Langkah Cici Menuju Baitullah: dari Jualan Sayur, Menabung 7 Tahun, hingga Bersedekah

“Alhamdulillah, dari hasil penjualan sayur, saya tabung dan mengikuti arisan bersama teman-teman hingga uang saya terkumpul sebanyak Rp 25 juta. Dan saya mampu mendapatkan kursi di tahun 2011, hingga tahun 2017 mampu melunaskan keseluruhan dari biaya haji.”

 

TAQDIR, kemauan, dan usaha yang gigih. Tiga kekuatan yang dimiliki seorang wanita renta, yang bersama suaminya dalam perjalanan menunaikan rukun Islam yang kelima.

Di Masjid Asrama Haji Jawa Barat Embarkasi Bekasi, wanita itu mengambil shaf di bagian belakang, ia tampak duduk dan mulai mengaji.

Cici, 64 tahun, demikian nama singkat jamaah calon haji asal Sumedang itu. Kamis siang, 10 Agustus 2017, hidayatullah.com menghampiri Cici. Setelah mengucapkan salam, ia menutup mushafnya dan memulai percakapan.

Ia bertutur, kesehariannya merupakan penjual sayur di Pasar Darmaraja, Sumedang, Jabar. Saban hari, sebelum sakit-sakitan, Cici pergi ke pasar pada pukul 1 dini hari dan pulang ke rumahnya jika azan ashar mulai berkumandang.

Namun ketika ia mulai sakit-sakitan, Cici bersama suami berangkat ke pasar setelah shalat subuh bersama suami dan anak-anaknya.

Keberangkatan Cici untuk naik haji berawal dari niatnya yang kuat bersama suami, Parja. Segala daya dan upaya ia usahakan, mulai dari menjual sayur mayur, kelontongan, serta apa saja yang bisa menghasilkan uang.

“Saya selalu mendawamkan dalam hati saya, agar diberangkatkan ke Tanah Suci, ada aja rezeki yang Allah kasih,” ungkapnya saat ditemui media ini sehabis shalat zhuhur di Masjid Embarkasi Bekasi.

Selama tujuh tahun pun, Cici terus menabung rupiah demi rupiah bersama suaminya. Sembari mengumpulkan dana untuk berangkat ke Baitullah, ia selalu bermunajat kepada Allah, agar selalu dimantapkan hatinya dan selalu bertawakal kepada-Nya.

“Alhamdulillah, dari hasil penjualan sayur, saya tabung dan mengikuti arisan bersama teman-teman hingga uang saya terkumpul sebanyak Rp 25 juta. Dan saya mampu mendapatkan kursi di tahun 2011, hingga tahun 2017 mampu melunaskan keseluruhan dari biaya haji,” lanjutnya dengan wajah tampak gembira.

Cici lantas menuturkan kehidupan masa lalunya, dimana ia mengalami kesempitan ekonomi. Belum lagi, saat anak laki-lakinya mulai terpengaruh lingkungan buruk dengan menenggak minuman keras, ini merupakan episode terburuk yang Cici alami dalam hidupnya.

Hingga kemudian, tuturnya, ia mulai rajin berpuasa, dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan segala urusannya.

 

Harapan di Baitullah

Tentu, jamaah calon haji pasti memiliki azam yang tinggi dan berharap banyak sesampainya nanti di Tanah Suci, salah satunya untuk memanjatkan doa. Begitulah yang dirasakan Cici. Ia memiliki harapan yang kuat agar dimudahkan beribadah di Baitullah nanti.

“Insya Allah, jika saya sampai di Makkah, saya ingin shalat di depan Kabah dan berdoa agar anak-anak saya menjadi anak yang shaleh dan shalehah, rajin beribadah, dijauhkan dari bala dan marabahaya, dipanjangkan umurnya, serta diberikan segala kebaikan,” tuturnya.

Saat menuturkan cerita itu, tak terasa air matanya mulai mengaliri pipinya. Sesekali ia sesenggukkan mengingat masa lalu yang pernah ia hadapi, termasuk ketika orangtuanya meninggal dunia, hingga ia banting tulang bersama suami demi menafkahi anak-anaknya yang masih kecil kala itu.

