Antara Gadget dan Kekhusyukan Ibadah Haji

AZAN Magrib mulai berkumandang. Masjid Nabawi begitu sesak oleh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia sore itu. Riuh ramai Kota Madinah sejenak hening dan toko-toko pun mulai menutup gerainya untuk sesaat.

Kehadiran jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mulai dirasakan sejak tiga pekan ini. Padatnya jamaah pun membuat polisi setempat harus bekerja ekstraketat. Pemandangan di area Masjid Nabawi ini memang tidak seperti biasanya. Mereka juga tak segan-segan menegur jamaah bandel karena tidak menghiraukan panggilan salat.

Di saat Muslim lainnya tengah beribadah, ada seorang jamaah yang harus berurusan dengan pihak keamanan setempat lantaran bandel kedapatan sedang membeli pulsa ponsel di salah satu gerai sekitaran masjid.

Ia terlihat panik bukan karena terlambat salat berjamaah, tetapi karena handphone (HP) miliknya tidak bisa digunakan, sementara panggilan salat sudah di depan mata. Tentu ini bukanlah pemandangan elok ketika berada di Tanah Haram.

Itulah potret nyata yang terjadi ketika berada di Tanah Suci. Banyak jamaah Indonesia ketika beribadah justru menyibukkan diri dengan gadget-nya. Bahkan, tidak sedikit jamaah Indonesia yang harus rela berjam-jam ikut antrean di gerai pulsa untuk isi ulang paket data.

Ada juga yang datang ke gerai untuk minta diaktifkan nomor lokal Arab Saudi hingga mencari petugas haji Indonesia untuk menjadi penerjemah bahasa ke toko milik orang Arab.

Karmudin, jamaah asal Tasikmalaya, contohnya. Ketika ditemui petugas, ia tampak bingung. Ponsel yang baru saja dibeli dari salah satu toko dekat Masjid Nabawi tidak berfungsi dengan baik.

Dia mencari petugas untuk meminta bantuan agar ponselnya berfungsi dengan baik. Menurut pengakuannya, setiba di Tanah Suci, ia belum juga memberi kabar ke kampung halaman. Aplikasi WhatsApp-nya tidak bisa digunakan.

Perkaranya, ponsel yang dibeli itu tidak memiliki e-mail atau surat elektronik. Sehingga harus terlebih dahulu mengunduh di Google Playstore.

“Bapak mau pakai WA, harus punya e-mail dulu,” kata Firzan Syahroni, petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daker Madinah, “Email-nya kayak apa itu? E-mail itu, cewek atau laki?” tanya Karmudin.

Mendengar kepolosan jamaah tersebut, petugas hanya tersenyum sambil menjelaskan apa itu e-mail yang dimaksud. Terlihat sekali jamaah ini belum pernah menggunakan gadget, bahkan ketika di Tanah Air.

Berbeda ketika di Tanah Suci, menurut dia, gadget menjadi begitu penting. Sehingga, ia harus merelakan uangnya Rp1,6 juta untuk membeli ponsel yang tidak diketahui keasliannya.

Berbeda dengan Karmudin, jamaah lain asal Malang yakni Sugeng mengaku sudah menggunakan gawai (gadget) sejak di Tanah Air. Dia pun tidak mengalami kesulitan menggunakannya. Sugeng memanfaatkan gadget untuk sekadar berfoto-foto atau berbicara dengan keluarga melalui layanan voicecall dan videocall.

Potret manusia modern yang menganggap gadget sebagai bagian dari jiwanya bukan hanya dari jamaah Indonesia. Negara lain seperti India, Turki, Bangladesh, Malaysia, Afrika, Thailand, Filipina, dan China juga tidak mau ketinggalan berebut posisi berlomba-lomba mengabadikan foto mereka alias selfie. Ada juga yang sibuk membalas pesan WhatsApp, videocall, bahkan mendengarkan musik di dalam masjid.

