Tiga Fatwa Syekh Yusuf al-Qaradhawi yang Kontroversial

Syekh Yusuf al-Qaradhawi, tokoh kelahiran Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9 September 1926 ini, ini termasuk salah satu ulama terkemuka abad ke-21. Pendapat-pendapatnya sering menjadi rujukan umat Islam di berbagai belahan dunia.

Melalui karya-karyanya antara lain, Fatawa Mu’ashirah, ia menjawab berbagai pertanyaan masa kini, dengan jawaban-jawaban yang mengagumkan.

Kendati demikian, di usia senjanya 89 tahun, terlepas dari kepakaran dan posisi keilmuannya, menjadi perhatian publik lantaran memicu kontroversi menyikapi berbagai persoalan.

Republika, mencoba menghimpun fatwa-fatwa kontroversial yang pernah dikeluarkan oleh tokoh yang kini menetap di Qatar itu. Berikut rangkumannya:

 

Konsumsi Minuman beralkohol dengan Kadar 0,05 Persen

Fatwa yang keluar pada 2008 ini, sempat membuat heboh publik Timur Tengah. Al-Qaradhawi menjelaskan, kada 0,05 persen dari alkohol tidak menyebabkan haram, karena persentasenya sangat kecil.

Apalagi bila itu muncul karena fermentasi alami, bukan olahan. “Saya berpendapat tak mengapa mengonsumsi minuman itu (yang berakohol dengan kadar 0,05 persen,” katanya.

Ia berargumentasi, salah satu prinsip syariah itu adalah realistis. Hadis yang menyatakan “Segala perkara yang jumlah besarnya memabukkan maka kadar kecilnya pun juga haram”, bila melihat faktanya, kadar 0,05 persen itu tidak akan menyebabkan mabuk, karena itu tak tak jadi soal bila hanya sedikit.

Fatwa tersebut mendapat reaksi keras. Pemimpin Redaksi as-Syarq al-Awsath, Abdul Lathif Al-Mahmud, dalam tajuknya yang terbit pada 10 April 2008 mengkritik pedas pandangan al-Qaradhawi dan menyebut fatwa ini akan menyebabkan gonjang-ganjing di tengah-tengah publik.

“Orang akan seenaknya mengonsumsi minuman berakohol dengan kadar sedikit dengan alasan, batas persentase tidak disebutkan dalam Alquran dan hadis, apalagi seorang ulama sekaliber Anda (al-Qaradhawi maksudnya) memperbolehkannya.”

 

Jihad Melawan Assad dan Tumbangkan Qaddafi

Meski pada 2000-an, al-Qaradhawi pernah memuji Presiden Suriah, Basyar al-Assad, dengan sebutan “pria yang kebijakannya melampaui umurnya.”

Namun, ketika Revolusi Suriah, sikap tersebut berubah. Ia justru menyerukan jihad melawan rezim Assad yang didukung oleh Hizbullah hingga titik darah penghabisan.

Al-Qaradhawi menegaskan, ia tertipu selama ini dengan sepak terjang Assad dan Hizbullah.
”Revolusi Suriah mengungkap fakta dan kebengisan Hizbullah yang telah disetir setan dan tersingkir dari zikir mengingat Allah. Saya akhirnya lebih percaya ulama Arab Saudi soal siapa mereka.”

Tak elak, fatwa ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan. Juru Bicara Hamas, Khalid Misy’al menilai fatwa tersebut mencederai hati warga Suriah. Mestinya, ia meminta pendapat mereka, tentang apa yang terjadi di Suriah.

Khalid pun menggarisbawahi, peran besar Assad untuk Hammas. Bagaimana mungkin Qaradhawi menyerukan jihad melawan Assad yang jelas-jelas memberikan perlindungan kepada Hammas.

Ironi, katanya, tatkala negara-negara Arab lainnya justru memusuhi dan menginstruksikan menutup kantor perwakilannya. “Takutlah Syekh Anda akan Palestina, Suriah adalah satu-satunya negara yang tidak memusuhi kami dan membuka pintu mereka lebar-lebar.”

Sebelumnya, saat Revolusi Libya Qaradhawi bahkan terang-terangan menghalalkan darah Qaddafi. “Siapa yang bisa membunuh Qaddafi, maka lakukanlah agar manusia dan umat terbebas dari kejahatan pria gila itu.”

