Serba-serbi Haji (23): Mat ‘Robot’ Kelor Mendarat

TEPAT saat pesawat yang kami tumpangi mendarat menyapa tanah air Indonesia, air mata Mat Kelor deras mengalir. Awalnya dia sesenggukan pelan, kemudian semakin menderu.

Saya memeluknya, dia berkata: “Saya ini anak orang tak punya, saya diperkenankan haji. Allaaah.” Saya cuma berbisik untuk selalu bersyukur. Baju yang dikenakannya semenjak dari Madinah, yakni 5 lapis baju tetap dikenakannya. Entah sumuk atau tidak, nyaman atau tidak. Namun bahagia hati mampu menepis semua ketaknyamanan sebagaimana hati yang gelisah tak kan mampu menikmati kenyamanan.

Saya berusaha membuatnya tersenyum biar wajahnya menjadi berseri. Saya ceritakan kepada Mat Kelor sebuah kisah lucu di pemeriksaan X-Ray bandara Madinah. Seorang nenek 83 tahun membuat bingung polisi bandara gara-gara setiap memasuki gerbang pemeriksaan selalu saja berbunyi tanda ada barang yang dilarang terbawa olehnya. Padahal sabuk, sandal, gelang, cincin dan semua yang mengandung besi tembaga sudah dicopotnya. Polisi curiga dan marah-marah dalam bahasa Arab. Nenek itu diam karena tak paham. Diam dan kemudian memanggil saya sambil menangis sampai mulutnya menganga lebar.

Dari situ saya baru tahu penyebabnya mengapa nenek itu tak lolos-lolos pemeriksaan. Lalu saya sampaikan ke polisi. Tahu apa sebabnya? Ternyata gigi-gigi nenek itu hampir semua berlapis emas dan tembaga, khas orang kaya jaman dulu. Tak mungkin dicopot sebelum masuk gerbang. Polisi itu tertawa ngakak sampai guling-guling. Di Arab tidak ada model begini kata mereka. Mendengar cerita ini, Mat Kelor tertawa sambil menghapus air matanya.

Ketika antri pengambilan bagasi, Mat Kelor bersedih kembali. Saya heran mengapa Mat Kelor yang lucu, periang dan ekstrovert menjadi melow. Rupanya satu bagasi yang full oleh-oleh tak ada. Di dalamnya ada cermin, kurma dan minyak wangi. “Yang kusedihkan adalah gagalnya diriku untuk membahagiakan orang-orangku di kampung,” ucapnya.

Orang-orang sudah mulai meninggalkan lokasi pengambilan bagasi. Mat Kelor kumat-kamit membaca “mantra” berbahasa Madura, mantra yang hanya boleh dibaca saat kepepet, katanya. Tiba-tiba, kardus oleh-oleh itu terlihat ada bersama istrinya, tertutupi kakinya yang diangkat ke atas kardus itu karena ngilu asam uratnya naik. Mat Kelor tersenyum.

Nenek dengan gigi emas tadi ketemu lagi dengan saya dan saya kenalkan dengan Mat Kelor. Mat Kelor berbincang agak serius dengan nenek itu. Entah tentang apa. Lalu dia memuji kesungguhan semangat ibadah nenek itu. Nenek itu menjawab singkat: “Syukran.” Mat Kelor membalas: “Hambali.”

Nenek itu sebelum berpisah berkata dengan nada sedih menahan rasa: “Nak, sekarang aku siap mati, aku ridla dipanggil Allah. Aku sudah sowan ke rumahNya. Kemaren-kemaren aku tidak siap. Masak saya tinggal di bumiNya gratis sekian lama tapi tak mau bertamu ke rumahNya padahal saya mampu.” Kami terharu dengan kata-kata nenek itu. Mat Kelor kembali meneteskan air mata. Tiba-tiba nenek itu pingsan, dan sekarang masih dirawat di klinik bandara.

“Semoga cepat sembuh nenek. Semoga semua orang yang sudah mampu berhaji segera berhaji seperti nenek.” Kami melanjutkan terbang ke Surabaya. Mat Kelor berkata bahwa dalam waktu tak lama akan sowan ke rumah nenek mau membiayai total pemeriksaan dan pengobatan nenek. Saya belum tahu alasannya mengapa Mat Kelor sayang sekali pada nenek padahal baru pertama berjumpa. Memang ada beberapa kesamaan wajah sih di antara keduanya. Sepertinya ada yang ada yang misteri. Besok saya akan tanya Mat Kelor. Selamat datang di Juanda ya Pak Haji Mat Kelor. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Niscaya akan Bertambah

Sering kali kita terbelenggu oleh kerangka berpikir matematis ketika memaknai sesuatu. Seakan segala pekerjaan bisa diukur dengan rumus tambah, kurang, dan bagi.

Jika menerima sesuatu maka akan bertambah dan jika memberi maka akan berkurang, atau akan habis jika dibagikan. Padahal, pola pikir semacam ini tidak tepat dan akan memengaruhi sikap dan tindakan kita dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dalam Kitab Riyadhush-Shalihin karya Imam Nawawi (631-676 H), menukil sebuah riwayat dari Abu Kafsyah Umar bin Sa’ad Al-Anmari RA yang pernah mendengar Nabi SAW bersabda, “Tiga perkara yang aku bersumpah atasnya dan aku sampaikan kepada kalian agar menjaganya dengan baik.Pertama, tidak akan berkurang harta karena sedekah.Kedua, seseorang yang dianiaya dan ia sabar, Allah akan membalasnya dengan kemuliaan. Ketiga, seseorang yang meminta- minta maka Allah akan membuka baginya pintu kemiskinan. ” (HR Turmudzi).

