Tata Cara Pelaksanaan Wukuf di Arafah

Berikut tata cara pelaksanaan wukuf di Arafah. Pasalnya, melaksanakan wukuf di Arafah menjadi salah satu dari bagian rukun ibadah haji yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang pergi berhaji. 

Pelaksanaan wukuf sendiri menjadi sentral utama dalam rangkaian pelaksanaan ibadah haji, karena menjadi satu-satunya rukun haji yang “muaqqat”, memiliki waktu khusus dan sekaligus pembeda antara haji dan umrah. Oleh karenanya, barangsiapa yang menemukan wukuf maka ia telah menemukan haji.

Sebagaimana Abi Ishak al-Syirazi menjelaskan dalam kitabnya al-Muhadzab Juz II hal 774 berikut:

ثم يروح إلى عرفة ويقف, والوقوف ركن من أركن الحج, لما روى عبد الرحمن الديلي أن رسول الله صم قال: “الحج عرفات, فمن أدرك عرفة قبل أن يطلع الفجر فقد أدرك الحج”

Kemudian ia pergi menuju daerah Arafah dan melaksanakan wukuf. Wukuf sendiri merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun ibadah haji. Karena hadits riwayat Abdurrahman ad-Dily bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Haji adalah Arafah, barangsiapa menemukan Arafah sebelum fajar (tanggal 10 Dzulhijjah) maka ia telah menemukan haji”.

Tata Cara Pelaksanaan Wukuf di Arafah

Lalu bagaimanakah tata cara pelaksanaan wukuf di Arafah?

Dalam pelaksanaan wukuf atau berdiam diri di Arafah sendiri, seorang muslim yang melaksanakan ibadah haji disyaratkan untuk hadir (meski sejenak) di daerah Arafah setelah tergelincirnya matahari pada tanggal 09 Dzulhijjah. 

Dengan syarat ia adalah orang yang tergolong ahli dalam pelaksanaan ibadah, dan tidak termasuk orang yang sedang tidak sadarkan diri (berakal) karena epilepsi (ayan), mabuk atau lainnya. Batas pelaksanaan wukuf sendiri ialah terbitnya fajar hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah.  

Hal tersebut sebagaimana Muhammad bin Qasim al-Ghazi dalam kitabnya “Fath al-Qarib” hal 145 berkata demikian:

    والثاتي الوقوف بعرفة والمراد: حضور المحرم بالحج لحظة بعد زوال الشمس يوم عرفة وهو اليوم التاسع من ذي الحجة, بشرط كون الواقف أهلا للعبادة لا مغمى عليه ويستمر وقت الوقوف إلى فجر يوم النحر, وهو العاشر من ذي الحجة.

Yang kedua (dari rukun haji) ialah wukuf di Arafah. Yang dimaksud di sini ialah hadirnya seorang yang melaksanakan ihram haji meski sejenak setelah tergelincirnya matahari pada hari Arafah.

Yaitu hari tanggal 09 Dzulhijjah dengan syarat wakif tersebut (orang yang melaksanakan wukuf) ialah orang yang ahli ibadah tidak dalam keadaan kehilangan kesadaran. Waktu wukuf tersebut berlangsung sampai pada terbitnya fajar hari raya yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah”.

Dalam praktiknya, ulama berbeda pendapat terkait perintah pelaksanaan wukuf tersebut. Ulama Syafi’iyah berpendapat sejatinya pelaksanaan wukuf hanya mensyaratkan untuk hadir di daerah Arafah pada waktu yang ditentukan.

Meski ia tidak sadar bahwa daerah tersebut ialah Arafah. Hal tersebut sebagaimana juga dijelaskan oleh Imam Al-Bajuri dalam kitabnya “Hasyiah al-Bajuri” Juz II hal 493 berikut:

قوله: (والمراد: حضور المحرم…) إلخ, أي: وجوده هناك ولو مارا في طلب أبق أو هاربا أو نحو ذلك وإن لم يعرف كونها عرفة, وليس المراد خصوص الوقوف المعروف, بل مطلق الحضور

Ucapan Mushannif (yang dimaksud ialah hadirnya seorang yang ihram): ialah adanya ia di tempat tersebut (Arafah) meski hanya lewat untuk mencari hamba sahayanya yang kabur atau dalam keadaan lari atau sejenisnya dan meski ia tidak tahu bahwa daerah tersebut ialah Arafah.