Pandangan ini bertolak belakang dengan pujian Qaradhawi terhadap Qaddafi, jauh sebelum revolusi meletus. Pada 2003, Qaradhawi memuji almarhum dengan sebutan “pemimpin revolusi dan pemilik analisa yang tajam”.

 

Kredit Rumah dengan Bunga Bank

Pada 2006, al-Qaradhawi pernah membuat heboh publik Maroko. Ini lantaran fatwanya yang memperbolehkan beli rumah melalui kredit bank yang memakai sistem riba. Fatwa tersebut menjawab pertanyaan seorang hadirin di sebuah pertemuan yang berlangsung di Maroko.

Al-Qaradhawi mengatakan, selama belum ada bank yang menyediakan kredit tanpa riba, maka tak mengapa warga Maroko membeli rumah melalui bank dengan sistem riba.

Fatwa yang yang sama ia kutip pula dari Majelis Fatwa Eropa bagi minoritas Muslim yang tinggal di kawasan itu. “Saya rasa fatwa untuk minoritas ini tepat diterapkan di Maroko.”

Fatwa tersebut tak luput pula dari kritikan pedas media. Al-Ittihad al-Istytiraki, harian setempat mengatakan, Qaradhawi tak berhak utuk memberikan fatwa di Maroko, sebab negara itu sudah memiliki lembaga fatwa otoritatif.

 

 

sumber: Republika Online

Calon Jamaah Haji Akan Diseleksi Secara Kesehatan

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan, Muchtaruddin Mansyur mengungkapkan, pemerintah mulai tahun ini akan memberlakukan aturan baru mengenai batas kemampuan fisik calon jamaah haji.

Persyaratan itu, ungkap Muchtaruddin, akan menyeleksi agar mereka yang sampai di Tanah Suci benar-benar teruji dan layak secara kesehatan.

Meskipun calon jamaah haji mampu membiayai perjalanan ibadahnya, kata dia, rencana pergi ke Tanah Suci bisa saja gagal bila syarat kesehatan tidak tercapai. Dia mencontohkan tolak ukur syarat yang dimaksud.

“Sederhananya begini. Kalau seseorang bisa jalan lima kilometer dalam satu jam, tanpa mengalami kelelahan berarti. Kira-kira begitu gambarannya,” ujar Muchtaruddin di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (18/5).

Menurut dia, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat yang akan melakukan ibadah haji tahun ini untuk memperhatikan aspek kesehatan. Sebab, aspek kesehatan sama pentingnya dengan aspek kemampuan ekonomi untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.

Salah satu yang harus diwaspadai adalah serangan stroke akibat paparan panas matahari (heat stroke). Penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan otot dan terganggunya fungsi saraf. Diperkirakan, suhu rata-rata di Mekkah bisa mencapai 50 derajat Celcius di siang hari.

Mansyur mengungkapkan, pada penyelenggaraan haji tahun lalu, sekitar 150 orang jamaah asal Indonesia meninggal dunia di Tanah Suci lantaran menderita heat stroke. Adapun sekitar 70 orang di antaranya sempat dirawat di sejumlah rumah sakit Arab Saudi.

Kemudian, hanya dua pasien heat stroke di antaranya yang berhasil selamat. Satu orang jamaah asal Jawa Timur masih menjalani perawatan instensif di rumah sakit Jeddah, sedangkan satu orang lainnya warga Sumatra Barat atas nama Hajjah Culan sudah kembali ke Tanah Air dan dirawat di Jakarta.

 

sumber: Republika Online

‘Nikmat Tuhan Mana Lagi yang Kamu Dustakan?’

Hidup ini kejam, kata politikus. Sehingga, banyak politikus saling gugat di pengadilan. Hidup ini pahit, kata pedagang sayur. Pahitnya melebihi buah pare. Itulah kenyataan yang sering kita hadapi dalam keseharian. Pedagang yang cerdas melihat keruwetan jadi peluang. Ia melihat setiap kerugian sebagai titik awal mencapai keuntungan. Sementara, pedagang yang malas hanya menanti hari mujur, padahal tiap hari adalah hari mujur.