Hadis di atas memiliki pesan yang sangat tinggi nilainya bagi kita karena dikuatkan dengan sumpah. Pertama, bagi orang yang mengira bahwa sedekah akan mengurangi hartanya hingga ia enggan melakukan, justru akan bertambah-tambah.Alquran mengumpamakan harta yang diinfakkan seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai dan setiap tangkai berbuah seratus biji, bahkan berlipat ganda tak terkira (QS 2:216).

Ketika dalam kesempitan pun, kita masih tetap dianjurkan sedekah seadanya sebagai pembuka pintu rezeki (QS 65:7).Sungguh, tak perlu menunggu kaya baru sedekah, tetapi bersedekahlah niscaya akan tambah kaya.Seorang tak akan jatuh miskin atau bangkrut karena sedekahnya karena ia telah menebar kebaikan dan energi positif kepada banyak orang. Pada kemudian hari, kebaikannya pun akan berbalas kebaikan berlimpah (QS 55:60).

Kedua, bagi orang yang mengira bahwa kehormatannya akan hilang ketika dihina atau dizalimi, justru kemuliaannya akan bertambah.Orang bertakwa itu mudah memberi maaf, bahkan berbuat baik kepada orang yang bersalah (QS 3:134).Allah pun akan menambah kemuliaan kepada seseorang yang suka memaafkan (HR Muslim).Tak perlu menunggu permintaan maaf, tetapi maafkan sebelum ia datang memintanya.Apa yang akan terjadi ketika Nabi SAW membalas setiap penghinaan yang dialaminya? Nyatanya, beliau telah memberikan teladan yang baik bagi umatnya agar bersikap baik kepada orang yang berlaku buruk, hingga Allah pun memujinya (QS 33:21, 68:4).

Ketiga, bagi orang yang mengira bahwa meminta-minta akan menjadikannya kaya, justru sebaliknya akan menambah miskin dan susah. Sebab, ia telah mengingkari karunia Ilahi dan tidak menggunakannya untuk berusaha dengan baik.Islam mendorong umatnya agar kerja keras mencari nafkah yang halal, walau harus dengan mencari kayu bakar (HR Ahmad).

Allah SWT pun mewajibkan orang kaya menolong orang miskin yang tidak meminta-minta karena menjaga kehormatannya (QS 51: 19).Saat ini, selain pengemis berkeliaran, juga makin banyak orang yang pura-pura miskin atau orang kaya bermental pengemis hingga tega mengambil hak orang lain.

Dua karakter pertama merupakan akhlak terpuji yang harus ditanamkan kepada anak-anak kita agar tumbuh menjadi pribadi dermawan dan mudah memaafkan.Jangan sampai mereka berkarakter yang ketiga, yakni pribadi yang lemah dan hidup dalam belas kasihan orang lain (QS 4:9, 9:54).Nabi SAW berpesan agar kita menjadi orang yang bertangan di atas, bukan di bawah (HR Muslim). Allahu a’lam bish- shawab.

OLEH DR HASAN BASRI TANJUNG

REPUBLIKA

Penyerbuan Masjid Al-Haram 40 Tahun Lalu

Sudah 40 tahun sejak Arab Saudi pertama kali mengalami serangan teror. Serangan yang mengejutkan semua Muslim di seluruh dunia karena terjadi di tempat paling suci bagi Muslim.

Dilansir di Arab News pada Rabu (12/9), munculnya ekstremisme di Kerajaan Arab Saudi (KSA) dimulai pada 1 Muharram 1400 H atau 20 November 1979. Sebuah kelompok menyimpang menyerbu Masjid Suci di Makkah. Insiden itu berlangsung selama dua pekan. Lebih dari 100 nyawa meninggal.

Saat itu, bertepatan dengan hari pertama di bulan pertama kalender Islam, ratusan jamaah sedang mengitari Ka’bah. Ada yang bersiap melakukan shalat Subuh.

Waktu menunjukkan hampir pukul 05.25 waktu setempat. Tiba-tiba, jamaah mendengar suara peluru. Suara yang mengubah tempat paling damai menjadi panggung para pembunuh. Nahas, serangan itu langsung menyasar orang-orang sipil dan keamanan.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan, ekstremisme dimulai setelah 1979. Dia berjanji mengubah Saudi menjadi negara moderat.

“Kami kembali pada jati diri sebelumnya, sebuah negara Islam moderat yang terbuka untuk semua agama dan dunia,” kata dia.

Ia memastikan, Saudi tidak ingin menghabiskan waktu 30 tahun mendatang dengan hal yang berhubungan dengan ide-ide merusak. Ia juga menegaskan Saudi berkomitmen memberantas ekstremisme.

Saat serangan terjadi, pemerintah mengirim peringatan melalui megafon pada pelaku. Mereka mengingatkan tindakan yang dilakukan para penyerang, menyimpang dari ajaran Islam.

“Barang siapa yang berniat menyimpang di Masjid Suci, dalam agama, atau melakukan kesalahan, kami akan membuat mereka merasakan hukuman menyakitkan,” kata otoritas Saudi saat itu.

