Menag: Pemerintah Bukannya Tak Mau Fasilitasi Jemaah untuk Tarwiyah

Mekah – Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tidak memfasilitasi jemaah haji untuk melaksanakan tarwiyah sebelum ke Arafah. Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pemerintah bukannya tidak mau memfasilitasi, tapi terkendala masalah teknis operasional di Arab Saudi.

Tarwiyah adalah melakukan napak tilas perjalanan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Jemaah tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Mekah ke Mina sejauh 14 kilometer menjelang tanggal 8 Zulhijah. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jemaah lainnya yang berangkat dari Mekah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf pada 9 Zulhijah.

Ada jemaah haji yang menempuh perjalanan tarwiyah dari Mekah-Mina itu dengan jalan kaki. Ada pula yang naik bus.

Lukman mengatakan praktik tarwiyah tersebut tidak memungkinkan untuk dijembatani naqabah atau otoritas yang membawahi seluruh bus di Arab Saudi. Jumlah jemaah haji Indonesia 221 ribu, terlalu besar untuk dibawa melakukan perjalanan ke Mina sebelum ke Arafah.

“Tidak memungkinkan bagi naqabah membawa seluruh jemaah haji Indonesia dengan rute seperti tadi itu. Dari Mekah ke Mina, baru ke Arafah,” ujar Lukman di kantor Daker Mekah, Senin (13/8/2018).

Kerajaan Arab Saudi juga sudah menetapkan tahapan keberangkatan untuk pelaksanaan puncak haji. Dalam jadwal dari pemerintah Arab Saudi itu, tidak ada tahapan untuk melaksanakan tarwiyah lebih dulu.

“Yang diberlakukan naqabah adalah membawa 221 ribu jemaah kita dari hotel di Mekah, lalu kemudian langsung ke Arafah. Itu pun dilakukan dalam tiga fase pada tanggal 8 Zulhijah,” tutur Lukman.

Tiga fase itu diawali fase pertama, yakni rombongan jemaah diberangkatkan pukul 8 pagi, lalu siang hari, kemudian sore hari.

“Jadi bukan pemerintah tidak mau memfasilitasi jemaah kita yang melaksanakan tarwiyah, tapi karena keterbatasan teknis operasionalisasi dari pergerakan jemaah kita. Sebagaimana ketentuan tarwiyah itu. Bagaimanapun, kita harus tunduk kepada pemerintah Saudi Arabia karena ini kan bukan kewenangan kita, tergantung dengan mobilitas jemaah haji kita,” jelas Lukman.

Namun, Lukman menggarisbawahi, pemerintah tidak melarang jemaah melakukan tarwiyah. Jemaah yang mau melaksanakan tarwiyah diwajibkan melapor agar bisa didata.

“Syaratnya, mereka harus melapor kepada ketua regu masing-masing, ketua rombongan, ketua kloter, dan kepala sektornya, agar dicatat. Siapa saja yang tarwiyah dengan konsekuensi mereka bertanggung jawab terhadap transportasi, konsumsi selama jemaah berada di Mina pada malam dan pagi. Dan tentu keselamatannya,” tutur Lukman.

“Karena itu, KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) harus betul-betul beertanggung jawab kalau ingin menempuh tarwiyah ini. Karena pemerintah tidak memfasilitasi. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak memungkinkan melayani 200 ribu jemaah kita dengan pola tarwiyah. Karena naqabah perusahaan bus tidak memungkinkan untuk itu,” sambungnya.
(fjp/idh)

DETIKcom

Cerita Mbah Sutar yang di Mudahkan Sentuh dan Cium Ka’bah

Menunaikan ibadah haji saat berumur lanjut usia memang harus membutuhkan stamina fisik yang kuat, karena haji merupakan ibadah fisik. Hal ini tidak menghalangi Sutar (78), jemaah haji asal Tulungagung Jawa Timur ini begitu semangat saat di tanya kesannya saat berada di Tanah Suci.