Sering kali kita saat menerima musibah, menjadikannya titik awal untuk mendapat musibah kedua yang kita ciptakan sendiri. Bukankah Ibnu Batutah, petualang Islam abad pertengahan, terdampar di sebuah pulau akibat perahunya karam. Ia tak pesimistis, tetapi sebaliknya, Ibn Batutah berhasil menjadikan pulau itu sebuah negara. Itulah Maladewa, negara sejuta cinta.

Kita sering pesimistis ketika melihat sesuatu telah telan jur terjadi. Padahal, tak ada sesuatu yang terjadi kecua li atas kehendak-Nya. Karena itu, jika rezeki yang kita dapat hari ini hanya sekantong jeruk yang kecut, jangan dibuang. Peras dan tambahkanlah gula, lalu campur dengan es batu dan hidangkan saat panas menyengat. Jeruk asam itu menjadi sangat nikmat.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS ar-Rahman: 13) Maka, nikmatilah ketentuan Allah atas kita untuk kita optimalkan sesuai kemampuan yang kita miliki. Dengan itu, kita akan menjadi pribadi yang sempurna.

Tabiat dunia itu penuh jebakan dan kepuasan yang kita dapatkan darinya tak lebih dari sesaat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah dunia itu terlaknat, terlaknat pula jika (mengejarnya) kecuali dengan berzikir kepada Allah SWT.” Jika semua usaha menggapai kebaikan sudah kita lakukan, tapi kok masih saja ada yang mengganjal, bergegaslah ambil air wudhu dan dirikanlah shalat.

Rasulullah SAW acap meminta Bilal dengan berkata, “Segarkan kami wahai Bilal (dengan kau kumandangkan) shalat.” Shalat adalah ibadah yang sangat eksotis. Kita bersimpuh di hadapan pemilik semua sandiwara kehidupan dunia ini dengan meletakkan kening di atas sajadah. Tanah yang padanya kita letakkan kening itu telah membuat seluruh persoalan dunia yang kita hadapi seakan ikut ditelan bumi. Bagi seorang mukmin, shalat menjadi kekuatan energinya dalam bermi’raj kepada Allah SWT. Wallahu a’lam.

 Oleh: Inayatullah Hasyim 

Bagaimana Selamat dari Siksa Kubur?

Al-Baihaqi yang berguru hadis pada Syekh Abu Abdullah al-Hakim memberikan resep sederhana agar terhindar dari azab kubur. Menurutnya, kunci yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah amal saleh yang dikerjakan sepanjang hidupnya di dunia.

 

“Dan, barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS ar-Ruum [30]: 44). Merujuk pada pendapat mujahid, tempat menyenangkan yang dimaksud ialah “kediaman” yang nyaman selama di alam barzah. 

Fakta ini juga dipertegas dalam hadis riwayat Abu Hurairah. Disebutkan bahwa ketika mayat telah diletakkan di kuburannya, ia mendengar gesekan sandal handai tolan yang meninggalkannya sendirian.  

Bila ia orang beriman maka amalan shalat akan berada di atas kepalanya, puasa di sebelah kanannya, dan zakat ada di samping kirinya. Sedangkan, amalan lainnya, seperti sedekah, silaturahim, dan perbuatan baik ada di sekitar kedua kakinya. Masing-masing akan menjadi saksi dan pelindung baginya.

Di pengujung karyanya, al- Baihaqi yang terkenal dengan mahakaryanya, as-Sunan al-Kubra dan Dalail an-Nubuwwah, menukil beberapa riwayat yang mengisahkan tentang rasa takut dan harapan besar dari para salaf agar terhindar dari siksa neraka.

Padahal, melihat hitungan matematis, tingkat kesalehan spiritual mereka terbilang mumpuni. Ini tak lain menggambarkan ketaatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Sebut saja, misalnya, pendiri mazhab teolog Asy’ariyah, Abu Musa al-As’yari. Ia meminta agar dijauhkan dari siksa neraka. Ia bahkan memerintahkan agar kedalaman kuburnya kelak ditambahkan. “Dalamkanlah liang lahatku,” katanya.