Semua seruan yang disuarakan KSA tidak membuahkan hasil. Malah, dari menara masjid suci yang tinggi, para penembak jitu menembaki orang-orang di luar Masjid al-Haram.

Saat itu, Raja Khaled mengumpulkan ulama senior mendiskusikan masalah itu. Mereka sepakat, agresor dari sudut pandang Islam dianggap murtad. Sebab, seorang Muslim tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah. Terlebih, melakukan serangan di dalam Masjid Suci, itu adalah hal yang lebih mengerikan.

Para ulama mengeluarkan fatwa untuk membunuh penyerang sesuai instruksi Syariah Islam. Raja Khaled memerintahkan pasukan menangkap penyerang, jika memungkinkan.

Seorang saksi, Hizam al-Mastouri (75 tahun), mengatakan, dia adalah seorang prajurit yang berpartisipasi dalam operasi melawan para penyerang itu. “Kami memasuki Masjid al-Haram ketika keluar dari kendaraan militer di wilayah Masa’a, dekat Gunung al-Marwa. Serangan tembak mengarah dari segala penjuru. Mereka bisa melihat kami, sementara kami tidak dapat melihat mereka. Kemudian, pimpinan mengubah strategi sesuai dengan situasi,” kata al-Mastouri.

Mantan pemimpin redaksi Arab News, Khaled Almaeena, mengisahkan, pagi itu dia hendak mengunjungi kerabatnya di Makkah. Dia melihat kerumunan orang berkumpul dan ada banyak keributan.

“Desas-desus mengatakan, Ka’bah disita orang asing. Ada yang menceritakan kisah yang berbeda. Saya kembali ke Jeddah dan menonton saluran Saudi Television, satu-satunya yang dapat kami lihat pada masa itu,” ujar Almaeena.

Pada pagi keempat, kelima, dan keenam pascaserangan, dia menuju Makkah. Dia memarkirkan mobil cukup jauh, sembari mengamati Masjid Suci. “Itu adalah pemandangan yang menyedihkan melihat tempat suci kosong. Tidak ada pengunjung. Bahkan, ada tembakan dari menara-menara. Saya bisa melihat kepulan asap dari menara-menara. Ada bau mesiu dan asap,” kisahnya.

Almaeena mengatakan, helikopter sesekali melintas di langit. Ia mengatakan, serangan di Masjid al-Haram itu mengejutkan banyak orang. Butuh waktu bagi Saudi, termasuk pasukan keamanan untuk mengetahui situasi yang mengkhawatirkan itu. Hari-hari berlalu tanpa ada kumandang azan.

Mantan kepala pasukan keamanan khusus, Mayor Jenderal Mohammed al-Nufaie, menceritakan, Pangeran Saud al-Faisal pernah menanyakan kepada otak penyerangan, Juhaiman al-Otaibi, alasan tindakannya. Kemudian, Juhaiman menjawab, “Itu setan”.

”Sebanyak 117 anggota kelompok bersenjata yang dipimpin Juhaiman al-Otaibi terbunuh dalam pertemuan itu. Sebanyak 69 lainnya dieksekusi kurang dari sebulan. Kemudian, sebanyak 19 lainnya menerima hukuman penjara.

 

REPUBLIKA

Goa Berlindung Rasulullah di Uhud yang Terlupakan

Madinah (PHU)—Ia adalah salah satu kisah paling heroik dalam sejarah awal Islam, bahkan mungkin dalam sejarah dunia. Ketika Rasulullah terpojok dalam kekalutan pasukan Muslim, dikepung pasukan Quraish, dan dilindungi para sahabat yang mengasihinya melebihi cinta terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri.

Kisah tentang Wahb Almuzani yang melepas anak panah demi anak panah untuk melindungi Rasulullah hingga akhirnya syahid bersama sepupunya Harits. Kisah tentang Abu Dujanah sang Sorban Merah Kematian dan Ali bin Abi Thalib sang pemegang Zulfikar, pedang bermata ganda, membabat pengepung Rasulullah.

Tentang Talhah bin Ubaidillah yang menjadikan dirinya perisai hidup untuk melindungi Nabi Muhammad SAW, dengan luka parahnya sendiri membopong Rasulullah ke tempat aman. Tentang Abu Ubaydah yang dengan giginya mencabut pecahan rantai baju besi yang menancap di pipi Rasulullah.

Ia juga kisah tentang Nusaibah bint Ka’ab, seorang perempuan Madinah yang mengambil pedang dan perisai dari mereka yang gugur dan dengan gagah berani pasang badan untuk Nabinya. Bertarung dengan kegigihan melebihi kebanyakan lelaki saat itu.

Kisah tentang Rasulullah yang dalam keadaan terluka menghadapi sendiri Ubay bin Khalaf yang menunggangi kuda menerjang dengan pedang untuk membunuh. Sekedipan mata, mengangkat tombak yang ia pegang dan melemparnya tepat sasaran dan merobohkan Ubay yang sedang mengayunkan pedang.

