Jangan Tinggalkan Bersedekah

JANGANLAH Anda meninggalkan sedekah karena khawatir harta milik akan berkurang. Rasul Shalallaahu `alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah harta itu berkurang karena disedekahkan.” Bahkan bersedekah itu dapat menyebabkan kekayaan dan keluasan, serta menolak kemiskinan dan kesusahan. Sedangkan tidak mau bersedekah malah menyebabkan sebaliknya, yaitu menarik kemiskinan dan menghilangkan kekayaan.

Allah Ta’ala berfirman: “…Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Saba’ [34]: 39).

Ketahuilah bahwa orang miskin yang bersedekah dengan harta yang jumlahnya sedikit lebih utama dibandingkan sedekah banyak dari orang yang kaya raya. Nabi bersabda: “(Pahala) satu dirham dapat melebihi seribu dirham.”

Beliau ditanya: “Bagaimana bisa seperti itu?” Rasul bersabda lagi: “Ada seseorang yang hanya memiliki dua dirham lalu salah satunya digunakan untuk sedekah. Dan ada lagi seseorang yang karena melimpah hartanya, dia bersedekah seribu dirham. Maka yang satu dirham itu dapat melebihi yang seribu dirham.” Maka satu dirhamnya orang yang tak berpunya itu lebih utama dibandingkan dengan seribu dirhamnya orang yang kaya raya.

Di antara akhlak yang tercela dan dilarang adalah melecehkan dan menghina orang fakir karena kefakirannya. Padahal orang fakir itu adalah syiarnya (simbol) para nabi, perhiasannya orang-orang yang tulus (wali), dan sekaligus kebanggaan mereka. Dengan demikian, memandang rendah mereka, meremehkan hak-hak mereka, mengutamakan orang-orang kaya karena mengharapkan dunia mereka, maka itu semua merupakan tindakan jahat yang tercela dan berbahaya.

Hendaknya Anda berhati-hati dalam masalah ini. Hormatilah manusia dari sisi karena mereka telah mengagungkan Allah dan Rasul-Nya, juga karena mereka telah menegakkan agama-Nya dan mengetahui hak-hak Allah Ta’ala. Tak peduli apakah mereka itu fakir atau kaya.

Benar, orang-orang fakir dibandingkan dengan orang-orang kaya dalam kaca mata agama memang memiliki nilai lebih. Ini karena kefakiran mereka, penderitaan mereka, serta sedikitnya orang yang menghargai mereka. Lain halnya dengan orang-orang kaya. Sesungguhnya mental-mental kerdil –yang dimiliki oleh kebanyakan manusia– mendorong mereka menghormati orang-orang kaya. Semua itu karena dunia yang mereka miliki. Di mata orang-orang yang bermental kerdil, harta adalah di atas segala-galanya.

Hendaknya Anda menyedekahkan dan menginfakkan sesuatu yang Anda sukai. Niscaya Anda akan mendapatkan kebajikan. Allah Ta’ala berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai…” (Aali `Imraan [3]: 92).

Menurut para ulama penafsir Al-Qur’an, yang dimaksud dengan kebajikan di sini adalah surga. Hendaknya Anda juga mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan Anda sendiri. Artinya, Anda memiliki sesuatu benda yang diperlukan, namun Anda mengalah karena ada saudara muslim lainnya yang juga memerlukannya. Dengan sebab inilah Anda akan termasuk orang-orang yang beruntung.

Dalam hal ini Allah Ta’ala telah berfirman: “…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr [59]: 9).

Gembirakan orang-orang yang meminta di depan pintumu. Sesungguhnya orang yang datang itu merupakan hadiah dari Allah untukmu. Dia berhak untuk diberi, meskipun dia datang dengan berkuda. Sebagaimana telah dijelaskan dalam riwayat hadits. Setidak-tidaknya tolaklah dengan cara yang halus.

Senangkan juga dirimu saat memberi kepada peminta tersebut meskipun kerap kali dia datang untuk meminta. Sesungguhnya Rasulullah menyambut peminta dengan tangannya yang mulia. Karena Allah Ta’ala juga mengambil sedekah dari tangan pemberi dengan tangan-Nya yang suci sebelum sedekah itu jatuh di tangan orang yang meminta, sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits.

