Sempurnanya Kebaikan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang tiada tuhan selain Dia. Tiada yang patut untuk disembah dan dijadikan sandaran pertolongan selain Dia. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan langit, bumi dengan segala apa yang ada di antara keduanya. Tiada yang sia-sia dari segala ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, kita mendambakan bisa menjadi orang baik. Bukan karena ingin mendapat pujian orang lain, bukan karena ingin dipandang oleh orang lain sebagai orang baik. Kita ingin menjadi orang baik karena Allah Maha Baik, Ath Thoyyib, menyukai kebaikan dan mencintai hamba-hamba-Nya yang berbuat baik.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh, semoga Allah ridho kepadanya, Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana perintah kepada para rosul, “Wahai sekalian rosul, makanlah yang baik-baik dan beramal sholehlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Muminun [23]:51)

Dan Allah Taala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al Baqoroh [2] : 172)

Abu Hurairoh melanjutkan,“Kemudian Nabi menceritakan keadaan seseorang yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya kusut, wajahnya berdoa, menengadahkan tangan ke langit dan berkata, “Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku..” Sedangkan makananya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, diberi asupan gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa diterima doanya?!”(HR. Muslim)

Jadi, kita harus mencari kedudukan di sisi Allah dengan amal kebaikan sesuai yang Allah perintahkan. Allah adalah Ath Thoyyib, Dzat Yang Maha Baik. Thoyyib itu sendiri artinya bersih dari kekotoran dan jauh dari hal-hal yang kotor. Allah Swt, benar-benar Maha Baik. Tidak ada perbuatan Allah yang jelek. Setiap hukumnya adalah baik. Setiap perintah-Nya adalah baik. Setiap larangannya adalah baik. Bahkan ancaman-Nya pun sesungguhnya untuk kebaikan, seperti Allah menciptakan neraka, itu adalah untuk kebaikan kita.

Allah menciptakan makhluk-Nya juga secara baik. Dalam sebaik-baik bentuk menurut Allah Swt. Kalaupun ada yang terlahir tidak memiliki organ tubuh secara lengkap, ada yang tidak memiliki kaki, atau tidak memiliki tangan, atau tidak memiliki salah satu organ lainnya, sesungguhnya ini sudah sebaik-baik bentuk menurut ilmu Allah Swt. Dan perencanaan Allah adalah Maha Sempurna dan balasan-Nya pun sempurna.

Tidak ada yang buruk dari Allah, dilihat dari sisi manapun. Kalaupun kita merasa ada yang buruk, maka pasti keburukan itu pasti datang dari kita. Bisa karena buruk penyikapan kita, atau buruk persangkaan kita, buruk hati kita, atau buruk pikiran kita. Jadi kalau ada sesuatu hal yang membuat kita menderita, pasti karena diri kita sendiri yang buruk.

Maka saudaraku, marilah kita senantiasa terus memperbaiki diri kita. Perbaiki kondisi hati, pikiran, tutur kata, perbuatan dan ibadah kita kepada Allah Swt.InsyaaAllahkebaikan Allah akan sangat kita rasakan, bagaimanapun keadaan kita.WAllahualam bishowab. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar |

INILAH MOZAIK

Khayalan dan Angan-angan Musuh Terbesar Kita

KHAYALAN dan angan-angan adalah musuh terbesar dalam diri manusia. Banyak yang berhayal mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha. Cukup dengan duduk manis dan berdoa lalu ia berharap semua keinginannya akan terwujud.

Dengan jelas Alquran selalu mengajarkan untuk tidak hidup dengan angan-angan dan hayalan belaka, “(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-angan ahli kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu.” (QS.An-Nisa:123)

Bahkan salah satu penyebab sengsaranya seseorang di akhirat adalah karena hanya hidup dalam angan-angan. Seperti Firman Allah swt, “Dan kalian ditipu oleh angan-angan kosong.” (QS.Al-Hadid:14)

Kita semua tahu doa bagi seorang mukmin adalah senjata yang paling ampuh untuk menyelesaikan berbagai masalah, namun apa artinya doa tanpa usaha. Logika Alquran tidak pernah mengajarkan berdoa saja tanpa usaha. Buktinya, Rasulullah saw harus berdarah-darah keluar masuk medan peperangan untuk berjuang. Padahal dengan mengangkat tangan saja, semua musuh dapat terkalahkan.

Allah Mengajarkan para nabi untuk berusaha semaksimal mungkin, padahal mereka adalah para kekasih Allah swt. Lalu siapa kita yang berhayal mendapatkan sesuatu tanpa usaha? Apakah kita merasa di atas para nabi?

Berikut ini adalah contoh bagaimana Allah menuntut usaha para nabi, padahal dengan mudah Allah Mampu Memberi keselamatan dan kemudahan bagi mereka. Namun Sunnatullah berkata lain, siapa yang berusaha, dialah yang akan mendapatkan hasilnya.

Nabi Nuh as diperintahkan untuk membuat perahu, padahal Allah Mampu Menyelamatkan rumah beliau dari banjir.

