Month: September 2016
Kementerian Agama Luncurkan Aplikasi Al-Quran Digital
Kementerian Agama resmi meluncurkan Aplikasi Al-Quran Digital Kementerian Agama. Peluncuran dilakukan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersamaan dengan diselenggarakannya Seminar Internasional Al-Quran di Jakarta, Selasa (30/8).
Peluncuran Aplikasi Al-Quran ini ditandai dengan penekanan tombol Enter aplikasi oleh Menag disaksikan oleh Kabalitabangdiklat Abdurrahman Masud dan Dirjen Bimas Islam Machasin.
Dikatakan Menag, Aplikasi Quran ini diharapkan dapat memberikan kemudahan umat Islam dalam berinterkasi dengan Al-Quran, baik dalam bentuk bacaan maupun pemahaman.
“Saya berharap langkah awal peluncuran aplikasi ini dapat terus dikembangkan dari segi teknis dan kontennya, sehingga membantu masyarakat luas untuk membaca dan mempelajari Al-Quran,” ucap Menag.
Menag mengatakan, upaya memelihara kesahihan Al-Quran tidak hanya dilakukan dalam bentuk teks/tulisan mushaf, tetapi juga dari segi maknanya. Di era digital yang penuh keterbukaan, ujar Menag, informasi apa pun dengan mudah diterima oleh masyarakat, tak terkecuali pemahaman keagamaan.
Menurutnya, informasi itu tidak selalu bermuatan positif, tetapi juga bisa berupa propaganda kebencian dan kekerasan yang tersebar melalui media sosial, kenyataan ini sulit dibendung, Oleh karena itu, ujar Menag, pemerintah terus berupaya mengimbangi derasnya arus pemahaman keagamaan yang ekstrem dengan meyediakan berbagai literatur berisi pemahaman dan penafsiran Al-Quran yang moderat, toleran dan menghargai keragaman, melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
“Atas kenyataan dimaksud, dengan penuh rasa bahagia, hari ini, bersamaan dengan seminar internasional Al-Quran dalam rangka memperingati 1.450 tahun turunnya Al-Quran, Kementerian Agama mempersembahkan kepada masyarakat aplikasi Al-Quran digital yang dilengkapi dengan terjemah dan tafsirnya,” ujar Menag.
Aplikasi Al-Quran Kemenag ini selanjutnya dapat didownload dihttps://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag.
Sementara itu, Pgs. Ketua Lajnah Pentashian Mushaf Al-Quran Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Muchlis Hanafi menjelaskan, pengguna ponsel smartphone dapat mengunduhnya aplikasi Al-Quran di Google Play Store (smartphone berbasis Android) dan secepatnya nanti juga bisa di AppStore dan Windows Phone Store.
Dikatakan Muchlis, aplikasi generasi pertama ini menyajikan teks Al-Quran lengkap 30 juz, aplikasi ini juga dilengkapi dengan terjemahan. Selain itu, juga di lengkapi dengan tafsir dalam dua varian: Tahlili (30 juz) ataupun tafsir ringkas.
Fitur lainya yang tersedia di aplikasi ini, yaitu suara murattal Al-Quran dari Syekh Mahmud Khalil al-Hushary. Dan Tulisan Al-Qur’an yang digunakan dalam aplikasi ini, terang Muchlis, bersumber dari Mushaf Attin yang mengikuti Mushaf Al-Quran Standar Indonesia.
“Mushaf Al-Quran Standar Indonesia adalah Mushaf Al-Quran yang dibakukan cara penulisan teks, harakat, tanda baca, dan tanda waqafnya sesuai dengan hasil yang dicapai Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli Al-Quran yang berlangsung sebanyak 9 kali dari tahun 1974 s.d. 1983, dan dijadikan pedoman bagi mushaf Al-Qur’an yang dicetak dan diterbitkan di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Agama,” jelas Muchlis.
Ada pun Terjemahan Al-Quran yang terdapat dalam aplikasi ini berasal dari Al-Quran dan Terjemahnya yang disusun oleh tim yang dibentuk oleh Kementerian Agama. Sedangkan Tafsir Tahlili yang terdapat dalam aplikasi ini bersumber dari Al-Qur’an dan Tafsirnya yang diterbitkan Kementerian Agama.