Periwayat awal sirah nabawiyah seperti Ibn Ishaq dan Ibn Hisham, kemudian penulis biografi modern Martin Lings alias Abu Bakar Sirajuddin belakangan, menuliskan dengan terperinci kejadian-kejadian tersebut. Saat Rasulullah sangat dekat dengan kematian menyusul kealpaan pasukan Muslim dalam Perang Uhud yang terjadi pada 625 Masehi. Saat sekitar 700 pasukan Anshar dan Muhajirin dari Madinah berhadapan dengan 3.200 pasukan Makkah di kaki Gunung Uhud.

Tapi di mana sebenarnya lokasi Rasulullah terdesak musuh tersebut?

Saat ini, yang dijadikan objek ziarah resmi oleh pihak Kerajaan Arab Saudi adalah tanah lapang yang jaraknya sekitar 10 kilometer di utara Masjid Nabawi. Di situ, ada Bukit Rumat, lokasi 50 pemanah Muslim yang nantinya meninggalkan posisi dan mengubah jalannya Perang Uhud untuk keuntungan pasukan Quraish. Sekitar 20 meter ke utara bukit itu, ada makam para syuhada, tempat Hamzah ibn Abdul Muthalib gugur dan 70 martir Perang Uhud syahid dan dikuburkan. Persis di bagian timur makam itu, ada masjid megah.

Lokasi Rasulullah terkepung, menurut berbagai riwayat, masih sedikit jauh ke utara, tepatnya sekitar satu kilometer dari kompleks ziarah, di kaki Gunung Uhud serta tebing-tebing gunung tersebut. Hal ini mengingat Rasulullah dan pasukan Muslim yang tercerai berai memang sempat terdorong ke utara dari lokasi utama pertempuran oleh desakan musuh.

Kompleks ziarah dan lokasi itu dipisahkan jalan raya yang kabarnya melintang persis di atas lokasi Rasulullah terluka dan tanggal giginya dalam Perang Uhud. Di utara jalan raya itu, kompleks perumahan padat dengan jalan-jalan sempit yang hanya bisa dilintasi satu atau dua mobil.

Saat mencoba mencari lokasi itu pada Rabu (12/9), saya harus mengira-ngira di antara kelindan labirin pemukiman tersebut. Sebuah bus kuning yang saya sangka mengantar peziarah dan saya ikuti ternyata hanya bus sekolah yang mengantar pulang anak-anak siang itu.

Namun berkat mengikuti bus itu pula saya bertemu dengan Mukhtar Assaleh, seorang warga tempatan. Berkulit legam seturut asalnya yang dari Afrika, Mukhtar tak banyak bicara dan langsung membimbing ke lokasi yang saya cari.

Tiba di ujung timur laut pemukiman, tepat di kaki Gunung Uhud, ia menunjuk ke atas. “Di situ tempat berlindung Rasulullah,” kata dia dalam bahasa Arab. Ia menunjuk sebuah rekahan di gunung tersebut. Dari kaki gunung, jalur menanjak yang curam ke dasar rekahan itu sekitar dua puluh meter jaraknya

Menurut Mukhtar, ke situ Talhah menggendong Rasulullah saat keduanya terluka dan terdesak pasukan Quraish. Diriwayatkan, pasukan Muslim bertahan dari atas tebing sembari menghalau pasukan Quraish yang mencoba naik untuk membunuh Rasulullah selepas menyadari bahwa kabar kematian beliau yang beredar sebelumnya ternyata keliru. Kegigihan sisa-sisa pasukan Muslim yang langsung merapat melindungi Rasulullah membuat pasukan Quraish menyerah dan akhirnya kembali ke Makkah.

Rekahan yang tingginya sekitar lima meter lebih itu kini sudah disemen sepenuhnya. Dua tahun lalu, peziarah masih bisa naik sampai ke dasar rekahan. Mereka mengabarkan, ada bau harum misik keluar dari lokasi tersebut. Saat ini, kaki gunung sudah diimbuhi pagar besi dan kawat duri setinggi dua meter. “Sudah ditutup, sudah ditutup,” kata Mukhtar.

Sebelum ditutup sepenuhnya, peziarah dari Pakistan, India, Turki dan beberapa negara lainnya kerap memanjat dan berdoa di lokasi itu. Dilansir dari Saudi Gazette, hal itu yang membuat Kerajaan Saudi menutup lokasi meski sebagian sejarahwan di Saudi membenarkan bahwa rekahan itu memang tempat berlindung Rasulullah. Pada 2006 silam, menurut Arab News, sempat juga ada rencana penghancuran yang ditentang warga sekitar.

Bagaimanapun upaya penutupan itu agaknya berhasil. Siang itu, saya menyaksikan sejumlah orang dengan raut dan ciri khas peziarah Asia Selatan hanya berkendara melintas tanpa menengok rekahan tersebut.

Kenangan dan arti penting lokasi tersebut saat ini hanya dijaga penduduk di sekitarnya. Seperti Abdul Qadir, seorang bocah 10 tahun yang tinggal di rumah paling pojok tepat di kaki gunung di bawah rekahan. “Iya, Bapak bilang di situ dulu Rasulullah berlindung dan perangnya di rumah kami,” kata dia. (mch/ab).

KEMENAG RI

Umur, Waktu, dan Hijrah

Tahun kemarin sudah berganti dengan tahun yang baru. Bertemu lagi dengan tahun yang sama. Setiap tahun yang terlewatkan menjadi ukuran bahwa umur seseorang telah berkurang. Semakin sedikit jatah hidup di dunia dan harus berkorelasi dengan penggunaan waktu.