Karena yang dimaksud di sini bukanlah kekhususan ibadah wukuf yang maklum diketahui, akan tetapi kemutlakan hadir”. (Baca: Doa Nabi Khidir Ketika Wukuf di Arafah).

Dalam artian pelaksanaan wukuf dalam madzhab Syafii hanya disyaratkan untuk hadir di daerah Arafah pada waktu yang ditentukan dalam keadaan ahli dalam beribadah (berakal), tidak dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Namun, meski demikian dalam pelaksanaan wukuf disunnahkan untuk melakukan kesunnahan-kesunnahan serta membaca doa-doa yang dianjurkan di baca di dalamnya.

Demikian, tata cara pelaksanaan wukuf di Arafah dalam madzhab Syafii. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Tips Mengatasi Luka dan Kelelahan Otot untuk Jamaah Haji

Muslim dari seluruh dunia pergi ke Makkah setiap tahun untuk melakukan haji, salah satu dari Rukun Islam. Setiap Muslim dewasa berbadan sehat yang mampu secara finansial membayar perjalanan harus melakukan haji setidaknya sekali seumur hidup.

Ratusan ribu jamaah sedang mempersiapkan perjalanan haji seumur hidup. Untuk menghindari penyakit dan infeksi selama haji, jamaah haji harus mematuhi berbagai tips dan pedoman kesehatan. Di bawah ini adalah beberapa tips yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan di Arab Saudi untuk jamaah haji sebelum memulai perjalanannya.

Kebersihan diri

1. Saat batuk atau bersin, gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung atau gunakan lengan jika tidak menemukan tisu.

2. Pastikan untuk memakai masker dan tidak bersentuhan dengan siapa pun yang menunjukkan gejala pernapasan.

3. Kenakan pakaian bersih untuk menghindari pengelupasan kulit.

Luka karena panas dan infeksi

Sunstroke atau sengatan panas adalah keadaan darurat medis yang harus ditangani sesegera mungkin dengan cara:

1. Melepas pakaian luar dan mendinginkan tubuh dengan air, terutama area kepala dan leher.

2. Paparan sumber udara, seperti AC atau kipas angin.

3. Memberikan cairan pasien dan pergi ke fasilitas kesehatan terdekat

4. Pindahkan pasien ke tempat yang dingin. Meminta layanan darurat

Stres Otot

Stres otot terjadi sebagai akibat dari kebugaran fisik yang buruk, kelelahan yang berlebihan dan gerakan kekerasan. Metode untuk mengobati kelelahan otot:

1. Kompres area yang terkena untuk menghilangkan rasa sakit

2. Menggunakan kursi roda jika Anda menderita kelelahan otot dan minum obat penghilang rasa sakit

3. Dinginkan area yang terkena untuk menghilangkan rasa sakit

IHRAM

Adab Ziarah ke Makam Rasulullah di Madinah

Saat melaksanakan ibadah haji, jamaah pasti akan mengunjungi Kota Madinah. Setelah tinggal selama 8-9 hari di Madinah, baru jamaah haji menuju Makkah. Saat berkunjung ke Madinah, satu tempat yang paling penting di kunjungi adalah Masjid Nabawi di mana terdapat makam Rasulullah SAW.

Namun, saat akan ziarah ke Kota Madinah, ada beberapa adab yang perlu diketahui jamaah. Di antaranya, hendaknya memperbanyak shalawat.

