pada 5 Dzulhijah pada pukul 12 siang.

“Nanti sama sekali tidak ada bus salawat, karena memang semua bus ditarik olehnaqobah (perusahaan bus) untuk persiapan angkutan ke Arafah-Mina,’’ katanya.

Jika 1 Dzulhijah jatuh pada tanggal 3 September, maka bus salawat berhenti beroperasi pada 7 September. Bus salawat akan mulai beroperasi lagi pada 14 Dzulhijah. Itu juga waktunya hanya 12 jam.

 

 

sumber: Republika Online

Risiko Memakai Jasa Dorong Mukimin: Mahal, Ditelantarkan dan Berbahaya

Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) menangkap seorang mukimin yang dicurigai gerak-geriknya saat berada di pemondokan jemaah. Pria itu memakai baju ihram, memakai tas jemaah tahun 2016, namun gelang yang dipakai tahun 2012. Saat diperiksa, ada uang jutaan rupiah dan ribuan riyal di tasnya.

Diinterogasi petugas, pria tersebut bersumpah tak melakukan pencurian. Dia mengaku hanya menjadi pendorong bagi jemaah yang membutuhkan kursi roda untuk beribadah ke Masjidil Haram. Uang itu adalah hasilnya bekerja dan tasnya berasal dari teman. Dimintai identitas, pria tadi tak punya surat-surat apa pun di Saudi.

Ini adalah salah satu contoh kasus risiko menggunakan jasa mukimin di Saudi. Jemaah diimbau agar tak menggunakannya karena aktivitas para mukimin di Masjidil Haram sudah diintai petugas keamanan. Mereka juga menerapkan tarif yang mahal, sampai kerap dikeluhkan berbuat jahat pada jemaah.

Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Wagirun Topan Tuwinangun menerangkan, kasus tenaga pendorong kursi roda tidak resmi yang ditangkap di Masjidil Haram masih terus terjadi. Akibatnya, jemaah yang menggunakan jasa mereka menjadi terlantar.

“Kami dari perlindungan jemaah merasa peduli dengan kejadian ini. Karenanya kita adakan patroli rutin di lingkungan-lingkungan pemondokan jemaah supaya tidak minta tenaga pendorong dari mukimin,” kata Wagirun.

Foto: Rachmadin Ismail/detikcom

Menurutnya, menggunakan jasa mukimin untuk mendorong kursi roda saat tawaf atau sai risikonya besar. Apalagi, aparat Saudi di Masjidil Haram terus memperketat pengamanan sehingga potensi pendorong kursi roda tidak resmi ditangkap lebih besar. “Saya yakin pasti ditangkap kalau mukimin. Bahkan pendorong wanita, mereka bisa tahu. Karena intel-nya sangat banyak di Haram. CCTV saja ada 2000 an,” tuturnya.

Jika tertangkap, lanjut Wagirun, jemaah tentu menjadi pihak yang dirugikan karena terlantar. Petugas juga harus menangani setidaknya dua persoalan sekaligus, terlebih jika jemaah baru menjalani umrah wajib. Selain mengamankan jemaah secara fisik, petugas juga harus membantu jemaah menyelesaikan umrah wajibnya.

Wagirun mengaku pihaknya akan memperketat pengawasan agar kasus jemaah terlantar karena pendorong kursinya tertangkap aparat Masjidil Haram, tidak terulang. Rencana pengamanan sudah dibuat sejak dari pemondokan, jalanan, dan Masjidil Haram.

“Di pemondokan sudah kita gelar semua. Sekarang sistemnya terpadu, jadi semua petugas merupakan unsur linjam. Kita harapkan seperti itu, makanya di hotel sudah ada yang nempel di situ,” kataya.

“Secara khusus, linjam memperkuat sektor dengan patroli 24 jam, tErutama waktu malam, ketika teman-teman yang nempel di hotel mundur, kita yang aktif melakukan patroli,” tambahnya.

Jemaah juga diminta untuk mewaspadai modus yang digunakan pada pendorong kursi roda tidak resmi. Misalnya, agar tidak diketahui petugas, pelaku sengaja menggunakan kain ihram serta aksesoris gelang dan tas jamaah. Wagimun mengimbau jemaah menggunakan tenaga pendorong resmi yang sudah disiapkan pemerintah Saudi. Selain aman, biayanya juga jauh lebih murah.

Tarif yang biasa dikenakan para mukimin pada jemaah untuk tawaf dan sai berkisar di angka 500-600 riyal. Padahal memakai jasa pendorong resmi hanya 200 riyal untuk dua aktivitas ibadah tersebut.

sumber: Detikcom

Ini 3 Potensi Kerawanan Selama Puncak Haji di Armina

Tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengidentifikasi tiga potensi kerawanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) seusai melakukan survei lokasi.

“Kami mengunjungi Armina untuk melakukan survei dan melihat beberapa hal yang perlu dikonfirmasi dengan pemerintah Arab Saudi,” ungkap Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Selasa.

Ketiga potensi kerawanan tersebut adalah pertama nyamuk yang banyak terdapat di Padang Arafah. “Kami sudah sampaikan dan pemerintah Arab Saudi berjanji akan melakukan fogging (pengasapan)” katanya.

Mengingat penyebaran virus zika maka tim kesehatan juga mewaspadai penyebaran virus tersebut mengingat prosesi haji melibatkan jamaah dari seluruh dunia.

Kedua adalah posisi toilet di Mina yang terletak lebih tinggi dari tenda jamaah sehingga akan menyulitkan jamaah Indonesia yang sebagian besar berusia lanjut.