Al-Baihaqi yang tutup usia pada umur 74 tahun itu mengutip kisah Abu ad-Darda’. Ketika sahabat Nabi tersebut menderita sakit, seorang sahabatnya datang. Lelaki itu berkata, “Wahai Abu ad-Darda’, sesungguhnya engkau hampir meninggal dunia maka perintahkanlah aku suatu perkara yang bermanfaat bagiku dan akan mengingatkanmu.”

Abu ad-Darda’ menjawab, “Sungguh, engkau di antara umat yang diampuni maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat hartamu, berpuasa Ramadhan, dan jauhilah perkara keji, kemudian beritakanlah kabar gembira.” Merasa tidak puas, lelaki itu pun bertanya ulang. Abu ad-Darda’ membalas dan memintanya duduk dan merenung kan perkataannya.  

“Bayangkan ketika engkau berada di hari, tatkala tak ada lagi ruang kecuali liang lahat yang luasnya dua hasta sedang kan panjangnya empat hasta. Keluarga yang konon tak bisa berpisah denganmu hari itu meninggalkanmu sendiri, kolegamu yang dulu membuat megah rumahmu kelak akan menimbunmu dengan tanah lantas beranjak pergi darimu.”

Pada saat itu, sambung Abu ad-Darda’, dua malaikat berwarna hitam biru berambut keriting datang. Mereka adalah Munkar dan Nakir. Ia akan menanyakan identitasmu, agama, Tuhan, dan nabi.

“Jika jawabanmu tidak tahu menahu maka demi Allah engkau telah tersesat dan merugi. Sedangkan, bila jawabanmu adalah Muhammad Rasulullah dengan kitab sucinya Alquran maka demi Allah engkau selamat dan mendapat petunjuk. Kesemua itu tidak akan mampu engkau ucapkan kecuali dengan peneguhan yang dikaruniakan Allah.”

Oleh: Nashih Nasrullah

Pembunuh yang Bebas karena Shalat Subuh

Syahdan, Salim bin Abdullah, seorang ulama tabiin menemui Gubernur Hajjaj bin Yusuf untuk menyampaikan tentang kebutuhan kaum Muslimin. Hajjaj menyambutnya dengan ramah dan memuliakannya.

Tidak lama, beberapa orang dibawa ke hadapan Hajjaj. Rambut mereka kusut dengan wajah pucat. Debu pun menempel di badan. Semua tahanan di belenggu. Hajjaj berkata kepada Salim, “Mereka adalah pemberontak yang telah membuat kerusakan di muka bumi dan menghalalkan darah yang telah Allah haramkan.”

Hajjaj menyerahkan pedangnya kepada Salim sambil menunjuk kepada salah seorang dari mereka. Dia berkata kepada Salim: “Pergilah dan tebaslah lehernya!” Salim menerima pedang dari tangan Hajjaj lalu berjalan mendekati orang yang dimaksud.  

Salim berhenti tepat di depan orang tersebut, lalu bertanya, “Apakah Anda Muslim?” Terdakwa, “Benar saya Muslim. Tapi, apa perlunya Anda bertanya demikian? Lakukan saja apa yang diperintahkan kepada Anda!” Salim, “Apakah Anda shalat Subuh?” Terdakwa, “Sudah saya katakan bahwa saya Muslim. Mengapa Anda masih bertanya lagi?” Salim, “Saya bertanya, apakah Anda shalat Subuh hari ini?” Terdakwa, “Semoga Allah memberimu hidayah. Tentu saya shalat Subuh! Silakan Anda melaksanakan perintah orang zalim itu agar ia tidak murka kepada Anda.” 

Salim berbalik menghadap Hajjaj kemudian melemparkan pedang yang digenggamnya sambil berkata, “Orang ini mengaku sebagai Muslim dan berkata bahwa hari ini sudah shalat Subuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa shalat Subuh, dia berada dalam perlindungan Allah.” Saya tidak akan membunuh seseorang yang berada dalam perlindungan-Nya!”

Hajjaj marah dan berkata, “Kami akan membunuhnya bukan karena dia tidak shalat, tetapi karena dia ikut terlibat dalam pembunuhan khalifah Utsman bin Affan.” Salim menjawab, “Masih ada orang lain yang lebih berhak dari saya dan dari Anda untuk menuntut darah Utsman bin Affan!” Hajjaj terdiam seribu bahasa.