Cici pun bertutur, di balik usaha-usaha untuk bisa menuju Baitullah itu, ada kebiasaan lain yang ia amalkan bersama suaminya. Ia juga mengajak keluarganya yang lain untuk selalu mengamalkan kebiasaan ini.

Apa itu? Rupanya, Ibu Cici selalu berusaha untuk bersedekah kepada orang yang lebih membutuhkan darinya,

“Banyak sedekah, Nak, kepada anak yatim piatu dan peduli kepada sesama, insya Allah dimudahkan segala urusan kita,” pesannya kepada awak media ini.

“Selalu bahagia, Nak, meski sesusah apa pun kamu. Allah masih selalu bersama kamu,” pungkasnya berwasiat, sambil menghadiahkan senyuman kepada hidayatullah.com sebelum ia pamit ke kamar tempatnya beristirahat.

Selamat menunaikan ibadah haji Cici beserta suami, semoga Allah menjadikan keduanya dan jamaah yang lain sebagai haji mabrur.* Zulkarnain

 

HIDAYATULLAH

Rentan Lelah, Jamaah Diminta tak Langsung Berumrah

Kelelahan menjadi faktor dominan dirawatnya sejumlah jamaah haji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Jamaah pun diminta tidak melakukan umrah langsung begitu di Madinah.

Koordinator Humas KKHI dr Asyesha, mengatakan di antara penyebab kelelahan itu, begitu para jamaah datang di Makkah langsung dipaksakan berumrah wajib sementara daya tahan tubuh sangat berkurang terutama merek yang berusia lanjut. Ini menyebabkan gejala yang awalnya tidak muncul hanya silent menjadi bermanifestasi serta menimbulkan komplikasi lebih jauh.

“Rata-rata punya sakit jantung dan penyakit paru-paru,” kata dia di Makkah, Rabu (9/8) seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Yanuar Fajar mengatakan sebagian besar jamaah kita adalah lanjut usia yang umurnya rata-rata 60 tahun ke atas. Tingkat risiko tinggi mencapai 66,67 persen. Kondisi ini menjadi perhatian serius KKHI karena rata-rata mendapat gangguan kardiovaskular atau penyakit jantung sistemik.

Dia meminta para jamaah tidak melakukan umrah wajib langsung begitu tiba di Madinah. Hendaknya beristirahat terlebih dahulu. Imbuan ini penting agar jamaah terhindar dari kelelahan.

 

REPUBLIKA

Pasutri Juru Parkir dan Tukang Sayur Naik Haji

Sahudin dan Miskiah, pasangan suami-istri yang sehari-hari sebagai juru parkir dan pedagang sayur di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, akan berangkat menunaikan ibadah haji ke Makkah.

“Alhamdulillah, saya bersama istri dapat berangkat tahun ini,” kata Sahudin ketika ditemui di sela acara pembinaan dan silaturahmi dengan Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, Rabu (9/8).

Sahudin sehari-hari menjadi juru parkir di pasar tradisional Gerung. Sedangkan istrinya berjualan sayur-mayur di pasar tradisional Lembar, Kabupaten Lombok Barat. Pasangan suami-istri yang sudah dikaruniai tiga orang anak itu menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk ditabung di Bank Muamalat, sejak 2005.

Nilai uang yang disisihkan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per minggu. Keduanya saling mengingatkan dan memotivasi agar kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya skunder dikurangi. “Alhamdulillah, setelah hampir lima tahun menabung, saya bersama istri dapat kursi karena sudah melunasi setoran awal pada 2009. Dan pada 2017 ini diberangkatkan ke Makkah,” ujarnya.

Sahudin bersama Miskiah masuk dalam kelompok terbang (kloter) empat bersama 450 orang jamaah calon haji asal Kabupaten Lombok Barat, yang masuk dalam kloter utuh. Juru parkir dan pedagang sayur itu berharap agar tetap diberikan kesehatan dalam menjalan Rukun Islam V di Tanah Suci Makkah, sehingga mendapatkan haji yang mabrur dan bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.