Dalam sebuah hadis, dari Abdullah bin Ummar RA, Rasulullah SAW pernah memegang pundak Abdullah bin Ummar RA kemudian beliau bersabda, “Jalani hidup di dunia seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan. Apabila kamu berada pada waktu sore, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu pagi.”

“Apabila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah hidupmu di dunia untuk hidupmu sesudah mati.” (HR Imam al- Bukhari). Hanya saja, waktu kerap berlalu dan tidak terasa jatah umur di dunia telah habis.

Nasihat tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA. Dia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ada dua nikmat yang disia-siakan oleh mayoritas manusia, yaitu ke sehatan dan waktu luang.” (HR Imam al-Bukhari). Padahal, sudah terdapat ciri-ciri manusia agar berhijrah dari segala keburukan yang dia lakukan.

Ada beberapa pelajaran berharga dari hadis ini. Pertama, berhijrah. Jika selama ini tidak tepat waktu shalat, mulai hari ini shalat tepat waktu. Dilanjutkan dengan evaluasi penggunaan waktu, untuk apa saja waktu itu selama ini. Waktu sebaiknya digunakan untuk berkarya dan beribadah kepada Allah.

Jika selama ini waktu masih dipergunakan untuk korupsi, nakal dengan orang lain, meminum minuman keras, bergosip, berdebat, menghina, berpura-pura baik, bepersepsi negatif, merundung, menjustifikasi orang lain kafir, dan lain-lain, maka segera hijrah total dari perilaku buruk ini. Kedua, mengoreksi kegagalan.

Setiap orang pernah gagal, tetapi jangan gagal terus-menerus. Gagal beberapa kali untuk bangkit kembali. Ketiga, memperbaiki hubungan dengan Allah. Apa pun yang terjadi, mulai dari bencana hingga kesulitan, tidak membuatnya bepersepsi negatif kepada Allah. Semua harus dijalani untuk menjadi manusia yang berhasil yang bisa menjalani hidup saat bencana itu datang.

Keempat, perbaikan sosial. Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup individualis. Meski fakta itu sudah nyata, sebagian orang lebih suka menonton televisi, bermain gawai, dan menutup pintu kepada tetangga. Padahal, jalinan sosial kepada orang lain bernilai ibadah. Bagaimanapun, rezeki dari Allah. Tetapi, berbuat baik kepada orang lain dapat memperbanyak rezeki.

REPUBLIKA

Mengintip Bentuk Fisik Jin

Jin lebih dulu diciptakan oleh Allah daripada penciptaan manusia. Jin juga disuruh beribadah kepada Allah seperti manusia meski pada akhirnya ada yang beriman dan ada yang kafir.

Jin memiliki bentuk fisik sebagaimana, seperti di beberapa dalil.

Jin memiliki jantung, memiliki mata, memiliki telinga juga memiliki suara. Dalilnya dari Alquran surat Al-A’raf ayat 179.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Di surat tersebut Allah SWT menyebutkan isi neraka itu jin dan manusia. Kemudian Allah mensifati jin dan manusia itu memiliki hati, memiliki mata, memiliki telinga. Hati mereka tidak dipakai untuk merenung, mata tidak dipakai untuk melihat, dan telinga tidak dipakai untuk mendengar ayat-ayat Allah.

Dari situ jin disifati seperti manusia yang memiliki rupa, wajah. Meski bentuknya berbeda dari manusia. Selain itu disampaikan oleh Nabi SAW, jin memiliki tanduk. Hadits Rasulullah SAW dalam riwayat Ibnu Umar:

“Janganlah kalian melaksanakan sholat ketika matahari terbit atau ketika matahari tenggelam. Karena pada saat itu munculnya dua tanduk setan.”

Penggambaran memiliki tanduk memang betul-betul ada. Ada beberapa orang yang menggambar mirip jin dengan dua tanduk dan gigi dibuat runcing. Masalah gigi memang tidak diterangkan oleh Allah SWT di Al-A’raf.

Di riwayat lain disebutkan bahwa “Jika matahari terbit tinggalkanlah sholat sampai terangnya matahari. Jika matahari mulai tenggelam tinggalkanlah soal sampai betul-betul tenggelam. Janganlah kalian sengaja soal ketika matahari terbit dan matahari tenggelam. Karena pada waktu itu munculnya dua tanduk setan.”

Maka ketika kita sholat syuruq tidak diperbolehkan tepat ketika pas muncul matahari.  Ulama menyampaikan sholat syuruq itu ditunggu 10 menitan karena kita tidak boleh sholat pas ketika matahari terbit.

Bukankah ada hadits yang berbunyi, “Barangsiapa sholat syuruq secara sempurna lalu dia duduk berzikir sampai matahari terbit kemudian dia bangkit sholat dua rakaat, dia mendapatkan pahala sebagaimana orang mendapatkan umrah.”?

Betul sekali. Namun teknis pelaksanaannya bukan tepat ketika matahari terbit. Karena hadits riwayat Tirmidzi itu disambungkan dengan hadits riwayat Ibnu Umar.