Fenomena ini bukanlah hal baru, bagaimana gadget menjadi sebuah kebutuhan yang hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan, gadget seperti menjadi ketergantungan para jamaah ketika berada di Tanah Suci.

Betapa teknologi ini mampu mengubah gaya hidup manusia. Tidak dimungkiri benda ini diciptakan tanpa kenal batas, baik batas usia maupun jenis kelamin. Siapa pun bisa memiliki gawai asal mampu membeli. Siapa saja bisa mengaksesnya asal bisa mengerti caranya.

Mudah dibawa ke mana-mana, disimpan dalam saku atau genggaman tangan pun akan terasa ringan. Sehingga, tidak heran bila anak-anak zaman sekarang banyak yang keranjingan benda tersebut.

Imam Masjidil Haram Menangis

Dalam sebuah kisah, Imam Besar Masjid Al Haram Syeikh Abdurrahman Assudais di suatu masa ketika mengimami salat berjamaah di depan Kakbah, Beliau mendengar suara alunan musik nada dering salah satu gawai milik seorang jamaah yang menjadi makmum di belakangnya.

Selesai salat, Beliau bangkit sambil menangis dan berkata kepada jamaah tersebut. “Saya belum pernah mendengar musik di rumah saya, tetapi kenapa hari ini saya mendengar musik di rumah Allah,” ujarnya sedih.

Dia mengibaratkan pemain sepakbola tidak ada satu pun yang membawa benda yang dinamakan gadget itu masuk lapangan ketika bertanding. Mereka para pemain hanya cukup fokus pada permainannya.

Apakah penting keberadaan handphone ketika memasuki rumah Allah atau masjid? Apakah juga lapangan bola lebih mulia daripada masjid? Atau, apakah bermain bola itu lebih fokus atau khusuk daripada salat?

Pertanyaan tersebut seharusnya bisa dijawab oleh jutaan umat Islam yang tengah beribadah di Tanah Haram. Sebab, tidak sedikit manusia di dunia ini yang ketika memasuki Masjidil Haram atau Masjid Nabawi justru sibuk dengan gawainya ketimbang khusyuk beribadah.

Dia mengibaratkan pemain sepakbola tidak ada satu pun yang membawa benda yang dinamakan gadget itu masuk lapangan ketika bertanding. Mereka para pemain hanya cukup fokus pada permainannya.

Apakah penting keberadaan handphone ketika memasuki rumah Allah atau masjid? Apakah juga lapangan bola lebih mulia daripada masjid? Atau, apakah bermain bola itu lebih fokus atau khusuk daripada salat?

Pertanyaan tersebut seharusnya bisa dijawab oleh jutaan umat Islam yang tengah beribadah di Tanah Haram. Sebab, tidak sedikit manusia di dunia ini yang ketika memasuki Masjidil Haram atau Masjid Nabawi justru sibuk dengan gawainya ketimbang khusyuk beribadah.

Pendapat Ulama

Sementara menurut pendapat Konsultan Pembimbing Ibadah Haji Akhmad Kartono, sah-sah saja orang beribadah membawa HP ke dalam masjid untuk sekadar eksis alias berfoto-foto. Akan tetapi secara hukum agama, jangan sampai kegiatan ibadah yang menjadi keutamaan dikalahkan dengan kegiatan dengan hal-hal yang justru tidak penting.

“Secara hukum dibolehkan, tidak ada masalah ya untuk kenang-kenangan. Tetapi, jangan menjadi tujuan utama, karena ini justru akan mengganggu dari kegiatan ibadah,” kata Kartono kepada Okezone di Madinah, Minggu (5/8/2018).

Menurut dia, Pemerintah Arab Saudi sendiri sulit mencegah maraknya teknologi. Walaupun sebelumnya memang ada larangan keras.