“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS.Huud:37)

Nabi Luth as diperintahkan untuk keluar dari desa yang akan dihancurkan, padahal Allah Mampu Menyelamatkan beliau dan membinasakan yang lain.

“Pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang.” (QS.Huud:81)

Nabi Ayyub as diperintahkan untuk berusaha dan berobat agar sembuh, padahal Allah Mampu Menyembuhkannya tanpa obat.

(Allah Berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS.Shad:42)

Sayyidah Maryam as diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma, padahal Allah Mampu Menurunkan buahnya tanpa perlu digoyangkan.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS.Maryam:25)

Semua ayat di atas mengajarkan bahwa tiada sesuatu yang akan didapat tanpa adanya usaha. Segala sesuatu akan diraih jika melalui jalur dan prosedur yang tepat,

“Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS.Al-Baqarah:189)

Tapi bukankah semua yang kita miliki berasal dari Allah?

“Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.” (QS.Al-Anfal10)

Ya, kita semua yakin bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah swt. Tapi ingat, dalam ayat lain Allah tidak melupakan jasa kaum mukminin yang berjuang dijalan-Nya.

“Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu. Dia-lah yang Memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang Mukmin.” (QS.Al-Anfal:62)

Maka logika Alquran mengajarkan kepada kita bahwa semua yang kita dapatkan adalah murni pemberian dari-Nya, tapi usaha tetap berasal dari diri kita sendiri. Kita tidak pernah tahu di mana letak rezeki kita, bisa saja kita berusaha di sini namun Allah Memberikan rezeki-Nya di tempat lain.

Kita hanya dituntut untuk berusaha, sementara pemberian hanya dari-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu.” (QS.Muhammad:7). []

 

 

Kewajiban Memuliakan Makanan

SALAH satu pemandangan yang menyedihkan adalah sikap sebagian orang yang suka membuang-buang makanan. Bahkan kadang membuang makanan yang masih sangat layak untuk dikonsumsi.

Salah satu perbuatan yang dibenci Allah adalah membuang-buang harta. Termasuk diantaranya, membuang-buang makanan. Dari Mughirah bin Syubah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membeci kalian karena tiga hal: “katanya-katanya” (berita dusta), menyia-nyiakan harta, dan banyak meminta. (HR. Bukhari 1477 & Muslim 4578).

Dalil lain yang menunjukkan wajibnya memuliakan makanan adalah hadis tentang larangan menjadikan tulang untuk istinjak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian beristinjak dengan kotoran atau dengan tulang, karena tulang adalah bahan makanan saudara kalian dari golongan jin. (HR. Turmudzi 18 dan dishahihkan al-Albani).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk menghormati makanan jin muslim. Dengan cara, tidak menggunakan tulang untuk istinjak. Karena tulang akan terkena najis. Sehingga makanan manusia harus lebih dimuliakan. Ulama menyebutnya denganqiyas aula (analogi superlatif).

Di samping itu, di antara bukti rasa syukur seseorang adalah dia hormati nikmat itu, dan bukan dihinakan. Atas pertimbangan ini, para ulama melarang keras menghina makanan atau memposisikannya di tempat yang tidak terhormat.

Kita akan lihat beberapa keterangan ulama dalam masalah ini,

Pertama, keterangan dari Sufyan at-Tsauri ulama tabi tabiin . Yahya bin Said menceritakan,

Sufyan at-Tsauri membenci orang meletakkan roti di bawah piring. (HR. Turmudzi keterangan hadis no. 1965).

Kedua, keterangan Hasan al-Bashri. Beliau menceritakan hukuman yang pernah Allah berikan kepada masyarakat yang tidak memuliakan makanan,

Ada sebuah penduduk desa yang Allah beri kelapangan dalam masalah rezeki. Sampai mereka melakukan istinjak dengan roti. Akhirnya Allah kirimkan penyakit lapar, hingga mereka makan makanan yang mereka duduki. (Ibnu Abi Syaibah no. 36788)

Ketiga, keterangan Muhammad al-Baqir. Ibnu Abid Dunya dalam kitabnya Islahul Mal, menyebutkan riwayat dari Jafar bin Muhammad, dari ayahnya, Muhammad al-Baqir (Abu Jafar), beliau mengatakan, dulu, Bani Israil pernah beristinjak dengan roti. Hingga Allah kirimkan rasa lapar kepada mereka, hingga mereka mencari-cari di toilet mereka untuk dimakan. (Ibnu Abid Dunya Islah Mal no. 344)

Keempat, keterangan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani. Dikutipdalam risalah Masail Ajaba anha al-Hafidz (permasalahan yang dijawab al-Hafidz Ibnu Hajar). Beliau pernah ditanya tentang hukum menghinakan roti? Apakah boleh membuangnya di tanah, dan apakah kita harus mengagungkannya?

Jawaban al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani,

Saya tidak mengetahui ada seorangpun ulama yang mengatakan, “Boleh menghinakan roti.” Seperti diinjak, atau membuang roti sisa di tempat sampah atau semacamnya. Dan tidak ada satupun ulama yang menyarankan untuk berlebihan dalam memuliakan roti, seperti mencium roti. Bahkan Imam Ahmad radhiyallahu anhu menegaskan dibencinya mencium roti (dalam rangka memuliakan).