Kenapa Rasulullah menyebutkan larangan? Karena alasan dua tanduk tadi. Yang kemudian kita pahami bentuk fisik jin yang memiliki dua tanduk. Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah]

Ahli Dzikir dan Syukur

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui setiap isi hati hamba-hamba-Nya, senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita sehingga kita menjadi orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, semoga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Rasulullah Saw. mengajarkan sebuah doa supaya kita menjadi hamba yang ahli dzikir dan syukur. Doa tersebut berbunyi, “Allahumma ainnii ala dzikrika wa syukrika, wa husni ibaadatik. (Ya Allah, bimbinglah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).” (HR. An Nasai dan Ahmad)

Menurut Rasulullah Saw, manusia itu bisa menjadi makhluk yang ajaib. Manusia yang mana? Yaitu manusia yang beriman kepada Allah Swt. Orang beriman itu manusia ajaib, dia tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur dan diberi ujian dia bersabar. Keduanya menjadi kebaikan. Jadi kalau kita memiliki dua keahlian saja, yaitu ahli dzikir dan ahli syukur, maka tidak akan ada kejadian seperti apapun yang membuat kita rugi.

Allah akan melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur. Kalau diumpamakan adalah seperti satu butir benih yang jatuh ke tanah dan disiram hujan. Benih itu kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang semakin tinggi besar nan subur dan menjadi jalan kehidupan bagi tumbuhnya pohon-pohon lainnya. Atau seperti anak sapi yang makan rumput, kemudian dia tumbuh besar dan sehat, menghasilkan daging dan susu yang berlimpah. Demikianlah gambaran Allah melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur.

Maka jangan pernah takut akan nikmat yang belum ada. Karena semuanya sudah ada di sisi Allah Swt. Yang harusnya kita takutkan adalah jika kita tidak bersyukur atas karunia Allah yang telah kita rasakan selama ini. Padahal syukur itu adalah bagaikan tali, yang mengikat nikmat yang telah ada dan menarik nikmat yang belum ada. Takutlah jika tali ini tidak ada di dalam diri kita.

Karena Allah Swt. berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..” (QS. Ibrohim [14] : 7)

Jadi sebenarnya jangan sibuk memikirkan nikmat yang belum ada, melainkan sibuklah memikirkan syukur yang belum ada atas segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini. Karena yang belum ada itu sudah janji Allah akan menambahkannya jikalau kita bersyukur.

Saudaraku, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Buah Surga di Negeri Para Nabi

Cuaca Saudi pada siang hari sangat menyengat kulit. Suhunya mencapai 45 derajat celsius. Rasanya seperti terbakar jika berdiri dan beraktivitas terlalu lama di luar ruangan.

Jamaah haji Indonesia, termasuk saya, tak terbiasa dengan panas setinggi itu. Mereka lebih memilih beristirahat di pemondokan sambil menikmati santap siang. Setelah mengonsumsi nasi dan lauk-pauk, saya ‘mencuci mulut’ dengan buah berbentuk bulat hijau muda. Di bagian bawahnya terdapat warna merah bersembunyi, seperti malu hendak menampakkan diri.

Saya membelahnya. Air merah sari buah tersebut menetes. Rasanya manis. Setelah dibuka, tubuh buah ini menampakkan bulir-bulir merah seperti permata ruby pada bagian luar dan putih di bagian dalam.

Saya cicipi beberapa bulir tersebut. Sensasinya luar biasa. ketika digigit, bulir tersebut memancarkan rasa manis sedikit asam memenuhi rongga mulut: segar. Sedangkan bagian putihnya terasa gurih seperti kacang.

Inilah delima yang dalam bahasa Inggris disebut pomegranate. Masyarakat latin menyebutnya punica granatum atau biji apel. Mesir kuno menyebutnya arhumani. Sedangkan dalam bahasa Arab, delima disebut dengan rumman (Ram Chandra, K Dhinesh Babu, Vilas Tejrao Jadhav, Jaime A Teixeira da Silva: 2010).

Dalam buku The Incredible Pomegranate Plant & Fruit Penulis Amerika Serikat Barbara L Baer menceritakan pengalamannya yang tak terlupakan ketika menikmati delima. Di masa kecilnya, wanita paruh baya itu sempat merasa aneh dengan buah delima yang dibeli orang tuanya. Rasanya lembut di awal, manis-segar, agak keras ketika menggigit biji kecil di dalamnya. Namun, bentuknya indah seperti permata merah.

Bulir-bulir delima diolah menjadi jus. Barbara duduk di sebuah kursi. Dadanya ditutupi dengan celemek. Jus delima dihidangkan di depannya. Barbara kecil menyendoknya sedikit. Enak rasanya. Lalu dia memenuhi mulutnya dengan buah surga tersebut hingga bibirnya meneteskan sari, membasahi meja dan celemek.

Tanaman surga ini banyak tumbuh di dataran tinggi Saudi, seperti Taif, kota yang berada di lereng pegunungan Sarawat. Wilayah dataran tinggi yang didiami 1,2 juta penduduk itu terkenal dengan hasil pertaniannya sejak ribuan tahun lalu.

Jika mengunjungi area perpustakaan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) di Taif, jamaah haji dan umrah akan mudah menemukan penjual buah-buahan seperti anggur dan delima. Meski terpapar panas siang hari di kota dataran tinggi itu, mereka akan tetap merasakan nyaman dan senang jika mengunyah buah surga tadi.

Hasil pertanian yang paling diburu masyarakat ini tumbuh di wilayah al-Baha dan Taif. Namun delima Taif lebih masyhur. Dataran kota itu seperti Hada, Shifa, Wadi Muharram, dan Bani Malik, banyak dimanfaatkan untuk pertanian delima.

