Menyelami Sejarah Dua Masjid Suci di Museum Harramain

Menginjakkan kaki di Kota Makkah sepertinya belum lengkap tanpa melihat sisi sejarah perkembangan dua masjid suci umat Islam yakni Masjidil Haram serta Masjid Nabawi. 17 Tahun silam akhirnya pemerintah Arab Saudi membangun sebuah museum yang dapat menyimpan benda-benda bersejarah yang diambil dari beberapa bagian dua masjid suci ini.

Kali ini, di sela padatnya tugas peliputan musim haji tahun ini, tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Makkah mengunjungi Museum Haramain, Selasa (4/9). Agenda ini difasilitasi Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang dinahkodai Subhan Cholid.

Banyak informasi terkait dua masjid haram yakni Masjid Al Haram di Makkah dan Masjid Al Nabawi di Madinah yang didapat dari museum yang terletak di perbukitan Ummul Joud, Makkah ini. Kawasan ini terletak di tengah antara Hudaibiyah dan kota Makkah. Jadi biasanya jemaah setelah ambil miqat untuk umrah sunnah di Hudaibiyah, mereka akan mampir di museum ini.

Museum yang dibangun Raja Fahd bin Abdul Aziz ini juga dikenal dengan sebutan Exibition Two Holy Mosque Architecture. Mengunjungi museum ini berarti kita mempelajari kilasan peristiwa dan sejarah dua masjid mulia umat Islam.

Museum terdiri dari 7 (tujuh) bagian. Tiga yang pertama adalah foto dan model bangunan dua masjid suci; kekhasan dan keterangan terkait Masjidil Haram; serta tentang Ka’bah dan segala yang terkait seperti kiswah (penutup), pintu lama, dan segala perniknya.

Kemudian foto-foto dua masjid berikut dengan detail interior dan eksterior dua masjid yang menawan; manuskrip kuno yang dimiliki perpustakaan keduanya termasuk salinan al-Qur’an mushaf Usman bin Affan. Juga ada keterangan terkait pembangunan sumur zamzam berikut foto dan alat pemompa air zamzam; dan yang terakhir, museum ini menyajikan model dan contoh arsitektur Masjid Nabawi dilengkapi koleksi foto yang ada.

Cukup banyak jemaah Indonesia yang menyempatkan diri mengunjungi museum. Aya Suraya dan Ahmad Rofiq, pasutri asal kloter JKG-057 misalnya, mengungkapkan kekaguman dengan aneka informasi yang disuguhkan. “Bagus sekali, komplet isinya,” kata mereka.(mch/ha)

KEMENAG RI

Jaga Lisan, Sibukkan Diri dengan Aib Sendiri!

BERIKUT diantaranya tips agar hati selalu nyaman terhadap orang lain:

1. Senantiasa berbaik sangka terhadap orang lain. Berkata Umar ibnul khattab, “Tidaklah engkau mendapati apapun dari saudaramu yang cenderung ke hal negatif kecuali selalu engkau arahkan ke hal positif.”

2. Jaga lisan, banyak diam di rumah dan lebih menyibukkan aib sendiri

3. Selalu berdoa, “Allahummak finiihim bima syita” (Ya Allah, lindungilah aku dari mereka menurut apa yang Engkau kehendaki)

4. Jangan terlalu menghiraukan perkataan orang lain. Berkata imam Syafii:

“Barangsiapa yang mengira akan terbebas dari kata-kata orang lain, maka ia akan menjadi gila. Allah saja yang Maha Sempurna, dikatakan, salah satu dari yang tiga. Demikian juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang merupakan manusia yang paling sempurna akhlaknya, dibilang tukang sihir dan orang gila. Maka, masih adakah orang yang bisa selamat dari mulut manusia setelah Allah dan rasul-Nya?”

Semoga bermanfaat! [Ust. Djazuli Lc]

 

INILAH MOZAK

Serba-serbi Haji (14): Oleh-oleh Haji Mat Kelor

ADA yang mengagetkan saya saat saya sidak ke kamar para jamaah. Koper-koper sudah mulai banyak tidak muat, penuh dengan oleh-oleh. Tak terkecuali koper Mat Kelor. Yang paling mengagetkan saya adalah bahwa oleh-oleh terbanyak yang dibeli Mat Kelor adalah kaca cermin.

Bukankah cermin di Indonesia banyak dijual? Mungkin saja jawabannya adalah mengharap barakah tanah suci atau karena ada gambar Mekah Madinahnya. Ternyata jawaban Mat Kelor sangat filosofis, setara dengan pola pikir para bijak masa lalu. Dari mana Mat Kelor belajar?