Bahkan Allah Ta’ala juga berfirman: “Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” (At-Taubah [9]:104).*/Syaikh ‘Abdullah bin ‘Alawi Al Hadad, dari bukunya Pancaran Iman Seorang Muslim.

 

HIDAYATULLAH

Cerita di Balik Momen Haru Mbah Suliyah Gendong Bawaan di Jeddah

Foto Mbah Suliyah, jemaah asal Banjarnegara, Jawa Tengah, menggendong barang bawaan di Bandara Jeddah bak tengah pergi ke pasar mengundang rasa haru sekaligus simpati petugas haji. Seharusnya dia tak melakukannya karena jemaah diimbau tak membawa barang terlampau banyak saat pulang. Lalu, mengapa Mbah Suliyah tetap membawa barang dengan jumlah banyak?
Dalam foto terlihat Mbah Suliyah membawa satu tas jinjing besar, tas tentengan, plastik besar, dan buntalan besar. Cukup merepotkan bagi sebagian orang. Tapi Mbah Suliyah santai.
Kasubag Informasi dan Humas Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Abdul Basir, mengatakan sebenarnya petugas Garuda Indonesia sudah meminta Mbah Suliyah meninggalkan sebagian barang bawaannya. Namun jemaah yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 01 Embarkasi Solo (SOC 01) itu menolak.
“Si Mbah (Suliyah) maunya semua dibawa pulang. Termasuk di antaranya tas isi peralatan mandi,” jelas Basir, Kamis (7/9/2017).
Basir menyebut peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (6/9) di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Saat itu, Mbah Suliyah hendak terbang bersama jemaah kloter-nya ke Tanah Air.
Apa saja yang dibawa Mbah Suliyah? “Banyak, sebagian besar oleh-oleh untuk keluarga. Sajadah, kurma, aksesori, hingga pacar kuku atau hena,” ungkap Basir, petugas Media Center Haji Daerah Kerja Bandara.
Karena terenyuh, petugas haji kemudian mengepak barang bawaan Mbah Suliyah. Ternyata barang tersebut tak cukup dalam satu tas sehingga sebagian dititipkan ke jemaah teman satu kloter.
Basir menjelaskan petugas haji tak keberatan mengepak ulang barang bawaan jemaah. Hanya, itu memakan waktu tersendiri dan dikhawatirkan akan membuat jadwal penerbangan molor. Akibatnya, hal itu mengganggu kenyamanan jemaah lain.
Kepulangan jemaah ke Tanah Air dimulai pada Rabu (6/9) kemarin hingga Rabu (20/9) pekan depan. Jemaah di Mekah diangkut ke Jeddah, kemudian diterbangkan via Bandara Jeddah. Sedangkan jemaah gelombang kedua digeser ke Madinah mulai Selasa (12/9) dan akan pulang via Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah.

(try/rvk)

Detik.com

Al Hikmah Fi Makhluqatillah Menghayati Keagungan Ilahi

Alam menyatukan semua makhluk. Mereka bercengkerama, berinteraksi, dengan memanfaatkan apa yang ada di dalamnya. Meski ada banyak makhluk berbeda, mereka tetap ada dalam kesatuan. Semuanya menggambarkan kehidupan yang tidak berjalan otomatis. Ada yang menggerakkan mereka, yaitu Allah.

Alam seperti rumah yang kokoh. Di dalamnya terdapat segala hal yang dibutuhkan. Langit menjulang tinggi seperti atap. Bumi terbentang layaknya karpet. Bintang ber kelap-kelip bagaikan lampu. Ada banyak ciptaan di dunia ini.

Saking banyaknya, manusia kesulitan untuk menghitung ciptaan Allah satu per satu. Jangankan menghitung semuanya, sekiranya semua makhluk bersatu untuk mendalami hikmah di balik penciptaan satu makhluk saja, sungguh mereka tidak akan mampu.

Itulah tulisan Hujjatul Islam al-Ghazali dalam bukunya al-Hikmah fi Makhluqatillah yang menggambarkan betapa hebatnya ciptaan Allah. Buku yang berarti hikmah penciptaan Allah itu disajikan dalam narasi reflektif yang mengha nyutkan pembacanya kedalam alam pencip taan.