Di antara pelajaran dari kisah Salim ini, pentingnya berdiplomasi untuk menghindari kekecewaan orang lain atau meringankan mudharat yang mungkin timbul. Di antara manfaat berdiplomasi dapat menghindari salah paham, meredam amarah, bahkan membuat gembira orang yang mendengarnya.

Seorang anak muda mengadu bahwa ayahnya marah besar. Ayah menyuruhnya untuk membelikan rokok di warung. Dia langsung menolak dan mengatakan bahwa rokok hukumnya haram dan membelikan rokok juga haram karena termasuk tolong menolong dalam kemaksiatan.

Di tempat lain, seorang ayah menyuruh anaknya membeli rokok di warung. Si anak berkata kepada ayahnya, “Merupakan kehormatan bagi anak untuk taat kepada orang tua. Tapi, tolong satu saja permintaan ayah yang terasa berat untuk dilaksanakan, yaitu membelikan rokok. Karena, kalau nanti ayah sakit maka saya akan merasa berdosa telah menjadi penyebab ayah sakit. Tolong ayah perintahkan saya selain itu, saya akan selalu siap melaksanakannya.”

Sang Ayah hanya tersenyum saja dan tidak lagi menyuruh anaknya untuk membelikan rokok. Dia bangga memiliki anak yang patuh dan taat kepadanya. Subhanallah! Prof Dr Nashir Al Umar dalam ceramahnya menyampaikan kisah seorang raja yang bermimpi giginya copot. Raja mengumumkan sayembara siapa yang bisa menakwilkan mimpinya. Ada seseorang yang datang dan menafsirkan mimpi raja bahwa anak-anaknya akan meninggal duluan.

Sang raja marah dan memenjarakan si penakwil mimpi. Lalu, datang orang lain lagi dan mengatakan, “Usia tuan insya Allah lebih panjang dibandingkan usia anak-anak tuan.” Sang raja senang mendengar jawaban tersebut dan memberinya hadiah yang banyak.

Kesimpulannya, kita harus terus berlatih untuk mengontrol dan menyusun kata-kata dan tulisan kita agar bisa menggembirakan dan tidak mengecewakan orang lain selama dalam rel syariat Islam. Wallahualam.

Oleh: Fariq Gasim

Biar Jadi Muslim Unggulan, Yuk Baca Tips-tips Imam Syafi’i Berikut Ini

Suasana tahun ajaran baru lagi anget-angetnya nih. So, asyik dan bijaknya, kita remaja Muslim  lebih fokus dan serius perhatiin masalah pendidikan. Gimana, Sobat Panjimassepakat?

Oke deeeh… Kemarin kita udah bicara-bicara soal tujuan pendidikan yang bikin kita-kita pada garuk-garuk kepala, khan? Hehe… Nah, saat ini kita gantian mau ngebahas. Eh, bukan ngebahas, ding, tapi nyimak aja. Yeah, kita-kita mau simak bareng sebelas tips menuntut ilmu dari salah satu imam madzhab, yaitu Imam Syafi’i Rahimahullah.

Yup, sebagai seorang imam, beliau mewariskan buat kaum Muslim, rumus-rumus canggih biar kita-kita ini dapet peluang jadi Muslim unggulan.

Nah, ini dia tips-tips nyari ilmu yang tercatat dalam syair-syair Imam Syafi’i yang dikutip dari Kitab Diwân al-Imâm al-Syâfi’i karya Muhammad Abdurrahim…

  1. Ikhlas karena Allah

“Siapa menuntut ilmu untuk meraih kebahagiaan negeri akhirat; ia ‘kan beruntung meraih kemuliaan dari Allah yang Maha Pemberi Petunjuk; Maka dia pun akan meraih kebaikan yang berasal dari hamba-Nya”

  1. Ninggalin Perbuatan Dosa

“Aku mengadu kepada Wakî’ tentang kelemahan hafalanku. Ia pun memberikan nasehat Agar aku meninggalkan maksiat. Ia memberitahuku pula bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang maksiat.”