Mbah Sutar begitu ia disapa, merasa bahagia dan bersyukur bisa menunaikan ibadah haji, apalagi bisa beribadah di Masjidil Haram. Saat ditanya kesannya pertama kali melihat Ka’bah, dirinya mengaku biasa saja, tapi setelah shalat di Hijr Ismail dirinya baru meneteskan air mata.

Melakukan salat sunah di Hijir Ismail. Bagi khalayak awam, mungkin masih cita-cita karena butuh proses tenaga ekstra untuk menembus ratusan jemaah yang berkeliling melakukan tawaf.

Di usia 78 tahun, Mbah Sutar mampu melakukan itu. Mbah Sutar merasa dirinya mendapat dorongan kuat untuk menyentuh Ka’bah dan salat di Hijir Ismail.

Saat memasuki Hijr Ismail pun, dirinya dimudahkan bahkan orang-orang sekitar memberi ruang dan melindunginya. Selain salat sunnah di Hijr Ismail, mbah Sutar juga berkesempatan memegang Ka’bah dan mencium Hajar Aswad.

“Alhamdulillah sudah pegang Ka’bah dan menciumnya,” ujar Mbah Sutar saat ditemui Media Center Haji (MCH) di Hotel tempatnya menginap. Senin (13/08).

Mbah Sutar sendiri merasa kebingungan saat berada di samping Ka’bah, karena di riuhnya jemaah haji lain yang melihat dirinya. Mbah Sutar saat itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berdoa dan salat sunah.

“Saya doa dan salat di Hijir Ismail. Saya juga mencium Hajar Aswad,” ujar Mbah Sutar.

Bagi Mbah Sutar bisa melaksanakan haji adalah berkah hidupnya. Dirinya yang seorang petani dan hanya memiliki sapi, akhirnya bisa mendaftarkan berangkat haji 8 tahun lalu.

“Hasil panen saya jual dan belikan sapi. Sapi sudah kelihatan besar saya jual. Uangnya buat makan dan nabung haji,” ujar Mbah Sutar.

Saat menunggu di lobi hotel, Mbah Sutar juga tidak menyia-nyiakan untuk berfoto dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. “Tolong nanti kalau ada Pak Menteri saya di foto ya,” ujarnya lirih.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

WNI Berhaji dari Korsel dan Jepang

Saat membantu pelayanan kedatangan jemaah haji depan Gate B Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah, sepintas terlihat wajah-wajah Indonesia namun memakai rompi berbendera Jepang. Semula agak ragu untuk menyapa salah satu dari mereka, setelah saling mengucap salam dan berjabat tangan ternyata benar mereka WNI yang mukim di Jepang.

Salah satu dari mereka bernama Dahlan. Sudah sekian lama Dahlan tinggal di Jepang dan bekerja sebagai dosen. Dia berangkat haji menggunakan kuota Jepang yang memang tidak banyak dimanfaatkan. Keberangkatannya resmi menggunakan passport Indonesia, bukan seperti heboh haji furada yang berangkat dari Philipina dua tahun lalu.

Bersama 52 orang lainnya Dahlan yang didampingi istrinya berangkat ke tanah suci menggunakan travel wisata HIS.

“Sebenarnya saya bergabung dengan 150 orang dari travel HIS, tapi yang lain masih akan berangkat lain hari,” ujar Dahlan saat ditemui bersama rombongannya di Jeddah, Senin (13/8/2018).

Dahlan menuturkan ada dua travel wisata yang memberangkatkan haji dari Jepang, namun sayangnya dia tidak dapat merinci berapa Jemaah haji dari Jepang tahun ini.

“Jumlah pastinya saya tidak tahu tapi ada travel lain yang memberangkatkan haji dari Jepang,” imbuhnya.

Pria asli Lamongan Jawa Timur ini menuturkan biaya yang dibayarkan dan fasilitas yang dia terima.

“Kami bayar 60 juta rupiah tapi kami hanya tiga minggu berada di Arab Saudi. Semua perlengkapan kami biayai sendiri,” imbuhnya.

Dahlan dan istrinya juga memuji banyaknya fasilitas haji Indonesia padahal biayanya jauh lebih murah dan masa tinggal lebih lama.