“Doakan semoga para jamaah calon haji tahun ini mendapatkan haji yang mabrur dan diberikan kesehatan dan keselamatan,” Sahudin berharap.

Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid, juga berharap agar warga lainnya bisa meniru tekad Sahudin dan Miskiah, untuk menunaikan ibadah haji dengan berani menyisihkan sebagian pendapatan usahanya. “Walaupun seorang juru parkir dan tukang sayur, mereka bisa menunaikan ibadah suci yang menjadi kesempurnaan dalam Rukun Islam,” katanya.

 

IHRAM

Seorang Kakek Jual Rumah untuk Naik Haji

Membutuhkan perjuangan berat untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Bahkan, ada jamaah haji yang rela menjual tanah ataupun rela menjual rumah untuk menunaikan ibadah wajib yang bisa dilakukan bagi yang mampu ini.

Seperti halnya kakek asal Kebumen, M Taufik, yang harus menjual rumah untuk bisa bertamu ke rumah Allah. Ia rela menjual rumahnya di kampung halamannya untuk naik haji bersama istrinya.

Setelah puluhan tahun berjuang, akhirnya kakek berusia 76 tahun ini bisa menunaikan ibadah haji tahun ini bersama 388 jamaah lainnya yang ikut dalam kloter ke-17 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Ia akan terbang ke tanah suci dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta pada Jumat (4/8), malam.

Sebelum berangkat, Kakek Taufik tampak menunaikan shalat ashar di Masjid Al Mabrur Asrama Haji Pondok Gede. Dengan memakai batik berwarna biru, ia tampak khusuk melaksanakan shalat, lalu dilanjutkan dengan berdzikir.

Republika.co.id segera menghampiri kakek yang telah mempunyai 20 cucu tersebut saat ia keluar masjid. Ia mengaku sangat senang melaksanakan jamaah haji tahun ini. Karena, menurut dia, untuk naik haji memang membutuhkan perjuangan yang keras.

“Saya harus berjuang mengumpulkan uang dan akhirnya bisa daftar pada 2011 dan sekarang baru dapat panggilan. Alhamdulillah, bisa berangkat sama ibu berdua. Jadi begitulah, saking syukurnya saya tidak punya pikiran apa-apa,” ujar Kakek Taufik kepada Republika.co.id di Masjid Al Mabrur, Asrama Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (4/8) sore.

Di waktu muda, Kakek Taufik harus bekerja menjadi tukang bangunan serabutan. Hasilnya ia kumpulkan untuk merekontruksi rumah yang ada di kampungnya di Kebumen. Karena sangat ingin naik haji, pada tahun 2011, ia pun menjual rumah tersebut dengan harga Rp 75 juta.

Setelah itu, ia langsung mendaftarkan uang tersebut bersama istrinya. “Jadi dulu kalau ada rejeki itu cuma untuk membetulkan rumah. Kalau rumahnya udah bagus dijual. Jadi rumahnya yang di kampung gak kepakek, jadi dijual Rp 75 juta waktu tahun 2011. Habis itu langsung mendaftar sama istri,” kata kakek yang kini tinggal di daerah Cawang, Jakarta Timur ini.

Istri Kakek Taufik, Boinem (66), turut merasa senang bisa berangkat ke tanah suci tahun ini. Nenek Boinem sendiri berasal dari Prambanan, Yogyakarta. “Dikabulkan oleh Allah keinginannya. Jadi aku senang banget udah,” kata  Taufik.

Taufik mengaku tidak mempunyai harapan apa-apa pada saat melaksanakan ibadah di Makkah nanti. Ia hanya ingin menjadi haji mabrur. Ia pun berdoa kepada Allah agar diberikan kesehatan sampai kembali lagi ke Indonesia.

“Saya gak punya harap apa-apa. Cuma tenang dan jadi haji mabrur doang. Udah gak ada pikiran apa-apa. Senang lah ibadah bisa terlaksana dan saya mudah-mudahan sehat sampai berangkat dan kembali,” jelasnya.