Di samping tidak ada ulama yang membolehkan menghinakan roti, perbuatan semacam ini berarti melanggar larangan tentang menyia-nyiakan harta. Sehingga terlarang menginjaknya di kaki. Karena orang lain bisa merasa jijik setelah itu. Sehingga tidak mau memakannya, padahal dia sangat membutuhkannya.

Selanjutnya al-Hafidz menyebutkan bahwa hadis yang memerintahkan memuliakan roti adalah hadis yang dhaif dan maudhu. Sehingga tidak bisa jadi dalil. Seperti hadis yang diriwayatkan Thabrani, “Muliakanlah roti, karena Allah memuliakannya. Siapa yang memuliakan roti maka Allah akan memuliakannya.” Hadis ini sanadnya dhaif.(Masail Ajaba anha al-Hafidz, hlm. 20).

Sekalipun keterangan di atas berbicara tentang roti, namun ini berlaku untuk semua makanan. Karena roti adalah bahan makanan pokok bagi mereka. Dan tentu saja ini berlaku untuk semua makanan. Allahu alam. [Ustaz Ammi Nur Baits]

 

 

Tim Chambers: Islam Menjawab Semuanya

“Mengapa aku berada di dunia ini? Dua pertanyaan besar itu telah membuat Tim Chambers, pria kelahiran Woking, Surrey, Inggris, gundah gulana. Ia pun melakukan pencarian spiritual untuk menemukan jawabannya.

“Aku pernah meyakini agama Buddha, Hindu, Sosialisme, juga Kristen untuk kedua kalinya,” ujar pria berambut gondrong itu seperti dikutip laman OnIslam.net. Namun, Tim tak berhasil menemukan Tuhan.

Ia pun mendalami Tai Chi dan berbagai seni bela diri, meditasi, serta vegetarianisme. Harapannya, ia bisa menemukan jawaban atas pertanyaan spiritual yang bercokol dalam hatinya itu. “Tak satupun mampu memberi saya jawaban, tuturnya.

Hingga suatu hari, ia berkenalan dengan Islam. Dan, dua jawaban penting yang terus dicarinya itu akhirnya berhasil ditemukannya dalam Islam. Sejak itulah, ia menjadi seorang Muslim. Bahkan, kini, ia menjadi seorang dai.

Namanya berganti menjadi Yusuf Chambers. Ia selalu tampil di berbagai event Muslim internasional dan secara rutin mengisi program beberapa media Islam, seperti Peace TV dan Islam Channel. Dakwahnya juga menjangkau Meksiko, India, dan Kuwait.

Lalu, bagaimana Yusuf bisa menemukan Islam?

Sebelum masyhur sebagai seorang dai, tak banyak orang yang tahu jejak hidupnya.

Ia mengaku berasal dari sebuah masa lalu yang gelap. Yusuf tak melupakan bagaimana hari-harinya sebelum ia berislam, 15 belas tahun silam.

Mengerikan, tuturnya saat mengenang kehidupannya pada masa lalu yang dihabiskan bersama teman-temannya dengan mabuk-mabukan dan hal-hal negatif lainnya. “Saya tidak perlu menjelaskan apa yang hampir selalu kami lakukan pada masa itu,” katanya.

Ketika menginjak usia yang ke-20, hidupnya mulai berubah. Ia mulai menekuni sesuatu yang bernuansa spiritual. Saat itu, aku mulai mempertanyakan banyak hal dalam kehidupan ini, termasuk keberadaan Tuhan.

Tak jarang, ia menghabiskan waktunya tanpa berbicara dengan siapa pun, memperhatikan sekelilingnya. Ia lalu menyimpulkan bahwa semuanya bukan sesuatu yang penting. Tim juga sering memandang keluar jendela berlama-lama dan berusaha menemukan kebenaran dari langit.

“Di satu titik, aku kagum dengan semua yang kulihat dari jendela,”ucapnya.

Keindahan bulan dan bintang telah membuatnya berdecak kagum. Betapa hebatnya alam semesta berdampingan dengan bintang terdekat yang berjarak empat tahun cahaya darinya.

“Aku sangat ketakutan karena tidak pernah tahu mengapa semua hal-hal menakjubkan itu ada di sekitarku,” katanya.

Tim lalu berusaha mencarinya lewat sains dan mempelajari astronomi. Semua itu tidak menjawab pertanyaannya dan justru membawanya pada kebingungan. Pencariannya itu justru menyimpulkan bahwa sains hanya melekatkan label pada segala sesuatu yang tampak nyata dan sama sekali tidak memberikan penjelasan di baliknya.

Menurutnya, sains tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar, Mengapa kita ada di dunia ini? Ke mana kita akan pergi setelah mati nanti?” Itu adalah pertanyaan dasar yang harus kita tanyakan pada diri sendiri dan pada orang lain di sekitar kita.”