  1. Nuntut Ilmu Sejak Dini

“Siapa yang kehilangan waktu belajar pada waktu mudanya, takbirkan dia empat kali. Anggap saja ia sudah mati. Seorang pemuda akan berarti apabila ia berilmu dan bertaqwa. Jika dua hal itu tiada, pemuda pun tak bermakna lagi.”

  1. Nulis Materi yang Dipelajari

“Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan menulis adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat, sebab di antara bentuk kebodohan adalah, engkau memburu seekor rusa, lalu kaubiarkan rusa itu bebas begitu saja.”

  1. Sabar Dibimbing Guru

“Sabarlah dengan sikap guru yang terasa pahit di hatimu, sebab kegagalan itu disebabkan meninggalkan guru. Barangsiapa yang tak mau merasakan pahitnya menuntut ilmu barang sesaat, sepanjang hidupnya akan jadi orang hina karena bodohnya.”

  1. Manajemen Waktu yang Baik

“Tak ada seorang pun yang akan mencapai seluruh ilmu, takkan ada. Meskipun ia terus berusaha seribu tahun lamanya. Sesungguhnya ilmu itu bagaikan lautan yang sangat dalam. Sebab itu ambilah semua yang terbaik dari ilmu yang ada.”

  1. Menikmati Ilmu yang Dipelajari

“Malam-malamku untuk mempelajari ilmu terasa lebih indah daripada bersentuhan dengan wanita cantik dan aroma parfum. Mata penaku yang tertuang dalam lembaran-lembaran kertasku lebih nikmat daripada bercinta dan bercumbu. Menepuk debu-debu yang menempel di lembaran-lembara kertasku lebih indah suaranya daripada tepukan rebana gadis jelita.”

  1. Bergaul dengan Orang Berilmu dan Saleh

“Bergaullah dengan orang-orang berilmu dan bertemanlah dengan orang-orang saleh diantara mereka. Sebab berteman dengan mereka sangat bermanfaat dan bergaul dengan mereka akan membawa keuntungan. Janganlah kaurendahkan mereka dengan pandanganmu. Sebab mereka seperti bintang yang memberi petunjuk. Tak ada bintang yang seperti mereka.”

  1. Berkelana Nyari Ilmu

“Mengembaralah, maka engkau akan mendapat sahabat-sahabat pengganti sahabat-sahabat yang ditinggalkan. Bekerja keraslah, karena kelezatan hidup adalah dalam bekerja keras. Saya berpendapat bahwa air jika tetap di suatu tempat, ia akan busuk. Jika ia mengalir barulah ia bersih, dan kalau tidak mengalir akan menjadi kotor. Singa, jika tidak keluar dari sarangnya, ia tak akan bisa makan. Anak panah jika tak meluncur dari busurnya, takkan mengena sasaran.”

  1. Hargai Pendapat Orang Lain

“Jika engkau benar-benar memiliki ilmu dan pemahaman tentang ikhtilaf ulama dulu dan sekarang, maka hadapilah lawan diskusimu dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Jangan sombong dan keras kepala.”

  1. Tak Pernah Puas dengan Ilmunya

“Setiap aku mendapat pelajaran dari masa, setiap itu pula aku tahu segala kekurangan akalku. Setiap ilmuku bertambah, setiap itu pula bertambah tahuku akan kebodohan atas diriku.”

Sobat, gimana, nggak cuma asyik dibaca, khan? Tapi begitu dalam jika kita mau renungin pesan dalamnya. Selamat merenung, semoga kelak kita ‘kan jadi Muslim unggulan, aamiin. [IB]

 

 

sumber:Panji Mas

Krisis Aleppo, Tak Ada yang Bisa Dimakan Kecuali Daging Anjing dan Pohon Kaktus

Setidaknya 260 serangan udara, 18 rudal dilancarkan dan menghancurkan rumah sakit, membunuh lebih dari 200 orang yang tidak berdosa. Tak kurang 50.000  jiwa terkatung-katung mencari keselamatan.

Demikian dikatakan Ustadzah Nurjanah Hulwani, pengurus di Adara Relief Internasional menggambarkan kondisi terkini di Kota Aleppo paska bombardir serangan udara militer Suriah yang menargetkan warga sipil dan Rumah Sakit di Alppo, Suriah.