Namun demikian, hal ini harus menjadi perhatian semua pihak. “Satu hal yang harus dihindari adalah sifat ria. Karena apa? Rasulullah sendiri ketika niat untuk memasuki ihram, Beliau mengatakan, ‘Saya melaksanakan ibadah tidak untuk didengar orang lain, tidak untuk pamer-pamer ibadah, dan tidak untuk membangga-banggakan ibadah kita’,” tuturnya.

Saya secara pribadi mengimbau agar kegiatan ibadah menjadi keutamaan. Sementara kegiatan foto-foto jangan dijadikan tujuan utama dan jangan sampai mengganggu jamaah lain juga.

OKEZONE

 

 

Alhamdulillah, aplikasi cek porsi haji sudah aktif kembali. Cek informasi akomodasi haji tahun ini. Install dari HP Android Anda

Jemaah Calon Haji Gelombang Kedua Diminta Lakukan Ini di Saudi

Tim Promotif Preventif (TPP) terus melakukan penyuluhan kesehatan kepada para jemaah calon haji yang telah tiba di Tanah Suci. Tim yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan itu memastikan jemaah calon haji Indonesia tidak mengalami masalah kesehatan selama beribadah.

“Pagi tadi teman-teman kita melakukan penyuluhan edukasi masalah kesehatan terhadap jemaah haji LOP 10 –Lombok,” ujar Kabid Kesehatan Arab Saudi, Melzan Dharmayuli di Makkah, Jumat (3/8/2018).

Pada penyuluhan di gelombang kedua kloter LOP-10 itu juga dihadiri oleh tim Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Mereka memantau dan ikut memberikan penyuluhan kepada jemaah calon haji Indonesia.

“Hal yang menarik, apa yang disuluhkan Kemenkes Arab Saudi juga sama dengan yang sedang kita suluhkan. Jadi perhatian kita kepada jemaah juga sama. Sesuatu hal yang sederhana yang sudah bisa dilakukan. Jemaah di sini diingatkan kembali tentang kesehatan oleh kita juga Kemenkes Arab Saudi,” terang Melzan.

Materi penyuluhan itu antara lain jemaah harus gunakan penutup kepala, seperti payung, topi, atau sorban untuk mengurangi paparan sinar matahari dan memakai masker saat beraktivitas di luar pondokan.

Selain itu, jemaah calon haji juga diimbau banyak minum, rajin makan buah dan sayur, dan menggunakan alas kaki. Jemaah juga diingatkan untuk rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta dari toilet, juga diingatkan untuk tidak jajan sembarangan.

“Semua jemaah antusias mendengarkan penyuluhan dari Kemenkes Indonesia dan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi,” kata Melzan.

LIPUTAN6

Bolehkah Membangun Toilet di Arah Kiblat?

TIDAK mengapa membangun toilet di arah kiblat masjid dengan syarat bangunannya terpisah dari bangunan masjid. Apabila bangunannya bersambung maka makruh shalat di masjid tersebut, dan shalatnya sah.

Berkata Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu: “Jangan shalat menghadap tempat buang hajat, kamar mandi, dan kuburan.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 3/372 no: 7651, cet. Maktabah Ar-Rusyd )

Berkata Al-Musayyib bin Raafi (wafat tahun 105 H) dan Khaitsamah bin Abdurrahman (wafat setelah tahun 80 H): “Jangan shalat menghadap dinding kamar mandi dan tengah kuburan. ” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 3/372 no:7653 )

Berkata Ibrahim An-Nakhai (wafat tahun 196 H): “Para salaf membenci 3 tempat untuk qiblat: tempat buang hajat (toilet), kuburan, dan kamar mandi” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 3/372 no:7656)

Berkata Syeikh Muhammad bin Ibrahim (Mufti Kerajaan Saudi sebelum Syeikh Bin Baz, meninggal tahun 1389 H): “Toilet ini tidak terlepas dari 2 kemungkinan:

Pertama: Terpisah dari masjid dengan dinding yang terpisah dari dinding masjid yang terletak di arah qiblat, maka ini tidak ada larangan dan tidak masalah shalat di dalamnya, meskipun toilet tersebut berada di arah qiblat masjid, selama bangunannya terpisah dari dinding masjid.