Kata Mat Kelor: “Cermin itu adalah guru kejujuran, mengajarkan obyektifitas. Wajah jelek ya ditampilkan jelek, wajah ganteng ya ditampilkan ganteng. Tak peduli apakah orang jelek yang bercermin menganggap dirinya ganteng atau tidak. Ingat cermin, ingat kejujuran apa adanya.” Saya menikmati uraian Mat Kelor sambil tersenyum saat ada upil di ujung hidungnya. Rupanya dia lupa bercermin

Mat Kelor melanjutkan kata: “Cermin itu adalah guru kehidupan yang baik. Walau ia tahu kejelekan wajah orang yang bercermin padanya, ia tidak pernah pengumuman kepada orang lain. Ingat cermin, ingat untuk tidak menyebarkan aib orang lain.”

Waduh, saya semakin kagum akan kedalaman makna cermin. Tidak seperti biasanya, Mat Kelor sering menatap ke lantai, tak menatap wajah saya. Saya berpikir jangan-jangan dia menunduk itu sedang kesurupan para ahli filsafat masa lalu. Tiba-tiba dia bilang: “Punggung saya sakit, kayaknya kolestrol saya naik.”

Mat Kelor masih terus berfilsafat: “Cermin itu adalah guru persahabatan yang baik, mengajarkan bagaimana harus berempati. Saat aku menangis, cermin tak mentertawaiku. Cermin ikut menangis. Itulah sahabat sejati.” Saya ngakak sengakak ngakaknya. Sambil menepuk punggung Mat Kelor saya berkata: “Kalau kamu menangis tapi cerminmu tertawa, yakinlah bahwa cerminmu itu hantu.” Mat Kelor ikut ketawa ngakak menyadari bahwa kesimpulan terakhir itu ada yang kurang pas.

Kami terdiam. Lalu Mat Kelor tolah toleh dan kepalanya dangak ke atas. Dia berkata: “Lho, punggungku sembuh. Alhamdulillaah.” Saya bilang: “Pola pikir yang salah memang bisa menjadi sebab sakit punggung. Tertawa itu adalah sebagian obatnya. Jangan lupa, punggungmu sembuh setelah aku tepuk. Apanya yang masih sakit, kan kutepuk.” Tiba-tiba adzan berkumandang.

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (13): Pertengkaran yang Tak Perlu

HARUSNYA saat ini kita bersama-sama merasa bangga dan bahagia karena pencapaian perolehan medali Sea Games telah melampaui target. Ternyata di pojok sebuah hotel di Mekah ada tiga orang bertengkar karena rokok. Seorang kakek, sepertinya dari desa, berusia sekitar 81 tahun diadili oleh dua pemuda gara-gara si kakek itu merokok. “Haram…haram…haraaam. Hajimu tidak mabrur. Haji mabrur tidak merokok.”

Awalnya kakek itu diam tidak membeli jualan dua pemuda tadi. Namun akhirnya kakek itu mengeluarkan nada suara tertinggi yang dimilikinya: “Sejak kapan rokok menjadi penghalang haji mabrur. Ente jangan ngarang. Rasul tidak pernah bilang gitu. Jaman Rasul tidak ada rokok, apalagi rokok merek seperti ini, mana ada Rasul sebut rokok. Bid’ah kelas berat ente.” Suasana memanas hampir kakek ini dipukul. Bersyukurlah Mat Kelor segera datang membawa tongkat, tepatnya tongkat tongsis.

Mat Kelor melerai dan menasehati agar jangan ramai-ramai di tanah suci. Satu-satunya ramai yang boleh adalah talbiah dan takbir. Dua pemuda ini terus bicara bahaya rokok yang katanya memperpendek umur. Kakek itu menjawab: “Faktanya saya sudah usia 81 tahun lho, merokok mulai usia 9 tahun.” Pemuda itu kaget dengan jawabannya. Lalu pemuda itu mengemukakan data rusaknya paru-paru karena rokok.

Mat Kelor membantu mendamaikan bahwa benar rokok itu mengandung bahaya, tapi minuman energi dan bersoda yang dipegang dua pemuda itu juga berbahaya untuk ginjal dan diabetes. Pemuda itu bilang tak bahaya kalau sedikit. Kakek bersuara lagi bahwa rokok juga tak apa kalau sedikit.