Ketiga, kata dia, adalah penggunaan escalator atau tangga berjalan di Terowongan Muaishim yang menuju Jamarat atau lokasi melontar jumrah. “Itu perlu diwaspadai karena ada jamaah kita yang kemarin patah tulang gara-gara escalator,” katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Muchtaruddin Mansyur menjelaskan tim kesehatan siap untuk memberikan layanan optimal di Armina dengan menurunkan tim promosi dan prevensi serta tim gerak cepat selain petugas kesehatan yang berada di pos kesehatan.

Masing-masing tim beranggotakan 40 tenaga kesehatan dan enam tenaga pendukung. “Kita tidak hanya memberikan layanan kesehatan tapi juga penyuluhan agar jamaah memahami tahapan-tahapan ibadah dan segala faktor resikonya,” katanya.

Menurut dia, tim promosi dan prevensi telah melakukan tugasnya jauh sebelum puncak ibadah haji di Armina. Tim ini bertanggung jawab menyampaikan potensi kerawanan baik suhu, lingkungan maupun kesehatan.

 

 

sumber: Republika Online

Demi Keamanan, Saudi Wajibkan Semua Jamaah Haji Kenakan Gelang Elektronik

Pemerintah Arab Saudi mewajibkan jamaah haji dari seluruh dunia pada musim haji 1437H untuk mengenakan gelang identitas elektronik yang dikeluarkan pemerintah untuk alasan keamanan.

Gelang elektronik berwarna putih tersebut baru diperkenalkan tahun ini setelah terjadinya insiden berdesak-desakan dalam prosesi lempar jumroh tahun lalu yang mencatat korban ratusan jamaah dari berbagai negara.

Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat di Mekkah, Sabtu (27/8), menjelaskan bahwa gelang tersebut memiliki sejumlah keistimewaan antara lain dapat mempercepat identifikasi jamaah haji, identitas jamaah dapat dibaca dan diakses pihak berwenang secara elektronik, serta meningkatkan kinerja pelayanan.

Gelang itu juga untuk “penerapan keterbukaan dan transparansi informasi,” katanya.

Sementara itu laporan sejumlah media menyebutkan bahwa gelang itu akan berisi informasi pribadi dan kesehatan jamaah yang dapat mempercepat pelayanan terhadap jamaah.

Gelang yang anti air itu juga disebutkan terhubung dengan GPS sehingga mempermudah pelacakan jamaah tersesat.

Saat penyambutan jamaah yang datang dari Jeddah di Mekkah, gelang tersebut dibagikan oleh petugas maktab (pemondokan). Di gelang tersebut tercantum nama, nomor paspor dan maktab jamaah.

Jauh sebelum pemberlakuan gelang elektronik dari pemerintah Arab Saudi, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan gelang khusus bagi jamaah haji Indonesia. Gelang yang terbuat dari logam itu berisi nama, nomor paspor, embarkasi, asal negara serta simbol Merah Putih serta Garuda Pancasila.

Selain gelang identitas, jamaah haji Indonesia juga diberikan gelang rekam kesehatan jamaah risiko tinggi. Gelang warna merah dipakai oleh jamaah risiko tinggi yang memang punya penyakit serius dan segera ditangani. Gelang berwarna kuning dipakai oleh jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai riwayat penyakit gampang jatuh dan gelang warna hijau digunakan untuk jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai penyakit ringan.

Sementara itu data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) hingga Sabtu (27/8) pukul 08.00 waktu Arab Saudi menunjukkan bahwa 424 jamaah menjalani rawat inap di Madinah dan Mekkah. Sekitar 720 jamaah dirujuk di bandara, Mekkah dan Madinah dalam 19 hari terakhir.

 

 

 

sumber:Akttual.com

Tips Siasati Cuaca Panas di Armina

Suhu udara di Makkah, Arab Saudi, terus merangkak naik hingga 43 derajat celcius pada Sabtu (27/8). Jamaah haji Indonesia diminta untuk pandai-pandai menyiasati situasi tersebut terutama saat menjalani prosesi Armina yang kurang lebih tinggal dua pekan lagi.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh jamaah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Jamaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8).

Pertama, saat berada di padang pasir Arafah, jamaah diharapkan membatasi pergerakan terutama pada siang hari. “Jamaah di Arafah diharapkan tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jamaah jangan melaksanakan kegiatan di siang hari,” pesan Jaetul Muchlis.

Menurut Jaetul, petugas akan ditempatkan melekat dengan jamaah di setiap Maktab. Hal tersebut untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.Kedua, tips saat jamaah berada di Muzdalifah untuk mengambil batu kerikil untuk lempar jumrah. Jaetul mengatakan pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen di sekitar toilet.

“Untuk mengurangi pergerakan jamaah, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet,” kata dia.  Jadi, jamaah terkonsentrasi pada satu titik untuk bisa melakukan dua hal sekaligus yakni kebutuhan toilet dan mencari batu kerikil.

Tips ketiga, saat berada di Mina, jamaah diharapkan memperhatikan jadwal keberangkatan. Ini terutama jamaah yang menempati tenda di Mina Jadid. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid tersebut diminta untuk tidak bergerak ke Jamarat sebelum pukul 12 siang. Sebab, kata Jaetul, saat itu sedang berlangsung pergerakan jamaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui  jalur taraddudi (shuttle bus).

“Mina Jadid menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika sebelum jam 12 jamaah ikut geser dari Mina Jadid,” katanya.  Pergerakan jamaah dari Mina Jadid pun dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan bus taraddudi sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.