Tidak hanya Taufik, Kakek Sujito (77 tahun) juga membutuhkan perjuangan yang sangat lama untuk bisa menunaikan ibadah haji tersebut. Karena kakek yang sudah mempunyai 7 cucu ini juga harus menabung dari hasil uang pensiunan. “Perjuangannya berat Pak. Tapi akhirnya kita dapat pengumuman 22 Mei kemarin,” ucapnya.

Kakek Sujito baru bisa mendaftar haji pada tahun 2013, lalu. Ia mengaku telah lama menabung dari uang hasil pensiunannya sambil mengasuh cucu-cucunya. Ia mendaftar pada tahun 2013.

Sujito juga mengaku sangat senang bisa berangkat tahun ini bersama istrinya karena sudah lama menunggu. “Kan baru bisa dilaksankan sekarang setelah umur 77 tahun. Saya sama istri juga. Kita bersyukur sudah bisa melaksanakan haji,” kata warga Kampung Ambon, Jakarta Timur ini.

Taufik dan Sujito berangkat ke Bandara Soekarno Hatta setelah shalat maghrib. Petugas haji pun sudah berkali-kali menginformasikan agar para jamaah haji mulai bersiap-siap di gedung penginapannya masing-masing.

Melalui pengeras suara Masjid Al Mabrur, petugas juga mengimbau agar jamaah haji melaksanakan shalat Maghrib di gedung penginapannya masing-masing. Setelah shalat, jamaah disuruh berkumpul di Gedung Serba Guna Asrama Haji Pondok Gede. Sebab, jamaah kloter 17 diberangkatkan ke Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 18.15 WIB.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kawnil Kemenag DKI, Sadirin mengatakan, jumlah calon jamaah haji kloter ke-17 berjumlah 388 dan juga ditambah petugas haji yang msndampinginya. “Jadi ada 388 jamaah haji dan lima petugas haji ini,” katanya.

Sadirin mengimbau agar calon jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci untuk selalu menjaga kesehatan dan tidak menforsir tenaganya secara berlebihan. Ia menyarankan agar jamaah haji meminum air yang banyak saat berada di Makkah karena cuaca sangat panas. “Di sana sangat panas, karena jamaah harus minum yang banyak agar tidak dehidrasi,” kata Sadirin.

 

REPUBLIKA

Menabung 20 Tahun, Tukang Tahu Ini Akhirnya Naik Haji

Keinginan kuat menjalankan ibadah haji terlihat dari sosok Dedi Somantri (63 tahun), warga Kampung Selaawi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lelaki yang sehari-harinya berjualan tahu keliling ini sudah 20 tahun menabung agar bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Perjuangan untuk menggapai cita-citanya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tahun ini Dedi direncanakan berangkat ke Baitullah dengan tergabung dalam kelompok Terbang (Kloter) 87 Jakarta dan akan berangkat pada 22 Agustus 2017. “Saya mulai berjualan tahu keliling sejak 1990 lalu,” ujar Dedi kepada Republika.co.id, Kamis (27/7).

Sebelum berdagang tahu keliling, dia sempat berjualan abu gosok dan dedak selama 10 tahun atau tepatnya pada 1980. Sehari-harinya, dia berjalan kaki menjajakan tahu Sumedang mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Rute berjualannya mulai dari Pasar Cisaat, Kabupaten Sukabumi, hingga ke Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, Dedi mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk menunaikan ibadah haji yang dimulai sejak 1990 lalu. Pada tahun itu, dia menabung sejumlah uang untuk bisa mendaftar ibadah haji. Awalnya, dia menabung uang rata-rata sebesar Rp 3.000 per hari. Seiring perjalanan waktu, jumlah uang yang ditabungnya bertambah menjadi Rp 30 ribu per hari.

Menurut Dedi, penghasilannya sehari-hari dari berjualan tahu dan lontong keliling rata-rata mencapai Rp 50 ribu. Dari jumlah itu ditabungkan sebesar Rp 30 ribu dan sisanya Rp 20 ribu untuk makan serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Setelah menabung sejak 1990 hingga 2012 akhirnya terkumpul uang sebesar Rp 25 juta,” kata dia.