“Luka allepo menambah luka Suriah, tidak ada yang bisa mereka makan selain makan daging anjing dan pohon kaktus,” jelas beliau pada saat orasi di aksi simpatik di depan Kedutaan Besar Suriah di Jakarta, Senin (9/5).

Lebih lanjut Nurjanah menambahkan agar tak ragu membantu rakyat Suriah disaat seluruh dunia diam atas kebiadaban yang dilakukan pemerintah rezim Suriah di Aleppo.

“Jangan pernah kita biarkan kebiadaban Assad untuk menambah jumlah-jumlah kesengsaraan di suriah, walaupun seluruh dunia tidak membantu Syam maka Allah akan menurun kan tentaranya dari berbagai negara, jari tangan kita adalah media, menggalang bantuan untuk saudara kita ,bantuan yang kita berikan akan berbalas kenikmatan dari Allah dan jannah-Nya,” tambahnya.

Sementara Ustad Umar Makka mengatakan bahwa apa yang dilakukan hari ini di Kedubes Suriah di Jakarta, tidak akan sia-sia dihadapan Allah.

“Insya Allah tidak akan sia-sia dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujarnya sambil mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen, lembaga serta mahasiswa yang hadir dan menggelar aksi simpatik ini. (Anna Refa Azzahra)

 

sumber: Bumi Syam

Keutamaan Bersedekah bagi Perempuan

DARI ‘A’isyah radhiallahu anha: Seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada beliau, “Siapakah di antara kami yang akan menyusulmu lebih dahulu?”

Beliau menjawab, “Ia yang lebih panjang tangannya.” Mereka pun mengambil sepotong ranting, lalu mengukur tangan masing-masing. Ternyata, Saudah yang lebih panjang tangannya. Setelah itu, tahulah kami bahwa yang dimaksud dengan tangan panjang yang lebih dahulu menyusul beliau adalah orang yang banyak bersedekah. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa ‘A’isyah berkata, “Di antara kami, orang yang paling panjang tangannya adalah Zainab, karena ia bekerja dengan tangannya sendiri dan suka bersedekah.”

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa wanita salehah semestinya gemar berinfak. Para sahabat mulia, baik laki-laki maupun perempuan, selalu berinfak dan bersedekah meskipun mereka tidak memiliki banyak harta. Mereka bahkan berlomba-lomba untuk membantu meringankan beban orang lain.

Selain Saudah radhiallahu anha, sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut, ada dua sahabat perempuan yang amat gemar berinfak dan bersedekah, yaitu ‘A’isyah dan Zainab binti Jahsy.

Sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat, ‘A’isyah bersedekah dengan apa yang dimilikinya, walaupun ia hanya memiliki sebutir kurma. Ketika bersedekah, ia tidak pernah memikirkan dirinya, bahkan pernah ia tidak menemukan sedikit pun makanan untuk berbuka puasa.

Begitu juga Zainab binti Jahsy, dialah yang dikatakan oleh ‘A’isyah, “Tidak ada orang yang lebih berhak daripada dirinya, yang banyak bersedekah dan sering mengorbankan diri dalam bekerja agar dapat bersedekah dan mendekat diri kepada Allah Ta’ala.”

Inilah dua teladan dari pribadi-pribadi pilihan. Keduanya merupakan sosok teladan yang dapat meraih derajat tinggi di sisi Allah Azza wa Jalla. [Nizar Abazhah]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2295835/keutamaan-bersedekah-bagi-perempuan#sthash.8lvgbEk8.dpuf

Amalan Sunah di Bulan Sya’ban (Bagian 2)

KETIKA memperhatikan fenomena sebagian umat Islam di bulan ini, kita mendapati bahwa mereka telah banyak membuat-buat amal ibadah khusus yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam bulan ini, sehingga mereka mencampur adukkan antara amalan sunnah yang haq dan amalan bid’ah yang batil.

Berikut amalan-amalan yang disunahkan di bulan Sya’ban:

2. Tidak berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan.

Sebagaimana dalam hadis: “Janganlah seorang di antara kalian mendahului Ramadan dengan puasa sehari atau dua hari kecuali jika seseorang telah terbiasa dengan puasanya, maka hendaknya ia berpuasa pada hari itu” . (HR Bukhari 1914).