Sementara itu, untuk fitur Tafsir Ringkas Al-Quran Al-Karim adalah sebuah buku hasil kajian tafsir yang disusun oleh tim yang dibentuk Kementerian Agama bekerjasama dengan Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta. Saat ini, tafsir ini baru hadir satu jilid yang terdiri juz 1 – 15. Adapun jilid kedua yang berisi juz 16-30.
“Aplikasi ini akan terus dikembangkan dan ditambahkan nanti juga ada tafsir tematik, tafsir ilmi dan lain sebagainya. Juga akan ada fitur Asbabun Nuzul yang terdapat dalam aplikasi ini berasal dari buku Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama pada tahun 2015,” ucap Muchlis yang berharap demi pengembangan aplikasi ini, saran dan masukan dari masyarakat melalui email lpmajkt@kemenag.go.id. (dm/dm).
Kemenag Bimbing 100 DKM Soal Penyembelihan Hewan Kurban
Jelang Hari Raya Kurban atau Idul Adha, Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Islam memberikan bimbingan penyembelihan hewan kurban kepada para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Acara yang berlangsung pada Rabu (31/08) ini dilaksanakan di Kantor Kemenag Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat.
Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta yang berasal dari DKM, yang merupakan tenaga penyembelih dan panitia kurban se-jabodetabek. Hadir selaku narasumber, Dirjen Bimas Islam Machasin, Sesditjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah M. Tambrin, dan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kementerian Pertanian yang diwakili Drh. Ira Firgorita.
Dalam keterangan tertulisnya, Kamis (01/09), panitia kegiatan Lady Yulia mengatakan, kegiatan tahun ini merupakan gelaran yang kedua. Kegiatan pertama dilaksanakan pada tahun 2015 dengan peserta yang berbeda. dari kegiatan ini, diperoleh kesepahaman sebagai berikut:
- Penyembelihan hewan kurban wajib dilakukan sesuai syariat Islam sehingga menghasilkan daging halal dan sehat.
- Tenaga penyembelih harus bersikap ikhsan terhadap hewan dan memperhatikan aspek ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) dalam melakukan penyembelihan.
- Titik-titik kontrol halal dapat ditentukan untuk tiap operasi mulai penerimaan hewan sampai berupa daging segar yang dikemas dan siap didistribusikan.
- Kegiatan bimbingan edukasi penyembelihan hewan kurban harus ditindaklanjuti oleh peserta dengan memberikan bimbingan dan edukasi di masjid masing-masing.
- Pembinaan dan pengawasan perlu dilakukan dalam rangka penerapan aspek halal, kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan pada pelaksanaan pemotongan hewan kurban.
Sebagai tindak lanjut, tim dari Kementerian Agama bersama Kementerian Pertanian akan melakukan pengawasan pada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban hari raya idul adha 2016.
Baca juga: Cara Berkurban Praktis dari Baznas Indonesia
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1437H 12 September 2016
Jakarta (Pinmas) – Pemerintah menetapkan Awal Zulhijjah 1436H jatuh pada hari Sabtu, 3 September 2016, sehingga Hari Idul Adha 1437H jatuh pada tanggal 12 September 2016. Penetapan dilakukan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat sidang isbat penetapan awal Zulhijjah di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin No. 6 Jakarta, Kamis (1/9).
Dikatakan Menag, berdasarkan laporan hasil pengamatan tim rukyat hisab Kementerian Agama yang disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah M. Thambrin menyatakan bahwa posisi hilal berada di para petugas rukyat yang tersebar di 29 titik di seluruh Tanah Air tidak melihat hilal. Posisi hilal berada di bawah ufuk minus 0 derajat 13 menit sampai minus 0 derajat 5 menit.
“Dengan tidak terlihatnya hilal, maka bulan Zulqaidah diistikmalkan atau disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Zulhijjah 1437H jatuh pada tanggal 3 September 2016. Dengan demikian tanggal 10 Zulhijjah bertepatan dengan hari Senin, 12 September 2916,” kata Menag.