Kedua: Tersambung dengan masjid, dan tidak ada pembatas kecuali dinding masjid yang berada di arah qiblat, maka disebutkan oleh para ulama bahwa ini termasuk tempat yang makruh shalat menghadapnyadan tidak cukup hanya dinding masjid karena para salaf rahimahumullahu membenci shalat di dalam masjid yang di arah qiblatnya ada tempat buang hajat, oleh karena itu seyogyanya memisahkan toilet-toilet tersebut dari dinding masjid dengan dinding terpisah dari dinding masjid tersebut.” (Fatawa Wa Rasail Syeikh Muhammad bin Ibrahim no: 515)

Wallahu alam. [Ustadz Abdullah Roy, Lc.]

 

INILAH MOZAIK

Ar Robb

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan, senantiasa memberi petunjuk kepada kita sehingga kita selalu haqqul yakin kepada-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Salah satu asma Allah adalah Ar Robb. Dalam surat Al Fatihah kita sering menyebut nama mulia ini, Ar Robb. Banyak sekali Allah Swt menyebut nama-Nya dengan Ar Robb dalam Al Quran, salah satunya adalah dalam firman-Nya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Robb semesta alam.”(QS. At Takwiir [81] : 29)

Ar Robb berarti Allah yang menciptakan, yang membina, yang mengatur dan yang menguasai jagat raya ini. Di sinilah tauhiid Rubbubiyyah, kita harus sangat yakin bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, dari yang terkecil sampai yang paling besar adalah ciptaan Allah dan ada dalam kekuasaan-Nya. Dari kromosom, DNA, inti sel sampai benda-benda langit, bintang, galaksi adalah ciptaan Allah Swt dan dalam pengaturan-Nya.

Tubuh kita ini adalah Allah yang mendesain. Jari-jemari kita Allah ciptakan dengan sempurna sehingga bisa ditekuk, merasa dan menggenggam dengan kuat. Allah juga yang mengurus tubuh kita ini sesungguhnya. Karena kita tidak bisa mengurusnya kecuali hanya sebagian kecil saja. Kita tidak mengerti mengapa kuku harus sedemikian rupa, kita pun tak berdaya mengendalikan pertumbuhannya kecuali hanya memotongnya sedikit-sedikit saja. Jantung kita pun demikian, berdegup secara teratur di luar kendali kita. Maasyaa Allah, Allah yang mengatur semua.

Semesta alam ini takluk kepada Allah Swt. Jika Allah menghendaki suatu kejadian maka pasti terjadi, tidak ada yang bisa menahannya. Dan apapun yang tidak Allah kehendaki, maka pasti tidak akan terjadi, tidak ada yang bisa memaksanya untuk terjadi. Inilah kehebatan Robbul aalamiin, Tuhan semesta alam.

Oleh karena itu, seseorang yang sudah mengenal Allah dengan baik, mengerti makna dari nama Ar Robb ini, maka segala sesuatu di dunia ini menjadi kecil di matanya. Sekuat apapun manusia yang berkuasa di muka bumi ini, kecil saja dalam pandangannya. Karena yang Maha Besar hanyalah Allah Swt. Seseorang akan silau dan terkagum-kagum pada makhluk yang berkuasa di dunia, jika ia belum mengenal Allah, Ar Robb, Tuhan semesta alam.

Alhamdulillahi Robbilaalamiin, segala puji hanya milik Allah, Robb semesta alam. Imam Ibnu Qoyyim, semoga Allah merohmatinya, menerangkan bahwa Ar Robb adalah Dia Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Mencipta, Yang Maha Mengadakan, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, Yang Maha Memajukan dan Mengakhirkan, Yang Maha Memberi Hidayah, jadi nama-nama Allah terangkumlah dalam Ar Robb.