“Melihat di berita-berita, Jemaah haji Indonesia yang paling enak. Tas, koper, kain ihram mereka diberikan dari negara. Bahkan kabarnya juga menerima makan lebih banyak serta fasilitas bus ke Masjidil Haram,” sambil mengacungkan jempolnya.

Namun Dahlan tetap bersyukur bisa menunaikan haji meskipun harus berangkat dari Jepang. Dahlan yang menjadi dosen Information Science di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) rencananya menginap di hotel yang tidak jauh dari Masjidil Haram.

“Katanya kami menginap di hotel dekat dari masjid. Hanya 10 menit jalan kaki dari Haram,” pungkasnya.

Sehari sebelumnya juga dijumpai beberapa WNI yang berhaji dari Korea Selatan. Menurut catatan sensus terkini, Muslim di Korsel jumlahnya sekitar 100 ribu orang dari 51 juta penduduk negara tersebut. Meski begitu, kuota haji yang ditetapkan Kerajaan Arab Saudi terhadap negara itu sebanyak 360 orang.

Menurut rilis yang dilansir Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul, Duta Besar RI untuk Korsel Umar Hadi secara langsung melepas keberangkatan 150 WNI ke Tanah Suci tahun ini.
“Pesan saya agar teman-teman memperhatikan tiga jaga; jaga hati, jaga ibadah, dan jaga nama baik Indonesia,” kata Umar saat melepas jamaah di Masjid Jami Itaewon, Seoul, seperti dilansir KBRI, Ahad (12/8/2018).

Menurut Umar Hadi, bisa menunaikan ibadah haji menjadi daya tarik tersendiri bagi para pekerja Indonesia di Korsel. Selain kuota haji yang demikian leluasa, para pekerja juga memiliki kelebihan rezeki dan kondisi fisik yang masih prima karena masih berusia muda. (ab/ab).

 

KEMENAG RI

10 Tips Sehat Jamaah Haji Jelang Wukuf di Arafah

Dua pekan lagi, jamaah haji akan melaksanakan wukuf di Arafah. Karena menguras tenaga, tentunya Anda harus menjaga kesehatan fisik mulai sekarang. Ketika menghadapi puncak ibadah haji, semua orang pasti akan mengalami banyak rintangan dari segala hal. Termasuk menjaga kesehatan fisiknya, apalagi bagi kaum lansia.

Pastinya setiap hari Anda diingatkan oleh para petugas kesehatan untuk melakukan kebiasaan baik, supaya tubuh tetap bugar. Mulai dari makan sehat, sering minum air putih, melakukan aktivitas fisik ringan di waktu senggang, dan sebagainya.

Agar kesehatan jamaah haji tidak terganggu selama ibadah di Tanah Suci, khususnya saat wukuf nanti, Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf berbagi 10 tips bagi Anda. Simak ulasannya, dirangkum Okezone berikut ini.

1. Makan teratur agar tubuh bertenaga dan tidak mudah sakit

Sayangnya, setiap orang cenderung malas makan saking semangatnya ibadah. Apalagi kalau menu makanannya kurang menggoda. Sebaiknya jangan, sebaiknya Anda tetap makan teratur dengan nutrisi seimbang, yang disajikan oleh panitia haji.

2. Sering minum, jangan menunggu haus

Ketika wukuf, kegiatan Anda banyak dihaluskan di luar ruangan. Pastinya risiko dehidrasi pun besar. Anda harus sering minum air putih, jangan menunggu haus. Waspadai risiko kekurangan cairan dan heat stroke saat di Tanah Suci.

3. Gunakan masker untuk menghindari debu

Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker sangat penting digunakan. Terutama saat keluar pondokan atau tenda termasuk, atau saat antre di toilet di Armina. Debu ada di mana saja, yang bisa memicu infeksi saluran pernapasan.

4. Kurangi aktivitas fisik yang tidak perlu

Simpan tenaga untuk menyelesaikan wukuf. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan, mungkin seperti belanja atau pergi ke tempat lain yang bikin Anda penasaran. Perbanyak istirahat jelang wukuf agar tenaga tidak terkuras sia-sia.