Usai sidang Itsbat, Menag menyampaikan amanah Presiden yang berpesan kepada semua pemuka dan tokoh agama serta pimpinan ormas Islam agar pelaksanaan qurban ini bisa dilakukan dengan baik dan tertib dan tidak menimbulkan hal hal yang tidak dikehandaki.
“Mudah-mudahan Idul Adha yang bisa menyatukan kita semua, memberikan keberkahan bagi umat Islam Indonesia,” ucap Menag.
Ketua Komisi VIII DP RI Ali Taher mengatakan, dirinya mengapresiasi kepada Kementerian Agama yang telah mampu mempersatukam umat Islam melalui sidang Itsbat dengan memberikan kepastian waktu pelaksanaan ibadah Idul Adha bersama.
“Ini menjadi momentum penting untuk membangun ukhuwah islamiyah,” ujar Ali Taher.
Hadir dalam sidang Itsbat tersebut Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Wakil Ketua MUI Abdullah Zaidi , Sekjen Kemenag Nur Syam, Dirjen Bimas Islam Machasin, tokoh dan pimpinan ormas Islam serta duta besar negara sahabat Islam. (dm/dm).
Makna dan Manfaat Berkurban di Hari Raya Idul Adha
Berkurban saat hari raya Idul Adha dianjurkan sangat kepada siapa saja umat muslim yang sudah mampu dalam hal ekonomi.
Dalam sejarahnya, disebutkan dalam Al Qur’an, Allah memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk mempersembahkan Ismail.
Disebut dalam Al Qur’an bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut dan tepat saat Ismail akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat: 102-107)”
Dari petikan ayat Al Qur’an tersebut, kita dapat menarik tiga ini makna dalam berkurban seperti yang diperlihatkan dari keteguhan serta ketabahan hati yang dimiliki Nabi Ibrahim.
1. Makna berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Berkurban” itu berarti kesunggguhan manusia dengan menyerahkan segalanya kepada Allah Sang Pencipta. Seperti misalnya Nabi Ibrahim yang telah mengikhlaskan Putranya (Nabi Ismail) yang sesungguhnya sangat beliau cintai, dengan perintah Allah maka beliau rela untuk mengurbankan putranya tersebut, hal ini tentunya merupakan wujud dari penyerahan dirinya kepada Allah SWT.
2. Dengan cara berkurban manusia tersebut diajarkan untuk berbagi kepada para mukmin lain, yang pastinya mereka kurang mampu. sepeti misalnya yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah SWT selalu mempunyai alasan yang sangat kuat untuk memerintahkan para hambanya (manusia) untuk berkurban. Dengan adanya kurban ini kaum muslim yang kurang mampu juga ikut merasakan bagaimana indahnya islam dengan adanya hari kurban tersebut.
3. Dengan berkurban keikhlasan dari manusia itu pastinya diuji, diuji dari sifat rakus dan tamak akan harta dunia yang mereka senangi. Kurban itu berarti memberikan apa yang telah kita cintai (duniawi) serta apa yang kita sayangi, dalam hal ini adalah harta yang kita miliki, yakni dengan cara berkurban tersebut.
Adapun untuk manfaat berkurban sendiri,
1. Memupuk rasa empati
Ini adalah salah satu dari 10 manfaat berkurban di hari Idul Adha. Berqurban adalah salah satu amalan kita yang dapat meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama. Apabila kita termasuk orang yang cukup dalam hal harta, hendaknya kita menyisihkan sebagian harta kita untuk berqurban dimana kemudian qurban tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.
2. Melatih diri menjadi orang dermawan
Sikap dermawan merupakan sikap yang baik. Sehingga perlu ditumbuhkan dan dipelihara menjadi sebuah kepribadian. Oleh karenanya, sikap dermawan dapat dilatih dengan berqurban. Harta kita tidak akan habis jika digunakan di jalan Allah, bahkan Allah dapat menambahkannya berkali lipat.