Seperti dijelaskan dalam buku Haji: Rahasia dan Keutamaannya terjemahan dari kitab Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali menjelaskan saat ingin berziarah ke Madinah, hendaklah dalam perjalanannya memperbanyak shalawat kepada Rasulullah SAW. Apabila pandangan matanya melihat dinding dan pepohonan di Madinah, hendaklah dia membaca doa,

اللَّهُمَّ هَذَا حَرَامُ رَسُولِكَ وَاجْعَلْهُ وِقَايَةً مِنَ النَّارِ َوأَمَنَةً مِنَ الْعَذَابِ وَسُوءَ الحِسَابِ

Allahumma haadzaa haraamu rasuulila waj’alhu waqaayatan minan naari wa amanatan minal ‘adzaabi wa suu’al hisaabi.

Artinya: “Ya Allah, Tuhanku, inilah Tanah Suci Rasul-Mu Muhammad SAW, maka jadikanlah dia (Rasul) penyelamat bagiku dari neraka dan penyelamat dari azab dan hisab yang jelek.”

Selain itu, menurut al-Ghazali, saat memasuki Mandinah hendaklah umat Islam merendahkan diri (tawadhu) seraya mengagungkan Madinah dan membaca doa berikut:

  بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

Artinya: “Dengan nama Allah dan atas nama agama Rasulullah SAW, ya Tuhanku, masukkanlah aku pada tempat masuk yang benar dan keluarkanlah aku pada tempat keluar yang benar dan turunkanlah kepadaku pertolongan dari-Mu.”

Setelah itu, jamaah hendaknya masuk ke dalam masjid dan mengerjakan sholat dua rakaat, lalu datang ke makam Rasulullah SAW dan berhenti di sisi muka atau kepala Rasulullah SAW antara makam dan tiang, serta menghadap kiblat.

Kemudian, hendaklah jamaah mengagungkan dan memuji-muji Allah SWT serta memperbanyak shalawat kepada Nabi SAW sebagaimana seharusnya. Lalu, jamaah datang ke ar-Raudhah, yaitu suatu tempat di antara mimbar dan makam Nabi SAW di dalam Masjid Madinah. Kemudian, di sana mengerjakan sholat dua rakaat dan berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, “Tempat yang berada di antara makamku dan mimbarku adalah salah satu taman (Raudhah) surgawi, dan mimbarku berada di atas telagaku.”

Selanjutnya, jamaah disunnahkan datang ke Bukit Uhud pada Kamis, lalu berziarah kepada para syuhada di pekuburan Baqi’. Kemudian, disunnahkan pula datang ke Masjid Quba’ setiap Sabtu dan melaksanakan sholat di dalamnya.

Kemudian, setelah semuanya dijalankan dan akan keluar dari Madinah, maka seharusnya jamaah mendatangi lagi makam Rasulullah SAW dan mengulangi doa ziarah kepada-Nya seperti yang telah Imam Ghazali jelaskan sebelumnya.

IHRAM

Cara Mencegah Penyakit Kulit pada Jamaah Haji

Suhu panas dan kelembaban yang rendah selain menyebabkan dehidrasi, juga membuat kulit kering dan pecah-pecah. Kondisi kulit kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

Dokter spesialis dermatologi dan venereologi KKHI Makkah, Milany Harirahmawati mengatakan, penyakit kulit yang sering terjadi pada jamaah haji di antaranya xerosis kutis, dermatitis atopik, dan selulitis. Penyakit kulit ini, kata dia dapat dicegah dengan senantiasa menjaga kesehatan kulit antara lain dengan menjaga kelembabannya.

Milany menjelaskan xerosis kutis ciri-cirinya kulit teraba kasar, kering, terlihat bersisik dan pecah-pecah. Jika jamaah mengalami gejala ini maka segera perhatikan kembali intake cairan, mengoleskan pelembab dan selalu menggunakan alat pelindung diri dari paparan sinar matahari langsung.

“Jamaah disarankan senantiasa memperhatikan tiga hal ini untuk menjaga kesehatan kulitnya selama di tanah suci,” kata Milany Harirahmawati seperti dilaporkan Republika,  Jumat (1/7/2022).

Sementara itu dermatitis atopik, kata Milany adalah kelainan kulit yang didasari oleh adanya riwayat atopi atau alergi. Jika jamaah mengalami kasus seperti ini maka yang harus dilakukan adalah, selain menggunakan pelembab, diberikan juga zat yang bersifat anti inflamasi.