5. Peduli serta saling menjaga antar jamaah

Setiap regu harus mematuhi aturan dari panitia. Saat wukuf pastikan Anda pergi dan pulang bersama-sama dengan teman. Jangan memudahkan diri karena bisa mengganggu aktivitas ibadah Anda yang seharusnya khusyuk.

6. Jangan pinjam pisau cukur

Saat wukuf Anda dianjurkan untuk mencukur rambut dan sebagainya. Jangan pinjam pisau cukur orang lain, karena mungkin saja bisa menularkan penyakit.

7. Hati-hati saat wukuf di atas tebing

Ketika di area Armina nanti jangan naik ke atas bukit, tebing atau bebatuan. Jangan pula berbaring di jalan atau dikolong kendaraan yang terparkir.

8. Pilih rute melempar jamarat yang aman

Biasanya petugas haji akan merekomendasikan rute yang aman. Rutenya akan melalui tenda-tenda jamaah Indonesia dan masuk melalui terowongan. Di jalur tersebut tersebar petugas dan pos kesehatan. Sedangkan jalur lainnya tidak ada perlindungan petugas atau pos kesehatan, sehingga berbahaya jika dilewati jamaah Indonesia.

9. Tidak memaksakan diri melempar jumrah saat sakit dan ikuti aturan

Melontar jumrah harus mengikuti waktu yang sudah ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Untuk jamaah Indonesia waktu melontar yang disarankan untuk tanggal 10 Zulhijah yaitu setelah ashar atau setelah maghrib dan pada tanggal 11 Zulhijah setelah Subuh. Jika melontar di waktu selain itu akan berisiko terpapar suhu yang sangat panas dan berdesakan dengan jemaah dari negara lain yang postur tubuhnya lebih besar dari jemaah Indonesia.

10. Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman

Sangat penting sekali Anda mengenakan pakaian dengan bahan nyaman. Meski sudah diwajibkan menggunakan pakaian sejenis, tapi pilih bahan yang menyerap keringat. Lalu, pakaian harus pas di badan, jangan kebesaran. Pakai alas kakinya pun demikian. Pakailah sandal atau sepatu yang nyaman agar tidak terinjak dengan orang lain. (ren)

 

OKEZONE

Saudi Gagas Mecca Road, Jemaah Haji RI Bisa Paling Diuntungkan

Mekah – Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengungkap adanya proyek besar Mecca Road yang tengah digagas negara itu. Jika proyek ini terwujud, jemaah haji Indonesia bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan.

“Satu lagi, Saudi akan membuat proyek besar yang disebut dengan Thorriq Makkah atau Mecca Road yang berekspektasi setiap musim haji ada 5 juta jemaah haji dan saya yakin jemaah yang mendapat fasilitas dari Saudi ini adalah Indonesia,” ujar Agus.

Hal itu disampaikan Agus usai mengikuti rapat koordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang dipimpin langsung oleh amirul hajj, Menag Lukman Hakim Saifuddin. Mecca Road ini merupakan proyek Saudi di bidang infrastruktur untuk menunjang pelayanan haji di Mekah.

“Mecca road ini 2030 (direncanakan direalisasikan), sebuah giant project dalam masalah pelayanan haji,” ujar Agus.

Agus mengatakan, sebelum proyek infrastruktur itu terealisasi, Saudi juga telah lebih dulu memberikan pelayanan khusus kepada jemaah haji Indonesia. Pelayanan itu berupa perekaman biometrik yang dipindahkan. Dari yang dulunya di bandara Saudi kini bisa dilakukan di embarkasi.

Karena pemindahan biometrik itu, jemaah tinggal menjalani pemeriksaan satu sidik jari setibanya di bandara Saudi. Khusus untuk jemaah dari embarkasi yang bertolak dari bandara Cengkareng dan Surabaya, mereka sama sekali tak perlu menjalani pemeriksaan saat keluar di bandara Saudi. Jalur ini kemudian dikenal dengan istilah fast track.