Semoga kita semakin mengenal Allah dan semakin yakin kepada-Nya. Karena hanya dengan mengenal Allah, yakin dan dekat kepada-Nya, hati kita akan menjadi tenang. Inilah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. Insyaa Allah.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAHMOZAIK

Buta, CJH Asal Mojokerto Ini Tetap Semangat

Meski mengalami kebutaan sejak empat tahun lalu, Sukamat (65), Calon Jemaah Haji (CJH) asal Desa Kepuhpandak, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto ini tetap semangat berangkat ke Tanah Suci Makkah dan Madinah.

Sukamat akan berangkat bersama istrinya, Jumaning bersama CJH asal Kabupaten Mojokerto yang tergabung dalam kloter 75. Sukamat akan berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan rukun Islam ke 5 tanggal 11 Agustus 2018 mendatang.

Sukamat bersama istrinya sudah mendaftarkan sebagai CJH asal Kabupaten Mojokerto sejak 9 tahun lalu. Ia menabung dari hasil menjual batu bata karena Sukamat dan istrinya, Jumaning merupakan perajin batu bata merah di desanya.

Namun berselang lima tahun setelah mendaftarkan diri sebagai CJH, Sukamat tiba-tiba merasa pandangannya semakin kabur. Hingga akhirnya Sukamat mengalami kebutaan hingga saat ini. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangatnya pergi haji.

“Sebelum berangkat ke Tanah Suci, saya biasa belajar jalan-jalan di sekitar rumah. Nanti di sana (Tanah Suci, red), ada istri saya yang membantu. Karena nanti rencananya saya pakai kursi roda biar mudah,” ungkapnya, Sabtu (28/7/2018). [beritajatim]

INILAH.com

Mana Lebih Utama, Kurban Sendiri atau Kolektif?

DIANTARA cara berkurban yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, adalah berkurban secara mandiri atau kolektif. Sapi dapat dikurbankan maksimal kolektif tujuh orang, onta sepuluh orang. Meski secara urutan, kurban onta lebih utama dari qurban sapi. Dan kurban sapi lebih utama dari qurban kambing. Dalilnya adalah hadis tentang anjuran berlomba-lomba untuk segera menghadiri shalat Jumat.

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat kemudian berangkat ke masjid maka seakan-akan ia berkurban unta, barangsiapa yang berangkat di waktu yang kedua seakan-akan berkurban sapi, barangsiapa yang berangkat di waktu yang ketiga seakan-akan berkurban kambing, barangsiapa yang berangkat di waktu yang ke empat seakan-akan berkurban ayam, barangsiapa yang berangkat di waktu yang kelima seakan-akan berkurban telur. Jika Imam keluar, malaikat hadir (duduk) untuk mendengarkan dzikir (khutbah).”
(Muttafaqun alaih)

Pada hadis di atas bekurban unta disebutkan pertama, lalu sapi, kemudian kambing. Menunjukkan bahwa binantang kurban paling utama adalah onta. Karena memang harga onta paling mahal dibanding hewan kurban lain, sehingga pengorbanan dana paling besar dibanding kurban sapi atau kambing. Ada sebuah kaidah fikih yang sangat populer berkaitan dengan pahala suatu ibadah, “Besar kecilnya pahala, berbanding dengan kadar pengorbanan saat melakukan ibadah.”

Namun yang menjadi pertanyaan, antara korban mandiri dan kolektif, mana yang lebih besar pahalanya? Tentu saja berkurban secara mandiri lebih besar pahalanya. Karena orang yang berkurban mandiri, dia dapat meraup seluruh pahala menyembelih qurban secara utuh, berbeda dengan yang berkolektif, ibadah dan pahalanya untuk orang-orang yang tergabung dalam kolektif itu. Sementara letak inti nilai ibadah pada qurban, adalah pada menyembelihnya, karena Allah azza wa jalla.