3. Meningkatkan ketaqwaan pada Allah
Perintah untuk berqurban tercantum jelas dalam Al-Qur’an sebagai suatu amalan yang baik. Oleh karena itu, berqurban berarti melakukan apa yang diperintah-Nya sehingga meningkatkan keimanan kita dan menghindarkan diri dari nafsu.
4. Bekal pahala di hari akhir
Apabila kita melakukan qurban dengan ikhlas, semata-mata karena Allah. Maka amalan tersebut akan dicatat oleh malaikat sebagai amalan baik kita. Allah akan membalas kebaikan kita di hari akhir kelak.
5. Membangun solidaritas
Dalam proses qurban, kita akan melakukan penerimaan, penyembelihan, penimbangan, hingga pembagian ke warga. Semua kegiatan ini dilakukan oleh warga sekitar. Sehingga meningkatkan sosialisasi kita untuk saling tolong-menolong satu dengan yang lain. karena kegiatan ini tidak akan mungkin bisa dilakukan hanya untuk satu orang saja.
6. Keberkahan dalam rezeki
Rahasia berkah idul adha adalah menambah rezeki. Rezeki yang kita miliki hendaknya disisihkan sebagian untuk hal kebaikan. Bisa dengan sedekah, zakat, ataupun dengan berqurban ini. Harta kita akan menjadi berkah jika kita menggunakannya di jalan Allah.
7. Menghindarkan diri dari sikap tamak
Dalam melakukan amalan berqurban ini Allah memberikan beberapa syarat yang harus terpenuhi, seperti orang tersebut mampu untuk melakukannya. Banyak orang yang mampu tapi mereka tidak mau untuk berqurban. Namun, apabila kita mampu dan mau menjalankannya. Maka hal ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang berorientasi pada harta dunia.
8. Menjaga silarutahmi
Dalam kegiatan berqurban kita akan banyak menjumpai orang lain. Sosialisasi yang dilakukan akan menjaga silaturahmi. Kita akan saling bekerja sama dan berbagi kebahagiaan di idul Adha tersebut.
9. Memenuhi kebutuhan gizi kaum kecil
Manfaat dan keutamaan berkurban di hari idul adha ialah manfaat berikut. Daging mempunyai manfaat gizi yang cukup banyak untuk kesehatan kita. Namun, tidak semua kalangan dapat merasakan atau memakannya, mengingat harga daging yang cukup tinggi. Kalangan bawah sangat jarang untuk bisa memakan daging. Dari berqurban ini akan membagikan daging-daging kepada orang-orang yang membutuhkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka.
10. Memakmurkan masjid
Sebagian besar kegiatan berqurban dilakukan dimasjid. Mulai dari sholat Idul Adha sampai proses penyembelihan yang dilakukan di sekitar masjid. Sehingga masjid akan ramai orang yang sedang melakukan amalan berqurban. Memakmurkan masjid adalah salah satu perintah Allah untuk umat muslim. Oleh karenya, dengan berqurban kita akan sekaligus memakmurkan rumah Allah tersebut.
Baca juga: Kurban Digital dari Baznas Indonesia
Agar Berkomunikasi Lebih Hemat
Berkomunikasi dengan kerabat di Tanah Air saat berada di Tanah Suci sudah bisa dilakukan dengan mudah. Ada yang memakai fasilitas sambungan internet (e-mail, chatting, Facebook, atau video call). Ada pula yang menggunakan piranti telepon genggam. Berkat teknologi, semua menjadi mudah.
Komunikasi seperlunya
Pertama, lakukanlah komunikasi seperlunya. Jamaah hendaknya menahan diri untuk menelepon jika hanya untuk bersenda gurau atau hal-hal tidak penting lainnya. Tak jarang jamaah harus keluar uang banyak lantaran tak bisa menahan kebiasaan ngobrol ngalor-ngidul bersama teman atau kerabat.
Batasi tema pembicaraan
Untuk tips kedua, masih soal berkomunikasi. Jamaah hendaknya membatasi tema pembicaraan. Jamaah tidak perlu berbicara panjang lebar tentang kabar yang ingin disampaikan atau didengar.