Mat Kelor akhirnya berkata: “Sudahlah. Berhentilah bertengkar bab rokok ini. Malu sesama Indonesia bertengkar. Rokok memang berpotensi membuat badan sakit. Tapi merengut, melotot dan marah itu berpotensi membuat hati sakit. Mana yang lebih bahaya? Tersenyumlah dan akrablah, lalu diskusilah bagaimana cara agar korupsi di negeri kita itu teratasi. Koruptor lebih pantas diharamkan dan dimarahi ketimbang perokok. Kakek ini merokok untuk menenangkan diri karena pajak yang dibayarkannya dikorupsi.”

Kakek itu senang dibela Mat Kelor. Sebungkus rokok diberikan kepada Mat Kelor. Mat Kelor tersenyum dan berkata: “Maaf, saya tidak merokok, kakek. Saya lebih suka daun kelor dan bijinya, mengobati banyak penyakit kronis.” Luar biasa santunnya Mat Kelor.

 

INILAH MOZAIK

Pasar Ukaz, Pasar Rakyat Bangsa Arab

Makkah (PHU)–Selain Kota Makkah dan Madinah yang menjadi saksi bisu sejarah keislaman didunia, Kota Thaif pun tak luput dari perjalanan sejarah berkembangnya islam di tanah Arab. Di Kota yang berada di ketinggian 1700 m diatas permukaan laut (mdpl) banyak menyimpan bukti peninggalan sejarah berkembangnya Agama Islam diantaranya adalah Pasar Ukaz. Jika orang-orang modern mengenal pasar hanya sebagai tempat transaksi jual-beli, maka orang-orang Arab klasik tidak mengenal fungsi pasar hanya sebatas itu saja. Jika orang-orang abad modern ini memahami bahwa pasar itu dibuka setiap hari, maka beda lagi dengan orang-orang Arab kuno, pasar itu bisa jadi hanya berlangsung satu tahun sekali. Dan pasar yang paling terkenal bagi bangsa Arab kuno adalah Pasar Ukaz.

Pasar Ukaz adalah pasar dimana para pedagang dan pebisnis mengadakan transaksi jual-beli. Para politisi mengadakan lobi-lobi penting. Mereka merundingkan perdamaian, persekutuan, atau bahkan membicarakan rencana peperangan. Dan di Pasar Ukaz pula para penyair dan orator unjuk kemampuan, membacakan untaian kalimat indah yang mereka susun sekaligus mengungkapkan isu-isu hangat yang sedang terjadi.

Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabia. Nama tersebut diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada 500 Sebelum Masehi. Pasar tersebut terletak diantara Thaif dan Makkah, tepatnya di kota Al-Athdia. Pasar terkenal diadakan bersamaan dengan pasar di Hadramaut. Pasar ini melebihi pasar lainnya, dalam kemegahan, hubungan dagang, manifestasi syair, kesukuan dan dikunjungi oleh suku Quraisy, Hawazin, Ghatafan, Aslam, Ahabish, Adl, ad-Dish, al-Haya dan al-Mustaliq.

Diadakan pada 15-30 Dzu al-Qa’dah. Para pedagang membawa barang menggunakan onta atau keledai menuju pasar Ukaz. Barang dagangan yang dijual pedagang Badui antara lain permadani, tenda, bulu domba, tembikar, peralatan, perhiasan, parfum, hasil bumi dan rempah-rempah. Di pasar Ukaz juga diadakan berbagai pertunjukan baik syair maupun nyanyian. Para penyair dan penyanyi datang ke Ukaz untuk berpartisipasi dalam lomba syair dan nyanyian tersebut. Menurut arkeolog Saudi yang telah mempelajari daerah ini, memperkirakan pasar Ukaz berakhir sampai 760 Sesudah Masehi.

Quraisy merupakan suku Arab yang terkenal, yang di dalamnya termasuk Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai gagasan untuk mempunyai sebuah tempat orang Arab dapat berkumpul dan bersatu untuk melawan musuh. Mereka memilih tempat tersebut adalah Ukaz. Tempat tersebut merupakan pasar ketika para calon haji tiba di Makkah dan pergi selama empat bulan ke tempat tersebut. Orang Arab mempunyai bulan khusus yang selama itu disepakati oleh mereka untuk tidak menggunakan senjata atau memulai berperang. Terhadap mereka diberikan jaminan atas keselamatan di lingkungan kota tersebut untuk melakukan aktivitas dan berdagang.