Ketika membaca bab hikmah tentang penciptaan ikan, misalkan, al-Ghazali meng arahkan pembacanya untuk mengamati keindahan ikan-ikan yang berenang di lautan luas. Pembaca seakan diajak menyelam ke dalam laut untuk menyaksikan dengan sendirinya bagaimana ikan-ikan itu berkembang biak, seperti apa rupanya, dan ada makhluk apa saja selain ikan yang hi dup di dalam laut.

Ikan memiliki sirip dan ekor yang bergoyang-goyang sehingga membuatnya dapat berenang. Makhluk itu dapat berkembang biak dengan cepat. Hanya dengan sekali kehamilan, ikan dapat melahirkan banyak anak yang tidak memerlukan pengasuhan karena anak-anak itu dapat langsung hidup dengan sendirinya. Apa hikmah di balik itu?

Menurut Hujjatul Islam, jumlah mereka akan selalu banyak karena satu dan lainnya saling memakan. Selain itu, manusia dan hewan di darat juga menyukai daging ikan.

Itu baru satu. Masih ada 14 hikmah lain nya yang kaya dengan penjelasan tentang ciptaan Allah. Siapa pun yang membacanya akan berpikir bahwa ciptaan tersebut tidak mungkin hadir begitu saja. Ada yang mendesainnya dengan sangat apik sehingga hidup dan berkaitan dengan makhluk lainnya.

 

REPUBLIKA

Baca Surah Al-Anbiya’, LoDuca Terperangah

Seniman lulusan Pratt Institute ini tak pernah bercita-cita menjadi Muslim. Ia juga tidak ingin menjadi Kristen.

Ia menilai, semua konsep agama formal tidak menyenangkan. Meski dibesarkan sebagai pemeluk Katolik, Danielle menganggap dirinya agnostik. Ia menghina semua agama secara umum. “Jika Anda menawarkan jutaan dolar untuk mengajak saya bergabung dengan salah satu agama, saya akan menolak,” kata Danielle LoDuca penuh percaya diri.

LoDuca adalah generasi ketiga Amerika Serikat. Ia tumbuh besar di lingkungan pinggiran Kota New York yang homogen. Sebagai perempuan modern yang rasional, ia lebih percaya pada akal pikiran untuk menuntunnya menjalani hidup, ketimbang “beberapa buku kuno”.

Tak heran bila perempuan ini begitu gandrung dengan Bertrand Russell. Filsuf dan ahli matematika asal Inggris itu berpendapat, agama tak lebih dari takhayul. Agama pada umumnya berbahaya bagi manusia meski mungkin memiliki sedikit efek positif bagi sebagian yang lain.

Lebih lanjut, Russel menilai, agama hanya akan menghalangi manusia dari ilmu pengetahuan, memunculkan ketakutan, dan ketergantungan. Agama juga hanya mengobarkan perang yang sia-sia, penindasan, dan kesengsaraan. LoDuca mengakui kebenaran perkataan itu.

LoDuca ingat, ia tertawa keras-keras saat membaca Hey Is That You God karangan Pasqual S Schievella. Lewat buku setebal 200 halaman itu, Professor Columbia University tersebut mencemooh konsep Tuhan melalui dialog satire. Semua tampak begitu logis bagi LoDuca. Menurut dia, para pemikir jelas berada di atas penganut agama-agama yang hidup tanpa daya kritis.

Kendati demikian, daya kritis LoDuca tak tumpul begitu saja. Mosi tidak percaya agama itu tak membuatnya urung melakukan pembuktian. Ia merasa tidak cukup sekadar berpikir lebih baik tanpa agama. Layaknya para ilmuwan Barat yang empiris dan rasional, Danielle ingin membuktikan secara sistematis bahwa agama tidak lebih dari tipuan. Ia sengaja ingin melakukan itu.

Menariknya, kata LoDuca, dalam pembicaraannya dengan para pemeluk agama, khususnya selain Islam, ia sering melihat bahwa mereka tampak sekali ingin percaya. Seolah, tidak peduli berapa banyak kontradiksi atau kesalahan yang ditunjukkan kitab suci mereka. Mereka kesampingkan itu, tanpa sedikitpun daya kritis.

Jarang ia menemukan kitab suci itu sendiri yang meyakinkan mereka. Yang ada, mereka memutuskan untuk beriman, kemudian baru mempelajarinya setelah keputusan itu dibuat.