Suatu waktu, ia mendatangi gereja dan bertanya kepada pendeta yang saat itu dianggapnya sebagai manusia utusan Tuhan. Siapa sebenarnya Tuhan itu dan mengapa aku berada di dunia saat itu? tanyanya kepada pendeta itu.

Pendeta malah balik bertanya, Apakah kamu pernah mempelajari teologi agama (Kristen)? “Ya, teologi Kristen hanya berisi hal-hal dogmatis yang tidak masuk akal, jawab Tim.

“Kalau begitu, aku tidak tahu harus menjelaskan apa pun. Aku tidak dapat membantumu, tutur pendeta itu.

“Kau lihat gereja di seberang sana? Aku adalah orang yang membuka dan menutupnya, menjaga orang-orang saat mereka datang dan pergi meninggalkan gereja. Itulah pekerjaanku,” pendeta itu menjelaskan.

Tim menyadari bahwa siapapun dan dimanapun seseorang berada, termasuk di dalam gereja sekalipun, tidak akan ada yang mampu mengubahnya jika Allah tidak memberikan petunjuk.

Meski begitu, ia tak patah arang. Tim terus melakukan pencarian. Hingga suatu waktu, ia mengagumi seorang gadis Muslim asal Malaysia. Tim berupaya mendekatinya karena beranggapan gadis itu akan membantunya secara spiritual dan emosional.

“Saat itu, saya tidak terfokus pada hal- hal tentang Muslim karena menurut saya, itu bukanlah hal yang penting. Saya hanya mendekatinya, sementara ia justru sebaliknya, berusaha menjauh dari saya,” kenangnya.

Suatu hari, di bulan Ramadhan, gadis itu marah karena ucapan Tim dinilai menghina agamanya. Saya hanya merespons perkataannya yang melarang saya datang menemuinya sepanjang bulan Ramadhan.

Tim kemudian mendatangi komunitas Islam di kampusnya dan meminta mereka membantunya mengenal Islam dan mendekati gadis Malaysia yang disukainya itu. Tim justru mendapat anjuran untuk tidak berusaha memacari gadis itu.

“Saya menganggap saran itu tidak adil karena saya mencintainya, tapi kemudian, mereka menjelaskan pada saya bahwa gadis Muslim itu tidak berpacaran dan itu adalah hal yang seharusnya, tutur Yusuf.

Teman-teman Tim dari komunitas Islam itu kemudian memberinya beberapa buku tentang Islam untuk dipelajarinya. Ia lalu meluangkan banyak waktunya untuk membaca banyak buku Islam dan mulai mengerti mengapa gadis itu menjauhinya.

Hingga suatu hari, Tim kembali mendatanginya dan menawarkan diri untuk menikahinya. “Saya pikir itu akan menyelesaikan persoalan tentang perbedaan kami, tapi saya ditolak,” kenang dia.

Tim terus membaca banyak buku Islam hingga akhirnya ia memutuskan untuk ikut menjalankan puasa Ramadhan. Sesekali ia bergabung dengan umat Islam di masjid dan mengikuti shalat berjamaah.

“Saya tidak tahu apa yang mereka lafalkan dan hanya berusaha mengikuti gerakan mereka, katanya.

Yusuf mengingat dengan baik, ia berada di London waktu itu dan masih berada di lingkungan yang sama dengan teman- teman lamanya. Saat mereka pergi untuk berpesta dan sejenisnya, Tim memilih tetap tinggal di rumah, melahap buku-buku Islam, dan sesekali pergi ke kamar mandi untuk melakukan wudhu serta ghusl(mandi atau membersihkan diri dari kotoran).

“Meski saya tidak benar-benar mengerti apa ghusl itu,” ungkapnya.

Dari semua yang dibacanya, Tim benar- benar terfokus pada fakta bahwa Islam harus menjadi jalan hidupnya sehingga pagi pada keesokan harinya, masih di bulan Ramadhan, ia mendatangi sebuah masjid untuk mengikrarkan keislamannya.

Setelah mengucapkan syahadat, sekitar 300?400-an jamaah pria memeluk saya secara bergantian, mengucapkan salam dan ucapan selamat pada saya, ujar salah satu pendiri Islamic Education and Research Academy (IERA) itu.

Tim Chambers lalu berganti nama menjadi Yusuf Chambers, menemukan kehidupan yang baru sejak itu. Ia mengaku depresi yang telah lama dirasakannya lenyap, pun ketergantungannya pada alkohol. Yusuf mengatakan, ia telah menemukan kebenaran akhir yang telah lama dicarinya setelah menjadikan Islam sebagai keyakinannya.

“Saya berubah, dari tidak memahami apa pun menjadi seseorang dengan keyakinan yang tinggi tentang alasan keberadaannya di dunia, hanya dalam dua pekan. Itu karena hidayah Allah,” kata dia.

Yusuf yakin, tidak ada yang bisa menolongnya keluar dari keadaan membingungkan itu, kecuali hidayah Allah. “Dan saya sangat bersyukur atas hidayah-Nya itu,” kenangnya.