Sebagai perbandingan terhadap mal yang modern, Ukaz tidak hanya menawarkan barang untuk dijual, tetapi pengunjung mempunyai banyak hal untuk dikerjakan disamping berbelanja. Mereka masing-masing memperoleh tantangan untuk membuktikan siapa yang terbaik sebagai pembuat syair di Arab. Mereka membanggakan prestasi sukunya dan mereka juga mencoba menyelesaikan perselisihan dan pertentangan antar suku. Sejak pasar dibuka, banyak aktivitas budaya di pasar tersebut membantu memelihara dan melindungi bahasa Arab, membantu menghasilkan syair-syair yang baik dan mendorong para penyair untuk menghasilkan syair lebih banyak.

Nabi Muhammad s.a.w. mengunjungi pasar sebanyak tujuh kali dan mencoba untuk menjelaskan kepada orang Arab tentang Islam dipasar tersebut. King Faisal ibn Abdul Aziz meminta kepada para ahli dan ilmuwan untuk mengidentifikasi lokasi dari Ukaz, dengan mencari kembali catatan kuno dan dokumen sejarah yang akhirnya diputuskan lokasinya di dekat Taif ditempat yang dikenal Al-Athdia. Setelah 1300 tahun, pasar tersebut dioperasikan kembali dan diresmikan oleh Gubernur Makkah, Pangeran Khalid Al-Faisal, putra Raja Faisal. Peristiwa tersebut berlangsung selama 7 hari, terjadi penjualan bermacam-macam barang dan bahan, baik tradisional maupun modern. Di tempat tersebut juga terdapat tulisan syair Arab kuna dalam emas dan diperuntukkan untuk pengunjung untuk melihatnya dan diramaikan oleh penyanyi Arab terkenal.

Pasar ini diprediksi pertama kali diadakan sebelum tahun 500 M. Pasar Ukaz bukanlah sekedar pasar biasa. Ia adalah pekan raya kebanggan masyarakat Arab. Di sana terdapat perniagaan, pameran budaya, penyebaran agama, hingga aktivitas politik. Ukaz juga sebagai media informasi tentang info-info yang terjadi di masyarakat jazirah.(dirangkum dari berbagai sumber/mch)

KEMENAG RI

Menyusuri Sejuknya Kota Thaif Sambil Menggali Sejarah Keislaman

Kaum Muslim yang pernah menjalankan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci mungkin sudah tak asing dengan nama kota yang satu ini. Kota Thaif, kota yang dikenal berhawa sejuk karena berada di lembah antara Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada.

Kota yang dapat ditempuh 1 jam 45 menit dari Kota Mekah ini populer dengan perkebunan delima, kurma, sayuran, termasuk juga pohon langka yang namanya tercantum dalam Al-Quran, pohon Zaqqum.

Thaif merupakan kota di Provinsi Makkah, Arab Saudi pada ketinggian 1.700 m di lereng Pegunungan Sarawat. Setiap musim panas, Pemerintahan Saudi pindah dari panasnya Riyadh ke Thaif. Kota ini juga merupakan pusat area agrikultur yang terkenal akan anggur dan madunya.

Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak hingga puncaknya. Tak seperti pegunungan pada umumnya, area pegunungan di sini nyaris tak ditumbuhi pepohonan, tandus, berbatu dan berpasir.

Namun saat memasuki kota Al-Hada sebelum Thaif, akan terlihat pemandangan sebaliknya. Di sepanjang jalan ditemukan sejumlah pepohonan, dan hamparan rumput hijau. Tampak beberapa rumah modern dan tradisional berdiri sepanjang jalan menuju Thaif.

Di sekeliling kawasan ini juga dipenuhi tempat-tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi di antaranya adalah wisata menaiki unta, taman-taman bermain untuk anak-anak serta took buah-buahan. Kawasan ini terdapat pula tempat untuk bermiqot atau berihram saat haji dan umrah yakni Wadi Sair Kabir.

Memasuki kota Thaif, kesejukan mulai terasa yang menyebabkan tempat ini kerap dijadikan sarana berwisata kala musim panas. Bahkan kabarnya, para raja Saudi dan kerabatnya banyak membangun tempat peristirahatan di kota Thaif. Karena itu pula kota ini dijuluki Qaryah Al-Mulk yang berarti ‘Desa Para Raja’.

Selain hawa sejuk, satu hal yang membuat kota Thaif kian membuat penasaran adalah keberadaan pohon-pohon Zaqqum. Pohon berduri tajam dan besar itu merupakan jenis pohon langka yang tak tumbuh di Indonesia atau negara lainnya.

Kota ini juga menjadi begitu istimewa karena menyimpan sejarah kehidupan dan perjuangan syiar Rasulullah Muhammad SAW yang berat.

Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah melakukan perjalanan ke Thaif untuk berdakwah. Perjalanan ini dilakukan tak lama setelah wafatnya sang istri, Khadijah RA serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.

Wafatnya kedua sosok yang disegani itu membuat kaum Quraisy semakin berani menentang dan mengganggu Rasul. Untuk mengantisipasi kekejaman kaum kafir Quraisy kala itu, akhirnya secara diam-diam Rasul melakukan perjalanan syiar dengan berjalan kaki ke Thaif.

Rasul tinggal di Thaif selama 10 hari untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan. Namun ternyata, penduduk kota itu melakukan penolakan dan memperlakukan Rasul dengan kasar.

Bahkan mereka melempari Rasul hingga kakinya terluka. Tindakan brutal ini membuat sahabat Rasul, Zaid bin Haritsah ikut turun tangan membela dan melindungi beliau. Namun kepala sang sahabat juga terluka akibat lemparan batu.

Kisah dakwah Rasulullah di kota Thaif ini merupakan satu dari sekian banyak perjuangan berat beliau dalam menyebarkan agama Allah. Meski tak mudah, Rasul senantiasa ikhlas, sabar dan tidak pernah berputus asa dalam menghadapi segala bentuk perlakuan kaumnya.

Banyak peninggalan sejarah Islam dikota ini antara lain : Masjid Ibn Abbas dan pasar Ukaz.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Rumahmu, Wahai Ummul Mukminin

Seturut pengembangan dan perluasan Masjdil Haram, banyak lokasi-lokasi bersejarah yang tergerus dan sukar diketahui. Berdasarkan kisah dari jamaah-jamaah haji terdahulu, wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami mencoba menelusuri beberapa di antaranya. Berikut tulisannya.

Jika dicerabut dari konteksnya, tempat itu sekadar bangunan di antara berlaksa-laksa lainnya di Makkah. Berada sekira sepuluh meter dari pintu keluar Masjidil Haram dekat Bukit Marwah, ia semacam benteng dengan desain yang futuristik. Terlihat janggal dibandingkan kiri-kanannya yang didesain dengan ornamental lawas.

Di depannya ada plasa dengan sebuah tiang lampu yang menjulang. Dasar tiang lampu itu dikelilingi pembatas-pembatas plastik hijau membentuk lingkaran. Bangunan dengan warna coklat pasir itu punya banyak tangga dan undakan. Di salah satu anak tangga utama pada bagian dasar, saya bertemu Faturrahman dan Aswiyah, sedang duduk berehat selepas melakukan tawaf perpisahan dengan Ka’bah.

“Yang bener, Mas, di sini tempatnya? Saya ndak tahu  sama sekali,” Kata Faturrahman yang berasal dari Malang, Jawa Timur tersebut. Aswiyah membagi ketakpercayaan suaminya soal lokasi tersebut. Keheranan itu wajar saja karena bangunan tempat mereka bersandar itu hari fungsinya saat ini adalah toilet umum.

Mereka tak sendiri. Banyak jamaah lalu lalang tanpa menolehkan muka atau berhenti sejenak. Tanpa konteks, yang mereka lintasi hanya satu dari tempat lain di Masjidil Haram.

Tapi Oman Abdurrahman, seorang jamaah dari Ciamis, tahu apa yang tak diketahui kebanyakan jamaah. Ini kali keempatnya pengasuh Pondok Pesantren Alhuda di Turalag, Baregbeg, Ciamis itu berangkat haji. “Iya, di sekitar sini rumah Siti Khadijah,” kata dia saat saya temui di bagian sayap barat pelataran bangunan tersebut.

Ini bukan informasi yang ia dapatkan dari brosur-brosur perjalanan, bahkan buku-buku sejarah kontemporer. Bukan pula sekadar cerita yang diturunkan dari jamaah ke jamaah melintasi waktu.

Oman mengaku mendapatkan kisah soal lokasi kediaman Khadijah yang juga ditempati Rasulullah selepas keduanya menikah selama 25 tahun mereka menikah dari kiainya di pesantren. “Dan cerita itu divalidkan kitab-kitab lain yang saya baca,” kata dia.

Berabad-abad Makkah dikuasai berbagai kerajaan, sedianya tempat-tempat yang punya signifikansi historis maupun spiritual di Masjidil Haram dan sekitarnya biasa diberi tanda atau dipelihara. Namun sejak 1925, saat Bani Saud mulai melancarkan pemberontakan yang didukung Inggris di Hijaz, banyak tempat-tempat itu diratakan.