Atau, seperti kata teman LoDuca, “Islam tampak asing, jadi aku tidak pernah meliriknya. Kristen lebih akrab dan nyaman karena sebagian besar orang di sekitar saya Kristen. Jadi, ketika saya mencari Tuhan, saya memilih Kristen.”

Danielle Lo Duca tidak ingin seperti itu. Secara pribadi, ia tidak pernah menganggap dirinya sengaja untuk mencari Tuhan. Konsisten dengan Bertrand Russel, ia telah memutuskan untuk percaya satu hal; agama hanyalah delusi palsu yang diagung-agungkan.

Walau pada kenyataannya, aku LoDuca, gagasan itu juga tidak dibangun di atas fakta-fakta tegas. Itu hanya asumsi. Ia tidak memiliki bukti. Ketika membaca buku-buku agama, ia sengaja mencari kelemahan. Sebuah pendekatan yang, kata LoDuca, membuatnya tetap objektif.

Sampai suatu hari, sebuah terjemahan Alquran dia peroleh secara gratis. Ia tengah melintasi sekelompok orang yang membagi-bagikan Alquran hari itu. Tanpa memalingkan muka dari ponsel, ia bertanya ketus, “Apakah itu gratis?”

Salah satu dari panitia mengiyakan. Ia meraih salah satu, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk bertanya. Ia hanya tertarik untuk mengambil buku gratis yang barangkali bisa membuatnya makin menertawakan agama.

Tapi, sejak membaca “kitab kuno itu”, ia menjadi lebih pendiam. Alquran berbeda dari buku-buku agama lain yang juga telah dia kumpulkan. Danielle bisa memahaminya dengan mudah. Itu sangat jelas.

Seorang teman pernah menyebut Tuhannya Muslim itu pemarah dan pendendam. Ia langsung menghampiri orang itu tanpa sadar. Ia buka lembaran-lembaran Alquran, kemudian menunjukkan kalimat, “Sesungguhnya, Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”

Alquran hanyalah “buku tua nan usang”, tapi entah bagaimana ia berpikir kitab itu sepenuhnya relevan. Ada sesuatu dengan irama dan cara komunikasinya yang intim. Ada semacam keindahan yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Terasa melegakan, seolah berjalan tanpa alas kaki di gurun pasir bermandikan cahaya bintang, kemudian angin berembus ringan dari samping.

Alquran telah menarik daya intelektual LoDuca. Ia menawarkan isyarat, kemudian mengajaknya berpikir, merenung, dan mempertimbangkan. Ia menolak keimanan yang membabi buta, tapi mendorong manusia menggunakan kecerdasan. LoDuca sadar, Alquran sepenuhnya ditujukan bagi kebaikan manusia.

Setelah beberapa waktu, niat itu semakin mengendap. Ia mulai membaca buku-buku tentang Islam. LoDuca menemukan bahwa Nabi Muhammad pernah ditegur dalam Alquran. Fakta itu tampak aneh jika Muhammad dianggap penulis Alquran, sebagaimana anggapan para orientalis.

“Orang ini tidak menunjukkan tanda-tanda seorang pembohong,” kata LoDuca. Ia berdoa pada suatu malam. Memohon ampun lantaran pernah menghina sosok mulia itu.N C38 ed: nashih nashrullah

 

Suatu malam, LoDuca kian terperangah tatkala membaca surah al-Anbiya’ ayat 30. Konsentrasinya terpecah. Itu teori Big Bang! pikir LoDuca. Ayat itu masih melanjutkan lagi, segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Bukankah itu baru saja ditemukan para ilmuwan? Ia tercengang.

LoDuca melompat turun dan mulai membaca lebih teliti. Ia memeriksa buku-buku hingga semalaman duduk di Perpustakaan Pratt Institute. Masih dengan mata terbelalak dan tumpukan buku terbuka, LoDuca tersadar. Kebenaran sudah ada di depan mata.

“Saya tidak bisa menyangkal apa yang telah saya temukan. Saya tidak bisa mengabaikannya dan hidup seperti semula. Kini, hanya tersisa satu pilihan,” ungkap LoDuca. Perempuan cerdas itu tahu, ia harus menerima. Akhirnya pada 2002, Danielle Lo Duca resmi masuk Islam.