Pilih waktu
Berikutnya, pilihlah waktu yang tepat agar tidak mengganggu kegiatan ibadah selama di Tanah Suci. Ingat, hal utama dari berhaji, yakni beribadah. Memaksimalkan waktu untuk beribadah tentu lebih baik daripada membuang waktu untuk mengobrol di telepon. Intinya, berkomunikasilah seperlunya.
Ganti nomor
Keempat, jamaah yang membawa telepon genggam lebih baik segera mengganti nomor seluler Arab sesampainya di Tanah Suci. Mengganti nomor lebih murah daripada tetap menggunakan nomor seluler dari Tanah Air. Setelah melakukan pergantian nomor, segeralah memberitahukan nomor terbaru kepada sanak saudara di Tanah Air. Kalau tidak terlalu mendesak, komunikasi hendaknya dilakukan melalui layanan pesan singkat (SMS) lantaran tarifnya lebih murah.
Kurban Digital, Membeli Kambing Kurban di Mall
Menjelang Idul Adha 1437 hijriah, berbagai kemudahan untuk berkurban dapat menjadi pilihan masyarakat. BAZNAS mengemas kemudahan berkurban melalui Program Kurban Digital. Masyarakat tak perlu repot lagi untuk membeli kambing sendiri lalu mengantarkan ke lokasi penyembelihan yang diinginkan. Namun, kita cukup memanfaatkan smartphone di tangan, melalui situs www.kurban.baznas.go.id, aplikasi Kurban Digital, situs belanja online (e-commerce) www.tokopedia.com, www.blibli.com, dan situs komunitas terbesar di Indonesia www.kaskus.co.id.
Selain itu masyarakat juga dapat menikmati layanan Jemput Kurban dan Gerai Kurban di mall. BAZNAS membuka 20 gerai layanan Kurban Digital di gedung perkantoran utama dai Jakarta dan pusat perbelanjaan (mall).
“Mall selalu menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung, karena itu kami menjemput bola, mendatangi masyarakat agar memudahkan mereka menunaikan kurban,” kata Ketua Konter Kurban Digital, Romidi Karnawan.
Konter Kurban Digital buka mulai Kamis (1/9) hingga Selasa (13/9) nanti. Satu pekan ini, kata Romidi, minat masyarakat sangat tinggi untuk melaksanakan kurban dengan cara yang baru.
Dua puluh titik tersebut terdiri dari delapan mall yaitu Tangerang City, Aeon Mal Tangerang, Depok Town Square, Pacific Place, Summarecon Bekasi, Pondok Indah Mall, Mal Metropolitan Bekasi dan Grand Indonesia.
Selain itu juga dibuka di 12 titik perkantoran yaitu Equity Tower, Kementerian Keuangan Juanda II, Ratu Plaza, Kementerian Keuangan Radius Prawiro, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pusat Pertamina, Kantor Pusat Perusahaan Gas Negara (PGN), Kementerian Pariwisata, Kantor Medco Energy, Indofood Tower, Kementerian Dalam Negeri dan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penyaluran akan dilakukan ke berbagai daerah di Indonesia melalui BAZNAS Provinsi dan mitra terpercaya.
Ketua BAZNAS Prof. Dr Bambang Sudibyo, MBA, CA mengatakan Kurban Digital merupakan gerakan mengajak masyarakat menikmati ekonomi kurban. Yaitu upaya syariat menggerakan ekonomi ternak dengan mendorong tata kelola peternakan yang baik dan meningkatkan produktifitas serta menjaga kualitas ternak mulai dari pakan ternak, tenaga kerja, limbah ternak dll.
Aspek lain dari ibadah kurban adalah menjaga ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Momen setahun sekali ini mendorong kecukupan pangan dan tentunya gizi yang tinggi karena melimpahnya cadangan daging di tengah masyarakat.