Seturut proyek perluasan Masjidil Haram sejak 2008, tanda-tanda yang menunjukkan lokasi-lokasi itu makin sukar ditemukan. Kenangan-kenangan dan konteks lokasi-lokasi itu hanya bertahan seturut kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut. “Saya sedih juga, Mas. Ini rumah Umul Mukminin, ibunya orang-orang beriman,” kata Oman tercenung.

Tak hanya tempat tinggal, jika benar itu loksinya, di tempat itu juga Muhammad ibn Abdullah diselimuti dan ditenangkan Khadijah binti Khuwailid sembari diyakinkan bahwa ia benar-benar telah menerima wahyu di Gua Hira. Dalam satu dan lain hal, gestur itu menunjukkan bahwa Khadijah telah mengakui kenabian bahkan saat Muhammad SAW masih meragu.

Lokasi itu juga tempat tinggal orang-orang pertama yang menerima Islam seperti sahaya pengasuh Rasulullah, Umm Ayman; sepupunya Ali ibn Abi Thalib; dan tempat lahir putri terkasih Rasulullah, Fatimah Azzahra.

Nabi Muhammad SAW mulai pindah ke rumah Khadijah selepas keduanya menikah saat Rasulullah berusia sekitar 25 tahun. Khadijah yang saat itu berusia 40 tahun mewarisi kediaman itu dari suami terdahulunya.

Sebelum keduanya menikah, perempuan cemerlang itu mengomandoi perusahaan ekspedisi dagangnya dari rumah tersebut dan akhirnya memekerjakan Muhammad SAW hingga keduanya jatuh cinta dan menikah. Sepanjang 25 tahun pernikahan mereka, Rasulullah tak mengambil istri lain.

Bahkan selepas kematian Khadijah dan menikahi sejumlah perempuan lainnya, seperti diriwayatkan penuh cemburu oleh Aisyah salah satu istrinya, Nabi Muhammad tak pernah menyintai perempuan lainnya sebesar cintanya pada Khadijah. Menurut Aisyah, Nabi selalu menyisakan bagian kambing yang ia potong untuk sahabat-sahabat Khadijah semasa hidup.

Titik presisi kediaman Khadijah, menurut Oman memang sukar dipastikan. Jika tidak masuk dalam lokasi gedung toilet, ia kemungkinan juga di tiang lampu yang dikelilingi pembatas di depan bangunan itu. “Tapi pasti di sini. Karena tempat ini lurus dengan Babussalam, tempat Kanjeng Nabi biasanya ke Ka’bah,” kata Oman menuturkan.

Namun tanpa pengakuan, apalagi dengan upaya pengaburan konteks dari Kerajaan Saudi, lokasi itu akan selamanya tersembunyi. Hanya kisah yang diturunkan dan perlahan-lahan memudar seiring waktu.

Bagi Siti Khadijah, hilangnya rumah itu tentunya tak menyusahkan. Karena dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Jibril pernah menjanjikan yang lebih megah buat Radiallahuanha saat melihat yang bersangkutan membawakan bekal buat Rasulullah. ”Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya”.

 

REPUBLIKA

Jangan Menyembah Allah Sebatas Keperluan Duniawi

SUATU hari ada orang yang menguburkan sejumlah harta berharganya di suatu tempat. Jaman itu, cara inilah yang paling lazim dan aman dilakukan. Mau dititipkan mana makhluk yang bernama manusia, ternyata sangatlah sulit yang amanah. Mau disimpan di lemari, semua maling menduga lemari sebagai tempat menyimpan barang berharga. Dipendamlah hartanya di suatu tempat.

Seiring berjalannya waktu, orang itu terlupa tempat penyimpananya. Saat dibutuhkan, betapa pusing kepalanya mengingat tempat penyimpanan hartanya itu. Lalu, datanglah dia kepada Imam Abu Hanifah, seorang alim, faqih dan wara’ untuk memohon petunjukknya di mana tempat barang itu disimpan. Sang Imam menjawab: “Itu bukan masalah fikih (hukum Islam), namun cobalah engkau shalat malam saja, semoga segera ketemu.”

Tengah malam, shalat malamlah lelaki itu. Tak lama shalat, dalam shalatnya dia ingat tempat penyimpanan barang itu. Setelah salam, digalilah tempat itu, dan benar diketemukannya. Dia bahagia sekali. Ternyata shalat malam jadi solusi.