“Inovasi fast track ini adalah hadiah terbesar saudi kepada Indonesia,” ujar Agus.

Jemaah haji Indonesia merupakan rombongan jemaah haji terbesar dari satu negara. Setiap tahunnya, Indonesia memperoleh kuota haji dengan jumlah terbanyak di antara negara-negara berpenduduk muslim lainnya. Penentuan kuota haji ini mengacu dari kesepakatan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 1987 di Amman, Jordania.

Pada KTT OKI tersebut diputuskan bahwa dari 1.000 orang penduduk muslim di suatu negara, hanya 1 orang yang punya kesempatan untuk menyelenggarakan haji. Makin banyak warga muslim di negara itu, maka makin banyak kuota haji yang diperolehnya. (fjp/dkp)

DETIK.com

Jamaah Risti akan Ditangani Awal

MAKKAH — Jamaah berisiko tinggi (risti) akan mendapatkan penanganan awal jika penyakit yang dideritanya kambuh atau semakin parah. Hal itu dilakukan dengan tindakan medis oleh dokter yang bertugas di kloter dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Tenaga medis KKHI Muhammad Gibran Fauzi Harmani mengatakan, jamaah risti pengidap jantung biasanya mengalami sesak napas, nyeri dada, atau jantung berdebar. Jika mereka merasakan hal itu, maka segera konsultasi ke dokter terdekat untuk mendapatkan obat.

Demikian pula para pendamping atau teman sekamar, bila menemukan jamaah dengan kondisi seperti tadi maka segera melapor ke dokter kloter. Gibran menegaskan telah ada sistem komunikasi antara KKHI Makkah dengan dokter di sektor dan kloter.

Jamaah risti akan mendapatkan penanganan awal dan cepat di masing-masing sektor. Hasilnya akan dikonsultasikan kepada dokter jantung KKHI yang bertugas untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

“Nanti dokter spesialis jantung yang akan menentukan tindakan selanjutnya, apakah pasien ini dapat ditangani di sektor, di rujuk ke KKHI, atau langsung menuju rumah sakit Arab Saudi terdekat,” jelasnya.

Gibran mencontohkan beberapa keluhan yang bisa dikenali pada pasien penyakit jantung yang mengalami perburukan. Pertama adalah sesak nafas yang dirasakan semakin memberat. Sesak nafas yang dirasakan berat seperti rasa ingin tenggelam, kaki bengkak, perut begah, nafsu makan turun. Rasa sesak ini akan sedikit membaik bila pasien duduk atau tidur dengan dua-tiga bantal.

“Itu merupakan keluhan jantung yang khas apabila disebabkan karena sesak. Selain karena sesak, bisa juga pasien atau jamaah merasakan keluhan yang sering, yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman di dada setelah melakukan aktivitas atau bila ada stres yang bisa memicu,” kata Gibran.

Rasa tidak nyaman ini bisa muncul dari lima menit sampai lebih dari setengah jam. Dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, dan keringat dingin sampai bajunya basah.

“Rasa tidak nyaman lain bisa juga seperti terbakar, dihimpit, ditindih benda berat, terasa tertusuk yang menjalar dari dada sampai lengan kiri ataupun ke punggung, rahang, dan lengan kanan,” tambahnya.

Keluhan kedua, yaitu keluhan yang disertai rasa berdebar-debar. “Ada bermacam rasa debar. Misalnya debaran terasa cepat, debaran tidak teratur, debaran terasa lambat,” kata Gibran.

Bila jamaah haji merasakan ini, segera melaporkan ke dokter kloter. Menurut Gibran, hampir sebagian besar kasus-kasus jantung yang datang ke KKHI dan mengalami perburukan adalah karena kelelahan yang disebabkan beberapa alasan.

“Jamaah mengalami kelelahan akibat beragam aktivitas yang melelahkan seperti naik-turun tangga. Jenis kelelahan itu menjadi pemicu nomor satu,” jelasnya.