Sebagai pertanggungjawaban, BAZNAS akan memberikan laporan bukti donasi melalui email kepada masing-masing pekurban setelah pembayaran terverifikasi oleh BAZNAS. Para pekurban juga akan menerima laporan pemotongan dan distribusi kurban setelah Hari Raya Idul Adha, melalui email atau hard copy ke alamat rumah yang tertera di alamat Rumah berupa foto hewan kurban sebelum dipotong (hewan hidup) dan setelah dipotong, serta foto kegiatan kurban.
sumber: Baznas Indonesia
Hajar Aswad, Magnet Pusaran Tawaf di Baitullah
Memang aku tahu engkau hanyalah batu, ucap sahabat Umar ibn Khattab sekali waktu. Tidak dapat mendatangkan manfaat dan bahaya. Jika bukan karena aku melihat Nabi Muhammad menciummu, aku tentu tidak akan kulakukan hal yang serupa.
Inilah sepenggal gambaran ihwal kemuliaan sebuah batu yang terletak di sudut selatan sebelah kiri pintu Kakbah di Mekkah Al-Mukarramah. Hajar Aswad, bukan sembarang batu. Ia diyakini jutaan umat Muslim yang datang berhaji sebagai batu dari surga. Warnanya yang hitam kemerah-merahan, menjadi rebutan jemaah haji usai tawaf untuk mencium atau sekadar mengelusnya.
Hajar Aswad diletakkan di ketinggian 1,10 meter. Di masa lampau, jauh sebelum terjadi beberapa kali pemugaran Kakbah dan sekitarnya, Hajar Aswad merupakan satu batu dengan diamter lebih dari 30 centimeter. Namun karena sebab-sebab tertentu, termasuk pencongkelan paksa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, Hajar Aswad kini hanya berupa kepingan-kepingan yang direkatkan dalam satu bingkai cekung seukuran kepala manusia.
Berdesak-desakan
Mencium Hajar Aswad bukan termasuk rukun haji. Ia hanyalah bagian dari sunah yang pernah dilakukan Nabi. Kala ribuan jemaah melakukan tawaf mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali putaran, beberapa puluh orang di antaranya tampak memilih berhenti, berdesakan, dan secara bergiliran untuk mengecup batu ini.
Hajar Aswad tak pernah sepi dikerumuni jemaah haji. Bahkan sesekali terlihat aksi saling dorong. Untuk bisa turut mencium batu yang dalam sebuah hadis diceritakan sebelumnya berwarna putih bening ini, jemaah haji kerap terlihat melakukan beberapa cara dan strategi.
Sebagian dari mereka rela berbaris menunggu giliran. Secara perlahan barisan itu bertambah maju hingga tepat di mulut Hajar Aswad. Akibat antrean ini pula, tak jarang arus tawaf yang berdekatan dengan Kakbah tersendat dan menambah suasana saling berdesakan.
Di sisi lain, ada beberapa orang yang memanfaatkan momentum tersebut dengan menawarkan jasa mengantar seorang haji agar bisa dengan cepat sampai di muka Hajar Aswad. Para “calo” itu biasanya menerapkan ongkos paling tidak 40 hingga 100 riyal, setara dengan 350 ribu rupiah. Mereka biasanya bertransaksi untuk memuluskan jalan dengan sedikit menghambat arus tawaf. Tak jarang di sekali waktu, pelaku yang berasal dari ragam negara itu diamankan para petugas.
Aksi berdesakan dan sesekali terjadi saling dorong ini bukan lantas melulu bisa diterjemahkan darisudut negatif. Di sekelilingnya tak henti menggema lafaz-lafaz yang memuji keagungan Tuhan. Setiap bibir dari mereka melantunkan zikir tiada henti, menunjukkan keikhlasan, menambah nilai keimanan.
Hikmah
Mencium Hajar Aswad tidak pula hanya bisa ditafsirkan secara kasat mata. Mengecup batu yang dimuliakan Rasul ini adalah sekadar perlakuan simbolik. Di dalamnya dipercaya mengandung banyak ragam pesan. Hal ini bisa diukur dari sejarah panjang keberadaan Hajar Aswad dari masa ke masa.