Kesimpulan ini pernah dinyatakan oleh Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, “Berkurban kambing lebih utama daripada qurban onta secara kolektif. Karena menyembelih, adalah tujuan ibadah dalam ibadah kurban. Dan orang yang berkurban mandiri, dia dapat meraup seluruh pahala sembelihan qurban.” (Dikutip dari : Aujazul Masalik 10/227)

Sehingga bila kita urutan model berkurban dari yang paling afdhol:
Pertama, kurban mandiri:
1. Kurban onta.
2. Kemudian kurban sapi.
3. Lalu kambing.

Kedua, kurban kolektif:
1. Kolektif (maks) sepuluh orang untuk kurban onta.
2. Kemudian kolektif (maks) tujuh orang untuk kurban sapi.

Sekian, semoga mencerahkan. Wallahualam bis shawab. [Ustadz Ahmad Anshori, Lc]

 

INILAH MOZAIK

Mitos Sesat dan Foto-foto Bertebaran di Jabal Rahmah

Mekah – Jabal Rahmah, bukit kecil di tengah padang Arafah selalu menyita perhatian sebagian jemaah haji maupun umrah. Beredar mitos sesat seputar bukit ini sampai-sampai pemerintah Arab Saudi membuat plang besar khusus sebagai bentuk pelurusan.

Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat pertemuan pertama kali Nabi Adam dan Hawa setelah terpisah ratusan tahun di dunia. Jabal Rahmah yang berupa bukit kecil setinggi kurang lebih 70 meter, memudahkan keduanya bertemu karena tampak menjulang di tengah padang Arafah.

Jabal Rahmah masa kini sudah mendapatkan sentuhan zaman modern. Dikunjungi detikcom pada Minggu (29/7), tampak ada anak tangga yang menghubungkan dasar bukit sampai bagian puncak. Di sekeliling bukit ini dibeton untuk keperluan lahan parkir.

Posisi Jabal Rahmah di padang Arafah juga tidak semenonjol di masa kuno di mana Arafah murni berupa padang gurun. Kini terdapat banyak pohon — di antaranya pohon Soekarno — yang ditanam dalam jarak yang teratur oleh Kerajaan Arab Saudi sehingga padang Arafah tak tampak sepenuhnya lagi seperti padang lepas.

Kembali ke Jabal Rahmah, entah karena sebab apa, kemudian beredar mitos-mitos tanpa dasar mengenai bukit ini. Banyak sekali jemaah sampai memaksakan diri mendatangi bukit batu ini saat wukuf di Arafah.

Tak hanya itu, ada jemaah-jemaah haji yang mengharuskan dirinya sendiri untuk mengusap sesuatu di puncak bukit. Bahkan ada pula yang sampai menuliskan sesuatu karena anggapan dapat mengabulkan doa.

Kerajaan Arab Saudi pun turun tangan dan membuat plang pengumuman besar di bawah bukit. Pada intinya, Kerajaan Saudi meminta jemaah untuk tidak mengkultuskan Jabal Rahmah saat wukuf. Karena wukuf itu bisa dilakukan di seluruh titik yang ada di Padang Arafah. Isi pesan disampaikan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Turki.

Begini bunyinya:

Nabi Anda tercinta Mohammed SAW tidak datang ke sini kecuali Arafah dan beliau tidak naik ke gunung. Beliau bersabda ‘Arafah semuanya tempat untuk wukuf’. Begitu pula nabi SAW tidak memerintahkan untuk mengusap sesuatu yang ada di gunung atau pohon-pohon, atau mengikatnya. Dan beliau tidak memerintahkan sholat di atas gunung, menulis di batu, atau membangun sesuatu di atas gunung. Wahai saudaraku jemaah haji, ikutilah sunnah nabimu SAW bersabda: Ikutilah cara ibadah haji kamu dari aku. Semoga Allah menerima haji kita semuanya.

Pesan-pesan serupa juga dipasang di tugu yang ada di puncak Jabal Rahmah. Bedanya di puncak bukit, kerajaan Saudi menyertakan keterangan gambar.