Pemicu kedua adalah karena ketidakpatuhan meminum obat yang selama ini dikonsumsi di Indonesia. Ketidakpatuhan ini dapat mengakibatkan kondisi jantung memburuk. Pemicu nomor tiga adalah infeksi saluran nafas atas atau infeksi saluran nafas bawah yang rentan terjadi karena faktor cuaca kering dan suhu tinggi di Arab Saudi.

Pemicu keempat adalah adanya kondisi faktor-faktor risiko jantung yang tidak terkendali seperti tekanan darah yang melonjak atau gula darah yang tinggi. Mengingat sebentar lagi jamaah akan memasuki fase Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina), maka pasien-pasien jamaah risti harus dipersiapkan sebaik mungkin.

Gibran menyebutkan beberapa persiapannya yang perlu dilakukan. Pertama, terus mengingatkan jamaah risti untuk mengkonsumsi obat-obatan yang selama ini dikonsumsi. “Apabila memang obat-obatan yang habis atau tidak terbawa, segera kontak dokter di kloter untuk dimintakan ke KKHI,” katanya.

Kedua, batasi aktivitas fisik. “Sebentar lagi kita akan memasuki masa puncak ibadah. Sekarang jamaah haji dari berbagai macam negara sudah memasuki Makkah. Kondisi saat ini sudah semakin padat. Jangan sampai kelelahan,” ujar Gibran.

Apabila jamaah mulai merasakan sesak napas/tersengal-sengal, maka agar hentikan aktivitas terlebih dahulu dan beristirahat. Kenali batas fisik masing-masing dan tidak memaksakan diri. Ketiga, jamaah diingatkan untuk selalu mempergunakan alat perlindungan diri (APD) pada saat keluar pondokan, dan selalu mengingatkan temannya untuk memakai masker.

 

REPUBLIKA

1.470 Bus Disiapkan untuk Layanan Saat Prosesi Armina

Sebanyak 1.470 bus disiapkan untukn melayani jamaah Indonesia pada saat proses puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Seluruh bus ini dikelola di 70 maktab yang masing-masing mengerahkan 21 bus.

Satu bus mengangkut 144 penumpang. Bus berangkat membawa penumpang ke Arafah dan kembali ke pemondokan untuk menjemput jamaah lainnya sebanyak tiga kali. “Pengangkutan jamaah bertahap,” ujar Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid, Ahad (12/8).

Setelah wukuf, jamaah akan berangkat menuju Muzdalifah setelah matahari terbenam. Tepatnya pada 9 Dzulhijjah hingga tengah malam. Bus yang akan dialokasikan setiap maktab sebanyak tujuh unit untuk menghindari kemacetan. Jarak antara Arafah ke Muzdalifah hanya empat kilometer.

Dari Muzdalifah, jamaah kemudian dialihkan ke Mina. Angkutan ini dilaksanakan mulai dini hari, pada 10 Dzulhijjah hingga pukul 07.00 pagi. Bus yang dialokasikan sebanyak lima unit per maktab. “Hal ini dilakukan sebagaimana pada rute Arafah ke Muzdalifah. Jarak Muzdalifah ke Mina sekitar dua kilometer,” ujar Subhan.

Selanjutnya adalah pengangkutan jamaah dari Mina ke Makkah dalam dua tahap. Bus ini pertama diperuntukkan bagi jamaah yang mengambil nafar awal pada 12 Dzulhijjah mulai pukul 07.00 sampai dengan 16.00. Bus yang dialokasikan sebanyak 21 unit per maktab sebagaimana rute Makkah-Arafah.

Bagi jamaah yang mengambil nafar kedua, bus akan siap melayani pengangkutan pada 13 Dzulhijjah mulai pukul 07.00 hingga selesai. “Bus yang dialokasikan sebanyak 21 unit per maktab,” ujar Subhan. Dia menambahkan, pihaknya memastikan bus yang mengangkut jamaah Indonesia dalam kondisi layak.

 

REPUBLIKA

Armina Jadi Titik Kritis

MAKKAH — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mulai memfokuskan perhatiannya kepada puncak haji yang diperkirakan jatuh pada pekan depan. Pada saat itu seluruh jamaah haji dimobilisasi ke Arafah untuk malaksanakan wukuf.