Di Balilk Kegagalan

Mungkin gagal akan lebih baik dibanding berhasil. Jika, kegagalan itu membawanya ke arah yang lebih baik, melejit, bahkan meninggalkan sepenuhnya sesuatu yang telah menjadi bagian kegagalan dulu.

Bukankah keadaan gagal itu pernah dialami manusia sukses bernama Adam, Musa, juga Yunus. Gagal sebagai jalan mulus menuju cerita mulia. Adam saat di surga telah gagal berlaku taat, bermaksiat, tapi lalu bertobat. Maka, dia pun diampuni dan selamat.

Sementara, iblis telah berhasil dalam ibadah hingga kemuliaannya hampir nyaris menyamai malaikat. Lalu, dia pun berbangga diri (ujub) dan membangkang terhadap perintah Allah SWT. Maka, baginya laknat abadi.

Musa gagal menahan diri, membunuh orang, lalu lari meninggalkan negeri. Kelak, dia diangkat menjadi nabi. Sementara, Qorun berhasil menjadi kaya lalu menakjubi kemampuanya, berbangga dengan kekayaannya.

Akhirnya, dia pun ditutup dengan episode akhir yang sangat tragis dan mengenaskan, ditelan bumi. Nabi Yunus gagal bersabar, pergi dengan amarah, meninggalkan tugasnya. Tapi, dia pun lalu insaf di dalam perut ikan.

Diresponsnya keadaan berat ujiannya itu dengan lisan yang bergetar hebat dengan istighfar dan permohonan ampun. Lalu, Allah pun ridha, mengampuni, menyelamatkannya, kemudian umatnya pun berduyun-duyun mengimani kebenaran.

Di sisi lain, Bal`an berhasil menjadi ulama yang mustajab doanya, tetapi berakhir dengan hina. Karena itu, sahabat yang budiman, jangan pernah bersedih berkepanjangan. Tetaplah tersenyum meski berada di tempat dan momen yang buruk.

Lemparkan pandangan ke depan, jemput kebaikan yang berdimensi banyak. Jangan lengah. Bismillah, susuri kisah orang-orang gagal yang kemudiaan dimuliakan Allah dalam kitab-Nya, bagaimana sikap dan ungkapan mereka.

“Duhai Allah, kami telah aniaya diri kami. Andai tiada Kau ampuni dan kasihi, sungguh kami termasuk kaum yang rugi,” lirih Adam dan Hawa setelah mengalami kegagalan.

“Ya Rabb, pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur urusanku, telah kuaniaya diriku maka amunilah aku,” demikian munajat Musa. “Tiada Tuhan sesembahan yang hak selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk insan aniaya,” iba Yunus dalam gelap yang berlipat gulita di dalam perut ikan.

Oleh: M Arifin Ilham

Puasa Senin Kamis, Niat, Tata Cara, Keutamaan dan Keajaiban

Puasa Senin Kamis merupakan salah salah satu puasa sunnah yang sangat populer. Ia memiliki sejumlah keutamaan dan faedah.

Berikut ini pembahasan lengkapnya mulai keutamaan, niat, tata cara dan keajaiban. Pembahasan ini bersumber dari sejumlah kitab Fikih dan kitab hadits, terutama yang berisi hadits-hadits fadhilah atau targhib.

Hukum Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis hukumnya sunnah. Dalam Fikih Manhaji ditegaskan, dalil sunnahnya puasa Senin Kamis adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَتَحَرَّى صَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin Kamis (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu memasukkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunah yang disepakati para ulama.

“Puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili. “Puasa hari Senin dan Kamis setiap pekan berdasarkan perkataan Usamah bin Zaid: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa puasa pada hari Senin dan Kamis. Suatu ketika beliau ditanya tentang hal itu lalu beliau bersabda: ‘Sesungguhnya amal-amal manusia dibeberkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis.”

Keutamaan Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis memiliki sejumlah keutamaan yang semestinya membuat kita lebih bersemangat untuk mengamalkannya. Berikut ini keutamaannya:

1. Rasulullah selalu mengerjakannya

Sebagaimana dua hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu di atas, Rasulullah senantiasa mengerjakan puasa ini. Beliau senantiasa menjaganya.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin Kamis (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

2. Hari Senin adalah hari istimewa

Salah satu keutamaan puasa pada hari Senin adalah karena hari itu istimewa. Pada hari Senin Rasulullah dilahirkan dan pada hari Senin pula Rasulullah mendapatkan wahyu.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Nabi ditanya tentang puasa pada hari Senin, maka beliau bersabda, “Itu adalah hari kelahiranku dan pada hari itu wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim)

3. Amal diperlihatkan pada Senin dan Kamis

Pada hari Senin dan Kamis, amal-amal diperlihatkan/dilaporkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka betapa beruntungnya ketika saat itu seorang hamba sedang berpuasa.