Ada hal menarik yang dijumpai di puncak Jabal Rahmah. Sangat banyak foto-foto bertebaran di sana-sini.

Sebagian besar foto berukuran 4 x 6 meski ada pula yang menaruh foto berukuran lain. Ada pula yang meletakkan dua foto dalam satu kantong plastik transparan.

Jemaah haji Indonesia tentunya juga diingatkan untuk tidak perlu ke Jabal Rahmah saat wukuf di Arafah. Kondisi yang desak-desakan dan berjubel akan membahayakan jemaah.

Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mengimbau agar jemaah tetap berada di dalam tenda selama wukuf. Suhu pada hari H tanggal 20 Agustus 2018 yang bisa mendapat 53 derajat celcius, membuat jemaah rawan terkena dehidrasi saat terpapar matahari langsung.
DETIK

Berangkat Melalui Jalur Ilegal, 116 WNI Calon Haji Ditangkap Pihak Keamanan Arab Saudi

Sebanyak 116 warga negara Indonesia dipulangkan bertahap ke Tanah Air, setelah mencoba berangkat haji melalui jalur illegal.

Dilansir Banjarmasinpost.co.id, Konsul Jenderal RI di Jeddah Arab Saudi, Mohammad Henry mengatakan 116 WNI yang berhaji secara illegal itu, ditangkap otoritas keamanan Arab Saudi di hotel yang ada di kawasan Misfalah, Mekkah, Jumat (27/7/2018).

“Beberapa sedang menunggu penerbangan, 32 sudah dideportasi dan 72 akan dipulangkan besok. Lainnya berangsur hingga Sabtu besok supaya sudah selesai semua,” kata Henry di ruang Media Center Haji di Mekkah, Kamis (2/8/2018).

Sebagian besar WNI itu tergolong muda karena tahun kelahiran 1970-an dan 1980-an.

Adapun asal WNI tersebut, menurut Mohammad Henry, terbanyak dari Lombok, Madura, Banjar, dan Jawa Barat.

116 WNI yang ditangkap keamanan Arab Saudi itu berupaya berhaji secara ilegal dengan memanfaatkan visa nonhaji, yaitu visa kerja, visa umrah, visa ziarah, visa bisnis, dan visa kunjungan keluarga.

Padahal untuk melakukan ibadah haji dibutuhkan visa khusus yakni visa haji.

Kementerian Agama mengusut kemungkinan adanya keterlibatan travel umrah resmi dalam pemberangkatan 116 WNI tersebut.

“Jika terbukti ada WNI yang menggunakan visa umrah dan dia overstay, maka kita lacak hal tersebut kesalahan PPIU atau jemaah,” ujar Nizar Ali di Kantor Daerah Kerja (Daker) baru Makkah di kawasan Syisyah, Makkah.

“Kalau kesalahan PPIU akan kita cabut izin operasionalnya,” sambung Nizar didampingi Kabiro Humas Data dan Informasi Mastuki.

WNI yang berhaji melalui jalur illegal bukan pertama kali, sebelumnya pada 3 Oktober 2016 lalu, sebanyak 106 anggota jemaah haji asal Indonesia terdiri atas 27 pria dan 79 wanita juga tertangkap di Filipina, dilansir TribunWow.com dari Kompas.com (6/10/2016).

Mereka melakukan memalsukan identitas dengan paspor Filipina, karena terbatasnya kuota haji di Indonesia.

Retno Marsudi, selaku Menteri Luar Negeri Indonesia mengungkapkan proses pemulangan WNI yang berada di Filipina selesai pada 10 Oktober 2016 lalu. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)

TRIBUN NEWS

 

Pelaku Kejahatan Sasar Jemaah Haji Lansia, Ini Tips Mencegahnya

Mekah – Tiap tahun penyelenggaraan ibadah haji, ada saja laporan mengenai jemaah yang menjadi korban kejahatan. Ada tips pencegahan efektif secara kolektif agar penjahat tak memiliki ruang gerak.