“Puncak haji adalah Arafah. Setelah itu Muzdalifah, dan Mina. Itulah titik kritis kita,” kata Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin di Masjid al-Haram setelah melaksanakan umrah wajib pada Ahad (12/8).

Seluruh perhatian dan tenaga jamaah beserta PPIH akan terkonsentrasi di sana. Pada 8 Dzulhijjah, jamaah digerakkan ke Arafah secara terus-menerus. Mereka menginap di area pertemuan Adam dan Hawa itu setelah terpisah ratusan tahun.

Di sana jamaah berzikir, beribadah, menjaga perilaku dan tutur kata. Hal sama juga mereka lakukan ketika mabit di Muzdalifah pada tanggal itu setelah mentari terbenam. Di sana mereka menetap hingga hari berganti. Pada pukul 01.00 dini hari tanggal 10 Dzulhijjah jamaah digerakkan ke Mina untuk melempar jumrah aqabah.

Di sini jamaah harus berjalan jauh untuk sampai ke area jamarat. Dari tenda ke jamarat mereka harus berjalan minimal dua kilometer. Kemudian kembali lagi ke tenda melalui jalan yang lebih jauh sekitar tiga kilometer. Setelah itu mereka masih diarahkan untuk tawaf ifadah di al-Haram. Praktis mereka akan sangat kelelahan di sini. “Sebagian besar stamina jamaah tersita di sana, konsentrasi seluruh jamaah harus dipusatkan di Arafah dan Mina,” kata Lukman.

Kepala Satuan Operasi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) Jaetul Muchlis mengatakan, tenda di masing-masing titik tadi terbatas. Namun, Muassasah dan Maktab mengupayakan untuk mengurangi tenda petugas. Fasilitas yang ada akan diprioritaskan untuk jamaah.

Fasilitas tenda di Arafah sudah permanen. Di sana lokasi tenda jamaah sudah dibagi per maktab sesuai arahan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Namun, pihaknya menekankan, tenda Indonesia harus dikhususkan untuk jamaah kuota. Sedangkan tenda jamaah non-kuota atau furoda harus disendirikan. “Jadi ini harus sesuai kontrak. Jangan sampai ada jamaah furoda masuk ke penginapan kita. Itu kita minta betul ke muassasah. Karena tempatnya terbatas,” katanya.

Sedangkan di Mina, tenda yang ada akan dimaksimalkan untuk kenyamanan jamaah. “Kita buat home base di tenda-tenda Mina terutama yang ditinggalkan jamaah yang kembali ke hotel. Kita optimalkan tempat itu buat pergerakan petugas,” kata Jaetul.

Pihaknya mengimbau petugas haji untuk sigap dalam bergerak pada saat Armina. Pada tanggal 7 Dzulhijjah pukul 19.00 waktu setempat, tim Armina sudah meluncur. Mereka mengecek kesiapan akhir akomodasi di Arafah.

Tim Daerah Kerja (Daker) Bandara yang biasa mobile akan lebih dulu tiba di Arafah. Sebagian petugas Daker Makkah juga dilibatkan di sana. Mereka akan menjemput jamaah.

Tim Katering juga sudah mulai berpindah ke sana menyiapkan dapur semipermanen dan produksi makanan untuk jamaah. Produksi makanan akan disesuaikan dengan waktu kedatangan jamaah yang mulai tiba di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah pagi.

Jaetul menekankan pergerakan petugas yang harus cepat, sehingga pelayanan jamaah tidak terganggu. “Jangan sampai ada yang lamban apalagi berhenti. Prinsipnya mereka harus tiba lebih dulu dari jamaah,” ujarnya.

REPUBLIKA

Dubes Perjuangkan RI Dapat Kuota Haji 250.000

Makkah (PHU)–Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengaku terus memperjuangkan penambahan kuota haji Indonesia kepada Pemerintah Arab Saudi. Pihaknya berharap tahun depan Indonesia mendapatkan tambahan kuota haji menjadi 250.000 dari 221.000 yang diberikan Arab Saudi tahun ini.