Dedi Somantri, penjual tahu keliling menjadi calon haji yang berangkat tahun ini. (Foto: Riga Nurul ImanRepublika)

Dengan modal uang tersebut, dia memberanikan diri untuk mendaftar haji ke Kementerian Agama (Kemenag) pada 10 Mei 2012. Setelah menunggu selama lima tahun, akhirnya Dedi bisa berangkat menunaikan ibadah haji pada 2017.

Selepas mendaftar, dia tetap menabung sebagai bekal untuk menunaikan ibadah haji sebesar Rp 1 juta sebulannya sejak 2012 lalu. Hingga lima tahun berlalu, tabungan tambahannya telah mencapai sebesar Rp 15 juta. “Niatnya, ibadah haji sujud di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,” kata dia.

Dedi sudah melakukan persiapan, mulai dari belajar tata cara ibadah haji dan persiapan fisik. Selepas menunaikan ibadah haji, dia berencana akan beristirahat sejenak di Pesantren Al Hidayah yang dekat dengan rumahnya. Pesantren tersebut adalah tempatnya belajar dan beribadah.

Salah seorang tetangga Dedi, Mamah Salamah (63 tahun) mengatakan, warga setempat sudah mengetahui perihal Dedi yang akan berangkat menunaikan rukun Islam kelima. “Orangnya memang ulet dalam mencari rezeki dan berniat untuk menunaikan ibadah haji,” ujar Mamah.

Menurut dia, Dedi sehari-harinya berjualan tahu keliling dengan berjalan kaki sejak pagi hingga sore hari. Mamah pun berharap Dedi bisa menunaikan ibadah haji dengan lancar dan pulang dengan selamat.

 

IHRAM

Maksum, Tukang Becak yang Akhirnya Naik Haji

Penantian Maksum bin Wahab (79 tahun), untuk dapat beribadah ke Tanah Suci sebentar lagi tercapai. Dari hasil menabung selama puluhan tahun, Maksum yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak akhirnya akan berangkat haji pada Sabtu (29/7).

Maksum tercatat sebagai calon jemaah haji kloter 6 yang diberangkatkan dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada Sabtu. Ia akan masuk asrama haji bersama jamaah satu kloternya pada Jumat (28/7). Ia bergabung dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Muhammadiyah Surabaya.

Pria asal Desa Bates, Kecamatan Blegan, Kabupaten Bangkalan, Madura, tersebut mengaku menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil bekerja mengayuh becak. Sehari-hari, ia mangkal di depan pusat perbelanjaan ITC Surabaya yang juga dekat dengan tempat tinggalnya.

Rumah Maksum di Jalan Kapasan Samping III Kecamatan Simokerto hanya berjarak beberapa puluh meter dari pusat perbelanjaan tersebut. “Cita-cita naik haji mulai saya masih muda. Daftar haji tahun 2010 diantar menantu saya, nunggu tujuh tahun baru bisa berangkat,” kata pria kelahiran 1938 tersebut saat ditemui di kediamannya, Kamis (27/7).

Maksum bercerita, ia berasal dari keluarga tidak mampu di Madura. Ayahnya hanya kuli panggul, sedangkan ibunya meninggal sejak ia kecil. Setelah menikah, ia diajak pamannya untuk merantau ke Surabaya menjadi kuli panggul mengikuti ayahnya.

Ia kemudian beralih profesi menjadi pengayuh becak. Nahas, pada 1996, istrinya meninggal dunia. Bapak 13 anak, tujuh di antaranya meninggal, tersebut justru semakin giat bekerja agar bisa menyempurnakan rukum Islam beribadah ke Tanah Suci.

Ilmu yang diperoleh dari mengaji semakin menggiatkan niatnya untuk berangkat haji. “Kalau ngaji rukun iman itu kan salah satunya percaya sama takdir Allah. Saya percaya takdir dari Allah untuk naik haji,” kata kakek puluhan cucu tersebut.

Demi mencapai cita-citanya, Maksum menyisihkan rupiah demi rupiah setiap harinya. Dari mengayuh becak, Maksum mendapat penghasilan rata-rata Rp 50 ribu per hari dan paling sedikit Rp 20 ribu sehari.