 

 

REPUBLIKA

Tukang Parkir

Setiap manusia, pasti senang bila diberi sesuatu. Sunnatullah. Apalagi, bila yang diberikan itu menyangkut harta atau kekayaan. Sebab, dengan harta atau kekayaan tersebut ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk membahagiakan dirinya, pasangannya, anak-anaknya, dan seluruh anggota keluarganya.

Sebisa mungkin, harta dan kekayaannya itu bisa bertahan lama, sepanjang hayat bahkan hingga tujuh turunan. Untuk itu, ia akan mengelola dan memberdayakan harta atau kekayaannya itu dengan sebaik-baiknya agar terus berkembang.

Harta itu pastinya ia investasikan pada berbagai bidang supaya semakin melimpah. Ia tidak ingin harta yang sudah dimiliki itu musnah atau habis dalam waktu singkat.

Ia akan bekerja sepenuh waktu untuk menjaga dan mengembangkannya. Siang, malam, pagi, sore, dini hari, atau kapan saja, semuanya diupayakan selalu berpikir tentang harta dan kekayaan.

Seperti Qarun yang kekayaannya begitu melimpah, sampai-sampai gembok atau kunci pintu tempat menyimpan kekayaannya itu harus diangkat dan dijaga puluhan orang. (QS Al-Qashash : 76). Dengan bangganya ia mengatakan, seluruh harta yang ada padanya merupakan buah dari usahanya, hingga Allah kemudian membinasakannya karena kesombongannya. (QS Al-Qashash: 77-83).

Berkaca dari kisah dan ilustrasi di atas, maka sesungguhnya harta dan kekayaan adalah ujian dari Allah kepada umat manusia. (QS Al-Baqarah [2]: 155, Ali Imran [3]: 14). Apakah dengan harta itu dia makin bersyukur, atau sebaliknya menjadi kufur (QS An-Naml [27]: 40).

Bagi orang yang beriman, harta dan kekayaan yang didapat akan menjadi jembatan untuk semakin dekat kepada Allah. Sebaliknya bagi orang-orang yang ingkar (kufur), harta kekayaan akan semakin menjauhkan mereka dari rahmat Allah.

Seandainya harta yang didapatkannya itu habis, hilang, atau dicuri orang lain, maka mereka akan merasakan kehilangan yang teramat sangat. Sedih berkepanjangan, timbul rasa marah, sesal, dan hal-hal negatif lainnya. Pun demikian yang banyak kita alami. Rasa kehilangan itu muncul karena kita merasa bahwa harta atau jabatan itu adalah milik kita, kepunyaan kita.

Kisah tukang parkir berikut ini, mungkin bisa jadi teladan bagi kita untuk tidak merasa kehilangan atas apa yang telah pergi atau hilang dari diri kita. Baik soal harta kekayaan, jabatan, atau pun anggota keluarga yang telah pergi.

Suatu hari, sejumlah kendaraan terparkir di sebuah pasar tradisional yang lahannya cukup luas. Mulai dari sepeda motor hingga mobil. Dari kendaraan dengan harga puluhan juta hingga miliaran ada disitu.

Seorang tukang parkir, bernama Syafik, terus membunyikan peluitnya untuk mengatur kendaraan yang akan parkir maupun akan meninggalkan pasar. Untuk setiap pengendara yang datang, ia berikan tiket parkir. Ia berikan senyuman indah kepada pengendara maupun pemilik kendaraan.

Sebagai tukang parkir, maka Syafik sangat berhati-hati menjaga kendaraan yang dititipkan padanya saat pemiliknya meninggalkan kendaraan. Ia tidak ingin kendaraan yang terparkir di lokasi yang dijaganya itu mengalami rusak, hilang atau tergores sedikit pun. Sebab, kendaraan itu adalah titipan dari majikan atau si pemilik kendaraan.

Ketika kendaraan pergi, tak lupa Syafik mengambil tiket dari si pengendara. Ia berikan senyuman manis nan indah kepada si pengendara atau pemilik kendaraan yang telah memercayakan kepadanya untuk menjaga titipan atau kendaraan selama mereka berbelanja.

Dari kisah ini, dapatlah kita mengambil pelajaran. Pertama, harta, kekayaan, jabatan, dan anak, adalah amanah (titipan). Sungguh tak layak bila amanah atau titipan itu membuat kita sombong dan angkuh. Kedua, titipan haruslah dirawat dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Jika rusak atau hilang, tentu yang memberikan titipan akan marah.