“Anti inflamasi ini untuk mengurangi rasa gatal akibat pelepasan histamin dari dalam tubuh yang mengalami alergi,” katanya.

Milany menyarankan, jamaah haji tidak membiarkan kulitnya kering, agar tidak terjadi luka pada kulit yang berakibat timbulnya selulitis. Selulitis merupakan peradangan jaring sub kutis akibat infeksi bakteri.

“Untuk itu jamaah haji terutama yang memiliki risiko tinggi terhadap terjadi penyakit kulit seperti penderita diabetes dan gangguan imunitas lainnya, dia harus lebih peduli dengan kesehatan kulitnya. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati,” katanya.

Penderita diabetes sering kali mengalami kondisi diabetic foot. Di mana aliran darah perifer di sekitar kaki tidak lancar, sehingga kulit kaki menjadi sensitif dan tampak kehitaman. 

IHRAM

Tips Sehat Bagi Jamaah Haji Pengidap Diabetes

Jumlah kunjungan jamaah haji Indonesia di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah sampai hari Selasa (14/6/2022) sebanyak 77 kunjungan. Dari jumlah tersebut kasus terbanyak didominasi oleh penyakit kencing manis atau diabetes melitus dan komplikasi.

Dokter Umar Muhammad spesialis penyakit dalam menyarankan bagi jamaah haji yang menderita penyakit diabetes melitus dan komplikasi, kadar gula harus konsultasi sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Konsultasi gula darah bisa dilakukan di puskesmas setempat atau datang ke dokter spesialis penyakit dalam.

“Sangat penting bagi jamaah untuk mengontrol gula darahnya bagi penderita diabetes,” kata dr Umar Muhammad saat diminta sarannya, tips haji sehat bagi jamaah penderita penyakit dalam, di KKHI Madinah, Selasa (14/6/2022).

Umar menyarankan, bagi jamaah haji yang memiliki penyakit diabetes yang menggunakan obat oral diabetes, maka jamaah bisa konsultasi ke dokternya untuk penyesuaian obat. Apabila belum terkontrol kadar gula maka mintalah agar dokter yang biasa tempat berkonsultasi untuk penyesuaian dosis.

Saran lain, sebelum berangkat ke Tanah Suci, maka jamaah haji ini harus mempersiapkan keperluan obat-obatannya yang harus dibawa. Seperti mempersiapkan alat cek gula sendiri.

“Jadi alat-alat cek gula sendiri ini sebaiknya dibawa sampai proses haji di tanah suci,” katanya.

Apabila dia menggunakan obat insulin maka persiapkanlah alat ini yang bisa dibawa pada proses ibadah haji. Jamaah haji harus bertanya ke dokternya untuk penyesuaian dosis insulin.

“Jamaah perlu mengetahui bahwa di tanah suci suhunya panas, maka perlu diperhatikan cara penyimpanan insulin selama proses haji,” katanya.

Umar mengatakan, selain melakukan konsultasi sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, jamaah juga harus melakukan aktivitas rutin dengan berolahraga. K Kemudian mengatur pola makannya, terutama mengurangi konsumsi gula.

“Kemudian konsumsi cukup air putih supaya selain kadar gula yang terkontrol juga membantu metabolisme tubuh bagi penderita diabetes. Maka penting sekali minum jangan tunggu haus,”katanya.

IHRAM

Jamaah Haji Indonesia Diimbau Antisipasi Cuaca Panas di Tanah Suci

Pada puncak pelaksanaan haji diperkirakan suhu panas mencapai 49 derajat Celcius.

Kepala Sub-direktorat Bina Petugas Haji Kementerian Agama, Suvianto, mengimbau jamaah haji Indonesia mengantisipasi efek cuaca panas di Tanah Suci pada masa pelaksanaan ibadah haji tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi. Dia mengatakan, pada puncak pelaksanaan ibadah haji suhu udara di Tanah Suci diprakirakan mencapai 48 sampai 49 derajat Celsius, karenanya jamaah haji perlu menjaga kondisi tubuh dengan mengatur aktivitas dan memperhatikan konsumsi air minum.