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diperlihatkan saat aku berpuasa.” (HR. Tirmidzi; shahih lighairihi)

Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka Allah Azza wa Jalla pada hari itu mengampuni setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Biarkan keduanya hingga berdamai, biarkan keduanya hingga berdamai.” (HR. Muslim)

Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih sering pada hari Senin dan Kamis. Lalu ada sahabat yang bertanya tentang hal itu. Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya seluruh amal akan dipersembahkan pada setiap hari Senin dan hari Kamis. Lalu Allah mengampuni setiap muslim atau setiap orang mukmin kecuali orang yang bermusuhan. Sebab Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah amal kedua orang itu.’” (HR. Ahmad; shahih)

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, aku bertanya, “ Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau berpuasa sampai hampir saja tidak berbuka dan engkau berbuka sampai hampir saja tidak berpuasa kecuali pada dua hari. Jika keduanya masuk dalam puasamu dan jika tidak begitu, engkau berpuasa pada keduanya.” Beliau bertanya, “Apakah nama dua hari itu?” Aku menjawab, “Hari Senin dan Kamis.” Beliau bersabda, “Itulah dua hari yang diperlihatkan amal padanya kepada Rabb semesta alam. Maka aku ingin diperlihatkan amalku saat sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i; hasan)

4. Pintu surga dibuka

Pada hari Senin dan Kamis pula, pintu surga dibuka. Ini menunjukkan betapa mulianya hari itu dan betapa beruntungnya orang-orang yang berpuasa.

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu diampuni kecuali seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan.” (HR. Muslim)

 

Tata Cara Puasa Senin Kamis

Tata cara puasa Senin Kamis tidak berbeda dengan puasa pada umumnya, baik puasa Ramadhan maupun puasa sunnah lainnya. Yakni sebagai berikut:

1. Niat

Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

2. Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan

Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Perlu juga menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa. Antara lain bohong, ghibah, dan segala bentuk kemaksiatan.

4. Berbuka

Buka puasa waktunya ketika matahari terbenam, yakni saat masuknya waktu sholat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

Niat Puasa Senin Kamis

Di dalam hadits, tidak ditemukan bagaimana lafadz niat puasa Senin Kamis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafalkan.

Dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu dijelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

Niat puasa hari Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala

Sedangkan lafadz niat puasa Kamis adalah sebagai berikut:

(Nawaitu shouma yaumal khomiisi sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala

Keajaiban Puasa Senin Kamis

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab mengungkapkan: “Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa Senin Kamis, yaitu berpuasa pada setiap hari Senin dan hari Kamis setiap pekannya. Banyak sekali faedah yang akan didapatkan oleh seseorang jika membiasakan diri melakukan puasa sunnah ini, terutama sekali bagi tubuhnya.”

Mereka yang biasa puasa Senin Kamis umumnya relatif lebih sehat wal afiat. Selain secara medis puasa terbukti membantu kesehatan pencernaan, secara psikologis puasa juga mampu menjaga emosi lebih stabil. Tidak mudah marah, tidak mudah depresi. Sebaliknya, ketenangan dalam puasa menghadirkan kebahagiaan dalam jiwa.

Demikian pembahasan dan panduan Puasa Senin Kamis, mulai dari hukum, keutamaan, tata cara, niat hingga keajaiban. Semoga bermanfaat dan kita semua dimudahkan untuk mengamalkannya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’ Puasa Senin Kamis:

  • Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
  • Fikih Empat Madzhab karya Syaikh Abdurrahman Al Juzairi
  • Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
  • Fikih Manhaji Kitab Fikih Lengkap Imam Asy Syafi’i karya Syaikh Mushthafa Al Bugha dkk
  • Kitab Fadhail A’mal karya Ali bin Muhammad Al Maghribi
  • Shahih At Targhib wa At Tarhib karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani

Banyak yang Bertanya Rahasia Rizki

APAKAH rizki itu rahasia? Apakah rizki itu memiliki dan menyimpan rahasia tentang dirinya? Sesungguhnya rizki itu telah menampakkan dirinya secara terbuka dan menyatakan karakter dirinya secara jelas melalui kisah, berita dan kejadian tentangnya.

Namun ternyata masih banyak juga yang bertanya tentang rahasia rizki. Ternyata, sesuatu yang terlalu nyata itu tetap saja diduga menyimpan rahasia. Maka laris manislah seminar dan pelatihan rahasia rizki dan rahasia kaya.

Mari hari ini kita berbincang kecil saja dan merujuk pada kisah kecil saja, namun memiiki implikasi besar. Umar bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad yang terkenal tegas, keras namun dermawan itu, berkata: “Di antara seorang hamba dengan rizkinya itu sesungguhnya ada hijab (penghalang). Jika hamba itu ridla atas apa yang telah diterimanya dan menganggapnya cukup maka rizki lainnya akan datang padanya.”

Baca lagi kalimat Sayyidina Umar di atas. Kalimat tersebut adalah potongan indah yang menyadarkan kita bahwa rizki itu unik, dikejar semakin lari, diterima dengan tulus malah memanggil-manggil teman-temannya. Catat bahwa rizki itu maknanya luas, tidak terbatas pada urusan uang.