Pagi-pagi datanglah dia kepada Imam Abu Hanifah menceritakan peristiwa semalam dengan bangga bahagianya. Sang imam berkata: “Syetan tak akan membiarkanmu shalat khusyuk, maka diingatkanlah engkau pada masalah di luar shalat. Apakah engkau lanjutkan shalat setelah barang itu ketemu sebagai syukurmu kepada Allah?” Lelaki itu terdiam.

Hikmah kisah: pertama, konsultasikan masalah kepada orang yang tepat, orang yang alim; kedua, jadikan ibadah sebagai solusi; ketiga, semakin giatlah beribadah sebagai tanda syukur atas ditemukannya solusi masalah; keempat, waspadalah pada jebakan syetan.

O ya, yang terakhir juga penting: doakan penulis status ini panjang umur, sehat dan bahagia dalam iman dan Islam agar terus bisa menyapa pembaca dengan tulisan.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Jangan Berputus Asa

Dewasa ini sering ditemukan manusia-manusia yang mengeluh merasa kesusahan karena musibah atau ujian yang diterima. Keluhan ini banyak beredar di media sosial dimana setiap orang bisa mengakses.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Al Washliyah Dai Nasional Kiai Haji Masyhuril Khamis menyebut keluhan ini muncul karena banyak faktor, yang ujungnya membuat manusia merasa berputus asa. Ia pun ingin mengingatkan kepada umat Muslim agar tidak putus asa dalam menghadapi cobaan Allah.

“Ujian dan musibah ini sering kita temui di kehidupan kita sehari-hari. Ada musibah yang menimbulkan kesakitan dan musibah yang menimbulkan kebahagiaan. Manusia rentan lupa kepada Allah ketika diberi musibah yang membahagiakan,” ujarnya di Masjid Jami’ An-Nur, Jalan Percetakan VII, Jakarta Pusat, Sabtu (1/9).

Ia pun menuturkan, semua catatan pengalamannya sejak awal melakukan tausiyah mengenai masalah manusia sudah ia bukukan. Buku yang diterbitkan awal 2011 dan mengalami revisi ini berjudul “Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah”.

Dalam buku ini ditulis orang kerap berputus asa karena ia tidak bisa mengatur musibahnya. Rasa putus asa, merasa diri lemah dan tidak berdaya muncul karena manusia ini tidak mampu menghadapi cobaan yang datang kepadanya.

“Orang itu cenderung tidak siap menerima musibah. Padahal kalau mau naik tingkat derajatnya di mata Allah atau kalau imannya benar-benar bagus, harus siap menerima musibah,” lanjutnya.

Kiai Khamis menekankan bahwa setiap orang yang beriman pasti diuji. Karena itu hendaklah manusia khususnya umat Muslim yang sedang diuji merasa senang, sebab artinya Allah sayang pada dia.

Kedua, orang yang sedang mengalami musibah kedepannya akan terlihat perbedaan Iffa atau harga diri tiap manusia. Ketika diberi musibah dan mampu mengelolanya, maka ia tidak akan terjerembab pada kemalangan atau keputusasaan dan menyebabkan harga diri orang ini semakin tinggi.

“Yang gampang berputus asa, secara kejiwaan bisa dinilai mereka ini lemah. Tapi kalau ia bisa bangkit dari masalahnya maka harga dirinya bisa lebih tinggi. Seperti bola basket yang meski dipantulkan ke bawah, loncatannya semakin tinggi,” ucap pria kelahiran Sumatera ini.

Dalam kegiatan bedah buku karangannya ini, sang Kiai pun menyatakan agar umat Muslim menjadi orang yang kuat. Alasan ketiga ini adalah salah satu cara untuk menghindarkan diri dari keputusasaan yang sering dihadapi manusia.

Orang yang bisa menjaga nafsu dan emosinya berarti orang yang kuat dan imannya teruji. Banyak orang penting atau pejabat yang tidak mampu menjaga dirinya, menghadapi cobaan kenikmatan, sehingga mengambil yang bukan hak dan miliknya.

Terakhir, ia meminta majelis yang hadir di Masjid Jami’ An-Nur untuk selalu bercermin pada alam. Jangan pernah selalu melihat hasil tanpa mau melihat dan merasakan prosesnya.

“Orang banyak yang ingin hasil jadinya saja, nggak peduli pada prosesnya. Sementara proses ini yang menuntun kita agar menjadi sesuati yang lebih baik,” ucap Sekjen Al-Washliyah Dai Nasional.

REPUBLIKA

Pentingnya Pola Asuh Ayah

Seorang ibu dipandang menjadi sosok yang sangat penting dalam merawat anak-anak sejak usia dini hingga menginjak dewasa. Sentuhan ibu sejak kepada anak sejak usia 0 tahun dinilai akan menentukan perkembangan anak ke depannya.