Ketiga, tak perlu bersedih hati bila amanah atau kekayaan itu pergi. Lihatlah tukang parkir, walau mobil yang masuk ke lokasi parkir bermacam-macam warna serta harganya, ia tidak sombong. Bahkan, ketika kendaraan pergi satu per satu, bahkan sampai habis tak bersisa, tukang parkir tidak merasa kehilangan. Sebab ia sadar, mobil yang datang dan pergi itu hanya sementara (titipan) yang pasti akan kembali atau diambil sama yang punya.

“Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (al-An’am [6]: 32). Wallahu a’lam.

 

Oleh : Wartawan Republika, Syahruddin El-Fikri

REPUBLIKA

Wahdah Islamiyah: Rohingya, Etnis Muslim yang Istiqamah

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah Muhamad Zaitun Rasmin menyatakan, etnis Muslim Rohingya adalah etnis Muslim yang kuat dan istiqamah dengan iman dan Islamnya. Terbukti dengan kezaliman yang mereka derita berabad-abad hingga hari ini tidak menggoyahkan Iman dan Islamnya.

“Yang paling anyar adalah apa yang terjadi pekan ini berupa tindakan represif militer Myanmar dengan dalih memberantas militan Rohingya di wilayah Rakhine yang justru berwujud pembunuhan paling brutal pada abad ini,” kata dia dalam siaran pers yang diterima, Selasa (5/9).

Wahdah Islamiyah, ungkap Zaitun, mengutuk keras atas segala tindakan kezaliman terhadap etnis Muslim Rohingya. Juga, menyerukan jihad kemanusiaan kepada seluruh kaum muslimin agar memberikan apapun yang dimilikinya untuk mengangkat kezaliman ini.

“Kemudian menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menunjukkan eksistensinya dengan menghentikan genosida ini, atau umat Islam akan mengambil jalannya sendiri,” kata dia.

Selain itu, Wahdah Islamiyah menuntut Pemerintah Indonesia menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan kezaliman yang tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan. Pemerintah Bangladesh pun harus membuka perbatasannya bagi pengungsi Rohingya, atas nama Islam dan kemanusiaan.

“Seharusnya Pemerintah Bangladesh dapat mengikuti langkah Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang membuka lebar pintu bagi para pengungsi Rohingya,” kata dia.

Kaum Muslimin, para pemerhati, dan peduli kemanusiaan sedunia juga harus membentuk konsorsium  Internasional yang menangani masalah Rohingya secara menyeluruh. “Kami juga menyerukan kaum Muslimin untuk melakukan qunut nazilah, bersungguh-sungguh berdoa dan berkontribusi bagi pembebasan Muslim Rohingya dari kezaliman,” ujar dia.

 

REPUBLIKA

Ra’aytun Nabi, Inspirasi dari Memimpikan Rasulullah

Suatu ketika Imam Bukhari mengaku memimpikan Rasulullah. Dalam mimpi itu, Bukhari memegang kipas dan berdiri di depannya. Keesokan hari, setelah bangun dari tidur, dia menanyakan mimpi tersebut kepada seorang ahli. Makna mimpi itu adalah Bukhari akan melindungi Rasulullah dari dusta. Mimpi tersebut menginspirasinya untuk menulis kumpulan hadis dalam al-Jami’ as-Sahih yang kini menjadi rujukan umat Islam.

Kisah itu ditulis oleh seorang alim asal Mesir, Abdul Aziz Ahmad bin Abdul Aziz, dalam bukunya Ra’aytun Nabiyya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Mi’atu Qishshatin min Ru’an Nabiy (Aku bermimpi bertemu Rasulullah: ratusan kisah orang-orang yang memimpiran Nabi). Berdasarkan pemaparannya, mimpi bukan sekadar gam baran alam bawah sadar atau hasrat tak terpenuhi yang mewujud dalam khayalan.

Dia bukan sekadar proyeksi ataupun emosi yang meluap ketika memejamkan mata. Lebih dari itu, mimpi dapat menjadi inspirasi untuk perubahan dan kemajuan. Mimpi menjadi pemicu lahirnya kebijakan yang konstruktif, mengingatkan kelalaian seseorang agar semakin dekat dengan Islam.