“Perlu diketahui juga puncak ibadah bulan Juli, musim panas, jangan terlalu banyak aktivitas, karena ada puncak ibadah. Jangan banyak aktivitas di luar, banyak air minum,” katanya di Jakarta, Sabtu (21/5/2022).

Selain mengatur aktivitas, ia mengatakan, anggota jamaah haji disarankan menerapkan pola hidup sehat agar tubuh tetap bugar sebelum puncak ibadah haji, wukuf di Arafah. Kementerian Kesehatan mencatat angka kematian jamaah haji Indonesia dalam 10 tahun terakhir tercatat dua orang per mil atau per seribu dan kelelahan termasuk salah satu faktor yang menyebabkan kematian anggota jamaah haji.

Karena itu, anggota jamaah haji diimbau memperhatikan kondisi tubuh selama menunaikan ibadah di Tanah Suci agar tidak sampai kelelahan dan jatuh sakit. Pemerintah Indonesia mendapat kuota memberangkatkan 100.051 orang ke Tanah Suci di Arab Saudi pada musim haji 2022.

Kuota jamaah haji 2022 mencakup 92.825 orang anggota jamaah haji reguler, 7.226 orang anggota jamaah haji khusus, dan 1.901 orang petugas. Jamaah haji dalam kelompok terbang pertama menurut jadwal diberangkatkan ke Kota Madinah di Arab Saudi pada 4 Juni 2022.sumber : Antara

khazanah republika

Tips Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Ekstrem Bagi Jamaah Haji Ketika Berada di Arab Saudi

Cuaca pada operasional haji tahun ini akan terjadi panas ekstrem. Untuk itu masing-masing jamaah harus mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan.

 Anggota tim promosi kesehatan (promkes) PPIH Arab Saudi, Dian Septika Sari menyampaikan, sedikitnya ada delapan hal penting yang harus dilakukan jamaah haji menghadapi cuaca panas. Di antaranya:

Pertama, menjaga asupan makanan dan minuman yang cukup. Minum minimal 2 liter perhari. Menurutnya, terkadang sebagian jamaah terlalu fokus beribadah sehingga melupakan asupan makan dan minum. 

“Padahal tubuh memerlukan energi dari makanan dan cairan yang cukup,” kata Dian saat menyampaikan tips menjaga kesehatan dari cuaca panas, Rabu (18/5/2022)

Kedua, sedapat mungkin hindari paparan sinar matahari ke tubuh secara langsung. Misalnya dengan menggunakan payung atau penutup kepala, serta berusaha untuk tawaf di area dalam masjidil haram yang terlindung dari sinar matahari langsung. 

“Hal ini dapat dilakukan jika benar-benar tidak kuat panas saat tawaf di areal terbuka di sekitar Ka’bah,” katanya.

Ketiga, pada saat melaksanakan Ibadah wukuf di arafah pun sebaiknya tetap tinggal dalam tenda. Jangan berdiam diri di tanah lapang luar tenda tanpa ada keperluan yang mendesak. 

“Begitu pula pada saat perjalanan untuk melempar jumrah. Sebaiknya menggunakan payung untuk terhindar dari paparan sinar matahari langsung,” katanya.

Keempat, pilihlah waktu beribadah di mana suhu yang dirasakan tidak terlalu panas. Misalnya lakukanlah tawaf dan melempar jumrah pada pagi atau sore hari di saat suhu udara yang dirasakan lebih dingin daripada siang hari.

Kelima, sediakan selalu bekal air minum saat sedang beribadah, jangan menunggu sampai HAUS. Sebagian jamaah haji kurang memperhatikan asupan air minumnya. Bisa jadi karena malas untuk ke kamar kecil dan malas untuk berwudhu kembali. 

“Perlu diperhatikan bahwa kondisi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) adalah kondisi yang sangat berbahaya terutama di saat cuaca panas yang ekstrem,” katanya.