Jika masa panen tiba, delima akan memenuhi truk-truk yang mendistribusikannya ke berbagai pusat perbelanjaan, seperti Pasar Kakiyah di Makkah, dan pasar di Jeddah, Madinah, Riyadh, Najran, dan banyak lagi (Irfan Mohammed: 2013).

Harga buah tadi bervariasi. Pasar Jeddah dibanjiri delima Yaman yang berharga 7 Riyal per kilogram dan Mesir seharga 4 Riyal per kilogram. Sedangkan Riyadh didominasi delima Saudi yang harganya mencapai 10 Riyal per kilogram, lebih mahal.

Satu kilogram terdiri dari tiga buah delima. Diameter masing-masing buah itu antara 7-15 centimeter. Sangat cocok dihidangkan sebagai makanan ringan di tengah pembicaraan santai bersama kawan.

Pembelian hasil pertanian ini bisa dengan eceran atau partai besar. Biasanya buah delima dibungkus dengan kardus. Per kardus terdapat 10 kilogram delima. Dari sana buah ini didistribusikan ke dapur katering atau rumah makan, hotel, dan pedagang eceran.

Tak mudah menemukan delima di Indonesia. Meski sudah memesannya, pedagang belum tentu sanggup menyetok rumman, karena tak banyak petani yang menanamnya. Ditambah lagi sudah banyak lahan pertanian di Indonesia beralih fungsi menjadi bangunan tempat tinggal, perkantoran, dan perdagangan.

Buah ini biasa disajikan dalam tujuh bulanan: doa bersama untuk wanita hamil yang akan melahirkan bayi: buah cinta dengan kekasih. Biasanya dalam bentuk rujak. Bisa juga disajikan dalam hidangan lain.

Sedangkan di Tanah Arab, negeri para nabi, siapa pun tak kesulitan mendapatkan buah dengan nama latin punica granatum ini. Cukup berjalan ke Swalayan Bin Dawood di Syisyah atau di pusat perbelanjaan Abraj al-Bayt menara Zamzam, maka pasti menemukan delima.

Cara menikmatinya lebih mudah dari makan kuaci: ambil setiap bulirnya yang lebih besar dari biji jagung. Lalu penuhi setiap rongga mulut dengan kesegarannya. Siapa pun akan merasakan kenikmatan sensasional.

Buah ini bisa dinikmati langsung. Terkadang rumman menjadi penghias nasi mandy dan bukhari yang dipadukan dengan kismis. Rasa segar delima dan kismis akan membuat seseorang tak jenuh melahap nasi berempah yang dipadukan dengan lemak – kaldu kambing dan ayam tadi.

Delima juga cocok menjadi pelengkap sayuran seperti acar yang biasa menjadi ‘teman’ martabak telor misalkan atau pun makanan berprotein tinggi lainnya. Hidangan pesmol ikan juga semakin nikmat bila ditaburi delima.

Lainnya adalah salad sayur, buah, dan makanan berprotein: ikan atau daging. Padukan saja dengan wortel, dedaunan: daun ketumbar, selada, peter sally, jagung, tomat, dan kacang-kacangan. Kemudian dicampur dengan mayones dan sedikit mustard. Lalu peras jeruk lemon yang terkenal dengan sifat basa dan tidak meningkatkan asam lambung.

Rasanya akan menjadi khas. Lemon dan potongan sayur menghasilkan aroma tetumbuhan. Ditambah lagi dengan daging atau ikan yang gurih. Semuanya berpadu menjadi kenikmatan penggugah selera makan.

Pomegranate juga menjadi penghias sop buah yang nikmat, baik yang berbahan dasar susu atau sirup. Taburkan bulir-bulir delima merah atau ungu di bagian atas, maka hidangan pencuci mulut akan berpadu dengan putih susu atau jingga mangga. Pasti indah dipandang dan menjadi buruan penikmat kuliner.

Jamaah haji dan umrah dapat menikmati jus buah semacam ini di lantai P3 menara Zamzam dekat Gerai Grapari Telkomsel. Di sana ada menu es buah spesial yang kalau langsung diminum maka akan merasakan kesegaran jus mangga manis. Setelah itu sendoklah bagian dalamnya, maka akan muncul potongan buah segar: nanas, melon, dan bulir-bulir delima merah penyegar mulut. Harganya 15 Riyal.

Hidangan itu biasa dikonsumsi jamaah yang menghilangkan penat dan lelah setelah beribadah di Masjid al-Haram. Sebagian mereka meminumnya di teras luar sambil melihat menara-menara masjid suci ‘pencakar’ langit.

REPUBLIKA

Jemaah Wafat 347, Lampaui Tahun 2016

Madinah (PHU)—Jemaah haji yang telah diterbangkan menuju Tanah Air sudah 354 kloter dari keseluruhan 511 kloter. Mereka yang tergabung dalam 354 kloter itu sebanyak 142.450 jemaah dan 1.770 petugas yang mendampingi jemaah. Data tersebut sesuai dengan rilis dari Bagian Data dan Siskohat PPIH Arab Saudi pada Ahad (16/9/2018) pukul 10.00 waktu Saudi.