Hal tersebut terbukti dalam sebuah kejadian yang diriwayatkan Ashim, anak Umar bin Khattab. Suatu ketika, sang anak menyaksikan seorang bernama Haris al-Muzni datang. Dia mengaku, bertemu Rasulullah dalam mimpinya. Utusan Allah itu berpesan, hujan akan turun. Pesan itu harus disampaikan kepada Umar bin Khattab.

Ketika pesan itu disampaikan, Umar terkejut. Sang khalifah bertanya beberapa kali untuk memastikan keaslian mimpi Haris. Tidak lama setelah itu, Umar mengajak kaum Muslimin untuk mendirikan shalat meminta hujan (istisqa). Khalifah yang kerap disebut Abu Hafs ini berdoa, Ya Allah, para pendukung kami telah lemah. Daya dan kekuatan kami melemah, begitu pula dengan diri kami. Tiada daya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan- Mu. Ya Allah anugerahkanlah kami siraman hujan.

Mimpi bertemu Rasulullah juga menjadi titik awal perubahan seseorang menjadi lebih baik. Mereka yang semula tidak mengimani Islam berubah sehingga mau bersyahadat. Suatu ketika Khalid bin Ash bermimpi akan dijerumuskan ke jurang negara oleh ayahnya. Namun, tangannya dipegang oleh Rasulullah.

Khalid ingat betul gambaran neraka yang panas dan menyeramkan. Setelah bangun dari tidur, dia menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Seumur hidupnya, Khalid mengabdi kepada Rasulullah.

 

REPUBLIKA

Ciri-Ciri Mimpi Bertemu Rasulullah

Masih banyak lagi kisah mimpi bertemu Rasulullah yang diceritakan Abdul Aziz dalam bukunya. Husein cucu Rasulullah bermimpi bertatap muka dengan kakeknya dapat mendapatkan doa. Setelah shalat, dia membaca doa tersebut berkali-kali sehingga keinginannya tercapai.

Ada juga yang bermimpi mendapatkan peringatan dari Rasulullah. Mimpi tersebut juga ada yang menjadi petunjuk keilmuan, seperti yang dialami imam al-Ghazali.

Kisah itu ditulis oleh seorang alim asal Mesir, Abdul Aziz Ahmad bin Abdul Aziz, dalam bukunya Ra’aytun Nabiyya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Mi’atu Qishshatin min Ru’an Nabiy (Aku bermimpi bertemu Rasulullah: Ratusan kisah orang-orang yang memimpikan Nabi). Memahami mimpi Rasulullah bukan hal biasa.

Hanya orang tertentu yang mengalami itu. Dia menjelaskan, ciri-ciri mimpi bertemu Rasulullah. Pertama, sosok dalam mimpi yang ditemuinya berkata, Aku adalah Rasulullah, atau Aku adalah Muhammad bin Abdullah, atau Aku adalah nabimu.

Kedua, si pemimpi melihat sosok yang diagungkan. Dia meyakini orang tersebut bukan orang sembarangan. Orang tersebut diyakininya sebagai Rasulullah meskipun tidak ada yang memberitahukan hal tersebut. Ketiga, pemimpi melihat seseorang yang dihormati. Kemudian, ada orang lain yang memberitahukan, orang tersebut adalah Rasulullah.

Setan dan jin mampu menyerupai makhluk apa pun di alam ini. Keduanya bisa mewujud dalam bentuk manusia atau binatang, dan banyak lagi. Namun, dia tidak bisa menyerupai Rasulullah. Nabi bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, Barang siapa melihatku, ia telah melihat kebenaran karena setan tidak bisa menjelma dalam rupaku.

Mimpi bertemu Rasul merupakan ekspresi kerinduan dan kecintaan seseorang kepada Rasulullah. Umat saat ini memang tidak dapat bertatap muka langsung dengan Rasulullah. Namun, mereka dapat melihat sang Nabi dalam mimpi yang kerap menghadirkan isyarat atau petunjuk.

 

REPUBLIKA

Tenang, Ada Allah!

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Yang Maha Menguasai segala sesuatu. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, bagaimanapun kenyataan hidup yang kita hadapi, seberat apapun, ingatlah kalimat ini,“Tenang, ada Allah!”Sesungguhnya kalimat ini bukanlah kalimat yang sekadar pelipur lara yang terlontar dari lisan semata. Melainkan benar-benar kalimat yang berasal dari dasar akidah yang murni, tauhiid yang lurus dan kokoh. Kalimat yang mengandung kebenaran yang tak terbantahkan, yaitu “ada Allah!”