Pada 2010, ia meminta Rusdi, menantunya, untuk mendaftar tabungan haji di salah satu bank milik pemerintah. Saat itu, ia membawa KTP, KK dan uang Rp 20 juta sebagai syarat untuk mendapat kursi. Setiap bulan ia menyetor sekitar Rp 500 ribu – Rp 1 juta ke bank hingga lunas pada tahun ini.

“Sambil nunggu berangkat haji saya berusaha terus bekerja dan berdoa. Kalau sudah sampai Makkah saya mau berdoa agar menjadi haji yang mabrur,” katanya.

Sebelum berangkat haji, selain mengikuti manasik, Maksum menjalani persiapan pribadi berupa olahraga ringan. Setiap hari ia berjalan kaki keliling kampung agar tetap bugar. “Habis naik haji nanti saya tetap bekerja menjadi tukang becak,” ujarnya.

Tahun ini, total calon jamaah haji yang berangkat dari Embarkasi Surabaya tercatat sebanyak 36.644 calhaj. Mereka terbagi menjadi 83 kloter yang akan diberangkatkan dari Bandara Juanda mulai 28 Juli sampai 11 Agustus 2017.

 

IHRAM

Menkes Imbau Jamaah Haji Waspadai Kolera

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, berpesan agar jamaah haji Indonesia berhati-hati dengan penyakit kolera yang sedang mewabah di Yaman. Ini dikarenakan, posisi Yaman berbatasan dengan Arab Saudi sehingga dikhawatirkan akan lebih mudah menjangkit orang sekitar Yaman.

“Di Indonesia, penyakit diare masih ditemukan, tetapi penyakit kolera sudah sangat jarang ditemukan. Penyakit kolera sering disebut sebagai penyakit muntaber (muntah dan berak),” ujar Nila, Ahad (23/7).

Di Yaman, telah terjadi penyebaran dan penularan penyakit Kolera yang menyerang lebih dari 322 ribu orang. Mengingat Yaman berbatasan dengan Saudi, maka perlu diwaspadai kemungkinan penyebaran dan penularan penyakit kolera pada jamaah haji, khususnya jamaah haji Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI, memaparkan gejala, proses penularan, serta pencegahan penyakit kolera. Gejalanya adalah sering buang air besar encer (diare) dan disertai muntah. Tinja penderita kolera tampak encer seperti air cucian beras. Gejala penyakit Kolera muncul 8 hingga 72 jam setelah penderita terpapar sumber penularan. Periode ini disebut masa inkubasi. Penderita kolera harus segera berobat untuk diberi cairan, karena apabila tidak segera berobat dan diberi cairan dapat meninggal karena kekurangan cairan (dehidrasi). Dalam perjalanan menuju tempat berobat, penderita dapat diberikan cairan oralit untuk pertolongan pertama, guna mencegah kekurangan cairan.

Proses penularannya yaitu kuman penyakit kolera tersebar melalui tinja penderita. Penularan terjadi jika tanpa sengaja tinja penderita kolera mencemari minuman atau makanan, yang kemudian dikonsumsi orang lain. Hal ini dapat terjadi jika penderita kolera buang air besar sembarangan atau berdekatan dengan sumber air atau tempat pengolahan makanan.

Terkait upaya pencegahan, jamaah haji Indonesia diminta minum menggunakan air minum kemasan atau air yang sudah dimasak. Gunakan air bersih atau PAM untuk keperluan sehari-hari, seperti masak, mencuci alat makan, gosok gigi, berwudhu, dan mandi. Kemudian, cuci tangan dengan air yang cukup dan sabun, sebelum makan, sebelum menyentuh makanan atau mengolah makanan, sesudah buang air besar, dan sesudah mengurus penderita diare atau orang sakit.

Jamaah juga disarankan mengonsumsi makanan yang sudah dimasak dengan baik serta menghindari makan makanan yang masih mentah. Cuci atau masaklah sayuran sebelum dimakan, mencuci atau mengupas buah-buahan sebelum dimakan, dan menyimpan makanan di tempat atau wadah yang tertutup. “Dan selalu memasak dan mengolah makanan-minuman di dapur atau ruangan yang terjaga kebersihannya,” kata Menkes.