Sebabnya adalah karena ia merupakan yaum al-syaqq ; hari yang diragukan apakah ia masih dalam Sya’ban atau sudah masuk Ramadan. Dalam hadis, Ammar bin Yasir radhiyallahu’anhuma berkata: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan, maka sesungguhnya dia telah bermaksiat kepada Abul Qosim (yaitu Rasulullah) shallallahu alaihi wasallam.” (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan shahih.” Dishahihkan oleh Al Albani)

Puasa pada sehari atau dua hari sebelum Ramadhan ini tidak boleh dilakukan kecuali:

a) Bagi orang yang telah terbiasa puasa misalnya telah terbiasa puasa senin kamis atau puasa daud, maka ia boleh berpuasa pada hari itu jika bertepatan dengan hari puasa kebiasaannya.

b) Bagi orang yang masih memiliki utang qadha puasa Ramadan sebelumnya atau puasa nadzar atau kaffarat yang belum lunas, maka ia wajib mengqadha puasanya walaupun bertepatan tanggal 30 Sya’ban (yaum al syaq), karena puasa qadha ini adalah kewajiban yang harus ia bayar sebelum masuk bulan Ramadan.

3. Orang yang masih memiliki utang puasa Ramadan di tahun sebelumnya atau puasa nadzar/kaffarat yang belum ia lunasi, maka wajib baginya untuk melunasi puasa yang ia tinggalkan ini dalam bulan Sya’ban sehingga ia masuk dalam Ramadan tanpa memiliki beban dan utang puasa.

4. Disyariatkannya melihat hilal bulan Ramadan diakhir Sya’ban untuk penentuan awal hari bulan Ramadan.

Rasulullah bersabda : “Jika kalian melihatnya (hilal) maka berpuasalah.” (Muttafaq’Alaihi). Hal ini merupakan kewajiban orang yang memiliki keahlian dalam bidang ru’yah serta bersifat amanah dari segi agama dan akhlaknya. [Ustad Maulana La Eda]

 

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2295715/amalan-sunah-di-bulan-syaban-bagian-2#sthash.znaJzvyP.dpuf

Tujuh Permintaan Umat Islam Terkait Bangkitnya Ideologi PKI

Berikut ini tujuh permintaan Umat Islam terkait masalah PKI dan kader-kadernya yang ingin membangkitkan kembali PKI dengan ideologi Komunisme/atheismenya yang sangat bertentangan dengan Ideologi Negara NKRI yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang disampaikan oleh FUI saat bertemu dengan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu pada hari ini Jumat (13/5/2016).

Pertama, dalam menangani masalah yang berkaitan dengan PKI, pemerintah harus memuli dari kasus pemberontakan-pemberontakan PKI sejak 1946, bukan hanya setelah 1965.

Kedua, merealisasikan penegakan UU NO 27/1999 Jo PS 107A-E KUHP Jo PS 169 KUHP.

Ketiga, dalam membuat program GBN oleh Kemenhan memasukkan Kurikulum Ketahanan Ideologi, Khususnya Menajamkan Bahaya Ideologi Komunis

Keempat, melibatkan para Ulama dan pesantren dalam Program Bela Negara.

Kelima, menghentikan rencana dan wacana permintaan maaf pemerintah kepada PKI

Keenam, pencarian kuburan massal dihentikan serta menyatakan bahwa PKI adalah pelaku kejahatan kemanusiaan.

Ketujuh, pemerintah menginstruksikan TVRI untuk memutar kembali film g 30 s/pki

“Insyaallah umat Islam siap Berjihad Bersama TNI untuk menghadapi PKI dan seluruh underbouw-nya dan  meminta kepada Pemerintah agar tidak meminggirkan umat Islam dalam berbagai kebijakannya termasuk dalam menuduh umat Islam sebagai teroris.” ujar KH. Muhammad Al Khaththath Sekretaris Jenderal FUI.

Selanjutnya kepada seluruh komponen bangsa FUI mendesak untuk melakukan taubat secara nasional dengan kembali Allah SWT dan menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa agar terbuka pintu-pintu keberkahan bagi kehidupan di negeri ini sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf 96).[RN]