Ada Allah yang melihat segala-galanya, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya dan tidak ada yang luput sedikitpun dari pengetahuan-Nya. Ada Allah yang mendengar segala suara hingga bisikan yang paling rahasia sekalipun yang terbersit dalam hati manusia. Ada Allah Yang Maha Kaya, yang tidak akan berkurang sedikitpun kekayaan-Nya karena mencukupi kebutuhan seluruh makhluk-Nya. Ada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada kejadian sekecil apapun kecuali ada dalam kuasa-Nya.

Allah Swt berfirman,“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” lalu jadilah ia.”(QS. Al Baqoroh [2] : 117). [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Uwais al-Qarni Berhaji Sembari Menggendong Ibunda

Uwais Al-Qarni adalah pemuda Shaleh dari Yaman, sejak lahir Uwais memiliki penyakit belang di sekujur tubunya. Meskipun fisiknya tidak sempurna tapi ia tidak pernah mengeluh kepada Allah justru ia sangat taat kepada Allah dan sangat berbakti pada ibunya.

Sehari-harinya ia habiskan untuk beribadah dan mengembala sapi, hanya sedikit orang yang mengenal Uwais Karena ia hanya fokus untuk beribadah, menghafal Alquran dan merawat ibunya yang sudah renta dan sakit-sakitan, Siang hari ia berkerja keras, malam hari dia selalu asyik bermunajat kepada Allah. Baginya tidak dikenal didunia jauh lebih baik dari pada tidak dikenal Allah.

Uwais yang hidup dalam kemiskinan, kemiskinan itu tidak membuatnya malas dalam beribadah malah semakin membuatnya takut kepada Allah dan semakin mendorongnya untuk lebih tenggelam dalam ketaatan kepada Allah dan sibuk menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah yang sangat dicintainya.

Pada suatu ketika, ibu Uwais yang semakin tua dan sakit-sakitan meminta kepadanya agar membawanya menunaikan ibadah Haji. Uwais hanya dapat mengiyakan permintaan ibunya, tapi ia yang miskin berpikir bagaimana ia bisa membawa ibunya beribadah haji sementara ia sangat miskin, perjalanan dari Yaman ke Madinah membutuhkan banyak biaya dan harus menggunakan unta untuk membawa ibunya dan harga unta pun sangat mahal.

Uwais terus berdoa sungguh-sungguh kepada Allah agar dimudahkan jalannya untuk memenuhi keinginan ibunya menunaikan ibadah haji. Allah yang maha baik memberikan ilham kepada Uwais, Uwais membeli seekor anak sapi yang sudah tidak menyusu, kemudian ia membuat sebuah kandang sapi diatas bukit.

Setelah kandang sapi itu jadi maka setiap sore hari uwais menggendong anak sapi yang masih kecil itu dipunggungnya kemudian ia bawa naik ke atas bukit dan setiap pagi Uwais menggendong anak sapi itu ke kaki bukit untuk diberikannya makan. Uwais melakukan itu setiap hari dan orang-orang menganggap Uwais gila, karena bukan membiarkan sapi berjalan tapi ia malah menggendongnya.

Padahal perbuatan uwais itu bukan tanpa alasan, ia sangat cerdas. Ia jadi terbiasa menggendong anak sapi itu selama delapan bulan, dan selama delapan bulan itu pula berat anak sapi yang tadinya 20kg menjadi 100 kg, otot-otot ditubuh Uwais pun menjadi terbentuk dan dia semakin kuat.

Tibalah musim haji, barulah semua usaha dan kerja kerasnya menunjukan hasil yang luar biasa. Uwais membawa ibunya menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki sambil menggendongnya dari Yaman ke Makkah yang berjarak 600km ,Uwais yang sudah terbiasa menggendong sapi ke atas bukit setiap harinya. Ia dapat dengan mudah membawa ibunya.

Setelah mereka kembali keyaman, tidak lama ibunya meninggal dunia. Dia sangat bersyukur dapat menunaikan smeua permintaan ibunya, Allah memuliakan martabat Uwais disisi-Nya.

 

REPUBLIKA