Pembina Forum Usroh, Irwan Rinaldi, dalam kajian bertema Satu Momen untuk Selamanya di Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, belum lama ini mengatakan, ayah juga mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan anak. Menurut dia, persoalan kenakalan remaja salah satu penyebabnya kurangnya perhatian ayah kepada mereka.

“Persoalan korupsi, narkoba banyak penyebabnya salah satunya lemahnya peran ayah.

Ini gak bisa ditolak,” ujar Irwan mengungkapkan penyebab kenakalan tersebut berdasarkan hasil penelitiannya.

Selain kasus tersebut, kasus lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) pun diakibatkan oleh peran ayah yang lemah dalam pengasuhan. Oleh karena itu, Irwandi mendorong para ayah agar berperan sebagai pengasuh ketika berada di rumah.

Pasalnya, sejauh ini banyak dari ayah yang tidak melakukannya meskipun sedang berada di rumah.

Seorang anak, lanjut Irwan, membutuhkan pelajaran dari sosok ayah. Irwan berpendapat jika ingin seorang anak sukses pada masa depan, penting untuk melihat pemahaman ayah dalam mendidik. Pasalnya, ayah merupakan tokoh moral bagi anak.

“Karena anak itu amanah dunia. Maksudnya jangan meninggalkan anak- anak yang lemah,” kata Irwan.

Menurut Irwan, generasi lemah setidaknya disebabkan oleh usia biologis mereka lebih maju daripada psikologis. Padahal, justru idealnya justru sebaliknya, yakni usia psikologis anak lebih maju dibandingkan biologis.

Irwan mengungkapkan, usia anak antara 0-15 tahun harus dimanfaatkan sesungguh-sungguhnya oleh ayah. Karena pada usia tersebut, Allah memberikan potensi yang luar biasa. Hanya, Irwan menilai ayah tak memiliki buku panduan bagaimana cara mengasuh.

Akibatnya pola asuh yang dilakukan tak sesuai anjuran.

“Itu sebabnya guru TK bukan guru sembarangan. Kalau gak punya bukunya kita mau ngapain, ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Irwan juga menjelaskan tentang pembagian waktu luang bagi ayah dalam mengasuh anak. Sebagai ayah, waktu mereka harus terbagi dengan pekerjaan. Sehingga dibutuhkan pembagian waktu yang tepat.

Irwan membagi waktu ayah menjadi tiga, yaitu bekerja, sisa, dan bermakna.

Ia mendorong supaya ayah memanfaatkan waktu bermakna secara maksi- mal meskipun jauh lebih sedikit dibandingkan waktu bekerja dan sisa. Waktu bermakna, yaitu bagaimana seorang ayah perhatian seluruhnya berpusat kepada anak.

Ia tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga terlibat secara jiwa. Sehingga tercipta keintiman antarkeduanya.

Ia mengungkapkan bahwa anak pada usia 0-6 tahun sangat membutuhkan sentuhan kedua orang tuanya, terlebih ayah. Pada usia tersebut, ia membutuhkan kenyamanan luar biasa.

Dalam situasi seperti ini, Irwan menilai sentuhan ayah harus masuk. Anak butuh fisik dan psikologis. “Anak agak susah kalau gak punya psikologis,” Ia menegaskan.

Oleh sebab itu, Irwan mendorong agar para ayah mengoreksi diri sendiri tentang pola asuh kepada anak. Menurut dia, ada dua tipe pola asuh, yaitu keterlibatan langsung dan tidak langsung.

Namun, Irwan menganjurkan agar pola asuh lebih kepada keterlibatan langsung. Seorang ayah dituntut untuk selalu membuat sesuatu yang bermakna dengan anak.

Salah satu kuncinya mengenal anaknya sendiri. Selain mengenal fisik, juga harus memahami fase perkembangan anak.

Irwan menyadari bahwa terjadi perubahan pola asuh dalam sejarah keayahan di Indonesia. Pada 1970-an, pola asuh yang diterapkan berbasis agama.

Sedangkan, saat ini pola tersebut bergeser, yaitu ayah hanya sebatas seorang pencari nafkah dan penyambung keturunan. Kondisi seperti saat ini, menurut Irwan, sangat membahayakan bagi perkembangan anak. Hal itu pula yang mem buat anak-anak banyak terjerumus kepada perilaku negatif, seperti mengonsumsi narkoba dan seks bebas.

REPUBLIKA