Keberadaan Hajar Aswad di sisi Kakbah diyakini bermula pada masa Nabi Ibrahim. Sewaktu membangun rumah Tuhan itu, ia menyuruh putranya, Ismail untuk mengumpulkan batu-batu dariberbagai bukit dan gunung guna meninggikan bangunan Kakbah. Setelah keseluruhan proses hampir rampung, Ibrahim menganggap masih membutuhkan satu batu sebagai penanda. Kemudian Nabi Ismail menghadirkan Hajar Aswad. Nabi Ibrahim lantas mengecup batu itu, sebagaimana juga kemudian dilakukan Rasulullah Muhammad.
Kisah lain diceritakan pada masa pemugaran Kakbah pra-kerasulan Muhammad. Meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya adalah salah satu bentuk kehormatan dan kebangaan seseorang maupun kelompok. Atas keyakinan ini, tak jarang puluhan suku besar di sekitaran Kakbah saling berselisih dan berebut kepercayaan. Hingga hadir Muhammad muda, ia mengidekan agar batu itu diletakkan di atas serban, lalu perwakilan dari setiap suku dipersilakan memegang masing-masing ujung kemudian secara bersamaan menggotongnya. Inilah peristiwa kali pertama Nabi digelari “Al-Amin”, sosok yang paling patut dipercaya.
Kelanjutan kisah kemuliaan Hajar Aswad juga berlanjut hingga masa sahabat. Disebutkan bahwa Umar ibn Khattab adalah orang yang pertama kali mengecualikan Hajar Aswad dari batu-batu yang pernah dijadikan sebagai simbol kemusyrikan. Umar meyakinkan dirinya bahwa mencium Hajar Aswad adalah bagian dari kesunahan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad setiap usai bertawaf.
Ada hikmah besar dalam tradisi mencium Hajar Aswad. Ia dipercaya sebagai salah satu tempat di sekitar Kakbah yang mustajabah. Doa-doa akan mudah terkabul. Di sisi lain, mencium Hajar Aswadjuga diyakini sebagai simbol pelepasan dosa-dosa. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hikmah, bahwa batu yang dulu warnanya mengalahkan putinya susu itu berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia.
Hajar Aswad menjadi sumbu atas dimulai dan diakhirinya tawaf. Di sanalah kerelaan penghambaan kepada Allah SWT bermula dan menyempurna. Hajar Aswad adalah saksi atas jutaan orang yang tengah memuji ke-Esaan Tuhan, berpasrah, juga dengan sepenuh hati mengharapakan keridaanNya.
Mengenal Ragam Pintu Masjidil Haram Agar tak Tersesat
Kemegahan Masjidil Haram, Mekkah, menyambut para tamu Allah. Lantai marmer mewah, tiang-tiang besar, pendingin udara di setiap sudut, serta papan informasi yang cukup terang mengantar jemaah menuju kakbah yang terletak persis di tengah-tengah.
Untuk bisa bertawaf dan bermunajat di Masjidil Haram, jemaaah terlebih dahulu mesti melewati beragam pintu. Pintu-pintu yang berjumlah banyak dan hampir serupa ini kerap memecah konsentrasi para calon haji, terutama yang berasal dari Indonesia lantaran bercampur dengan jutaan Muslim lainnya yang datang dari segala penjuru dunia. Jika tak bisa mengingatnya dengan baik dari pintumana ia masuk, maka seseorang bisa tercerai dari rombongannya dan bahkan tersesat.
Sebelum dilakukan pemugaran, keseluruhan pintu masuk Masjidil Haram berjumlah 120 buah. Masing-masing pintu memiliki nama. Yang masyhur dan cukup mudah diingat di antaranya adalah Bab (pintu) Shafa, Ali, Alfath, Marwah, Umrah, dan Abu Bakar Shidiq. Penamaan pintu ini sebenarnya ditujukanagar mudah dihafal jemaah. Namun masjid dengan luas lebih dari 388.375 meter ini tampaknya tetap menyulitkan jemaah haji dalam memetakan arah dan mengenali pintu sebagai patokan.