Sekitar 3.000 jemaah haji Indonesia juga masih tersisa di Makkah saat data tersebut dikirimkan. Mereka diberangkatkan ke Madinah, hari ini Ahad (16/9) dengan bus-bus yang berangkat sepanjang hari.

Sedangkan menurut Kasi Perlindungan Jemaah Daker Madinah PPIH Arab Saudi Maskat Ali Jasmun, bus terakhir akan bertolak dari Makkah pukul 16.00 waktu setempat. Bus tersebut diperkirakan tiba di Madinah pukul 22.00.

“Jadi saya minta seluruh tim Daker Madinah yang berada di Terminal Hijrah untuk standby,” ujarnya dalam apel persiapan penerimaan jemaah hari terakhir di Madinah, Ahad (16/9).

Sebanyak 13 kloter akan berangkat dari Makkah pada pemberangkatan hari terakhir. Kloter 95 Debarkasi Jakarta-Bekasi dengan 410 jemaah mengawali pergerakan ke Madinah pukul 05.00 subuh dari Hotel Nazrah, kawasan Syisyah, Mekah.

Satu jam kemudian, Kloter 91 Debarkasi Solo sebanyak 360 jemaah menyusul bergerak dari Hotel Saray Istambul 3/Binayah Al Fouz ke Madinah. Sebelas kloter lainnya berangkat ke Madinah sore hari pukul 15.00 hingga pukul 16.00.

Jemaah yang diangkut tersebut merupakan jemaah yang tiba paling akhir melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Sedikitnya 114 ribu jemaah Indonesia tiba di Jeddah lebih dulu kemudian didorong ke Makkah dan kemudian ke Madinah selepas puncak haji sebelum pemulangan melalui Bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah.

Sebelumnya, sekitar 87 ribu jemaah telah dipulangkan melalui Bandara Jeddah setelah sebelumnya datang melalui Madinah dan digeser ke Makkah menjelang puncak haji.

Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Arsyad Hidayat, mengatakan, akan memprioritaskan pemulangan jemaah yang mengalami sakit di Tanah Suci melalui kursi-kursi kosong pada kloter-kloter yang dipulangkan.

“Kita pertimbangkan keselamatan, kita tidak mau menyepelekan. Itu tanggung jawab pemerintah,” kata Arsyad di Madinah. Ia mengatakan, PPIH Arab Saudi akan mengupayakan jemaah diberangkatkan dan dipulangkan dalam keadaan aman.

Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, ke-13 kloter terakhir diangkut ke Madinah menggunakan 105 bus. Dengan pemberangkatan kloter terakhir itu, operasional bus shalawat yang membawa jemaah Indonesia dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya secara resmi dihentikan pada Ahad (16/9) sejak pukul 12.00 siang.

Seluruh petugas haji di Makkah pada Senin (17/9) juga akan meninggalkan Makkah menuju Tanah Air melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Total petugas yang akan pulang ke Tanah Air sebanyak 426 orang.

Sedangkan jemaah sakit yang masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah juga akan dievakuasi ke KKHI Madinah. Hingga Sabtu (15/9), jumlah jemaah yang dirawat di KKHI Mekah sebanyak 11 orang dan di sejumlah rumah sakit Arab Saudi sebanyak 65 orang.

Sedangkan jumlah jemaah wafat hari ini mencapai 347 orang. Jumlah jemaah wafat tahun 2016 tercatat 342 orang dengan jumlah kuota 168.000 jemaah. Sementara jemaah wafat tahun 2017 sebanyak 657 orang dan kuotanya 211.000 orang. (mch/ab).

KEMENAG RI

Separuh Jamaah Indonesia Telah Dipulangkan

Lebih dari separuh total jamaah haji Indonesia di Tanah Suci telah dipulangkan ke Tanah Air. Hingga Ahad (16/9) tersisa sekurangnya 87 ribu jamaah di Tanah Suci.

Menurut catatan Bagian Data dan Siskohat PPIH Arab Saudi, hingga Ahad (16/9) siang, telah dipulangkan sebanyak 144.220 orang. Jumlah itu terdiri dari 142.450 jamaah dan 1.770 petugas. Mengingat total jamaah haji Indonesia tahun ini yang yang berangkat sekitar 204 ribu, jumlah yang pulang telah melebih separuh total jamaah.

Jumlah jamaah yang pulang pada gelombang pertama melalui Bandara King Abdulaziz sejak 27 Agustus hingga 9 Agustus sebanyak 87.853. Sedangkan yang pulang menyertai gelombang melalui melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz Madinah sejak 9 Agustus hingga Jumat (16/9) sebanyak 54.597 jamaah.

Sisa dari jamaah yang belum dipulangkan tersebut akan menjalani sekitar 8 hingga 9 hari di Madinah terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan dipulangkan melalui Bandara Madinah. Kepulangan kloter terakhir dijadwalkan pada 25 Agustus nanti.

Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Arsyad Hidayat, mengatakan, akan memprioritaskan kepulangan jamaah yang mengalami sakit di Tanah Suci melalui kursi-kursi kosong pada kloter-kloter yang dipulangkan.

“Kita pertimbangkan keselamatan, kita tidak mau menyepelekan. Itu tanggung jawab pemerintah,” kata Arsyad di Madinah. Ia mengatakan, PPIH Arab Saudi akan mengupayakan jamaah diberangkatkan dan dipulangkan dalam keadaan aman.