Ketika di Saudi, jamaah haji diharapkan menggunakan jamban dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya. Tempat yang tercemar kotoran atau muntahan penderita kolera harus dibersihkan dengan air dan karbol atau dengan air dan cairan disinfektans atau pembasmi kuman lainnya. “Segera berobat jika diare, muntah atau menderita penyakit lainnya. Pesan ini harus selalu diingat oleh para jamaah haji,” ujar Menkes.

 

IHRAM

Ini Rencana Perjalanan Calhaj Indonesia

Calon jamaah haji (calhaj) Indonesia gelombang pertama akan berangkat ke Tanah Suci pada 28 Juli 2017. Sehari sebelumnya, mereka akan masuk asrama haji Bekasi. Dari sana, mereka akan dilepas oleh sejumlah pejabat tinggi pemerintah, termasuk Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

Jamaah akan berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Perjalanan ke Saudi memakan waktu sekitar sembilan jam. Jamaah akan mengunakan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.

Pemberangkatan awal yakni pada 28 Juli dan akhir pemberangkatan gelombang satu pada 11 Agustus. Para jamaah akan tiba di Bandara Madinah dan menghabiskan hari di sana. Pada 31 Agustus, jamaah sudah harus berada di Arafah untuk wukuf.

Perjalanan dari Madinah ke Makkah menempuh jarak 498 km. Dari Makkah ke Arafah jaraknya sekitar 25 km. Dari Arafah, jamaah menuju ke Muzdalifah, kemudian ke Mina. Di sana jamaah melakukan lempar jumrah.

Setelah dari Mina, jamaah kembali ke Makkah, mabit di Mina lagi dan kembali ke Mekkah. Jamaah gelombang pertama akan pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah menuju Halim Perdana Kusumah.

Mereka direncanakan pulang pada 6 September 2017. Akhir penerbangan pemulangan jamaah haji gelombang pertama yakni pada 20 September.

Sementara untuk gelombang dua, jamaah akan terbang ke Makkah dulu. Penerbangan pemberangkatan direncanakan pada 12 Agustus dan akhir pada 26 Agustus 2017 dari Halim Perdana Kusumah.

Dari Makkah, jamaah langsung ke Arafah untuk wukuf pada 31 Agustus. Kemudian menuju Mudzdalifah dan Mina. Setelah aktivitas ibadah di sana, jamaah akan ke Madinah.

Jamaah gelombang dua terbang pulang ke tanah air melalui bandara Madinah menuju Halim Perdana Kusumah. Jadwal kepulangan awal gelombang dua yakni pada 21 September dan akhir pemulangan yakni 5 Oktober.

 

IHRAM

Jamaah Diminta Sudah Memakai Ihram Semenjak dari Tanah Air

IHRAM.CO.ID, JEDDAH — Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Arsyad Hidayat mengingatkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika jamaah haji hendak mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Salah satu diantaranya adalah sudah sudah mengenakan kain ihram semenjak dari tanah air.

”Kami mengingatkan kembali bagi jamaah haji yang akan mendarat di Jeddah kami minta sudah menggunakan kain ihram semenjak dari tanah air. Jadi nanti ketika pesawat sudah sampai di atas Yalamlam (merupakan batas miqat di mana jamaah harus sudah berniat untuk berumrah), maka pada saat itu kain ihram sudah mereka pakai. Anjuran memakai kain ihram semenjak dari tanah air memang sangat ditekankan karena di samping di akhir akhir kondisi bandara Jeddah yang pada saat itu pasti sudah sangat padat karena hampir seluruh negara kuotanya kini kembali bahkan mengalami peningkatan. Akan susah sekali dan memerlukan waktu yang sangat lama bila baru mengenakan kain ihram setelah mendarat di Bandara Jeddah, ” kata Arsyad kepada Ihram.co.id, ketika dihubungi di Jeddah, Ahad malam (23/7).