“Sebagai Dubes yang ada di Saudi, kami melakukan diplomasi haji dengan Pemerintah Arab Saudi. Untuk tahun depan kuota haji naik 250.000,” ujar Agus seusai melakukan rapat koordinasi bersama Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang juga merupakan Amirul Hajj di Kantor Daker Makkah, Arab Saudi, Minggu malam (12/08)

Menurutnya, upaya diplomasi yang dilakukannya selama ini telah menghasilkan banyak perbaikan terkait pelaksanaan ibadah haji. Perbaikan itu antara lain, fasilitas fast track di sistem imigrasi di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah dan Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.

Di kedua bandara tersebut, jemaah haji Indonesia yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Djuanda Surabaya mendapatkan kemudahan dalam hal pemeriksaan imigrasi. Dampaknya para jemaah yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta dan Djuanda Surabaya akan lebih cepat bandara.

“Fast track ini saya menghitung sejak mereka masuk bandara sampai keluar bandara tidak sampai 10 menit,” kata pria kelahiran Semarang ini.

Walaupun sudah ada perbaikan, pihaknya terus meminta Pemerintah Arab Saudi untuk melakukan perbaikan berupa penambahan kapasitas di Mina. Penambahan kapasitas ini diperlukan agar bisa menampung jemaah lebih banyak lagi.

Salah satu yang diusulkan Pemerintah Indonesia kepada Arab Saudi yakni membuat tenda bertingkat. Selain itu, Indonesia juga meminta agar adanya pemukiman bagi jemaah haji di luar Mina, tetapi ada akses yang bisa masuk ke Mina. Pemukiman di luar Mina ini diperlukan agar pada saat siang hari, jemaah bisa keluar Mina, sementara ketika malam hari jemaah bisa mabit di Mina.(mch/ha)

KEMENAG RI

Ingin Tarwiyah? Ini Pesan Kadaker Makkah

Jemaah Haji Indonesia yang melaksanakan tarwiyah setiap tahunnya selalu terjadi. Tarwiyah sendiri memang tidak dilarang, namun jemaah harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Tarwiyah merupakan melakukan napak tilas perjalanan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Tarwiyah sendiri dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah, jemaah tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Makkah ke Mina sejauh 14 kilometer. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jemaah lainnya yang berangkat dari Makkah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah membuat ketentuan mengenai pelaksanaan ibadah ini. Kepala Daerah Kerja Makkah Endang Jumali pun mengeluarkan surat edaran mengenai ketentuan ibadah tarwiyah. Ada 4 poin dalam edaran itu.

Poin pertama disebutkan, pada prinsipnya pemerintah Indonesia tidak melaksanakan program Tarwiyah. Bagi jemaah haji yang melaksanakannya agar mempertimbangkan faktor kesiapan fisik dan risiko keselamatan diri mengingat masih banyaknya rangkaian ibadah haji yang bersifat wajib dan rukun haji yang belum dilaksanakan.

Kemudian di poin kedua, Endang meminta jemaah yang ingin melaksanakan tarwiyah untuk berkoordinasi dengan maktab. Selanjutnya, maktab harus berkoordinasi lebih lanjut dengan muasasah.

Lalu di poin tiga, jemaah tarwiyah diminta untuk mengajukan permohonan kepada ketua kloter dengan persetujuan dari kepala sektor. Dan laporan mengenai izin ini disampaikan ke Kadaker Mekah.

Di poin keempat atau terakhir, disebutkan pelaksana tarwiyah diminta untuk membuat surat pernyataan bahwa segala aktivitas yang berakibat pada keselamatan dan kerugian material, menjadi tanggung jawab diri sendiri.

“Saya sudah membuat surat edarannya. Sudah disampaikan ke jemaah melalui sektor-sektor,” ujar Endang di kantornya, di Syisyah, Makkah, beberapa waktu lalu.(mch/ha)

 

KEMENAG RI