Enam, sediakan sprayer atau botol penyemprot air. Jika suhu yang dirasakan sudah sedemikian menyengat, maka kita bisa menyemprotkan air ke bagian tubuh kita terutama bagian kepala, leher, dan bahu untuk menurunkan suhu tubuh kita. 

“Penyemprotan dapat dilakukan sesering mungkin terutama saat bagian tubuh yang basah sudah mengering kembali,” katanya.

Ketujuh, melakukan perlindungan kulit dari kekeringan dan iritasi yang diakibatkan oleh paparan sinar matahari dengan krim pelembab dan perlindungan dari sinar UV. Dan kedelapan jika mengalami tanda dan gejala dehidrasi, segera hubungi petugas kesehatan terdekat.

IHRAM

Tips Bagi Jamah Haji Kala Menghadapi Hujan Turun di Tanah Suci

Hujan di tanah suci memang jarang terjadi. Namun ketika hujan turun bisa menyebabkan banjir. Masjidil Harampun kini dibagian jalan masuk depan kerap tergenang banjir sampai lutut kaki. Ka’bah pada zaman Rasulullah SAW bahkan pernah terendam banjir sampai 4 meter. Ini karena posisi Ka’bah layaknya di tengah dasar mangkuk karena dikelilingi kawasan perbukitan.

Hal itu makin masuk akal sebab kala itu Masjidil Haram belum punya drainase yang baik. Berbeda dengan sekarang yang sudah punya jaringan pembuangan air yang mumpuni. Jadi kalau pun di bagian jalan masuk depan kerap tergenang, sifatnya hanya sebentar saja.

Persoalan drainase di Arab Saudi memang masalah serius. Jalanan tidak dilengkapi tempat menampung air. Saluran air lumayan ada di Madinah. Di beberapa daerah lahan pertanian tampak ada saluran drainase hingga penampungan air.

Akibat adanya hujan turun yang deras — biasanya disertai tipuan angin hingga menyebabkan badai gurun hingga petir yang keras — mau tidak mau membuat jamaah haji waspada. Tipsnya adalah ketika menghadapai hujkan turun saat di tempat terbuka, coba carilah tempat yang lebih tinggi. Hindari terus-terusan berada di dalam bus atau angkutan yang berada di jalan. Ingat kala itu, jalanan akan segera berubah jadi semacam sungai yang beralir deras. Tak hanya bus atau mobil, truk angkutan pun akan bisa dibawa air.

Ketika hujan turun jangan berteduh di dalam terowongan yang memang banyak di Makkah. Maka segeralah ke luar dari terowongan. Segera cari tempat bangunan yang lebih tinggi dan menjauh dari jalanan. Terowongan nanti bisa jadi tempat jalannya penampungan air, atau semacam sungai yang masuk ke dalam bukit. Berbahaya sekali bila tetap berada di terowongan kala sudah menjadi tempat  saluran pembuangan air. Peristiwa banjir bandang di Jeddah beberapa waktu lalu mengajarkan terowongan sama sekali bukan tempat yang tepat untuk berlindung di kala hujan turun.

Sedangkan bila tengah wukuf di Arafah dan melempar jumrah di Mina, ketika hujan turun jamaah harus tetap berada di dalam tenda. Jangan pergi ke luar sebab berbahaya. Bisa kena sambaran petir atau air bah. Tetap tenang di dalam tenda. Ikuti dan taati instruksi petugas haji yang berjaga di tempat itu.

Terkahir, jamaah haji kala hujan turun jangan nekad ‘hujan-hujanan’. Cuaca yang pas dan polusi kerap membuat air hujan berpolusi. Sekali lagi lebih baik di dalam tenda saja.