Kelegaan hati untuk tersenyum atas rizki yang diterima memiliki power luar biasa untuk menarik rizki lainnya untuk datang. Sementara merengut dan mengeluh terus atas rizki yang ada adalah pengusir rizki yang sudah diterima. Rupanya, Allah sang pemberi rizki menginginkan kita untuk senantiasa bersyukur dan bersyukur serta berhenti dari mengeluh dan mengeluh.

Sambutlah dengan senyuman semua rizki yang kita terima. Sedikit atau banyak itu hanyalah masalah ukuran atau timbangan. Pemberinya adalah sama, yakni Allah SWT. Mengeluhkan rizki adalah mengeluhkan Ar-Razzaaq, Sang Pemberi Rizki. Mensyukurinya adalah memujiNya akan kebaikan dan kedermawananNya. Kita saja jika dipuji dan diapresiasi akan bahagia dan siap untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi. Sementara jika selalu dikritik dan disalahkan, pastilah kita enggan untuk berbuat lebih dari apa yang sudah dilakukan.

Pandai-pandailah bersyukur. Katakan al-hamdu liLLAAH atas semua yang kita dapatkan. Bukankah Allah sendiri yang berjanji: “Kalau kalian bersyukur, niscaya sungguh Aku tambahkan untuk kalian.” Syukurilah rizki harta, syukurilah rizki ilmu, syukurilah rizki sehat, syukurilah rizki relasi, syukurilah rizki famili, syukurilah semuanya. Penuhi langit dengan syukurmu, maka Allah akan penuhi dirimu dengan rizkiNya. Salam, AIM, pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

INILAH MOZAIK

Astagfirullah, Inilah Dampak Menuruti Hawa Nafsu

SALAH satu sifat dari hawa nafsu adalah “Tidak Pernah Terpuaskan”. Di saat kita menuruti satu keinginannya, nafsu itu akan menuntut hal yang lain.

Terus begitu hingga tak ada habisnya. Mempunyai satu gunung emas pun masih tak cukup. Ia masih ingin yang lebih. Karena itu, Allah tidak hanya menciptakan nafsu. Dia juga menciptakan akal sebagai alat untuk mengontrolnya.

Kenapa hawa nafsu diciptakan? Karena manusia tidak dapat hidup tanpa hawa nafsu. Mereka tak bisa hidup jika tidak ada “keinginan” untuk makan, mencari harta dan keinginan lainnya. Nafsu itu termasuk hal yang paling penting dalam hidup manusia. Tapi jika tidak dikontrol akal, keinginan itu akan terus meledak dan akibatnya sangat berbahaya.

Apa gambaran Alquran tentang bahaya mengikuti hawa nafsu? Allah swt Berfirman,

“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya.” (QS.Al-Mukminun:71)

Ya, menuruti hawa nafsu tanpa kontrol akal akan memberikan dampak yang sangat berbahaya. Bahkan Alquran menggambarkan akibatnya dengan “pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya.”

Coba perhatikan, kehancuran di muka bumi ini terjadi karena hawa nafsu manusia yang tak terkontrol. Manusia tidak memikirkan dampak atau akibatnya, yang ada dalam pikirannya hanyalah keuntungan dan kenikmatan. Lihatlah hutan yang gundul, tambang yang merusak alam, bangunan-bangunan yang mengganggu, penyakit yang berkembang, semua itu karena nafsu manusia yang tak pernah puas.

Dan pada akhirnya dunia ini akan semakin dekat pada kehancuran karena ketamakan manusia. Mari kita jaga diri dan lingkungan sekitar dengan mengontrol hawa nafsu. Jadikan “keinginan-keinginan” itu sebagai jalan untuk mendekatkan kepada-Nya. Dan jangan jadikan itu semua sebagai media untuk merusak kehidupan dunia dan akhirat kita.

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10).

 

INILAH MOZAIK

Pertolongan Allah

Pada saat mengalami kesulitan hidup, apapun bentuknya, pendekatan spiritual merupakan solusi yang paling utama, yakni segera memohon pertolongan kepada Allah. Sebab, Dialah yang mengatur urusan langit dan bumi, termasuk hidup manusia yang fana ini.

Sikap mengeluh dan putus harapan tidak sepatutnya terjadi pada diri setiap mukmin, apalagi berprasangka buruk terhadap ketetapan Allah. Sebab, pertolongan-Nya adalah sangat dekat (QS al-Baqarah [2]:214). Selain itu, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS al-Syarh [94]:5).

Selain dekat, pertolongan Allah itu sungguh dahsyat. Manakala pertolongan Allah itu sudah turun, tidak seorang pun yang mampu menahan dan mencegahnya. Bahkan, sesuatu yang dipandang mustahil oleh manusia justru bisa terjadi melampaui nalar dan rencananya. Allah Mahakuasa, Pengasih, dan Penyayang.

Hebatnya pertolongan Allah ini di abadikan dalam sejumlah ayat Al qur an. Yaitu, ketika pertolongan yang menakjubkan itu turun kepada orang-orang atau segolongan umat yang diridhai-Nya.

Misalnya, vonis hukuman mati dengan cara dibakar yang dijatuhkan ke pada Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrudz. Namun, dengan pertolongan-Nya, api yang akan membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin (QS al-Anbiya [21]: 69).