Denah pintu Masjidil Haram
Beruntung dalam musim haji tahun ini sebagian besar pemugaran tuntas dilakukan. Termasuk pintu-pintu di Masjidil Haram. Perbedaan keberadaan pintu sebelum dan sesudah pemugaran ini cukup mencolok. Salah satu pekerja renovasi asal Indonesia, Herman, mengatakan meski pintu yang dibangun bertambah banyak namun pengelompokkan namanya semakin sederhana dan mudah diingat.
Herman delapan tahun bekerja di Arab Saudi. Dia bertugas sebagai teknisi AC di Masjidil Haram tiga tahun terakhir. Pria asal Purwakarta, Jawa Barat, itu berulangkali menolong dan memberi petunjuk arah pulang jemaah haji asal Indonesia yang tersesat. Agar jemaah tidak tersesat, Herman memberi petunjuk kunci, “Meskipun pintu semakin banyak, semua mengarah ke King Fahd. Yang perlu dipahamipintu masuk utama saja.”
Kelompok pintu masuk utama yang dimaksud Herman berjumlah empat. Perinciannya bisa dipaham mulai dari pintu bernama Bab King Fahad, nama ini mencakup pintu masuk nomor 70 hingga 93. Berikutnya nama King Abdul Aziz, King Abdullah, dan Safa Marwah mencakup pintu-pintu bernomor 20 sampai 25. Kelompok pintu King Fahd, King Abdul Aziz dan King Abdullah akan mengarahkan pada masjid baru hasil pemugaran. Posisinya tepat menghadap Hotel Dar at Tauhid Continental serta Zam-zam Tower.
Sementara kelompok pintu Shafa Marwah akan mengarahkan jemaah yang memilih tinggal yang cukup jauh dari Masjidil Haram. Sebagian jemaah haji Indonesia termasuk yang banyak menggunakan jalur ini. Mereka biasanya menetap di Mafazin, Aziziyah, dan Raudhah. Meski begitu, untuk menujuMasjidil Haram jemaah bisa mengakses kendaraan yang disediakan berupa bus berwarna merah maupun hijau.
Getar Pertama Bertamu di Rumah Allah
Bersama dua lembar kain ihram yang kukenakan, ada getar yang turut bergelayut. Betapa bahagianya kala menyadari bahwa diri ini telah benar-benar menjejakkan kaki diTanah Haram, Mekkah Almukarramah. Kakbah menyambut megah. Inilah anugerah terbesar di sepanjang hidup, akhirnya kudapat bertamu di rumahMU, Ya Allah.
Setelah pintu King Fahd di Masjidil Haram kulintasi, langkah kaki yang tak sabar ini terus menapaki punggung marmer yang begitu sejuk. Dari kejauhan, bangunan kubus berselimut kiswah hitam tampak berdiri kokoh. Kakbah, ia tengah diputari ribuan jemaah. Lalu, anak tangga menuju mataf pun mengantar raga ini untuk ikut memulai tawaf. Kami bergerak, melawan arah jarum jam. Berzikir, memuji keagungan Tuhan.
Asyik masyuk bertawaf menjadikan tujuh kali putaran terasa cepat. Setelahnya, kami menghadap lurus ke kiblat Muslim sedunia itu dengan jarak hanya 20 meter. Salat sunah didirikan. Dipungkasi dengan tegukan air Zamzam, air yang pernah menolong Nabi Ismail dari kehausan.
Dari pelataran kakbah, kami beranjak menuju bukit Shafa dan Marwa untuk memulai napak tilas mengenang ikhtiar Siti Hajar mencarikan air untuk Ismail. Kami berlari kecil di antara dua bukit yang berjarak 405 meter itu. Seusai hitungan ketujuh, kami akhiri dengan tahallul, menggunting tiga helai rambut dan rampung sudah umrah qudum (pembukaan) ini.
Alur waktu kenikmatan ini masih panjang. Prosesi haji masih banyak yang belum tertunaikan. Kami begitu rindu, jika saatnya nanti memasuki jadwal untuk merenung diri di Arafah, niscaya rasa syukur ini tak akan henti kupanjatkan.
“Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa syariika laka labbaik…Innalhamda wanni’mata laka wal mulk…Laa syariika lak.”