Kabid Perlindungan Jemaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Jaitul Muchlis mengatakan dari sekian banyak kejadian terhadap jemaah, ada pola khusus. Pelaku menyasar jemaah usia lansia.

“Jadi gini, orang yang menjadi sasaran kriminal, pertama dilihat dari usia. Coba lihat, lansia, lumayan berumur. Kemampuan fisik sudah tidak prima, dan pasti berkecenderungan terpisah dari rombongan,” ujar Jaitul di kantor Daker Mekah, Minggu (5/8/2018).

Jaitul mengatakan, rombongan pasti memiliki kecenderungan berjalan lebih cepat daripada jemaah lansia. Dari sini peluang jemaah lansia itu tertinggal dan kemudian menjadi sasaran penjahat terbuka.

“Rombongan besarnya berjalan cepat. Satu menit bisa 10 langkah, sedangkan yang tua hanya dua sampai tiga langkah. Kan beda,” ujar Jaitul.

Jaitul meminta anggota rombongan jemaah yang lain untuk memperlambat langkah. Dengan begitu jemaah lansia tetap berada dalam rombongan.

“Cobalah yang masih sehat dan prima tadi mengalah. Langkah kakinya diperlambat, sehingga bisa mengimbangi langkah mereka yang sudah tua,” ujar Jaitul.

“Egoisme jemaah juga harus dilunturkan. Mereka beribadah bukan semata-mata melakukan ritual, tapi juga membantu jemaah. bahkan bisa jadi kemabruran mereka berasal dari kepedulian terhadap jemaah sekitarnya yang membutuhkan bantuan,” pungkasnya.

DETIK

Zikir Cara Mudah & Mujarab Komunikasi dengan Allah

ZIKIR merupakan amalan utama dalam Islam. Zikir ialah cara paling mudah dan mujarab untuk menjalin komunikasi dengan Allah Taala.

Zikir adalah ekspresi cinta seorang hamba kepada Rabb yang telah menciptakan, mengurus, dan mencukupi semua kebutuhannya. Dari Abu Darda, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah, Imam al-Hakim, dan Imam at-Tirmidzi dengan derajat Shahih,

“Tidakkah kalian ingin kuberitahu tentang sebaik-baik amalan yang paling suci di sisi Tuhan kalian, paling tinggi menyertai derajat kalian, lebih baik dari menafkahkan emas dan perak, juga lebih baik dari musuh yang membunuh (di antara kalian), lalu kalian membunuhnya? “Para sahabat menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.”

Kata Nabi, “Berzikirlah kepada Allah Taala.”

Di antara kalimat-kalimat zikir itu, ada satu kalimat yang disebutkan sebagai kalimat paling disukai Allah Taala. Lebih istimewanya lagi, kalimat tersebut dipilih oleh-Nya untuk malaikat-malaikat-Nya.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Ahmad bin Hanbal dengan derajat Hasan shahih.

Qultu: Ya Rasulullah, ayyu al-kalaami ahabbu ilaa Allahi Taala? Qaala: Maa ashthafa Allahu Taala li malaaikatihi: Subhana Rabbii wa bihamdihi. “Wahai Rasulullah,” tanya Abu Dzar, “bacaan apakah yang paling disukai Allah Taala?” Rasulullah bersabda, “(Ialah) bacaan yang dipilihkan oleh Allah Taala untuk para malaikat, yaitu bacaan Subhana Rabbi wa bihamdihi (Mahasuci Tuhanku dan segala puji bagi-Nya).”

Semoga Allah Taala memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa membasahi lidah dengan zikir, pikiran yang senantiasa menadabburi ciptaan-ciptaan-Nya, dan hati yang khusyuk beribadah kepada-Nya, serta fisik yang senantiasa beramal dalam menaati-Nya. Amin ya Robalalamin.

 

INILAH MOZAIK