Kita simak lagi kisah semisalnya, yakni armada gajah besutan Abrahah yang hendak menghancurkan ba ngun an Ka’bah. Betapa kuatnya angkatan musuh itu sehingga pemimpin dan penduduk Arab tidak berdaya untuk mempertahankan bangunan sucinya dari serangan tersebut. Namun, situasi getir yang dirasakan bangsa Arab pada waktu itu mendadak berubah saat pertolongan Allah tiba.

Berkat rahmat Allah yang Maha kuasa maka dikirimnya kawanan bu rung yang kemudian melempari gerombolan bergajah itu dengan batu-batu yang berasal dari tanah yang dibakar. Dalam sekejap, bala tentara Abrahah itu kocar-kacir dan binasa. Kebinasaan mereka diumpamakan seperti daun-daun yang dimakan ulat (QS al-Fiil [105]: 1-5).

Akhirnya, Baitullah (rumah Allah) yang dibangun oleh baginda Nabi Ibrahim dan Ismail pun aman dan selamat. Hingga kini rumah ibadah itu ma sih utuh, bahkan dikunjungi jutaan manusia dari penjuru dunia, terutama setiap musim ibadah haji.

Peristiwa penting dan berharga dalam kisah-kisah tersebut menyampaikan spirit dan pesan berharga kepada kita bahwa persoalan hidup yang harus dialami oleh orang-orang terdahulu begitu berat dan sulit. Di sisi lain, peristiwa tersebut juga menunjukkan betapa besarnya pertolongan Allah.

Disadari, masyarakat bangsa kita masih dilanda berbagai macam permasalahan, malah makin bertambah banyak. Mulai dari bencana alam, kebodohan, kerusakan akhlak, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, narkoba, pejabat korup, ketidakadilan, krisis ekonomi, krisis ke pe mimpinan, hingga konflik horizontal. Kompleksnya permasalahan di atas tentu bisa menjadi ujian, cobaan, dan teguran kolektif.

Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini, setiap individu Muslim di tun tut agar banyak berzikir, beristighfar, berusaha dan berdoa, memohon pertolongan Allah dengan sungguh-sungguh, tawadhu dan penuh harap.

Pesimistis, mengeluh, dan galau, apalagi sumpah serapah bukanlah jalan keluarnya sebab hanya mereka yang lemah imannyalah yang sering kali mudah bersikap seperti itu. Pendek kata, pertolongan Allah itu bersifat aksioma, sebagai konsekuensi dari totalitas iman dan ketaatan seorang hamba kepada-Nya. Karena itu, pertolongan Allah menjadi dekat. Sebaliknya, tanpa kekuatan iman dan sungguh-sungguh berbuat amal kebajikan, pertolongan Allah itu tentu menjadi jauh. Wallahu Al- Musta’an.

Oleh: Imron Baehaqi

Kesan Menag Lukman saat Masuk Ruangan Dalam Kakbah

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Selasa (25/09), mendapat kehormatan untuk memasuki ruang bagian dalam Kakbah. Kehormatan itu diberikan oleh Pemerintah Saudi kepada Menag bersamaan dengan momen pencucian Kakbah.

“Alhamdulillah pagi hari ini, saya selaku Menag yang juga amirul hajj pada penyelenggaraan haji tahun ini, merasa bersyukur berkesempatan untuk memenuhi undangan Menteri Haji untuk ikut masuk ke dalam Kakbah,” terang Menag.

Moment pencucian Kakbah dilakukan pagi hari, jelang memasuki waktu Dluha. Dipimpin Gubernur Makkah Prince Kholid Al Faishal, sejumlah tokoh, termasuk Menag Lukman diberi kesempatan untuk melihat bagian dalam bangunan yang menjadi kiblat umat muslim dunia.

Lukman mengaku beberapa saat diperkenankan masuk Kakbah, selanjutnya menunaikan salat dua rakaat sebanyak empat kali karena di setiap bidang, di setiap sudut dia melakukan salat dua rakaat.

“Kami juga memanjatkan doa terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta agar ke depan bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia senantiasa mampu meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Menag.

Berkesempatan memasuki Kakbah, menurut putra mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) tidak semata kehormatan bagi dirinya, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. “Kami sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Saudi Arabia yang sudah memberikan kesempatan sekaligus kehormatan ini,” ujarnya.

Dijelaskan Menag, bagian dalam Kakbah sangat bersih dengan lapisan marmer pada dinding dan lantai. Aroma ruangannya juga sangat wangi. Pengalaman pertama memasuki Baitullah ini memberi kesan mendalam yang menurut Menag tidak mudah diungkapkan.

“Kiblat semua Muslim di dunia itu adalah Kakbah. Ketika kita memasuki, tentu kita memiliki kesan tersendiri yang luar biasa,” kenangnya.

Menag dijadwalkan akan berada di Saudi hingga 26 September mendatang. Setelah dari Makkah, Menag akan menuju Kota Nabawi, Madinah. Menag akan melepas kepulangan kloter terakhir jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Tanah Air.

OKEZONE