Arsyad mengatakan, seruan untuk sudah mengenakan ihram ini tentu saja dikenakan hanya kepada jamaah dari kloter penerbangan terakhir, yang memang mendarat di Jeddah bukan di Madinah. Bagi jamaah kloter awal yang mendarat di Madinah tidak perlu mengenakan kain ihram sebelum mendarat di bandara tersebut.

”Pada waktu penerbangan kloter terakhir suasana bandara Jeddah sangat padat. Untuk mandi, wudhu, melakukan shalat dan mengenakan ihram jelas perlu waktu. Makanya ketika di atas pesawat jamaah sudah kenakan kain ihramnya masing-masing agar lebih cepat berangkat ke Makkah,” kata Arsyad.

Hari ini, Ahad (23/7), Arsyad melakukan pengecekan kesiapan pelayanan jamaah haji Indonesia di bandara Jeddah. Menurutnya, saat ini persiapan pelayanan jamaah sudah mendekati final. Dia pun yakin ketika nanti tiba masanya untuk melakukan kerja penyambutan dan pelayanan jamaah, maka semua hal sudah dapat disiapkan secara baik

”Kunjungan dimaksudkan untuk mengecek kesiapan seluruh pelayanan  baik pelayanan kedatangan, kesehatan, pemberian katering, sarana pra sarana serta transportasi,” kata Arysad.

Sebagaimana diketahui dan sudah mulai berlaku pada tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan dipergunakannya Bandara Madinah sebagai bandara penerima kedatangan jamaah haji, maka waktu kedatangan rombongan jamaah haji Indonesia dibagi dua. Untuk kloter awal hingga pertengahan waktu pemberangkatan, jamaah haji akan mendarat di Madinah. Setelah itu setelah sepekan tinggal di Madinah mereka diberangkatkan ke Makkah.

Ini berbeda dengan rombongan jamaah haji yang berada di kloter akhir. Mereka akan mendarat di Jeddah dan langsung menuju Makkah. Mereka akan tinggal sekitar satu bulan di Makkah, sebelu kemudian diberangkatkan ke Madinah. Di Madinah nantinya akan tinggal selama satu pekan untuk menjalankan ibadah shalat arba’in, sebelum kembali ke tanah air.

Yang pasti, bagi jamaah yang datang ke Makkah dari Jeddah, karena menjelang puncak haji mereka akan langsung merasakan suasana Makkah yang sudah hiruk pikuk dan macet. Ini berbeda dengan jamaah haji yang datang dari Madinah. Karena mereka datang lebih awal, maka mereka akan mendapati suasana Makkah yang sedikit longgar.

“Jadi harus ada kesiapan mental dari para jamaah haji yang datang ke Makkah pada di kloter terakhir. Mereka harus siap dengan suasana Masjidil Haram yang padat dan kota Makkah yang ingar-bingar bahkan macet,” kata Arsyad.

 

IHRAM

Menteri Agama: Jangan Tergiur Iming-iming Haji Singkat

Pemerintah melalui Kementerian Agama sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Arab Saudi maupun negara tetangga seperti Filipina, agar kasus dokumen palsu menggunakan visa negara lain tidak terjadi lagi saat musim haji 1438M/2017H.

Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, koordinasi penting dilakukan karena sesuai amanat undang-undang, Indonesia tidak mengenal Dwi Kewarganegaraan.

“Brunei, Malaysia sudah pasti kuota hajinya juga habis. Berdasarkan pengalaman tahun lalu kita sudah berkoordinasi dengan pemerintah Arab Saudi, maupun Filipina untuk tidak mengeluarkan paspor bagi jemaah haji Indonesia,” ungkap Lukman Hakim Saifuddin di sela pembekalan Media Centre Haji di kantor Kementrian Agama RI, Senin, 17 Juli 2017.

Dalam hal ini Lukman menekankan kejujuruan, sebab ibadah baginya harus sesuai ketentuan dan aturan. Karena itu sosialisasi terus dilakukan terkait hal ini.

“Kita ingin menekankan ibadah haji itu harus sesuai ketentuan. Kita terus melakukan sosialisasi, agar jangan mau ditipu oknum yang memanfaatkan keterbatasan informasi dengan iming-iming berangkat haji secara singkat,” katanya.

 

VIVA