IHRAM

Kegiatan dan Larangan Jamaah Haji Selama di Pesawat

Selama di dalam pesawat dalam penerbangan Tanah Air (Indonesia) ke Arab Saudi (Jeddah atau Madinah), jamaah haji hendaknya:

a. Mematuhi petunjuk yang disampaikan awak kabin (pramugara/i) atau petugas kloter;

b. Menyimpan tas tentengan di tempat yang telah disediakan di kabin;

c. Menggunakan sabuk pengaman, duduk dengan tenang;

d. Memperbanyak dzikir dan doa serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai    bentuk berserah diri dan tawakkal kepada Allah;

e. Memperhatikan  tata  cara menggunakan WC,   berhati-hati dalam menggunakan air agar tidak tercecer di lantai WC pesawat karena ceceran air bisa    membahayakan keselamatan penerbangan;

f. Melihat petunjuk bila hendak buang air kecil/besar, misalnya duduk di atas kloset, menggunakan tisu yang tersedia untuk menyucikan diri, membasahi tisu dengan air    kran.  Bila masih ragu jangan segan meminta tolong kepada awak kabin atau petugas kloter;
g. Membersihkan kloset dengan menekan tombol yang bertuliskan FLUSH setelah selesai buang air kecil/besar;

h. Menjaga pakaian yang dikenakan tetap bersih dan suci selama buang air kecil/besar;

i. Memperhatikan ceramah pembimbing dan menonton film manasik haji yang dipertun-jukkan selama dalam penerbangan;

j. Menghubungi petugas kesehatan bila jemaah haji sakit.

k. Bersuci dengan cara tayamum

Selama dalam penerbangan, jamaah haji dilarang:

a. Membuat kegaduhan, berjalan hilir mudik kecuali ada keperluan;

b. Merokok dan mengaktifkan handphone;

c. Berwudhu di toilet pesawat.

Sumber: Tuntunan Manasik Haji dan Umrah 2020 Kemenag / Kemenag.go.id

IHRAM

Agar Jamaah Haji tak Mudah Lelah

Direktur Utama Rumah Sakit Haji Jakarta, dr. Syarief Hasan Luthfie (SHL) memberikan tips kepada jamaah haji Indonesia agar tidak mudah lelah saat akan melaksanakan ibadah haji. Menurut dia, agar tidak mudah lelah jamaah haji perlu meningkatkan endurance (daya tahan), bahkan sejak berada di tanah air. 

“Agar jamaah haji tidak mudah lelah ya dengan meningkatkan endurance,” ujar dr. Syarief saat menjadi pembicara dalam acara seminar Temu Ilmiah Nasional II Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (20/7). 

Dia menjelaskan, latihan kontinyu merupakan salah satu jenis latihan endurance. Menurut dia, latihan kontinyu tersebut termasuk jenis latihan aerobik yang menyebabkan perubahan pada otot rangka dan sistem kardiorespirasi.

“Latihan secara kontinyu juga dapat meningkatkan kemampuan mengonsumsi oksigen,” ucapnya.

Untuk meningkatkan endurance, jamaah haji bisa berolarhaga dengan latihan berjalan kaki. Menurut dia, untuk berjalan kaki dengan benar, maka yang pertama kali harus menyentuh tanah adalah tumitnya dan kemudian menapak. Setelah itu, jempol kakinya digunakan untuk mengungkit.

“Frekuensi latihan tergantung tingkat kebugaran seseorang yang dapat ditentukan berdasarkan uji jalan enam menit,” kata dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik ini.

Selain itu, jamaah haji juga bisa menggunakan Sandal Kesehatan Haji dan Umrah yang diciptakan oleh dr. Syarief. Sandal ini didesain khusus untuk mengganjal lengkungan di kaki, sehingga membuat jamaah haji tidak mudah lelah. 

“Menggunakan sandal kesahatan ini agar tidak mudah kenak kecapekan ototnya, sehingga endurance otot dan endurance jantungnya juga bagus,” jelasnya.

Sandal kesehatan ini juga dipamerkan dalam acara Temu Ilmiah Nasional II Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia. Setelah dr. Syarief menyampaikan manfaat sandal kesehatan tersebut, peserta acara itu pun banyak yang segera membelinya ke stan sandal kesehatan. Sandal kesehatan haji tersebut dijual dengan harga Rp 400 ribu.

IHRAM